IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN ANALISIS SITOLOGI TANAMAN DURIAN SUKUN (DURIO ZIBETHINUS MURR.) Skripsi JurusanProgram Studi Agronomi

DURIAN SUKUN (DURIO ZIBETHINUS MURR.)

Skripsi

Jurusan/Program Studi Agronomi

Oleh : Sujud Rianggono Widodo H.0104087 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversitas karena memiliki kawasan hutan tropika basah dengan tingkat keanekaragaman hayati tergolong tinggi di dunia. Termasuk juga dengan kekayaan keanekaragaman jenis buah-buahan tropisnya. Bahkan Indonesia merupakan salah satu dari delapan pusat keanekaragaman genetika tanaman di dunia khususnya untuk

buah-buahan tropis seperti durian (Sastrapradja dan Rifai 1989 dalam Uji, 2005). Di Indonesia sendiri, telah ditemukan sekitar 27 spesies durian (Astaman, 2007). Diantara spesies tersebut terdapat sembilan jenis yang dapat dikonsumsi, yaitu D. dulcis (lahong), D. excelsus (apun), D. grandiflorus (sukang), D. graveolens (tuwala), D. kutejensis (lai), D. lowianus (teruntung),

D. oxleyanus (kerantungan), durian D. testudinarum (sekura), dan D. zibethinus (durian). Lima dari sembilan jenis yang buahnya enak dimakan dilaporkan telah dibudidayakan, yaitu D. dulcis, D. grandiflorus, D. kutejensis, D. oxleyanus, dan D. zibethinus (Uji, 2005). Durio zibethinus Murr. merupakan spesies yang sangat digemari masyarakat dan paling sukses dibudidayakan. Tanaman ini termasuk tanaman musiman berasal dari Kalimantan dan Sumatera (Purba, 2005).

Ada tiga belas varietas durian yang diakui keunggulannya oleh Menteri Pertanian dan disebarluaskan kepada masyarakat untuk dikembangkan. Macam varietas durian tersebut adalah: Durian Bokor (asal Majalengka), Durian Kani (introduksi dari Thailand), Durian Otong (introduksi dari Thailand), Durian Perwira (asal Majalengka), Durian Petruk (asal Jepara), Durian si Dodol (asal Kalimantan Selatan), durian si hijau (asal Kalimantan Selatan), Durian si Japang (asal Kalimantan Selatan), Durian si Mas (asal Bogor), Durian si Tokong (asal Pasar Minggu), Durian si Riwig (asal Majalengka), Durian Sukun (asal Gempolan), dan Durian Sunan (asal Boyolali) (Astaman, 2007).

Durian Sukun merupakan salah satu varietas durian yang telah dikeluarkan menteri pertanian pada tahun 1984 sebagai buah unggul, namun dalam perkembangannya sedikit sekali informasi mengenai buah ini yang dapat diperoleh. Nama dari buah durian sukun seakan tenggelam oleh durian introduksi ataupun buah durian unggul lokal lainnnya.

Buah durian memiliki potensi yang besar sebagai tanaman perkebunan masa depan sehingga menyebabkan permintaan akan tanaman ini menjadi sangat besar. Namun, permasalahan yang sering muncul dalam pengembangan agribisnis buah-buahan tropis di Indonesia yaitu tidak kontinyunya suplai buah, rendahnya kualitas buah, dan sedikitnya suplai buah berkualitas, serta tingginya harga buah-buahan. Hal ini akan menyebabkan rendahnya daya saing buah-buahan Indonesia di luar negeri, bahkan di dalam negeri. Di antara permasalahan tersebut, masalah produktivitas dan kualitas buah telah diketahui dikendalikan oleh faktor genetik.

Penampilan morfologi dari tanaman durian beragam tergantung dari tempat tumbuhnya. Pemilihan bibit yang tepat merupakan suatu keharusan dalam usaha pembudidayaan tanaman ini karena durian termasuk tanaman tahunan apabila terjadi kesalahan dalam pemilihan bibit kerugian yang ditanggung sangat besar. Kesalahan dalam pemilihan bibit dapat diminimalkan dengan cara mengenal morfologi durian. Mengingat morfologi dari durian bisa berubah apabila ditanam pada lingkungan yang berbeda maka penting juga untuk mengetahui sitologi dari tanaman durian. Pengenalan tanaman durian berdasarkan karakter morfologi dan sitologinya selain membantu dalam penentuan pemilihan bibit juga sebagai dasar bagi usaha pemuliaan tanaman.

Melalui kegiatan pemuliaan, diharapkan dapat dihasilkan beragam kultivar unggul baru, selain memiliki produktivitas yang tinggi, juga memiliki beberapa karakter lain yang mendukung upaya peningkatan kualitas dan daya saing. Pemuliaan tanaman sendiri didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan penelitian dan pengembangan genetik tanaman (modifikasi gen ataupun kromosom) untuk merakit kultivar/varietas unggul (Carsono, 2009), sehingga Melalui kegiatan pemuliaan, diharapkan dapat dihasilkan beragam kultivar unggul baru, selain memiliki produktivitas yang tinggi, juga memiliki beberapa karakter lain yang mendukung upaya peningkatan kualitas dan daya saing. Pemuliaan tanaman sendiri didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan penelitian dan pengembangan genetik tanaman (modifikasi gen ataupun kromosom) untuk merakit kultivar/varietas unggul (Carsono, 2009), sehingga

B. Rumusan Masalah

Deskripsi mengenai tanaman durian masih sangat sederhana dan berdasarkan penampilan morfologi padahal hampir di tiap daerah Indonesia memiliki tanaman ini. Identifikasi berdasarkan penampakan luar (fenotipe) semata kurang dapat dipercaya apabila digunakan sebagai dasar penentuan jenis tanaman khususnya untuk usaha pemuliaan tanaman karena pada tanaman dengan genotip yang sama akan menampakkan fenotipe yang berbeda pada lingkungan tempat tumbuh yang berbeda. Deskripsi berdasarkan analisis sitologi (kromosom) diharapkan dapat mendukung informasi yang lebih akurat mengenai sifat tanaman durian. Berdasarkan uraian tersebut maka masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah karakter morfologi tanaman durian sukun (Durio zibethinus Murr.)

2. Bagaimanakah sitologi tanaman durian sukun (Durio zibethinus Murr.)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui sifat morfologi tanaman durian sukun (Durio zibethinus Murr.)

2. Mengetahui jumlah kromosom tanaman durian sukun (Durio zibethinus Murr.)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Durian Sukun (Durio zibenthinus Murr.) Durian merupakan tanaman dikotil yang termasuk dalam tanaman tahunan

yang berbentuk pohon yang tumbuh lurus dengan tinggi 20 - 40 m, dan mempunyai tajuk pohon yang rimbun tergantung varietasnya (Setiadi, 1999). Klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut.

Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisio : Magnoliophyta Klas : Magnoliopsida Subkelas : Dilleniidae Ordo : Malvales Famili : Bombacaceae Genus : Durio Spesies : Durio zibethinus Murr. (Skinner, 2000)

Durian memiliki sistem perakaran tunggang, sangat panjang hingga mencapai enam meter atau lebih, perpanjangan akar tunggang akan berhenti bila mencapai permukaan air. Sesudah fase perpanjangan akar tunggang berhenti, lalu terbentuk banyak akar cabang, yang terus memanjang mencari air tanah, akar cabang ini makin kebawah makin sedikit dan hanya bertahan sampai genangan air satu meter (Anonim, 1990).

Batang durian tumbuh tegak, cabang akan tumbuh dan melebar kesamping. Batang durian pada umumnya agak kuat, bercabang banyak dan agak kecokelatan. Tinggi pohonnya mencapai 10-25 m, batangnya berkayu dengan permukaan agak halus khususnya durian unggul (Sunarjono, 1990).

Bentuk dan ukuran daun durian antara satu kultivar dan kultivar lain berbeda. Pada umumnya daun durian berbentuk lanset, panjang berkisar antara 6-12 cm, lebar sekitar 2-4 cm, permukaan atas daun berwarna hijau tua dan bagian bawah berwarna keemasan (Untung, 2005).

Pohon durian termasuk dalam tumbuhan yang berbunga ramiflorous yaitu bermunculan di cabang atau ranting, durian membentuk gugusan bunga yang terdiri atas 3-30 bunga, bunga yang berhasil jadi buah pada setiap rantingnya terdiri atas 3-15 buah. Bunga durian banyak mengandung nektar yang menarik beberapa jenis serangga. Bunga durian terletak pada tangkai yang tidak Pohon durian termasuk dalam tumbuhan yang berbunga ramiflorous yaitu bermunculan di cabang atau ranting, durian membentuk gugusan bunga yang terdiri atas 3-30 bunga, bunga yang berhasil jadi buah pada setiap rantingnya terdiri atas 3-15 buah. Bunga durian banyak mengandung nektar yang menarik beberapa jenis serangga. Bunga durian terletak pada tangkai yang tidak

Bentuk buah durian biasanya bulat, panjang, atau variasi dari kedua bentuk itu, bagian ujung dan pangkal buah meruncing. Tangkai berbentuk bulat sepanjang 3-12 cm terletak di bagian pangkal buah. Ukurannya termasuk besar, buah yang sudah matang berukuran sekitar 30-45 cm dengan lebar 25-

30 cm. Bobotnya antara 0,5-5 kg, tetapi sebagian besar berkisar antara 1,5-2,5 kg. Jumlah juring 5-6, satu buah berisi 5-15 butir biji sempurna, daging buah umumnya berwarna putih, bertekstur halus dan manis (Untung, 2005).

B. Lingkungan Tumbuh

Pemilihan lokasi dalam berkebun durian sangat penting terutama ketinggian tempat. Ketinggian tempat akan berpengaruh tehadap waktu pembungaan dan kematangan buah. Durian yang ditanam di (tempat yang tinggi akan lebih lambat waktu berbunganya dibandingkan dengan yang ditanam di dataran rendah. Begitu pula dengan proses kematangan buah. Buah yang ditanam di tempat yang tinggi akan lebih lambat masaknya dibandingkan dengan yang ditanam di tempat yang rendah. Pada ketinggian 900 m dpl pohon durian sama sekali tidak akan berbuah karena persyaratan tumbuhnya tidak sesuai, ketinggian yang ideal adalah 200-500 m dpl (Rukmana, 1996).

Kisaran curah hujan yang ideal 1.500-2.500 mm per tahun. Lokasi kebun durian harus terbuka, topografinya datar atau agak miring (kemiringan tidak lebih dari 35 derajat), lama bulan basah 9-11 bulan per tahun. Tanaman ini juga bisa tumbuh di daerah beriklim sedang yang mempunyai bulan basah 7-8

0 bulan per tahun (Anonim, 1990). 0 Suhu udara berkisar antara 27 -32

C dan

kelembaban 75-80 %. Tanaman durian lebih senang terhadap sinar matahari penuh sehingga lebih baik di tanam pada daerah terbuka dengan intensitas cahaya 60-80 % (Setiadi, 1999).

Tanaman durian membutuhkan tanah gembur dan banyak mengandung bahan organik Drainase air juga harus baik karena pada tanah yang drainasenya buruk menyebabkan terjadinya busuk akar durian bisa beradaptasi dengan berbagai jenis tanah namun tanah yang paling cocok adalah tanah subur dan sedikit berpasir karena tidak tahan terhadap genangan (Winarno, 1990). Derajat kemasaman tanah (pH tanah) yang sesuai untuk tanaman durian adalah 5,5-6,5. Tanah asam tidak cocok untuk tempat tumbuh durian, tanah masam masih bisa dipakai bila sebelumnya pH tanah dinaikkan melalui pengapuran sampai keadaan netral Tanah yang netral dapat dengan mudah menyerap pupuk yang dibutuhkan tanaman, demikian juga halnya dengan durian akan tumbuh subur pada tanah netral (Setiadi, 1999).

C. Karakterisasi Morfologi

Karakterisasi merupakan kegiatan awal untuk mengetahui variasi sifat pertumbuhan vegetatif dan generatif maupun sifat morfologi tanaman yang bertujuan untuk menghasilkan deskripsi tanaman (Suryadi dkk., 2003).

Karakterisasi merupakan suatu kegiatan dalam plasma nutfah untuk mengetahui sifat morfologi yang dapat dimanfaatkan dalam membedakan antar aksesi, menilai besarnya keragaman genetik, mengindentifikasi varietas, menilai jumlah aksesi, dan sebagainya (Bermawie, 2005).

Karakterisasi adalah suatu kajian yang berkaitan dengan perkenalan akan sifat-sifat khas suatu organisme dan pembeda antara fenotipe-fenotipe pada hal-hal yang bersifat heritable (interaksi gen dengan lingkungan) dan dinampakkan pada berbagai kondisi lingkungan. Karakterisasi tanaman mencakup pengenalan ciri-ciri morfologi (akar, batang, bentuk percabangan dan daun) fisiologi dan molekuler (model gen, mutasi). Karakterisasi mengarah pada deskripsi yang digunakan untuk mengidentifikasi tanaman atau diferensiasi antar tanaman dan sebagai bahan acuan gambaran sifat-sifat varietas, baik untuk pemulia, peneliti maupun petani (Hernawati, 2005 dalam Hayat, 2008 ).

Koleksi yang ada dan yang telah dikarakterisasi dapat menghasilkan deskripsi yang bermanfaat sebagai materi dalam pembentukan varietas unggul baru, yang dapat dilakukan melalui introduksi, seleksi dan persilangan dengan menggunakan tetua yang terpilih dari koleksi plasma nutfah (Suryadi, dkk., 2003).

