Peningkatan Peran Diplomasi Perdagangan

3.2.4 Peningkatan Peran Diplomasi Perdagangan

Tercapainya 197 hasil

Dalam rangka peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan

perundingan perdagangan

internasional, target yang ingin dicapai pada tahun 2011 adalah 197 (seratus

internasional yang bertujuan

sembilan puluh tujuh) hasil perundingan perdagangan internasional. Kementerian

untuk membuka akses pasar

Perdagangan telah mencapai 130% dari target berupa Agreement, kesepakatan

dan memperkuat pasar

kerja sama komoditi, MRA, MoU, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report,

domestik

respon terhadap pengamanan kebijakan perdagangan, guidance of principal, dan dokumen perundingan lainnya.

Posisi strategis Indonesia

Perjuangan Indonesia dalam meningkatkan akses pasar di forum

dalam forum

multilateral yang dilakukan melalui kerjasama dan perundingan

perdagangan

internasional di forum World Trade Organization (WTO) telah membuat

internasional

komposisi kekuatan negara-negara berkembang dengan negara maju dalam forum tersebut menjadi berimbang. Kepemimpinan Indonesia dalam berbagai kelompok inti (misal: G33, G20 di WTO dan ASEAN) membuat posisi Indonesia semakin diperhitungkan di forum internasional dan regional. Dalam melakukan negosiasi dan diplomasi perdagangan internasional Kementerian Perdagangan bertindak sebagai koordinator untuk posisi Indonesia dan selalu berpegang kepada prinsip keamanan dan kepentingan nasional.

3.2.4.1 Kerja Sama Multilateral

Pencapaian kerja sama

Perjuangan Indonesia dalam meningkatkan akses pasar di forum

dan diplomasi

multilateral dilakukan melalui kerja sama dan perundingan internasional

perdagangan di forum

di forum WTO.

WTO

Agriculture

Negosiasi isu pertanian di WTO pada awal Januari 2011 adalah terkait tentang Special Safeguard Mechanism (SSM) pada Committee on Agriculture Special Session/COA-SS) membahas masalah Draft Teks ke-5 Pertanian. Pembahasan telah memasuki tahap konsultasi informail baik plurilateral maupun bilateral. Beberapa kemajuan yang dicapai dalam rangkaian sidang adalah tercatat adanya indikasi yang kuat dari para anggota akan terus melakukan konsultasi setelah sidang ini berakhir baik untuk membahas isu outstanding maupun isu teknis lainnya. Arah pendekatan pembahasan isu teknis dan outstanding ke depan akan lebih diserahkan ke negara-negara key players untuk menyelesaikannya baik dalam format small groups maupun konsultasi bilateral. Indonesia terlibat aktif melakukan konsultasi bilateral dan plurilateral mengenai isu SSM dengan beberapa negara yang berkepentingan untuk mengamankan ekspor produk pertanian mereka seperti Australia, Selandia Baru, dan Norwegia.

Pada tahun 2011, posisi Indonesia dalam perundingan bidang pertanian akan membahas dan menyelesaikan seluruh isu pending pertanian, diantaranya adalah technical issues serta beberapa bracketed issues di ketiga pilar Domestic Support, Market Access, dan Export Competition. Indonesia menyatakan kesiapannya untuk terus berpartisipasi dalam pembahasan problem solving atas isu Special Safeguard Mechanism (SSM). Diharapkan agar sementara waktu proses ini dilakukan secara hati-hati agar Indonesia dapat memperoleh dukungan konstruktif dari Pada tahun 2011, posisi Indonesia dalam perundingan bidang pertanian akan membahas dan menyelesaikan seluruh isu pending pertanian, diantaranya adalah technical issues serta beberapa bracketed issues di ketiga pilar Domestic Support, Market Access, dan Export Competition. Indonesia menyatakan kesiapannya untuk terus berpartisipasi dalam pembahasan problem solving atas isu Special Safeguard Mechanism (SSM). Diharapkan agar sementara waktu proses ini dilakukan secara hati-hati agar Indonesia dapat memperoleh dukungan konstruktif dari

plurilateral/bilateral atas isu SSM.

