HASIL DAN ANALISA
BAB IV HASIL DAN ANALISA
4. 1. Penyeragaman Kadar Air Pupuk Biokomposit
Dari analisa data penyeragaman kadar air pada suhu 100°C dapat diperoleh hasil seperti pada gambar 4.1.
Molasses Molasses Molasses Molasses
Gambar 4.1. Kurva laju peyeragaman sampel pupuk biokomposit
Persentase kadar air yang terkandung dalam masing-masing variasi komposisi kadar air adalah berbeda-beda. Perolehan persentase kadar air maksimal dan waktu penyeragaman kadar air sebesar 7,5% dari keempat sampel adalah:
· Untuk sampel dengan kandungan 50% molasses memiliki kadar air
maksimal sebesar 30% dan waktu penyeragaman sampel sebesar 65 menit. · Untuk sampel dengan kandungan 40% molasses memiliki kadar air
maksimal sebesar 25% dan waktu penyeragaman sampel sebesar 40 menit. · Untuk sampel dengan kandungan 30% molasses memiliki kadar air
maksimal sebesar 20% dan waktu penyeragaman sampel sebesar 28 menit. · Untuk sampel dengan kandungan 20% molasses memiliki kadar air
maksimal sebesar 17% dan waktu penyeragaman sampel sebesar 24 menit.
Penurunan kadar air dari masing-masing variasi kandungan molasses pada sampel dipengaruhi adanya pemanasan suhu sebesar 100°C. Perbedaan waktu penyeragaman kadar air disebakan oleh zat penyusun utama dari molasses adalah air. Oleh karena itu, besarnya kandungan molasses mempengaruhi waktu kecepatan penyeragaman kadar air. Semakin besar kandungan molasses akan semakin memperlambat waktu kecepatan penyeragaman kadar air dari sampel pupuk biokomposit. Sebaliknya, semakin sedikit kandungan molasses akan Penurunan kadar air dari masing-masing variasi kandungan molasses pada sampel dipengaruhi adanya pemanasan suhu sebesar 100°C. Perbedaan waktu penyeragaman kadar air disebakan oleh zat penyusun utama dari molasses adalah air. Oleh karena itu, besarnya kandungan molasses mempengaruhi waktu kecepatan penyeragaman kadar air. Semakin besar kandungan molasses akan semakin memperlambat waktu kecepatan penyeragaman kadar air dari sampel pupuk biokomposit. Sebaliknya, semakin sedikit kandungan molasses akan
BC
Gambar 4.2. Sampel pupuk biokomposit setelah melalui tahap penyeragaman kadar air 7.5% : A) 50:50, B) 60:40, C) 70:30, D) 80:20 (wk/wm).
4. 2. Kekuatan Tekan Pupuk Biokomposit
Dari pengujian tekan untuk variasi kandungan molasses pupuk biokomposit dapat diperoleh hasil seperti terlihat pada gambar 4.3.
Tabel 4.1. Kekuatan tekan dari variasi kandungan molasses sampel pupuk biokomposit
Tekanan Kandungan
Minimal Molasses
Rata-rata
Maksimal
Sampel (Pa)
Sampel (Pa)
Sampel (Pa)
Variasi Kandungan Molasses
Gambar 4.3. Kurva hubungan variasi kandungan molasses dengan kekuatan tekan
Variasi kandungan molasses pada penekanan seragam 250 kPa dari masing- masing sampel memiliki kekuatan tekan yang berbeda-beda. Untuk nilai sampel pupuk biokomposit dengan kandungan 20% molasses memiliki kekuatan tekan rata-rata terendah yaitu sebesar 1.800 Pa. Sampel pupuk biokomposit dengan kandungan 50% molasses memiliki kekuatan tekan rata-rata tertinggi yaitu sebesar 5.380 Pa.
Semakin besar kandungan molesses akan semakin tinggi kekuatan tekan dari sampel pupuk biokomposit. Karena molasses lebih bersifat liquid dan mampu membuat ikatan homogen diseluruh luasan bidang kontak yang terkena molasses. Oleh karena itu, molasses sangat baik bila digunakan sebagai matrik (penguat) pada bahan-bahan yang bersifat komposit partikel. Penambahan kadungan molasses akan semakin meningkatkan nilai kekuatan tekan dari sampel pupuk biokomposit.