Identifikasi berdasarkan karakter morfologi ini memiliki keterbatasan, diantaranya yaitu faktor lingkungan, jumlah karakter yang diamati terbatas dan adanya sifat dominan dan resesif pada tanaman. Meskipun demikian, identifikasi terhadap karakter morfologi tetap penting dan masih tetap digunakan dalam program pemuliaan tanaman karena pengamatannya sangat mudah dan cepat (Rusdiansyah, dkk., 2002 dalam Hayat, 2008)

D. Analisis Kromosom

Bagian terkecil dari mahkluk hidup adalah sel. Di dalam sel dari kebanyakan mahkluk terdapat kromosom, yaitu benda-benda halus berbentuk batang panjang atau pendek dan lurus atau bengkok. Kromosom adalah pembawa bahan keturunan (Crowder, 1986). Karyotipe adalah susunan kromosom secara berpasangan yang umumnya diurutkan dari ukuran terbesar dan atau berdasarkan perbandingan panjang lengan atas dan bawah (Sucipto, 2008).

Dalam analisis kromosom, bahan yang umum digunakan adalah bagian tanaman yang aktif membelah (merismatis) seperti ujung akar, ujung batang, primordia daun, petala daun, ovulum muda, dan kalus. Namun yang paling umum digunakan dalam studi mitosis adalah ujung akar karena mudah tumbuh dan seragam (Setyawan dan Sutikno, 2006).

Fase-fase dalam pembelahan mitosis.

a. Interfase : Sel belum memperlihatkan kegiatan membelah, inti sel tampak keruh, mulai tampak benang-benang kromatin yang halus.

b. Profase : Benang-benang kromatin makin pendek dan tebal sehingga terbentuk kromosom. Tiap kromosom lalu membelah, memanjang dan anakan kromosom disebut kromatid. Dinding mulai menghilang dan sentriol membelah.

c. Metafase : Kromosom berada di bidang tengah sel.

d. Anafase : Sentriol membelah dan kedua kromatid memisahkan diri dan bergerak menuju kutub sel yang berlawanan.

e. Telofase : Setiap kutub sel terbentuk stel kromosom yang identik. Serabut gelendong inti lenyap dan dinding inti terbentuk lagi. Kemudian plasma sel terbagi menjadi dua bagian yang disebut sitokinese. Sitokinese pada tumbuhan ditandai dengan terbentuknya dinding pemisah ditengah-tengah sel

(Suryo, 1995). Waktu pembelahan mitosis bervariasi untuk setiap organisme yang

berbeda, dalam jaringan dan tergantung pada faktor fisiologis dan faktor lingkungan. Berdasarkan fase pembelahan, kromosom dapat dilihat dengan jelas pada tahap metafase atau prometafase (De Robertis dkk., dalam Parjanto dkk., 2003).

Saat paling mudah untuk menghitung banyaknya kromosom dan mempelajari morfologinya adalah pada saat kromosom mengalami pembelahan mitosis pada tahap metafase awal, karena pada fase tersebut kromosom-kromosom telah menebal dan menempatkan diri pada bidang tengah. Berdasarkan letak sentromernya, bentuk kromosom dapat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain :

1. Kromosom Metasentrik Kromosom yang mempunyai sentromer ditengah, sehingga kromosom dibagi atas dua lengan sama panjang. Biasanya kromosom membengkok di tempat sentromer sehingga kromosom berbentuk huruf V.

2. Kromosom Submetasentrik

Kromosom yang mempunyai sentromer tidak ditengah, sehingga kedua lengan kromosom tidak sama panjang. Bila kromosom ini membengkok di tempat sentromer, maka kromosom berbentuk huruf J, lengan yang pendek biasanya diberi simbol (tanda) p, sedang lengan panjang q.

3. Kromosom Akrosentrik Kromosom yang mempunyai sentromer di salah satu ujungnya, sehingga kedua lengan kromosom tidak sama panjang. Biasanya kromosom ini lurus, tidak membengkok

4. Kromosom Telosentrik Kromosom yang mempunyai sentromer di salah satu ujungnya sehingga kromosom tetap lurus dan tidak terbagi atas dua lengan (Suryo, 1995). Menurut Ciupercescu dkk. (1990) dalam Parjanto dkk. (2003), Penentuan

bentuk kromosom mengacu pada rasio lengan, sebagaimana terlihat di bawah ini :

Bentuk kromosom

Rasio lengan (r=q/p)

Metasentrik (m)

1,0 < r ≤ 1,7

Submetasentrik (sm)

1,7< r ≤ 3,0

Akrosentrik (t)

3,0 < r ≤ 7,0

Telosentrik (T)

Untuk mempermudah proses pengamatan jumlah dan morfologi kromosom, dapat dilakukan pra perlakuan yaitu dengan perusakan viskositas antara isi spindle dan sitoplasma, sehingga ikatan kromosom akan longgar dan dapat menyebar dengan baik saat akan dilakukan pengamatan. Pra-perlakuan bisa dilakukan dengan menggunakan air suling maupun zat kimia.

Untuk mencegah terjadinya perubahan seperti kering dan mengkerut pada sediaan jaringan yang telah dibuat maka dapat dilakukan fiksasi. Fiksasi adalah suatu usaha manusia untuk mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan agar tetap pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun ukuran. Jadi fiksasi berfungsi untuk mempertahankan bentuk jaringan sedemikian rupa sehingga perubahan-perubahan bentuk atau struktur sel yang mungkin terjadi hanya sekecil mungkin (Hizume dkk., 1989).

Dalam melakukan pengamatan kromosom, maka kromosom perlu diwarnai. Larutan yang biasa digunakan untuk pewarnaan kromosom antara lain acetic-orcein, iron aceto-carmin, safranin, dan lain-lain. Acetic-orcein Dalam melakukan pengamatan kromosom, maka kromosom perlu diwarnai. Larutan yang biasa digunakan untuk pewarnaan kromosom antara lain acetic-orcein, iron aceto-carmin, safranin, dan lain-lain. Acetic-orcein

Metode pewarnaan menggunakan aceto-orcein mempunyai kelebihan yaitu gambaran mitosis akan terpulas kuat sehingga sel-selnya dapat terlihat dengan jelas. Bahan dan larutan yang dipergunakan dalam metode pewarnaan menggunakan Acetic-orcein yaitu, orcein 1 gram; asam asetat glasial 45 ml; dan aquadest 55 ml. Mula-mula asam asetat glasial dipanaskan, kemudian orcein dilarutkan ke dalamnya. Selanjutnya didinginkan dan aquadest ditambahkan, larutan tersebut dapat segera digunakan. Metode pencet (metode squash ) adalah suatu metode untuk mendapatkan suatu sediaan dengan cara memencet suatu potongan jaringan atau organisme secara keseluruhan, sehingga didapatkan suatu sediaan yang tipis yang dapat diamati di bawah mikroskop. Pembuatan sediaan ini diusahakan agar supaya sel-sel terpisah satu sama lain, tetapi tidak kehilangan bentuk aslinya dan tersebar dalam suatu lapisan di atas gelas benda. Metode ini banyak dipakai dalam laboratorium Botani (Suntoro, 1983).