Non-Agricultural Market Access (NAMA)

Perundingan NAMA akan menghadapi banyak tantangan terutama kesiapan posisi Indonesia dalam seluruh modalitas NAMA. Untuk perundingan DOHA sendiri akan selesai pada tahun 2011 dengan tahapan Program of Work secara umum yang terdiri dari:i) Pertemuan pada NG on NAMA pada Januari 2011; penerbitan revised draft text pada akhir kuartal pertama tahun 2011; iii) penerbitan seluruh text/modalitas final pada bulan Juni-Juli 2011; proses scheduling dan legal drafting yang memakan waktu 6-7 bulan.

Sidang NAMA yang dilaksanakan pada tanggal 14-18 Maret 2011 membahas sejumlah dokumen baru dan pertemuan informal Product Basket Approach dalam rangka inisiatif sektoral. Adapun proposal- proposalnya adalah sebagai berikut: Proposal LDCs terkait Rules of Origin (ROO), Proposal Korea terkait standar internasional dan Conformity Assessment Procedures dalam negosiasi NTB produk elektronik, Proposal Israel terkait Request-offer approach dalam negosiasi NAMA, Proposal sejumlah negara terutama Singapura terkait negosiasi sektoral, dan Proposal ACP Group terkait transparansi. Diharapkan negara-negara pengusul usulan dalam proposal tersebut dapat segera melakukan konsultasi.

3.2.4.2 Kerja Sama ASEAN

Keketuaan Indonesia

Keketuaan Indonesia untuk ASEAN telah dimulai pada tanggal 1 Januari

untuk ASEAN pada tahun

2011 hingga akhir tahun 2011. Pengumuman resmi Keketuaan Indonesia

untuk ASEAN di tahun 2011 tersebut telah dilakukan pada saat Closing Ceremony KTT ASEAN ke-17 di Hanoi, Vietnam, pada tanggal 30 Oktober 2010. Dalam masa Kepemimpinannya tersebut, Indonesia akan menjadi tuan rumah KTT ke-18 ASEAN, KTT ke-19 ASEAN, dan East Asia Summit (EAS), serta rangkaian pertemuan ASEAN lainnya.

Posisi Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2011 memiliki nilai strategis tersendiri. Sebagai pemimpin ASEAN, Indonesia harus mampu menjalin relasi secara intens dengan para pemimpin tinggi negara-negara maju. Indonesia dapat memanfaatkan posisi itu untuk melibatkan diri secara aktif dalam berbagai forum kerja sama ekonomi global. Namun, pelibatan aktif dalam berbagai forum kerja sama ekonomi global harus dimaknai sebagai suatu upaya untuk mengokohkan posisi ekonomi Indonesia dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Kemampuan dan kecakapan dalam menjalin relasi inilah yang akan menjadi faktor penentu bagi keberhasilan Indonesia mengemban amanat sebagai Ketua ASEAN 2011. Tema Keketuaan Indonesia untuk ASEAN di tahun 2011 ini adalah “ASEAN Community in a Global Community of Nations”. Tema ini mengusung keberhasilan pencapaian Komunitas ASEAN 2015.

Dengan terbentuknya Komunitas ASEAN di tahun 2015, maka tanggung jawab ASEAN akan lebih besar lagi. ASEAN dituntut untuk memperkuat kontribusi kolektifnya dalam penanganan berbagai isu dan tantangan global.

Konferensi Tingkat Tinggi

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-19 secara resmi dibuka oleh Presiden RI

(KTT) ASEAN ke-19

Susilo Bambang Yudhoyono, tanggal 17 November 2011 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali. Sehari sebelum KTT ASEAN ke-19 dibuka, pada tanggal 16 November 2011, telah berlangsung Pertemuan Keenam Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Para Menteri negara-negara anggota ASEAN membahas tingkat implementasi Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dituangkan ke dalam “kartu penilaian” atau scorecard implementasi langkah- langkah stratejik yang tertuang dalam Cetak Biru MEA. Pertemuan Dewan MEA mencatat bahwa tingkat implementasi kolektif Cetak Biru MEA periode 1 Januari 2008 hingga 30 Oktober 2011 mencapai 75,66% dari total 300 langkah yang harus diimplementasikan. Ini merupakan peningkatan dari hasil pemantauan hingga bulan Juli 2011 yang tercatat sebesar 73,42%. Sekalipun pencapaian tahun ini tergolong signifikan, namun masih ada kendala-kendala domestik yang harus diselesaikan oleh masing-masing negara anggota.