Pengujian tekan pupuk biokomposit variasi kompaksi dapat diperoleh hasil seperti terlihat pada gambar 4.4. Tabel 4. 2. Kekuatan tekan sampel pupuk biokomposit dengan variasi kompaksi
Variasi
Besar Tekanan
Besar
Kompaksi
Besar Tekanan (kPa)
Rata-rata
Tekanan
Sampel (Pa)
maksimal (Pa) minimal (Pa)
50 2.930
3.200
2.500
Gambar 4.4. Kurva hubungan variasi kompaksi dengan kekuatan tekan sampel pupuk biokomposit
Kandungan 50% molasses pada variasi kompaksi untuk masing-masing sampel memiliki nilai kekuatan tekan yang berbeda-beda. Dalam pengambilan data variasi kompaksi untuk sampel pupuk biokomposit sebesar 50 kPa memiliki kekuatan tekan rata-rata terendah yaitu sebesar 2.930 Pa. Untuk sampel pupuk biokomposit dengan variasi kompaksi sebesar 350 kPa memiliki kekuatan tekan rata-rata terbesar yaitu sebesar 6.250 Pa.
Dari data dapat diambil kesimpulan bahwa kenaikan kekuatan tekan berbanding lurus dengan besarnya kompaksi yang diterima oleh sampel. Jadi semakin besar kompaksi akan meningkatkan kekuatan tekan dari sampel pupuk biokomposit. Hal ini bisa terjadi karena variasi kompaksi membuat kepadatan sampel semakin tinggi. Gaya kompaksi menjelaskan tentang mechanical interlocking dan peningkatan gaya tarik adhesi antara partikel, membentuk ikatan intermonokuler pada luasan bidang kontak. Kompaksi dapat memperkuat ikatan antar butir penyusun sampel dan memperkecil adanya kekosongan antar partikel.
4. 3. Ketahanan Impak Pupuk Biokomposit
Pengujian ketahanan impak sampel pupuk biokomposit. Hasil ketahanan impak untuk variasi kadungan molasses dapat dilihat pada gambar 4.5.
Tabel 4. 3. Ketahanan impak sampel pupuk biokomposit terhadap variasi kandungan molasses
Variasi Kandungan
Banyaknya No.
Banyaknya Nilai
Molasses
Jatuh
Sampel IRI (Poin)
Variasi Kandungan Molasses
Gambar 4.5. Kurva hubungan variasi kandungan molasses dengan ketahanan impak (IRI) poin pupuk biokomposit
Ketahanan suatu sampel pupuk biokomposit ditunjukan dengan nilai IRI poin (impack resistance indect). Untuk variasi kandungan molasses pada masing- masing sampel menunjukan nilai ketahanan impak yang berbeda-beda. Untuk nilai IRI poin pada sampel pupuk biokomposit dengan kandungan 50% molasses menunjukan nilai terendah sebesar 31,57. Sedangkan untuk sampel pupuk biokomposit dengan kandungan 20% molasses menunjukan nilai ketahanan impak terbesar yaitu sebesar 115,79.
Dari perolehan data terlihat semakin besar kandungan molasses akan semakin besar nilai ketahanan impak dari suatu sampel. Karena molasses lebih bersifat liquid dan mampu membuat ikatan homogen diseluruh luasan bidang kontak yang terkena molasses. Oleh karena itu, molasses sangat baik bila Dari perolehan data terlihat semakin besar kandungan molasses akan semakin besar nilai ketahanan impak dari suatu sampel. Karena molasses lebih bersifat liquid dan mampu membuat ikatan homogen diseluruh luasan bidang kontak yang terkena molasses. Oleh karena itu, molasses sangat baik bila
Pengujian ketahanan impak dengan variasi kompaksi sampel pupuk biokomposit hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.6.
Tabel 4. 4. Ketahanan impak sampel pupuk biokomposit terhadap variasi kompaksi
Variasi Kompaksi
Banyaknya No.