Kromosom dapat dilihat jelas selama tahap-tahap tertentu dari pembelahan inti terutama pada tahap metafase. Preparat dengan sel-sel yang paling banyak berada dalam kondisi aktif membelah mewakili waktu optimum pembelahan sel (Wulandari dkk., 2006). Pada umumnya, jumlah kromosom merupakan suatu karakter yang stabil dalam suatu spesies serta untuk spesies-spesies yang berkerabat. Tetapi tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan jumlah kromosom antara spesies-spesies yang berkerabat (Stace dkk., 1997).

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Balai Benih Tanaman Hortikultura ”RANUKITRI” Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah serta di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian UNS mulai bulan Juli 2008 hingga Maret 2010.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Morfologi

1.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman durian sukun yang ada di Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura “RANUKITRI“ Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

1.2 Alat

a) Plastik Pembungkus

b) Penggaris

c) Jangka Sorong

d) Meteran

e) Label

f) Kamera

g) Munsell Color Chart

2. Sitologi

2.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam analisis sitologi ini antara lain :

a. Ujung akar dari kecambah durian sukun

b. Larutan HCL 1 N

c. Asam asetat 45%,

d. Aquadest

e. Larutan acetic-orcein 2%

2.2 Alat Alat yang digunakan antara lain: silet, pinset, flakon, gelas preparat, gelas penutup, penggaris, mikroskop dan photo.

C. Rancangan Penelitian

1. Morfologi Penelitian merupakan penelitian survey berdasarkan pengamatan langsung melalui pencatatan data primer (sampel yang diamati) dan sekunder (data pendukung), dan pendokumentasian bagian-bagian tanaman durian sukun yaitu pada bagian vegetatif : batang dan daun, serta bagian generatif : bunga, buah, dan biji dengan pemilihan sampel secara purposive random sampling (secara sengaja), sesuai dengan kriteria yang dipilih yaitu tanaman pokok sampel yang mempunyai perawakan besar serta pernah berbunga. Pengambilan sampel terbagi sebagai berikut :

a. Deskripsi pohon, data diambil dari 10 pokok sampel.

b. Deskripsi daun, data diambil dari 10 sampel daun yang telah berkembang sempurna dan diambil dari 10 pokok sampel.

c. Deskripsi bunga, data diambil dari rata-rata 10 sampel bunga yang telah mekar sempurna dan diambil dari 9 pokok sampel.

d. Deskripsi buah, data diambil dari 4 sampel buah yang telah masak.

e. Deskripsi biji, data diambil dari 20 sampel biji yang sehat.

2. Sitologi

2.1 Penyediaan bahan penelitian Bahan penelitian ini diperoleh dari akar bibit tanaman durian. Bibit tersebut didapatkan dengan cara mengecambahkan biji pada media arang sekam.

2.2 Pembuatan sediaan Pembuatan sediaan dengan metode squash (pemencetan) menggunakan ujung akar yang meristematis. Akar dipotong sepanjang

5 mm kemudian direndam dalam aquadest selama 24 jam pada suhu

C. Irisan ujung akar yang telah dilakuakan pra-perlakuan C. Irisan ujung akar yang telah dilakuakan pra-perlakuan

D. Variabel Pengamatan

1. Morfologi Variabel yang diamati dalam mengidentifikasi morfologi tanaman Durian sukun:

1.1 Tinjauan Lokasi Pengamatan letak geografis dibedakan menjadi letak lintang, bujur, altitude, kemiringan lahan, topografi, serta curah hujan. Altitude merupakan ketinggian habitat tanaman durian sukun diukur dari permukaan laut. Pengamatan topografi bertujuan untuk menentukan tipe permukaan tanah pada daerah habitat tanaman durian sukun antara datar, bergelombang atau berbukit. Pengamatan curah hujan dilakukan untuk mengetahui jumlah curah hujan habitat tanaman durian sukun. Pengamatan tersebut dilakukan melalui pencatatan data sekunder atau pengambilan data yang sudah ada.

1.2 Sejarah Tanaman Dengan melakukan pencatatan berdasarkan hasil wawancara dari pihak yang terkait untuk mendapatkan data asal – usul tanaman.

1.3 Pengamatan Morfologi Tanaman Pengamatan yang dilakukan meliputi sifat morfologi pohon batang dan cabang, daun, bunga, buah, serta biji menggunakan skoring dari Bioversity (2007) dan tambahan skoring berdasarkan uraian pada buku Morfologi Tumbuhan karangan Gembong Tjitrosoepomo (2003) (lihat lampiran 1).

2. Sitologi Variabel pengamatan dalam penelitian ini adalah jumlah kromosom dari tanaman durian sukun.

F. Analisis Data

Identifikasi morfologi dianalisis secara deskriptif berdasarkan survei pengamatan langsung, dan pemotretan bagian-bagian tanaman durian sukun (Durio zibethinus Murr.) secara spesifik pada bagian vegetatif : batang, daun, serta bagian generatif: bunga, buah, dan biji. Data sitologis dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil dari gambar pemotretan yang diolah menggunakan aplikasi adobe photoshop 7.0.

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Lokasi

Desa Pendem secara administratif merupakan bagian wilayah dari Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar yang terletak pada Propinsi Jawa Tengah paling timur berbatasan dengan propinsi Jawa Timur. Kecamatan Mojogedang mempunyai ketinggian sekitar ± 449 m di atas permukaan laut dengan luas lahan 17,23 Ha.

B. Sejarah tanaman

Tanaman Durian Sukun merupakan salah satu varietas tanaman buah durian yang menjadi menjadi unggulan nasional melalui SK yang dikeluarkan oleh menteri pertanian pada tahun 1984. Durian unggul ini berasal dari desa Gempolan kecamatan Kerjo, Karanganyar, Jawa Tengah. Dari data sekunder yang diperoleh dari pemilik tanaman, tanaman tersebut mempunyai umur ratusan tahun. Namun data tersebut belum lengkap berkenaan dengan pemilik asli yang telah wafat serta data tulisan yang sedikit ditemui. Tanaman yang diakui sebagai indukan dari durian sukun di habitat asli hanya berjumlah satu pohon dari sekian banyak pohon durian lokal. Dalam perkembangannya tanaman yang diakui tersebut tidak mendapat perhatian dari pihak dinas terkait, sehingga pada awal tahun 2000- an indukan durian sukun mengalami kerusakan yang berakibat pada kematian. Namun sebelum mengalami kematian, oleh Dinas Balai Benih Hortikultura telah diperbanyak melalui cara perbanyakan vegetatif yakni melalui penyambungan. Menurut Prastowo, dkk. (2006), Penyambungan (grafting) adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya.

C. Deskripsi Pohon

Sebagai bahan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel tanaman di balai benih tanaman hortikultura ”RANUKITRI” karanganyar, tempat dimana tanaman durian sukun dibudidayakan. Dari data sekunder didapatkan data umur pohon relatif sama yakni 15 serta 10 tahun.

