Peningkatan Pengawasan dan Perlindungan Konsumen

3.2.6 Peningkatan Pengawasan dan Perlindungan Konsumen

Peningkatan pengawasan

Telah dilaksanakan pendidikan dan pelatihan Pengawas Barang Beredar

dan perlindungan

dan Jasa (PPBJ) 4 (empat) angkatan. Total PPBJ diseluruh Indonesia yang

konsumen melalui

telah dididik sampai dengan Oktober 2011 berjumlah 1.218 orang dan

penguatan jumlah dan

yang masih aktif adalah 887orang.Sedangkan untuk pendidikan dan

kualitas petugas PPBJ dan

pelatihan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perlindungan Konsumen

PPNS-PK

(PPNS ‐PK) telah dilaksanakan pendidikan dan pelatihan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perlindungan Konsumen (PPNS-PK) untuk 4 (empat) angkatan. Total PPNS-PK diseluruh Indonesia yang telah dididik sampai dengan saat ini berjumlah 950 dan masih aktif adalah 798 orang.

Pelaksanaan pengawasan

Telah dilaksanakan pengawasan bidang perdagangan berjangka komoditi

Perdagangan Berjangka

melalui evaluasi laporan keuangan, laporan direktur kepatuhan yang

Komoditi dan kepastian

dilakukan secara berkala setiap bulannya, serta audit pelaku usaha

hukum bagi palaku usaha

terhadap 16 Pialang Berjangka, yaitu audit rutin terhadap 5 Pialang

PBK dan SRG

Berjangka dan audit sewaktu-waktu terhadap 11 Pialang Berjangka. Sedangkan untuk memperkuat perlindungan konsumen dan

penyempurnaan Perdagangan Berjangka Komoditi dan Sistem Resi Gudang pada tanggal 19 Juli 2011, telah dilakukan pengesahan dua RUU yaitu RUU tentang Perubahan atas UU No, 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang (SRG) dan RUU tentang Perubahan atas UU No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK).

Selanjutnya Presiden RI mengesahkan Rancangan Undang-Undang tentang perubahan atas UU No. 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang (SRG) menjadi Undang-Undang No. 9 tahun 2011 tentang Sistem Resi Gudang dan Rancangan Undang-Undang tentang perubahan atas UU No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi menjadi Undang-Undang No. 10 tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi pada tanggal 8 Agustus 2011.

Kementerian Perdagangan aktif berpartisipasi dalam berbagai pertemuan

Partisipasi pada forum

Standar Internasional

di bidang standarInternasional, sehingga dapat mempelajari dan memahami berbagai substansi standardisasi.

Peraturan yang telah disahkan sebanyak 4 (empat) antara lain:

Peraturan terkait

Standardisasi dan

1. Permendag No. 21/M-DAG/PER/8/2011 tentang Perubahan atas

Perlindungan Konsumen

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 59/M-DAG/PER/12/2009 tentang Lembaga Contoh Standar Karet Indonesia

2. Surat Edaran Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Nomor 01/SPK/SE/5/2011 tentang Tera UTTP

3. Permendag Nomor 31/2011 tentang BDKT (Barang Dalam Keadaan

Terbungkus).

Kementerian Perdagangan telah dilaksanakan pengawasan berkala di

Pelaksanaan pengawasan

beberapa daerah untuk produk yang telah diterapkan SNI Wajib yaitu Lampu Swaballast, Regulator, Tabung Baja, Baja Tulangan Beton, Baja Lapis Seng, Kotak Kontak, Tusuk Kontak, Kipas Angin, Kompor Gas Satu Tungku, Selang Karet, Ban Mobil, Ban Sepedamotor, Air Minum Dalam Kemasan, Tepung Terigu, Semen, dan Garam Beryodium. Pelaksanaan pengawasan barang dan jasa telah dilakukan antara lain :