Banyaknya Nilai
IRI (Poin)
Variasi Kompaksi Gambar 4.6. Kurva hubungan variasi kompaksi dengan nilai ketahanan impak
(IRI) poin pupuk biokomposit
Kandungan 50% molasses variasi kompaksi pada masing-masing sampel menunjukan nilai ketahanan impak yang berbeda-beda. Nilai ketahanan impak untuk sampel pupuk biokomposit dengan variasi kompaksi 50 kPa memiliki nilai ketahanan impak terendah sebesar 14,99. Sedangkan untuk sampel pupuk biokomposit dengan variasi kompaksi 350 kPa memiliki nilai ketahanan impak terbesar yaitu sebesar 168,42.
Pada kompaksi 150 kPa - 350 kPa memiliki nilai yang sudah melebihi dari ambang batas ketahanan impak (50 poin) nilainya adalah 73,68 – 168,42. Pada Pada kompaksi 150 kPa - 350 kPa memiliki nilai yang sudah melebihi dari ambang batas ketahanan impak (50 poin) nilainya adalah 73,68 – 168,42. Pada
4. 4. Densitas Pupuk Biokomposit
Densitas teoritis dari molasses adalah 11,9 pound/galon atau 1.425,90 kg/m³ dan densitas teoritis dari kotoran sapi adalah 1.238,17 kg/m³. Perbandingan antara densitas teoritis campuran antara kotoran sapi dan molasses dengan densitas aktual sampel pupuk biokomposit adalah:
Tabel 4. 5. Perbandingan densitas aktual sampel pupuk biokomposit variasi kandungan molasses terhadap densitas teoritis campuran
Variasi
Nilai Densitas
Kandungan
Nilai Densitas Molasses
Aktual Sampel
(kg/m³)
Teoritis (kg/m³)
Untuk perbandingan densitas variasi kandungan molasses sampel pupuk biokomposit dengan densitas teoritis dari campuran kotoran sapi dengan molasses dapat dilihat pada gambar 4.7.
Densitas Aktual Sampel Variasi kandungan
Densitas Teoritis Tiap Variasi Kandungan
Variasi Kandungan Molasses
Gambar 4.7. Kurva hubungan nilai densitas sampel pupuk biokomposit variasi kandungan molasses kompaksi 250 kPa berbanding densitas teoritis campuran
Untuk tiap-tiap sampel variasi kandungan molasses pada tekanan seragam 250 kPa memiliki nilai densitas yang berbeda-beda. Sampel pupuk biokomposit dengan variasi kandungan 20% molasses memiliki nilai densitas rata-rata terendah yaitu 946,92 kg/m³, sedangkan pada perhitungan teoritis mencapai 1.271 kg/m³. Sampel pupuk biokomposit dengan variasi kandungan 50% molasses memiliki nilai densitas rata-rata terbesar yaitu 1.070,68 kg/m³, sedangkan pada perhitungan teoritis mencapai 1.325 kg/m³.
Kenaikan nilai densitas rata-rata berbanding lurus dengan besarnya kandungan molasses pada sampel pupuk biokomposit. Karena molasses yang lebih bersifat liquid dan mampu membuat ikatan homogen diseluruh luasan bidang kontak yang terkena molasses. Namun, untuk perolehan nilai densitas sampel sangatlah jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan densitas teoritis campuran kotoran sapi dengan molasses. Dapat disimpulkan bahwa kepadatan pada masing-masing sampel kurang optimal. Hal ini disebabkan oleh adanya proses penyeragaman kadar air yang menyebakan hilangnya beberapa komponen air yang ada pada material sampel pupuk biokomposit. Air yang terlepas menyebabkan adanya void/porositas baik pada bagian dalam ataupun dibagian luar sampel dan terisi oleh udara. Selain itu besarnya gaya kompaksi juga sangat mempengaruhi kepadatan sampel pupuk biokomposi. Nilai kompaksi yang kicil menyebabkan kepadatan sampel yang tidak sempurna. Hal ini menyebabkan kotoran sapi dan molasses tidak dapat terikat secara sempurna.