1. Tinggi tanaman Tabel 3.1 Tinggi tanaman durian sukun yang

diamati No pokok sampel

Tinggi (m)

Tinggi tanaman merupakan ukuran yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan ataupun parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah diamati (Sitompul dan Guritno, 1995). Pengukuran tinggi dilakukan melalui penghitungan matematis sehingga menghasilkan data yang akurat. Tanaman Durian Sukun termasuk Jenis tanaman pohon, yakni tumbuhan tinggi besar, batang berkayu, dan bercabang jauh dari permukaan tanah (Tjitrosoepomo, 2003). Tanaman Durian Sukun mempunyai tinggi rata -rata ± 8 meter dengan pohon terendah berukuran ± 6 meter dan yang tertinggi mencapai hampir 10,5 meter, sedangkan menurut Setiadi (1999), secara umum pertumbuhan tinggi pohon durian dapat mencapai 20-40 meter.

2. Diameter tajuk Tabel 3.2 Diameter tajuk tanaman durian sukun

yang diamati No pokok sampel

Diameter tajuk (cm)

3. Bentuk tajuk tanaman Tabel 3.3 Bentuk tajuk tanaman durian sukun

yang diamati No pokok sampel

Bentuk tajuk

Skor 1 Spherical 2 2 Spherical 2 3 Spherical 2 4 Spherical 2 5 Spherical 2 6 Spherical 2 7 Spherical 2 8 Spherical 2 9 Spherical 2 10 Spherical 2

Bentuk kanopi tanaman durian sukun berbentuk segitiga dengan ukuran tajuk yang semakin membesar dari pangkal hingga ujung tajuk. Ada perbedaan bentuk segitiga pada tanaman durian sukun yang dikelola intensif dengan tanaman yang dikelola biasa. Pada durian sukun yang dikelola intensif, kanopi tanaman berbentuk pyramidal yang cenderung segitiga sama sisi sedangkan tanaman dikelola biasa berbentuk spherical yang lebih mendekati segitiga sama kaki dengan ukuran di tiap sisi yang hampir sama. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan pengelolaan. Pada tanaman yang dikelola intensif, tanaman sengaja dibentuk agar mudah untuk dibudidayakan.

4. Bentuk batang tanaman Tabel 3.4 Bentuk batang tanaman durian sukun

yang diamati No pokok sampel

Bentuk batang

Secara sekilas batang tanaman durian adalah nampak bulat (skor 2) seperti terdapat pada tabel 3.4, namun jika dilakukan pengamatan secara seksama akan tampat adanya sudut yang tidak terlihat secara jelas

5. Warna batang luar Tabel 3.5 Warna batang luar tanaman durian sukun

yang diamati No pokok sampel

Warna batang luar

Skor

1 Coklat kehitaman

2 Coklat kehitaman

3 Coklat kehitaman

4 Coklat kehitaman

5 Coklat kehitaman

6 Coklat kehitaman

7 Coklat kehitaman

8 Coklat kehitaman

9 Coklat kehitaman

10 Coklat kehitaman

6. Warna batang dalam

Tabel 3.6 Warna batang dalam tanaman durian sukun yang diamati

No pokok sampel

Warna batang dalam

Skor

1 Coklat

2 Coklat

3 Coklat

4 Coklat

5 Coklat

6 Coklat

7 Coklat

8 Coklat

9 Coklat

10 Coklat

7. Ketebalan kulit batang Tabel 3.7 Ketebalan kulit batang tanaman durian sukun

yang diamati No pokok sampel

Ketebalan kulit batang (cm) Skor

8. Keadaan permukaan batang tanaman Tabel 3.8 Keadaan permukaan batang tanaman durian

sukun yang diamati No pokok sampel

Permukaan batang

9. Lapisan lilin Tabel 3.9 Lapisan lilin pada batang tanaman durian sukun

yang diamati No pokok sampel

Lapisan lilin pada batang

Skor

1 Tidak ada

2 Tidak ada

3 Tidak ada

4 Tidak ada

5 Tidak ada

6 Tidak ada

7 Tidak ada

8 Tidak ada

9 Tidak ada

10 Tidak ada

10. Sudut percabangan Tabel 3.10 Sudut percabangan tanaman durian sukun

yang diamati No pokok sampel

Pola percabangan

Secara umum pola percabangan tanaman durian membentuk sudut mendekati 45° dari sumbu atau batang utama, seperti yang terlihat pada durian sukun yang dikelola secara biasa. Namun hal berbeda ditampakkan pada durian sukun yang dikelola intensif oleh balai benih, pola percabangan diatur membentuk sudut mendekati 90° agar mudah dalam pengelolaan.

11. Tipe percabangan Tabel 3.11 Tipe percabangan tanaman durian

sukun yang diamati

No pokok sampel

Tipe percabangan

Cabang dari pohon durian seperti telah diuraikan diatas mempunyai sudut percabangan yang horizontal (skor 3), dengan tipe percabangan monopodial (skor 1) seperti yang terlihat pada tabel 3.10 dan 3.11. Percabangan monopodial menurut Tjitrosoepomo (2003) adalah jika batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang daripada cabang- cabangnya.

12. Letak cabang Tabel 3.12 Letak cabang tanaman durian

sukun yang diamati

No pokok sampel

Letak cabang (m)

Letak cabang sendiri dari permukaan tanah sangatlah rendah seperti terlihat pada tabel 3.12, dimana letak cabang berada pada kisaran 0 – 1 meter diatas permukaan tanah (skor 1). Hal ini dikarenakan sudah adanya campur tangan pengelola dalam pembentukan cabang agar mudah dalam pengambilan buah.

13. Warna cabang Tabel 3.13 Warna cabang tanaman durian sukun yang

diamati No pokok sampel

Warna cabang tanaman

Skor

1 Coklat kehitaman

2 Coklat kehitaman

3 Coklat kehitaman

4 Coklat kehitaman

5 Coklat kehitaman

6 Coklat kehitaman

7 Coklat kehitaman

8 Coklat kehitaman

9 Coklat kehitaman

10 Coklat kehitaman

14. Bulu pada cabang Tabel 3.14 Bulu pada cabang tanaman durian

sukun yang diamati

No pokok sampel

Bulu pada cabang

Skor

1 Tidak ada

2 Tidak ada

3 Tidak ada

4 Tidak ada

5 Tidak ada

6 Tidak ada

7 Tidak ada

8 Tidak ada

9 Tidak ada

10 Tidak ada

Bagi Tanaman, batang merupakan bagian tubuh tanaman yang sangat penting dan dapat disamakan dengan sumbu tubuh dan penopang tanaman (Tjitrosoepomo, 2003). Selain tinggi, batang tanaman durian sukun juga mempunyai lingkar batang yang besar. Lingkar batang diukur pada bagian bawah percabangan awal dari batang. Hal ini dilakukan karena tanaman sengaja untuk dibuat bercabang dekat dari tanah oleh pengelola balai benih, sehingga jarak percabangan dengan tanah sangatlah dekat. Dari pengukuran yang dilakukan, tanaman memiliki rerata lingkar batang 96,74 cm dengan lingkar batang terkecil adalah 89 cm dan lingkar batang terbesar dimiliki oleh pohon yang dijadikan sebagai indukan yakni sebesar 135,25 cm.