Pencapaian khusus pilar ekonomi ASEAN di bawah kepemimpinan Indonesia tahun ini adalah penguatan pilar ketiga dari Cetak Biru MEA, sementara tiga pilar lainnya yakni pasar tunggal dan basis produksi, kawasan berdaya saing tinggi dan integrasi ke dalam perekonomian dunia telah mencatatkan banyak kemajuan. Setelah melalui proses diskusi panjang, maka para Pemimpin ASEAN dalam KTT ke-19 mendukung sebuah dokumen yang dinamakan ASEAN Framework for Equitable Economic Development (AFEED). Dokumen ini merujuk pada upaya pengembangan UKM dan pengentasan jurang pembangunan ekonomi di ASEAN, yang selama ini dirasakan kurang mendapatkan perhatian dibanding tiga pilar lainnya. Capaian lain adalah disahkannya oleh para Pemimpin ASEAN sebuah dokumen yang diberi nama ASEAN Framework on Regional Comprehensive Economic Partnership (AFRCEP). Dokumen ini meletakkan prinsip-prinsip umum bagi proses integrasi ekonomi ASEAN lebih jauh dengan negara-negara mitranya dengan tetap mengedepankan peran sentral ASEAN dalam proses dan formatnya.

3.2.4.3 Kerja Sama ASEAN dan Organisasi Internasional lainnya

Pada agenda Next Generation on Trade and Investment (NGTI) dibahas and Investment (NGTI) - APEC bagaimana memajukan kebijakan inovatif yang berorientasi pasar, efektif

Next Generation on Trade

dan tidak diskriminatif, serta bagaimana meningkatan partisipasi UKM dalam rantai produksi global. Hal yang mendasar yang menjadi perbedaan pandangan antar ekonomi pada bahasan kebijakan inovatif adalah terkait kewajiban menghilangkan regulasi domestik yang melarang menjadikan lokasi pengembangan atau kepemilikan atas hak atas kekayaan intelektual sebagai preferensi untuk pengadaan barang/ jasa pemerintah.

Ekonomi APEC sependapat mengenai pentingnya peran UKM dalam menggerakan roda perekonomian terutama pada saat krisis ekonomi dan sepakat untuk mengupayakan memasukan elemen keikutsertaan UKM dalam rantai produksi global pada setiap kesepakatan kerja sama perdagangan.

Pada bahasan rencana aksi konektivitas mata rantai suplai, dibahas bagaimana

Supply-Chains Connectivity Action Plan - APEC

meningkatkan perdagangan melalui penerapan batas minimal nilai impor barang yang dikirim melalui jasa titipan/kurir dan pos yang dibebaskan dari bea masuk dan prosedur kepabeanan (de minimis value). Selain itu, juga dibahas usulan meningkatkan perdagangan melalui penerapan batas minimal nilai impor barang yang dikirim melalui jasa titipan/kurir dan pos yang dibebaskan dari bea masuk dan prosedur kepabeanan (de minimis value). Selain itu, juga dibahas usulan

Pada bahasan bagaimana mengatasi hambatan perdagangan bagi UKM terutama

Addressing Barriers to SMEs

Trade - APEC

meningkatkan akses pasar luar negeri, Para Menteri APEC sepakat berkomitmen untuk melaksanakan aksi untuk mengatasi hambatan perdagangan bagi UKM antara lain terkait akses terhadap keuangan, pemanfaatan teknologi informasi, dan hak atas kekayaan intelektual khususnya bagi UKM yang akan melakukan ekspor.

Para Menteri APEC membahas beberapa hal pokok, yakni liberalisasi perdagangan barang dan jasa yang ramah lingkungan (Environmental Goods and services); pembentukan Kelompok Pakar mengenai Pembalakan Liar dan Perdagangan terkait; perampingan prosedur bagi impor advanced demonstration motor vehicles; pengurangan dan penghapusan subsidi bahan bakar; dan pengembangan kerja sama Low Emission Development Strategies. Pada pembahasan Promoting liberalization of trade and investment in environment goods and services (EGS - Annex C, AELM Statement), masih belum tercapai kesepakatan pada isu EGS terkait penurunan tarif menjadi kurang dari 5% pada tahun 2015.