Pengujian densitas teoritis untuk campuran sampel pupuk biokomposit kandungan 50% molasses dengan densitas pupuk biokomposit variasi kompaksi dapat dilihat pada gambar 4.8.
Tabel 4. 6. Densitas sampel pupuk biokomposit terhadap variasi kompaksi
Nilai Densitas Kompaksi
Variasi
Nilai Densitas
Minimal (kPa)
Nilai Densitas
Maksimal
Rata-rata (kg/m3)
(kg/m³)
(kg/m³)
Perbandingan densitas teoritis untuk campuran sampel pupuk biokomposit kandungan 50% molasses dengan densitas pupuk biokomposit variasi kompaksi dapat dilihat pada gambar 4.8.
Densitas Aktual Sampel Pada Molasses 50%
Densitas Teoritis Pupuk Biokomposit
Gambar 4.8. Kurva perbandingan densitas sampel pupuk biokomposit variasi kompaksi untuk kandungan 50% molasess dengan nilai densitas teoritis campuran
Sampel dengan kandungan 50% molasses pada masing-masing sampel untuk variasi kompaksi memiliki nilai densitas yang berbeda-beda. Dari pengambilan data untuk kompaksi sebesar 50 kPa memiliki nilai densitas rata-rata terendah yaitu 1.045,05 kg/m³. Pada sampel pupuk biokomposit dengan variasi kompaksi sebesar 350 kPa memiliki nilai densitas rata-rata terbesar yaitu 1.108,24 kg/m³. Namun, nilai terbesar untuk variasi kompaksi masih di bawah nilai densitas teoritis campuran antara kotoran sapi dengan molasses yaitu 1.325 kg/m³.
Ikatan intermonokuler pada bidang kontak dapat semakin kuat terjadi seiring dengan bertambah besarnya kompaksi yang diterima oleh sampel pupuk biokomposit. Namun, apabila nilai densitas sampel dibandingkan dengan nilai densitas teoritis campuran akan menunjukan perbedaan yang sangat jelas. Selain disebabkan oleh adanya proses penyeragaman kadar air, variasi kompaksi yang kurang besar menyebabkan kepadatan sampel yang tidak sempurna. Hal ini menyebabkan kotoran sapi dan molasses tidak dapat terikat secara sempurna. Adanya void/porositas baik di bagian dalam ataupun di bagian luar sampel merupakan salah satuidikasi utama dari ketidak sempurnaan gaya kompaksi.
4. 5. Pengujian Hancur Dalam Air Untuk Sampel Pupuk Biokomposit
Pengujian hancur dalam air pada variasi kandungan molasses sampel pupuk biokomposit dapat dilihat pada gambar 4.9.
Tabel 4. 7. Waktu hancur dalam air untuk sampel pupuk biokomposit terhadap
variasi kandungan molasses.
Waktu Variasi
Waktu Hancur Waktu Hancur Hancur Kandungan
Minimal No.
Rata-rata
Maksimal
Molasses
(detik)
(detik)
(detik)
Gambar 4. 9. Kurva hubungan variasi kandungan molasses dengan waktu hancur sampel
pupuk biokomposit
Variasi kandungan molasses pada penekanan seragam 250 kPa untuk masing- masing sampel memiliki kecepatan waktu hancur yang berbeda-beda. Dari pegujian hancur dalam air untuk sampel pupuk biokomposit dengan kandungan 20% molasses memiliki waktu hancur rata-rata terendah yaitu sebesar 59,8 detik. Untuk sampel pupuk biokomposit dengan kandungan 50% molasses memiliki waktu hancur rata-rata terlama yaitu sebesar 197,8 detik.
Dari data pengujian hancur dalam air didapat waktu yang semakin meningkat seiring dengan kenaikan kandungan molasses. Karena molasses yang bersifat sebagai perekat memiliki fungsi yang berkebalikan dengan kemampuan sampel pupuk biokomposit untuk mudah hancur dalam air. Jadi semakin besar kandungan molasses akan semakin kuat sampel pupuk biokomposit tersebut dan semakin sulit hancur dalam air.
Pengujian hancur dalam air variasi kompaksi sampel pupuk biokomposit dapat dilihat pada gambar 4.10.