Bentuk kanopi ini berkaitan dengan percabangan yang muncul di tanaman. Deskripsi batang dan tajuk pada pohon durian sukun di atas mengindikasikan bahwa pohon durian sukun mempunyai bentuk fisik yang besar dan tinggi dengan bentuk kanopi menyerupai segitiga. Bentuk pengelolaan akan mempengaruhi dalam pengamatan morfologis. Pada tanaman durian sukun yang diamati menunjukkan bahwa bentuk pengelolaan berpengaruh terhadap tinggi dan lingkar batang juga bentuk kanopi dan diameter tajuk. Bentuk kanopi dipengaruhi oleh pola percabangan.

Sedangkan untuk warna dari batang durian itu sendiri adalah coklat kehitaman (skor 4) untuk batang luar serta coklat (skor 3) seperti terlihat pada tabel 3.5 dan tabel 3.6 dengan keadaan permukaan batang yang kasar

(skor 2, pada tabel 3.8) dan ketiadaan lapisan lilin (skor 2, tabel 3.9). Kulit batang sendiri mempunyai ketebalan yang bervariasi. Dari data tabel 3.7 di atas ketebalan dominan berada pada skor 4, yakni berkisar 3,1 cm – 4 cm.

Warna cabang yang diamati pada penelitian ini adalah warna coklat kehitaman (skor 3), dengan tidak adanya bulu pada cabang seperti terlihat pada tabel 3.13 dan 3.14.

Gambar 3.1 Tanaman yang dikelola biasa

Gambar 3.2 Tanaman yang dikelola intensif

Gambar 3.3 Pembentukan cabang

D. Deskripsi Daun

Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang dan penting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena

tumbuhan adalah organisme autotrof obligat. Daun pada tanaman tingkat

tinggi merupakan alat fotosintesis, lembaran daun merupakan embelan pipih pada batang sehingga memperluas permukaan untuk absorbsi cahaya. Berikut adalah hasil dari karakterisasi daun durian sukun.

1. Bentuk daun Tabel 4.1 Bentuk daun tanaman durian sukun

yang diamati No pokok sampel

Bangun daun

Skor

1 oblongus 4 2 oblongus 4 3 oblongus 4 4 oblongus 4 5 oblongus 4 6 oblongus 4 7 oblongus 4 8 oblongus 4 9 oblongus 4 10 oblongus 4

2. Panjang daun Tabel 4.2 Panjang daun tanaman durian

sukun yang diamati No pokok sampel

Panjang daun (cm)

3. Lebar daun Tabel 4.3 Lebar daun tanaman durian sukun

yang diamati No pokok sampel

Lebar daun (cm)

Bangun daun dasarnya merupakan bentuk dari bagian daun yang disebut helaian daun (lamina). Tabel 4.1 menunjukkan bahwa seluruh pokok sampel yang diamati mempunyai bangun daun oblongus. Bangun daun oblongus (memanjang) tersebut memilki perbandingan antara panjang dan lebar yang sama, yaitu 3:1. Letak bagian terlebar dari bangun

daun oblongus tersebut adalah di tengah lamina-nya. Hal ini berbeda

dengan Irawan (2007) yang menyatakan bahwa bagian terlebar daun terdapat di bagian atas. Pada tabel 4.2 dan tabel 4.3 daun tanaman durian berukuran panjang rata-rata 16,3 cm (klasifikasi panjang), lebar 5,75 cm (klasifikasi sedang). Menurut Hidayah (1995) peluasan dalam permukaan dengan Irawan (2007) yang menyatakan bahwa bagian terlebar daun terdapat di bagian atas. Pada tabel 4.2 dan tabel 4.3 daun tanaman durian berukuran panjang rata-rata 16,3 cm (klasifikasi panjang), lebar 5,75 cm (klasifikasi sedang). Menurut Hidayah (1995) peluasan dalam permukaan

4. tebal daun Tabel 4.4 Tebal daun tanaman durian sukun

yang diamati No pokok sampel

tebal daun (cm)

5. Tekstur daun Tabel 4.5 Tekstur daun tanaman durian sukun

yang diamati No pokok sampel

Tekstur daun

Berdasarkan pada tabel 4.4, tebal daun durian adalah 0,02 cm. Tebal ataupun tipisnya helaian daun, pada hekekatnya juga bergantung pada tebal tipisnya daging daun. Berkaitan dengan sifat tersebut, daun durian sukun termasuk daun yang mirip perkamen (perkamenteus) yaitu tipis namun kaku (tabel 4.5).

6. Tepi daun muda Tabel 4.6 Tepi daun muda tanaman durian

sukun yang diamati No pokok sampel

Tepi daun muda

Skor

1 integer 1 2 integer 1 3 integer 1 4 integer 1 5 integer 1 6 integer 1 7 integer 1 8 integer 1 9 integer 1 10 integer 1

7. Tepi daun tua Tabel 4.7 Tepi daun tua tanaman durian

sukun yang diamati No pokok sampel

Tepi daun tua

Skor

1 integer 1 2 integer 1 3 integer 1 4 integer 1 5 integer 1 6 integer 1 7 integer 1 8 integer 1 9 integer 1 10 integer 1

Pada Tabel 4.6 dan tabel 4.7 menunjukkan bahwa seluruh pokok sampel yang diamati memiliki bentuk tepi daun integer (skor 1). Tepi daun ini dibentuk karena tidak adanya toreh – toreh pada tepi daun atau dapat dikatakan rata. Tepi daun yang tidak rata dapat ditemukan pada varietas Petruk yang tepi daunnya bergelombang Irawan (2007).

8. Bentuk ujung daun Tabel 4.8 Bentuk ujung daun tanaman durian

sukun yang diamati No pokok sampel

Bentuk ujung daun

Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa seluruh pohon sampel memiliki bentuk ujung daun acuminate/acuminatus (skor 2). Bentuk ujung daun acuminatus (meruncing) tersebut menurut Tjitrosoepomo (2003) terbentuk jika besarnya sudut yang dibentuk pada pertemuan kedua tepi daun (kanan kiri ibu tulang) di puncak daun lebih kecil dari 90º, namun titik pertemuan kedua ujungnya lebih tinggi sehingga ujung daun nampak sempit dan runcing.