Green Growth - APEC

Advancing Regulatory

Terkait dengan pelaksanaan praktik-praktik peraturan yang baik (good regulatory

Convergence and

practices), para Menteri Ekonomi APEC sepakat atas aksi spesifik untuk

Cooperation - APEC

memperkuat implementasi praktik-praktik tersebut antara lain melalui koordinasi internal pembuatan peraturan, penilaian dampak regulasi, dan konsultasi publik, serta melaporkan kemajuan penerapan tersebut pada tahun 2012, penilaian atas hasil laporan pada tahun 2013, serta melaksanakan peningkatan kapasitas guna membantu ekonomi dalam penerapan aksi spesifik ini. Selain itu, para Menteri juga menyepakati APEC Regulatory Cooperation Plan sebagai prinsip kerja sama regulasi APEC dan sepakat untuk meningkatkan kerja sama pada isu teknologi ramah lingkungan yang sedang berkembang elalui rekomendasi standar dan penilaian kesesuaian terkait teknologi smart grid, green building, dan solar technology. Beberapa area kerja sama regulasi lainnya antara lain di bidang kimia, peralatan kesehatan, jasa, dan anggur.

Penyelenggaraan World Economic Forum on East Asia (WEF on EA) dilaksanakan oleh

World Economic Forum on

East Asia (WEF on EA)

Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Kementerian terkait serta dunia usaha. WEF on EA sebagai forum internasional resmi dibuka oleh Bapak Presiden Republik Indonesia pada tanggal 12 Juni 2011. WEF on EA ke-20 yang bertema “Responding to the New Globalism” dihadiri oleh 624 partisipan dari 40 negara yang mewakili lembaga pemerintah, industri, pengambil kebijakan regional dan global, dan pimpinan lembaga nirlaba serta akademisi. Tujuan WEF on EA adalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi dan investasi suatu negara di dunia dengan melibatkan dunia bisnis, politik, akademisi, dan para pemimpin kelompok masyarakat untuk menyusun agenda industri secara regional dan global.

Pada tanggal 22-24 Juli 2011 telah dilaksanakan Regional Entrepreneurship

Regional Entrepreneurship

Summit (RES)

Summit (RES) di Bali, Indonesia. Pada kesempatan tersebut Kementerian Perdagangan sebagai official host dan pelaksanaannya diatur oleh tim Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI). Regional Entrepreneurship Summit (RES) merupakan langkah lanjutan setelah pelaksanaan Global Entrepreneurship

(GEPI) pada bulan April 2010 di Washington DC. Pelaksanaan RES di Indonesia yang mengambil tema “Emerging Entrepreneurs: The Next Big Chapter”, adalah merupakan program regional pertama yang dilaksanakan di wilayah Asia Pasifik. Pemilihan Indonesia sebagai lokasi penyelenggaraan merupakan pengakuan akan makin kuatnya posisi Indonesia sebagai hub kewirausahaan di Asia Tenggara.

3.2.4.4 Kerja Sama Bilateral

Pertemuan The First Meeting of Working Group under the Sub-committee on

Indonesia - Jepang

Rules of Origin for Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA) dilaksanakan pada tanggal 11-14 Mei 2011 di Tokyo, Jepang. Pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas transposisi HS 2002 ke HS 2007 pada Product Specific Rules (PSR) di bawah IJ-EPA. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan Sub-committee on Rules of Origin di Jakarta pada tanggal 5-6 Agustus 2010.

Indonesia merupakan negara terbesar kedua tujuan SKA ekspor Jepang di antara negara-negara yang memiliki perjanjian kemitraan ekonomi dengan Jepang setelah Thailand. Jumlah SKA JI-EPA yang diterbitkan pada tahun 2010 adalah 23.672 atau meningkat hampir 50% dari jumlah SKA pada tahun 2009 yang mencapai 16.013.

Joint Commission Meeting (JCM) Indonesia–RRT merupakan wadah formal bilateral tahunan yang menindaklanjuti Kemitraan Strategis (Strategic Partnership) yang telah ditandatangani oleh kedua Kepala Negara pada tahun 2005, di bidang ekonomi perdagangan dan investasi.

Indonesia - China

Kedua pihak telah menyepakati Agreement on Expanding and Deepening Bilateral Economic and Trade yang salah satu isi pentingnya adalah pembentukan Working Group on Trade Resolution dan Working Group on Economic Cooperation, diharapkan dapat segera dibentuk.