Tabel 4. 8. Waktu hancur dalam air terhadap sampel pupuk biokomposit variasi kompaksi
Variasi Waktu Hancur Waktu Hancur Waktu Hancur Kompaksi
Minimal No.
Rata-rata
Maksimal
(kPa)
(detik)
(detik)
(detik)
Gambar 4.10. Kurva hubungan variasi kompaksi dengan waktu hancur dalam air sampel
pupuk biokomposit
Variasi kompaksi dengan kandungan 50% molasses pada masing-masing sampel memiliki waktu hancur dalam air yang berbeda-beda. Dari data pegujian hancur dalam air untuk sampel dengan variasi kompaksi sebesar 50 kPa memiliki waktu hancur rata- rata tercepat yaitu 75,8 detik. Sampel dengan variasi kompaksi sebesar 350 kPa memiliki waktu hancur rata-rata terlama yaitu terlama yaitu 453,8 detik.
Dari data terlihat bahwa semakin besar kompaksi yang diterima sampel pupuk biokomposit akan semakin sulit sampel tersebut hancur dalam air. Karena gaya kompaksi yang mengenai bidang kontak sampel pupuk biokomposit membentuk ikatan itermonokuler antara perekat molasses dan butiran kotoran sapi. Semakin besar kompaksi akan semakin memperkuat ikatan antar butir penyusun sampel. Besarnya kompaksi juga dapat memperkecil adanya kekosongan antar partikel dan menyebabkan sampel semakin padat.
4. 6. Analisa Foto Makro Sampel Pupuk Biokomposit Pada Uji Tekan
Analisa foto makro sampel pupuk biokomposit variasi kandungan molasses setelah melalui uji tekan adalah:
(a) Sampel pupuk biokomposit dengan (b) Sampel pupuk biokomposit dengan variasi kandungan 50% molasses
variasi kandungan 40% molasses
(c) Sampel pupuk biokomposit dengan (d) Sampel pupuk biokomposit dengan variasi kandungan 30% molasses
variasi kandungan 20% molasses
Gambar 4.11. Foto makro sampel pupuk biokomposit variasi kandungan molasses setelah mengalami uji tekan
Analisa foto makro dari keempat sampel secara fisis kandungan molasses yang ada di dalam sampel dapat diketahuai dari warna sampel. Karena semakin pekat warna sampel pupuk biokomposit maka akan semakin besar kandungan molasses yang ada di dalamnya. Dari keempat sampel juga dapat disimpulkan bahwa, semakin sedikit kandungan molasses akan semakin melemahkan kekuatan tekannya. Karena semakin sedikit kandungan molasses akan semakin memperlihatkan kerusakan yang nyata pada sampel pupuk biokomposit. Hal ini terlihat pada gambar 4.13.
Analisa foto makro sampel pupuk biokomposit variasi kompaksi setelah melalui uji tekan adalah:
(a) Sampel pupuk biokomposit dengan (b) Sampel pupuk biokomposit dengan variasi kompaksi 350 kPa
variasi kompaksi 250 kPa
(c) Sampel pupuk biokomposit dengan (d) Sampel pupuk biokomposit dengan variasi kompaksi 150 kPa
variasi kompaksi 50 kPa
Gambar 4.12. Foto makro sampel pupuk biokomposit variasi kompaksi setelah mengalami uji tekan
Analisa foto makro dari keempat sampel variasi kompaksi dapat disimpulkan bahwa, semakin kecil kompaksi akan semakin melemahkan kekuatan tekan sampel. Karena kerusakan pada sampel pupuk biokomposit akan semakin terlihat nyata apabila kompaksi yang diterima oleh sampel semakin kecil. Hal ini terlihat pada gambar 4.14.