barang dan jasa

1. Semarang (17 Maret 2011)

2. Surabaya (15 April 2011)

3. Medan (31 Mei 2011)

4. Riau (26 Juli 2011)

5. Makassar (9 Agustus 2011)

6. Jakarta (3 November 2011)

7. Singkawang (6 Desember 2011)

Kewajiban Pencantuman

Sampai dengan tanggal 25 November 2011, proses permohonan

Label dalam bahasa

pencantuman label dan pembebasan label berdasarkan Permendag

Indonesia pada barang

Nomor 62/M.DAG/PER/12/2009 sebagaimana diubah dengan Permendag Nomor 22/M.DAG/PER/3/2010 adalah permohonan Surat Keterangan Pencantuman Label dalam Bahasa Indonesia (SKPLBI) yang telah diterbitkan sebanyak 4117 permohonan yang terdiri dari 3569 untuk importir dan 548 untuk produsen.Sedangkan untuk permohonan Surat Pembebasan Keterangan Pencantuman Label dalam Bahasa Indonesia (SPKPLBI) telah diterbitkansebanyak 665 permohonan terdiri dari 603 untuk importir dan 62 untuk produsen.

Tindak lanjut hasil pengawasan berupa pengamanan barang yang diduga tidak sesuai dengan ketentuan, meminta klarifikasi kepada pelaku usaha, serta melakukan uji laboratorium terhadap pemenuhan standar produk dimaksud. Sanksi yang diberikan bagi pelaku usaha atas dugaan pelanggaran, antara lain:

 Penarikan barang dari pasaran apabila barang tersebut terbukti tidak

sesuai ketentuan (untuk produk semen impor).  Pemusnahan barang yang tidak sesuai ketentuan (untuk produk selang

karet untuk kompor gas dan regulator tekanan).  Pengamanan dan pembekuan proses produksi terhadap produk- produk yang diduga melanggar ketentuan dan merekomendasikan kepada instansi teknis pembina untuk mencabut izin usaha dan

dilakukan pembinaan lebih lanjut.  Pengembalian uang pembayaran pembelian barang kepada konsumen

(terkait cara menjual produk alat listrik rumah tangga).

Peresmian Kota

Telah diterbitkannya Keputusan Menteri Perdagangan No: 1037/M-

Singkawang sebagai

DAG/Kep/11/2011 tentang Penetapan Kota Singkawang sebagai Daerah

Daerah Tertib Ukur

Tertib Ukur dan Piagam Penghargaan Kota Singkawang sebagai Daerah Tertib Ukur, dan telah dilakukan pula peresmian penetapan Kota Singkawang sebagai Daerah Tertib Ukur tanggal 6 Desember 2011 di

Dangau Resort, Kota Singkawang yang diresmikan oleh Bapak Wakil Menteri Perdagangan.

Peran BPSK sebagai

Upaya perlindungan konsumen yang semakin baik dapat dicerminkan

fasilitator perlindungan

adanya lembaga yang dapat melindungi konsumen dari praktek

konsumen

perdagangan yang merugikan konsumen. Oleh karena itu, salah satu indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran kinerja peningkatan perlindungan konsumen adalah akumulasi jumlah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) yang terbentuk setiap tahunnya.

Target peningkatan perlindungan konsumen pada periode 2010 −2014 adalah pada pembentukan 5 BPSK setiap tahun, pada tahun 2011 akumulasi jumlah BPSK yang terbentuk menjadi 65 BPSK.

Gambar 7. Jumlah Kasus Yang Masuk Ke BPSK

Sumber: Kemendag Pembangunan Gedung

BSML dibentuk untuk melaksanakan tugas verifikasi standar ukuran

Kantor dan Laboratorium

laboratorium metrologi legal milik UPTD, fasilitasi tera/tera ulang UTTP,

BSML Regional I, II, III,

peningkatan kompetensi SDM, dan penyuluhan di wilayah kerjanya,

dan IV

sehingga pelaksanaan kegiatan pelayanan kemetrologian oleh UPTD dapat dilakukan secara optimal.

Kemajuan pembangunan gedung masing-masing BSML sebagai berikut:

a. BSML Regional I Medan

b. BSML Regional II Yogyakarta

c. BSML Regional III Banjarmasin

d. BSML Regional IV Makasar 50,00%