Pihak RRT sepakat untuk memfasilitasi akses pasar bagi buah-buahan tropis (Pisang, Nanas, Rambutan) dan sarang burung walet dari Indonesia untuk dapat memasuki pasar RRT (saat ini pihak RRT telah mengijinkan masuknya buah Salak dan Manggis Indonesia ke RRT).

Kemudian telah dilaksanakan juga pertemuan bisnis forum yang dihadiri oleh Perdana Menteri RRT dan Wakil Presiden Indonesia serta didampingi oleh beberapa menteri dari kedua belah pihak. Adapun pengusaha yang menghadiri pertemuan tersebut sekitar 100 pengusaha yang terdiri dari 50 pengusaha dari Indonesia dan sisanya pengusaha RRT. Di akhir pertemuan telah dilakukan penandatanganan yang disaksikan oleh kedua pimpinan negara, adapun penandatanganan tersebut adalah G to B dan B to B, adapun jumlah MoU tersebut adalah sebanyak 15 (lima belas) MoU.

Pada pertemuan Bilateral Indonesia dengan RRT tanggal 29 April 2011 telah ditandatangani Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Rakyat China mengenai perluasan dan pendalaman kerja sama bilateral ekonomi dan perdagangan antara Republik Rakyat China dan Republik Indonesia, untuk lebih meningkatkan kerja sama dan mempromosikan perkembangan sosial dan ekonomi masing-masing sesuai dengan perundang- undangan yang berlaku pada masing-masing negara.

Pertemuan The Third ExpertWorking Group for Further Strengthening Economic and Trade CooperationMeeting Indonesia-RRT berlangsung pada tanggal 19-20

Juli 2011 di Beijing, RRT untuk membahas draft MOUon External Merchandise Trade Data Exchange. MOU tersebut masih harus melalui proses di Kementerian Luar Negeri masing-masing negara untuk mendapat persetujuan. Kedua belah pihak juga sepakat untuk menandatangani MOU tersebut pada kesempatan pertemuan pejabat tinggi kedua negara. Kedua belah pihak juga membahas berbagai isu terkait dengan implementasi Agreed Minutes for Further Strengthening Economic and Trade Cooperation (agreed minutes).

Terkait dengan komitmen kedua pejabat tinggi negara, baik dalam Joint Communique on Further Strengthening China-Indonesia Strategic Partnership maupun Agreed Minutes, pihak Indonesia mengharapkan pihak RRT dapat memenuhi komitmennya untuk menciptakan perdagangan yang berimbang dan berkelanjutan. Komitmen tersebut harus didukung oleh semua pihak termasuk level teknis di masing-masing negara. Permasalahan perdagangan terkait SPS, TBT, maupun standar lainnya sebaiknya dapat diselesaikan dengan semangat komitmen kedua negara. Untuk menyelesaikan permasalahan teknis dalam hal akses pasar, pihak Indonesia mengusulkan untuk membentuk mekanisme komunikasi (hotline) antara pihak terkait kedua negara.

Pertemuan Trade and Investment (TIC) XI RI-AS di Washington, D.C. pada tanggal 19 September 2011 dihadiri oleh pejabat terkait dari kedua negara. Pertemuan ini membahas isu-isu yang menjadi kepentingan kedua negara. Secara umum pihak AS menyatakan apresiasinya atas upaya Pemerintah RI meng-address isu-isu concern AS, dan kedua pihak sepakat untuk melaksanakan dialog antara instansi dengan tujuan penyelesaian isu-isu tertentu dan mencapai saling pengertian sebelum menjadi masalah yang berkepanjangan. Kementerian Perdagangan RI akan memfasilitasi dengan bekerja sama dengan Kedutaan Besar AS di Jakarta

Indonesia – Amerika Serikat

Pertemuan Vision Group bertujuan untuk melakukan kajian peningkatan kerja sama bilateral Indonesia-Uni Eropa ke arah kemitraan ekonomi yang lebih bersifat strategis, komprehensif, dan inovatif.