4. 7. Analisa Foto Makro Sampel Pupuk Biokomposit Pada Uji Ketahanan Impak
Analisa foto makro sampel pupuk biokomposit variasi kandungan molasses setelah melalui 1 kali jatuh pngujian ketahanan impak adalah:
(a) Sampel pupuk biokomposit dengan (b) Sampel pupuk biokomposit dengan variasi kandungan 50% molasses
variasi kandungan 40% molasses
(c) Sampel pupuk biokomposit dengan (d) Sampel pupuk biokomposit dengan variasi kandungan 30% molasses
variasi kandungan 20% molasses
Gambar 4.15. Foto makro sampel pupuk biokomposit variasi kandungan molasses setelah mengalami uji tekan
Analisa foto makro dari keempat sampel dapat disimpulkan bahwa, ketahanan sampel terhadap beban impak akan semakin berkurang sering dengan semakin sedikitnya kandungan molasses. Serpihan yang terlepas dari badan sampel akan semakin banyak jika variasi kandungan molasses semakin sedikit. Hal ini terlihat pada gambar 4.15.
Analisa foto makro sampel pupuk biokomposit variasi melalui 1 kali jatuh pngujian ketahanan impak adalah:
(a) Sampel pupuk biokomposit dengan (b) Sampel pupuk biokomposit dengan variasi kompaksi 350 kPa
variasi kompaksi 250 kPa
(c) Sampel pupuk biokomposit dengan (d) Sampel pupuk biokomposit dengan variasi kompaksi 150 kPa
variasi kompaksi 50 kPa
Gambar 4.16. Foto makro sampel pupuk biokomposit variasi kompaksi setelah mengalami uji tekan
Analisa foto makro dari keempat sampel menunjukan bahwa semakin besar kompaksi akan meningkatkan ketahanan sampel terhadap gaya impak. Semakin tinggi kompaksi akan semakin meperkecil serpihan yang terlepas oleh badan sampel pupuk
biokomposit. Semakin kecil kompaksi akan semakin memperbanyak jumlah serpihan yang terlepas dari badan sampel pupuk biokomposit. Hal ini terlihat pada gambar 4.16.
BAB V PENUTUP
5. 1. Kesimpulan Kesimpulan
1. Kekuatan tekan, ketahanan impak dan densitasnya akan semakin meningkat seiring dengan besarnya variasi kandungan molasses dan besarnya kompaksi yang diterima oleh sampel pupuk biokomposit. Namun, hal ini akan memperlambat sampel biokomposit untuk hancur dalam air.
2. Variasi campuran terbaik dan memiliki sifat ketahanan yang cukup kuat adalah variasi persentase 50% molasses tekanan. Karena kekuatan tekannya mencapai 5.380 Pa, nilai ketahanan impak mencapai 115,79, nilai densitas mencapai 1.070,68 kg/m³ dan waktu hancur dalam air mencapai 197,8 detik. Untuk variasi kompaksi terbaik terdapat pada kompaksi 150 kPa. Pada variasi ini memiliki nilai kekuatan tekan sebesar 4.370 Pa, nilai ketahanan impak 73,68, nilai densitas 1.064,11 kg/m³ dan waktu hancur dalam air 180,4 detik.
3. Untuk analisa foto makro sampel pupuk biokomposit setelah mengalami uji tekan dan ketehanan impak, terdapat suatu kesamaan. Karena semakin besar variasi kandungan molasses dan kompaksi akan memperlihatkan kerusakan yang tidak berati. Namun, semakin kecil variasi kandungan molasses dan kompaksi akan semakin memperlihatkan kerusakan pupuk biokomposit
5. 2. Saran
Untuk lebih mengembangkan penelitian tentang pupuk biokomposit, maka penulis menyarankan : 1. Dalam pembuatan pupuk biokomposit disarankan untuk memilih variasi kandungan molasses 40-50% pada kompaksi 150-250 kPa. Karena pada variasi ini pupuk biokomposit memiliki kekuatan yang cukup kuat (kuat tekan, ketahanan impak dan nilai densitas yang baik) namun, mudah larut dalam air.
2. Dalam pembuatan pupuk biokomposit seperti ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, terutama dalam realisasi data penelitian untuk pembuatan pupuk organik berikutnya.
Daftar Pustaka
Adenholics., 2008, Komposite Fiber, Adenholics, blogspot.com ASTM D 1475., 2000, Tex-614-J Testing Epoxy Materials, Material of Testing
Procedures, USA. ASTM D 792. 1998. Density Test for Composite Material. (Vol – D).