9. Bentuk pangkal daun Tabel 4.9 Bentuk pangkal daun tanaman durian sukun

yang diamati No pokok sampel

Bentuk pangkal daun

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, seluruh pokok sampel yang diamati memiliki bentuk pangkal daun obtusus (skor 2). Bentuk pangkal daun obtusus (tumpul) merupakan keadaan pangkal daun yang tepi daun di bagian pangkal daunmya tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, seluruh pokok sampel yang diamati memiliki bentuk pangkal daun obtusus (skor 2). Bentuk pangkal daun obtusus (tumpul) merupakan keadaan pangkal daun yang tepi daun di bagian pangkal daunmya tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh

10. Tipe kedudukan daun Tabel 4.10 Tipe kedudukan daun tanaman durian

sukun yang diamati

No pokok sampel

tipe kedudukan daun

11. Rumus daun Tabel 4.11 Rumus daun tanaman durian

sukun yang diamati

No pokok sampel

Rumus daun

Bagian batang atau cabang tempat duduknya suatu daun disebut dengan buku-buku batang (nodus). Pada bagian ini tampak sebagai bagian batang atau cabang yang sedikit membesar. Demikian pula pada durian, daun durian sukun duduk pada nodus. Untuk mengetahui rumus daun dari suatu tanaman harus ditentukan berapa daun yang duduk pada satu buku. Pada tanaman durian, dalam satu nodus hanya terdapat satu daun atau yang biasa disebut folia sparsa seperti yang tercantum dalam tabel 4.10.

Tjitrosoepomo (2003) menyatakan bahwa jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral (garis yang Tjitrosoepomo (2003) menyatakan bahwa jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral (garis yang

12. Bentuk pangkal tangkai daun Tabel 4.12 Bentuk pangkal tangkai daun tanaman

durian sukun yang diamati No pokok sampel

pangkal tangkai daun

13. Tepi tangkai daun Tabel 4.13 Tepi tangkai daun tanaman durian

sukun yang diamati

No pokok sampel

Tepi tangkai daun

Skor

1 Tidak bersayap

2 Tidak bersayap 2

3 Tidak bersayap 2

4 Tidak bersayap 2

5 Tidak bersayap 2

6 Tidak bersayap 2

7 Tidak bersayap 2

8 Tidak bersayap 2

9 Tidak bersayap 2

10 Tidak bersayap 2

14. Panjang tangkai daun Tabel 4.14 Panjang tangkai daun tanaman durian sukun

yang diamati No pokok sampel

panjang tangkai daun (cm)

1 Menurut Tjitrosoepomo (2003) tangkai daun merupakan bagian daun

yang mendukung lamina dan bertugas untuk menempatkan helaian daun pada posisi sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh cahaya matahari yang sebanyak-banyaknya. Berdasarkan data pada tabel 4.12, pangkal dari tangkai daun durian sukun adalah menggelembung. Dan panjang tangkai yang ada berkisar pada angka rata – rata 2,06 – 2,35 (skor 1 dan 2).

15. Warna permukaan atas daun muda Tabel 4.15 Warna permukaan atas daun muda tanaman durian

sukun yang diamati

No pokok sampel Warna permukaan atas daun muda Skor

1 Hijau muda

2 Hijau muda

3 Hijau muda

4 Hijau muda

5 Hijau muda

6 Hijau muda

7 Hijau muda

8 Hijau muda

9 Hijau muda

10 Hijau muda

16. Warna permukaan bawah daun muda Tabel 4.16 Warna permukaan bawah daun muda tanaman durian

sukun yang diamati No pokok sampel

Warna permukaan bawah daun muda Skor

17. Warna permukaan atas daun tua Tabel 4.17 Warna permukaan atas daun tua tanaman durian

sukun yang diamati No pokok sampel

Warna permukaan atas daun tua Skor

1 Hijau tua

2 Hijau tua

3 Hijau tua

4 Hijau tua

5 Hijau tua

6 Hijau tua

7 Hijau tua

8 Hijau tua

9 Hijau tua

10 Hijau tua

18. Warna permukaan bawah daun tua Tabel 4.18 Warna permukaan bawah daun tua tanaman durian

sukun yang diamati No pokok sampel

Warna permukaan bawah daun Skor

1 Coklat muda

2 Coklat muda 2

3 Coklat muda 2

4 Coklat muda 2

5 Coklat muda 2

6 Coklat muda 2

7 Coklat muda 2

8 Coklat muda 2

9 Coklat muda 2

10 Coklat muda 2

Daun pada banyak dikotil (dan sebagian monokotil) bersifat dorsiventral , yaitu sifat daun dimana permukaan atas (adaxial) dan permukaan bawah (abaxial) berbeda secara morfologis (Divinkom, 2005). Berdasarkan Tabel 4.15 di atas, sepuluh sampel permukaan atas daun muda berwarna hijau muda (skor 1) sedangkan untuk daun tua berdasarkan Tabel 4.17 di atas, sepuluh sampel berwarna hijau tua (skor 3). Menurut Cahyani (2008) warna daun mencerminkan kandungan klorofil daun, semakin banyak kandungan klorofil maka warna daun akan semakin hijau. Klorofil merupakan fitokrom penting dalam proses fisiologis tanaman. Proses fotosintesis berjalan dengan bantuan klorofil, sehingga tanpa adanya klorofil fotosintesis tanaman akan terganggu.

Gambar 4.1 Permukaan atas daun Gambar 4.2 Permukaan bawah daun

Berdasarkan Tabel 4.16 dan tabel 4.18 di atas, pada sepuluh sampel permukaan atas daun tua maupun tua terdapat perbedaan warna, yaitu untuk daun muda berwarna coklat (skor 3) dan berwarna coklat muda untuk daun tua (skor 2).

19. Susunan tulang-tulang daun Tabel 4.19 Susunan tulang-tulang daun tanaman durian

sukun yang diamati No pokok sampel

Susunan tulang-tulang daun Skor

Tulang-tulang daun (nervatio) adalah bagian daun yang berguna untuk memberi kekuatan pada daun dan sesungguhnya merupakan berkas-berkas pembuluh yang berfungsi sebagai jalan untuk pengangkutan air (beserta garam-garam yang terlarut didalamnya) dari tanah serta sebagai jalan untuk pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari daun ke bagian-bagian lain yang memerlukan zat-zat itu (Tjitrosoepomo, 2003).

Berdasarkan Tabel 4.19 di atas, susunan tulang daun durian sukun adalah bertulang menyirip (penninervis). Susunan ini mempunyai satu tulang ibu tulang (costa) yang berjalan dari pangkal sampai ujung daun. Dari ibu tulang tersebut keluar tulang-tulang cabang (nervus lateralis), sehingga susunannya seperti sirip pada ikan.

Dalam susunan tulang cabang daun tersebut, akan tumbuh anak cabang tulang daun/urat daun (vena) begitu seterusnya dan berhenti sebelum mencapai tepi daun namun tidak pernah menyentuh tepi daun tetapi membengkok ke atas.