Indonesia – Uni Eropa

Pertemuan juga memberikan gambaran atas kerangka rekomendasi dengan membahas dan mendiskusikan beberapa isu utama antara lain pengembangan sektor perikanan, iklim investasi, pembangunan infrastruktur, mekanisme komunikasi yang efektif dengan stakeholder atas pembentukan kemitraan bilateral Indonesia-Uni Eropa, serta diskusi mengenai sektor-sektor yang akan terkena dampak apabila rekomendasi Vision Group akhirnya menuju ke arah peningkatan hubungan bilateral. Pembahasan ini sangat penting guna menyusun studi dan rekomendasi sebagai hasil dari Vision Group (tim pakar) serta telah disampaikan kepada Menteri Perdagangan Republik Indonesia dan Komisioner Eropa untuk Perdagangan pada 4 Mei 2011. Melalui Long Term Vision for Trade and Investment Cooperation kedua negara memiliki forum diskusi yang terbuka dan selalu update terhadap hubungan bilateral kedua negara.

Selain itu, ada pertemuan secara reguler antara kedua negara yaitu Working Group on Trade and Investment (WGTI) dan pertemuan ke-4 telah dilaksanakan pada tanggal 29 Juni 2011 di Brussel. Pertemuan tersebut bertujuan untuk meningkatkan dan memperkuat hubungan ekonomi bilateral. Selain itu, WGTI juga mengangkat isu-isu spesifik yang terkait dengan akses pasar kedua negara, seperti palm oil, fishery product, cocoa Selain itu, ada pertemuan secara reguler antara kedua negara yaitu Working Group on Trade and Investment (WGTI) dan pertemuan ke-4 telah dilaksanakan pada tanggal 29 Juni 2011 di Brussel. Pertemuan tersebut bertujuan untuk meningkatkan dan memperkuat hubungan ekonomi bilateral. Selain itu, WGTI juga mengangkat isu-isu spesifik yang terkait dengan akses pasar kedua negara, seperti palm oil, fishery product, cocoa

menindaklanjuti isu-isu bilateral yang ada dalam tingkat teknis secara regular.

Berkenaan dengan hubungan antara chapter trade in goods dengan

Indonesia – European Free

Trade Association (EFTA)

agreement on agriculture, Indonesia memandang bahwa agreement on agriculture perlu menjadi bagian integral dari chapter trade in goods, sedangkan EFTA memandang agreement on agriculture dilakukan secara terpisah, namun bersama-sama dengan chapter trade in goods keduanya membentuk kerangka dan instrumen IE-CEPA.

Terkait dengan penurunan tarif, EFTA menginginkan tarif kedua belah pihak langsung turun seketika IE-CEPA diberlakukan, Indonesia menginginkan penurunan tarif secara bertahap mengingat perbedaan tingkat ekonomi kedua pihak. Terkait trade remedies, Indonesia menginginkan agar klausul trade remedies merujuk kepada WTO, sedangkan EFTA menginginkan klausul trade remedies disusun secara khusus mengingat status prefential IE-CEPA.

3.2.4.5 Perundingan Perdagangan Jasa

Council for Trade in Services - Negara anggota sepakat untuk menjadikan laporan tahunan Committee on Trade

WTO

in Financial Services, Committee on Specific Commitments, Working Party on GATS Rules, dan Working Party on Domestic Regulation sebagai annex laporan tahunan Council for Trade in Services.

Penyelesaian AFAS Paket 8 yang ditargetkan tuntas pada akhir tahun 2011. Hingga

Internal ASEAN - Trade in

Services

saat ini, hanya tiga negara anggota (Singapura Malaysia, dan Thailand) yang berhasil menyelesaikan komitmen AFAS Paket 8, sedangkan tujuh negara lainnya masih dalam proses konsultasi internal. Ketujuh negara tersebut diminta untuk segera menyampaikan komitmennya ke Sekretariat ASEAN untuk threshold assessment agar target penyelesaian bulan Desember 2011 dapat direalisasikan. Saat ini Indonesia sedang menunggu hasil threshold assessment yang dilakukan oleh Sekretariat ASEAN terhadap daftar komitmen yang telah disampaikan pada pertengahan November 2011. Pertemuan juga menegaskan kembali agar negara anggota menyampaikan rencana aksinya dalam menghadapi tantangan dan kesulitan dalam memenuhi target integrasi jasa pada tahun 2015 untuk dilaporkan pada AEM Retreat pada tahun 2012.