Gibson, R, F., 1994, Principles of Composite Material Mechanics, McGraw Hill Inc., New York USA. Harizamrry.,
Bahan Buangan Kepada Kemewahan . Teratak Maya Tempatku Lepak, Blogspot.com. Hidayatullah., 2008, Pengolahan Limbah Cair Usaha Peternakan Sapi Perah Melalui Penerapan Konsep Produksi Bersih., Jurnal BPTP Bengkulu dan Intitut Pertanian Bogor.
Sawit: Dari
Hinkle, R. G., dan Rosenthal, R., ____., Of Beer Leather and Beets. A Study of Alternative Binders in Agitation Pelletizing .
Isroi., 2009, Perbandingan bentuk pupuk secara fungsional antara POP dan POG,. Artikel Blog.
Iwan., 2002, Proses Pembuatan Pupuk dan Bentuk-bentuk Pupuk. Balai pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Jawa Timur.
Juhcini., 2005, Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol. 8. No. 1. Maret :124-136.
Kristanto., 2007, Pengaruh Tekana Pembriketan , Jenis Binder dan Kandungan Binder Terhadap Karakteristik Sifat Fisik dan Mekanik Briket Biomasa. Skripsi Sarjana
Teknik, UNS, Surakarta. Liu. H., 2000, Science And Engineering Of Droplets, Noyes Publications/ William
Andrew Publishing, Llc. Norwich, New York, U.S.A. Mishra, S. K., et al, 1996, Biomass Briquetting: Technology and Practices, Food and Agriculture Organization of The United National, Bangkok.
Ozbayoglu, G, dan Tabari, K, R., 2003, Briquetting of Iran – angouran Smithsonite Fines, Physicochemical Problem of Mineral Processing,
37 (2003) 115-122.
Riantika., 2008, Ilmu Pengantar Fisika Untuk SMU Sederajat, Jurnal Dep. Pendidikan Nasional. Indonesia.
Richards, S. R., 1990, Physical Testing of Fuel briquettes (ASTM D 2677-67T), Elsevier Journal, New ZealandSalim, dkk., 1995. Potensi dan Peluang Pemanfaatan Serbuk Gergaji Untuk Pembuatan Briket Arang di Kabupaten Sukabumi . Jawa Barat, Indonesia.
Rudy., 2008, Composite Manufaktur, Erlangga. Bandung. Santoso., 1998, Data Peternakan Kabupaten Tambanan, Artikel Ilmiah., blogspot.com. Suastuti., 1998, Ampas Tetes Tebu sebagai Limbah Dalam Proses Pembuatan Gula,
Artikel Ilmiah, blogspot.com Sugondo., 2000, Pengepresan Uniaksial Untuk Briket dan Pelet, Artikel Ilmiah, blogspot.com. Sumaryono,. Basyuni, Y., Suripno., 1995, Proses Pembuatan Biocoal dan Rancangan Tungku Pembakaran, Pslitbang.
Taufiq., 2008, Starbio Plus, Multiply, blogspot.com. Undang., 2002, Pemenfaatan Secara Komperhasif Peternakan Sapi, Jurnal BPTP Jawa
Timur, Indonesia. Vest, Heino, Dr. Ing., 2003,Small Scale Briquietting and Carbonisationof Organic Residues for Fuel, Infogate journal, Germany.
Widyawati., 2006, Perbaikan Produktivitas Ternak Ruminansia Pada Peternakan Rakyat Melalui Pemberian Growth Promoting Feed Supplemen,. Fakultas Pertanian UNS, Penelitian, Dikti, Hibah Pekerti, Surakarta.
Windukencana., 2009, Mengembalikan Kesuburan Tanah Dengan Pupuk Kandang, SHVOONG, Sains, Blogspot.com.
Winoto, A. J., 2009, Produksi Furfural Dan Turunannya : Alternatif Peningkatan Nilai Tambah Ampas Tebu Indonesia, Situs Kimia Indonesia.
Zulfia., 2007, Composite Fabrication. PPT, blogspot.com. .
95