20. Aroma flush Tabel 4.20 Aroma flush (daun muda) tanaman

durian sukun yang diamati No pokok sampel

Aroma flush

Skor

1 Tidak beraroma

2 Tidak beraroma

3 Tidak beraroma

4 Tidak beraroma

5 Tidak beraroma

6 Tidak beraroma

7 Tidak beraroma

8 Tidak beraroma

9 Tidak beraroma

10 Tidak beraroma

Secara umum kuncup daun mengalami dormansi, kemudian kuncup akan berkembang jika kondisi lingkungan memungkinkan untuk tumbuh. Kondisi lingkungan yang dominan adalah adanya air. Air yang berlimbah karena datangnya musim hujan ataupun pengairan akan memacu tumbuhnya tunas. Kuncup daun terlindung oleh suatu adanya daun pelindung. Di dalam kuncup yang belum membuka terdiri atas calon daun dan calon kuncup. Kuncup akan tumbuh membesar jika kondisi lingkungan memadai. Kemudian jika kuncup sudah berkembang daun pelindung akan membuka menjadi dua bagian secara vertikal, dengan sisi atas (ujung) dan bawah (pangkal) berlekatan (hanya bagian tengah yang membuka) dan akan terlihat calon daun dan calon kuncup. Calon daun (masih belum membuka secara sempurna) jika sudah membesar maka daun pelindung akan gugur. Calon daun tersebut akan membuka sempurna bila sudah membesar ukurannya. Berdasarkan tabel 4.20 daun muda tidak mengeluarkan kekhasan aroma atau dengan kata lain tidak beraroma.

Gambar 4.3 Kuncup Daun

E. Deskripsi Bunga

Munculnya bunga merupakan saat dimulainya fase generatif pada suatu tanaman. Pohon durian mulai memunculkan bunga pada umur. Musim berbunga pohon durian dimulai pada bulan Juni sampai September, dan buah akan menjadi matang pada bulan Oktober sampai Februari (Astaman Made, 2007). Secara umum rumus bunga dari durian adalah

Þ K (5), C 5,

A 5(~), G 5 ; yang berarti bahwa bunga durian sukun adalah tanaman berbunga banci, mempunyai banyak simetri (actinomorf), berkelopak lima saling berlekatan, mempunyai lima mahkota tidak berlekatan, terdapat 5 kelompok benang sari tiap kelompok terdapat banyak benang sari dan berlekatan serta bakal buah yang terbentuk dari 5 daun buah berlekatan dan duduk menumpang di atas dasar bunga. Hasil tersebut berdasarkan penjelasan di bawah ini mengenai bunga.

1. Letak bunga Tabel 5.1 Letak bunga tanaman durian sukun

yang diamati No pokok sampel

Letak bunga

Skor

1 flos ramiflorous

2 flos ramiflorous 3

3 flos ramiflorous 3

4 flos ramiflorous 3

5 flos ramiflorous 3

6 flos ramiflorous 3

7 flos ramiflorous 3

8 flos ramiflorous 3

9 flos ramiflorous 3

10 flos ramiflorous 3

Bunga durian merupakan bunga lengkap yang tersusun dari bagian- bagian bunga di dalam empat lingkaran (tetracyclis). Bagian-bagian bunga durian sukun terdiri atas : tangkai bunga, dasar bunga, hiasan bunga dan alat-alat kelamin jantan dan betina. Hasil pengamatan sifat morfologi letak bunga dipaparkan pada Tabel 5.1. Dari tabel tersebut tanaman durian termasuk dalam tumbuhan yang berbunga flos ramiflorous yaitu bunga yang munculnya terletak pada cabang atau ranting. Pada umumnya durian

termasuk berbunga ramiflorous dan sangat jarang cauliflorous (Lim 1990 dalam Brown, 1997), dimana bunga muncul pada cabang yang tua (Davis and Bhattacharya 1974 dalam Brown, 1997). Pada durian Sukun bunga muncul dari kuncup dorman yang terdapat pada buku - buku baik yang terlihat ataupun tidak jelas terlihat. Hal ini berbeda dngan spesies durian lain yang mempunyai buah kecil (D. griffithii) dimana bunga muncul dari ketiak daun (Corner 1988 dalam Brown, 1997)

2. Tata bunga Tabel 5.2 Tata bunga tanaman durian sukun yang

diamati No pokok sampel

Tata bunga

Skor

1 Bunga payung majemuk

2 Bunga payung majemuk

3 Bunga payung majemuk

4 Bunga payung majemuk

5 Bunga payung majemuk

6 Bunga payung majemuk

7 Bunga payung majemuk

8 Bunga payung majemuk

9 Bunga payung majemuk

10 Bunga payung majemuk

Bunga pada tanaman durian termasuk dalam bunga majemuk yang tak berbatas, dimana artinya merupakan bunga dengan ciri ibu tangkainya yang dapat tumbuh secara menerus. Kemudian bunga majemuk dibagi menjadi dua yakni yang ibu tangkainya tidak dapat bercabang serta ibu tangkai dapat bercabang kembali dan durian termasuk dalam bunga majemuk berbatas yang mampu membentuk cabang kembali. Dari tabel

5.2 terlihat bahwa tanaman durian mempunyai tata bunga payung 5.2 terlihat bahwa tanaman durian mempunyai tata bunga payung

3. Jumlah Bunga Pertandan Tabel 5.3 Jumlah Bunga Pertandan tanaman durian

sukun yang diamati No pokok sampel

Jumlah Bunga Pertandan

Tanaman durian sukun termasuk tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora ) yang muncul dalam satu periode tiap tahunnya. Dari tabel diatas bahwa. Dari tabel diatas diketahui bahwasannya terdapat keragaman dalam pembentukan bunga pada tanaman durian sukun, hal ini dapat diakibatkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal tersebut diakibatkan oleh keragaman pada batang bawah yang digunakan dalam penyambungan sewaktu perbanyakan. Sedangkan dari faktor eksternal dapat diakibatkan oleh cara budidaya yang berbeda. Secara umum bunga pada durian berkisar antara 3-30 (Wiryanta, 2006), 10-25 (Croft 1981 dalam Brown, 1997), 5-30 (Davis and Bhattacharya 1974 dalam Brown, 1997) bunga tiap malainya.

4. Bentuk Kuncup Bunga Tabel 5.4 Bentuk Kuncup Bunga tanaman durian sukun

yang diamati No pokok sampel

Bentuk Kuncup Bunga

Skor

1 Bulat telur

2 Bulat telur

3 Bulat telur

4 Bulat telur

5 Bulat telur

6 Bulat telur

7 Bulat telur

8 Bulat telur

9 Bulat telur

10 Bulat telur

5. Panjang tangkai bunga Tabel 5.5 Panjang tangkai bunga tanaman durian sukun yang

diamati No pokok sampel

Panjang tangkai bunga (cm) Skor

5 Tangkai bunga (pedicellus) merupakan bagian bunga yang masih jelas

bersifat batang dan berwarna hijau. Sedangkan dasar bunga (receptaculum) merupakan ujung tangkai yang seringkali melebar, dengan ruas-ruas yang amat pendek guna menopang bagian bunga yang lain (Tjitrosoepomo, 2003). Dari data diatas tangkai bunga mempunyai panjang rata-rata 4,23 cm

Gambar 5.1 Tahapan proses pembungaan

6. Panjang bunga Tabel 5.6 Panjang bunga tanaman durian sukun

yang diamati No pokok sampel