3.2.4.6 Pengamanan Pasar

Produk Polyethylene Telepthalate (PET) Indonesia dikecualikan dari

Produk Indonesia

Dikecualikan dari

pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) selama 3 (tiga)

Safeguard Turki

tahun olehPemerintahTurkikarena share impornyakurangdari3%.Dengan dikecualikannya Indonesia terhadap pengenaan BMTP oleh Turki, maka kesempatan untuk mengisi dan merebut pasar ekspor produk PET di Turki terbuka kembali bagi eksportir Indonesia.

Pada tanggal 23 Juni 2011, Otoritas Safeguard Turki telah mempublikasikan hasil penyelidikan safeguard terhadap produk PET dengan pengenaan BMTP selama 3 (tiga) tahun. Adapun besaran pengenaan BMTP tersebut yaitu: 1) Tahun I 8%; 2) Tahun II 7,5%; dan 3) Tahun III 7%. Penyelidikan safeguard terhadap produk PET ini dimulai pada 11 Maret 2011 dan dilakukan atas permohonan dari industri Pada tanggal 23 Juni 2011, Otoritas Safeguard Turki telah mempublikasikan hasil penyelidikan safeguard terhadap produk PET dengan pengenaan BMTP selama 3 (tiga) tahun. Adapun besaran pengenaan BMTP tersebut yaitu: 1) Tahun I 8%; 2) Tahun II 7,5%; dan 3) Tahun III 7%. Penyelidikan safeguard terhadap produk PET ini dimulai pada 11 Maret 2011 dan dilakukan atas permohonan dari industri

Menindaklanjuti tuduhan safeguard Turki ini, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan berkoordinasi dengan perusahaan /eksportir dan asosiasi produk tertuduh dalam penyusunan submisi Pemerintah Indonesia yang disampaikan tanggal 23 Maret 2011. Selain itu, disusun pula bahan concern Pemerintah Indonesia yang disampaikan dalam forum public hearing yang diadakan oleh Otoritas Safeguard Turki pada 10 Mei 2011.

Otoritas Malaysia (Ministry of International Trade and Industry Malaysia),

Produk Baja Indonesia

Tidak Dikenakan

pada 22 Agustus 2011, mengumumkan penghentian penyelidikan

Safeguard di Malaysia

safeguard terhadap produk baja (Hot RolledCoils/HRC) asal Indonesia. Penghentian penyelidikan tersebut karena tidak ditemukan adanya kerugian serius (serious injury) terhadap industri dalam negeri Malaysia. Produk baja yang diselidiki adalah yang termasuk dalam kode HS 7208 dan 7211.

Otoritas Thailand, Department of Foreign Trade(DFT) Thailand, pada

Produk Glass Block

Indonesia Dikenakan Bea

tanggal 18 Agustus 2011, mengumumkan hasil penyelidikan safeguard

Masuk Tambahan oleh

terhadap produk Glass Block yang dikenakan Bea Masuk Tindakan

Otoritas Thailand

Pengamanan(BMTP) selama 3 (tiga) tahun. Adapun besaran pengenaan BMTP yaitu: 1)Tahun I (18Agustus2011-14Januari2012) sebesar 35% CIF atau 11.23 baht per piece ; 2) Tahun II (15 Januari 2012 -14 Januari 2013) sebesar 32% CIF atau 10.23 bahtperpiece; dan 3) Tahun III (15Januari 2013 - 14 Januari 2014) sebesar 29% dari CIF atau 9.23 bahtper piece.

Otoritas Anti Dumping Australia (ACS) mengeluarkan public notice yang

Pemerintah Australia

Hentikan Penyelidikan

memerintahkan penghentian penyelidikan terhadap canned pineapple

Dumping Terhadap

asal Indonesia karena tidak terbukti melakukan dumping.

Produk Canned Pineapple

Produk yang dituduh dumping tergolong dalam HS.2008.20.00;

Fruit Asal Indonesia

2008.20.00/27 dan 2008.20.00/28 yaitu canned pineapple. Indonesia setelah berkoodinasi dengan perusahaan tertuduh menyatakan bahwa tuduhan tidak didukung oleh bukti yang kuat terutama terkait dengan kerugian (injury), penentuan normal value tidak sesuai dengan ketentuan WTO, dan kerugian industri dalam negeri lebih banyak disebabkan oleh faktor internal.

Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) telah menerima

KPPI mulai Penyelidikan

Safeguard Measures

permohonan dari PT. Bevananda Mustika yang meminta Pemerintah RI

Terhadap Impor Produk

mengenakan tindakan pengamanan (safe guards measures) atas impor

Kawat Besi atau Baja

barang yang berbentuk kotak, silinder atau lembaran yang terbuat dari kawat besi atau baja dengan nomor HS7326.20.90.00, memiliki diameter 2-5 mm dan lingkaran berbentuk hexagonal sebesar 50-120 mm. Permohonan tersebut berdasar pada alasan apabila tidak diambil tindakan pengamanan, maka yang bersangkutan akan mengalami kerugian serius akibat lonjakan impor barang sejenis dengan produksi yang bersangkutan.

Pada tanggal 22 Agustus 2011 KPPI menetapkan akan memulai penyelidikan atas dugaan ancaman kerugian serius yang dialami oleh PT.Bevananda Mustika, sebagai akibat dari lonjakan volume impor barang yang bersangkutan.

Jumlah kasus tuduhan terhadap Indonesia yang ditanganisampai dengan

Sebanyak 74,41% kasus

perdagangan (tuduhan

bulan September 2011 sebanyak 43 kasus, yang terdiri dari 29 kasus

dumping,subsidi dan

tuduhan dumping, 2 kasus tuduhan subsidi dan 12 kasus tindakan

safeguard) telah

safeguards. Dari berbagai tuduhan tersebut, sekitar 25,58% telah

diselesaikan, sementara

dihentikan karena tidak terbukti melakukan dumping, subsidi dan

sisanya masih dalam

tindakan safeguard. Namun masih terdapat 21 kasus (48,83%) yang

proses penanganan

dikenakan, dan 11 kasus (25,58 %) masih dalam proses penanganan. Pemerintah memfasilitasi para eksportir yang menghadapi kasus

dumping, pengenaan safeguard atau subsidi serta memonitor peraturan/kebijakan negara mitra dagang terkait hambatan teknis perdagangan yang dimulai sejak dari tahap isu kebijakan sampai pada implementasinya.

Pada tahun 2011 dilakukan penyelidikan anti dumping terhadap 9 produk impor. Hasil penyelidikan dari 9 produk tersebut, 4 produk dikenakan BMAD yaitu Polyester Staple Fiber dari RRT, India dan Taiwan, H & I Section dari RRT, Hot Rolled Coil dari Rep. Korea dan Malaysia dan Review Uncoated Writing and Printing paper dari Finlandia, Rep. Korea, India dan Malaysia, 3 produk penyelidikannya telah selesai diproses, menunggu keputusan pengenaan BMAD yaitu Wheat Flour dari Australia, Sri Lanka dan Turki, Hot Rolled Plate dari RRT, Singapura dan Ukraina, Cavendish Bananas dari Filipina dan 2 produk sedang dalam proses penyelidikan yaitu Tableware Ceramic dari RRT dan Cold Rolled Coil/Sheet dari RRT, Taiwan, Korea, Jepang dan Vietnam.

Beberapa kasus pengamanan perdagangan lainnya yang sedang dalam

Beberapa kasus

pengamanan

penanganan, diantaranya terkait Technical Barriers to Trade yaitu adanya

perdagangan yang masih

beberapa kebijakan perdagangan luar negeri yang dikeluarkan oleh

ditangani terkait dengan

negara tujuan ekspor dan dalam implementasinya dapat merugikan pasar

Technical Barriers to

ekspor dalam negari seperti Draft Bill Illegal Logging (Australia), Draft Bill

Trade

Plain Cigarette Packaging (Australia), Draft Bill Truth in Labeling: Palm Oil (Australia), Draft Additives in Cigarette (Brazil). Untuk kasus Holding Order, penolakan dan penarikan/pemusnahan produk yang ditangani sampai dengan September 2011 ada sebanyak 22 kasus dan kasus wanprestasi atau penipuan dagang sebanyak 47 kasus.

Gambar 6. Kasus Tuduhan Dumping, Subsidi dan Safeguard thd Indonesia hingga Sept. 2011

Safeguard

Dalam Proses

Subsidi

Dihentikan Dikenakan

Dumping

Sumber: Kemendag