Organisasi pengadilan militer

B. Organisasi pengadilan militer

57. Organisasi pengadilan militer harus menjamin secara penuh kemandirian dan ketidak-berpihakan mereka, dengan cara yang sama seperti pada pengadilan biasa. Ini berkaitan dengan struktur dari tingkatan yurisdiksi yang berbeda dan organisasi persidangan dan jaminan atas dasar hukum bagi para hakim.

1. Jenis-jenis pengadilan militer

58. Di sejumlah negara, konstitusi nasional mengandung peraturan bagi organisasi spesifik pengadilan militer dari bawah ke atas. Ini dapat ditemukan pada, misalnya, Brazil, dengan Pengadilan Tinggi Militer nya, atau Turki, dengan Pengadilan Tinggi Militer untuk naik banding. Ini juga terdapat di Swis, di mana tiga tingkatan yurisdiksinya, yang identik baik di masa damai maupun masa perang, terdiri dari personel militer (tingkat pertama, naik banding dan kasasi); namun perlu dicatat bahwa presiden dan anggota Pengadilan Militer Kasasi tidak ditunjuk oleh Menteri Pertahanan melainkan dipilih untuk masa empat tahun oleh Majelis Federal. Di Spanyol, pengadilan militer, yang identik baik pada masa damai maupun masa perang, terdiri dari personel militer yang ditunjuk oleh Menteri Pertahanan; sejak 1987, yurisdiksi tingkat terakhir telah merupakan sebuah badan militer khusus pada Mahkamah Agung, yang terdiri dari empat hakim sipil (termasuk presiden) dan empat hakim militer yang, untuk memastikan kemandirian mereka, mendapatkan status hukum serupa dengan pensiunan dan tidak dapat lagi ditarik ke dalam angkatan bersenjata. Di Italia, pengadilan militer terus ada, kecuali pada tingkatan tertinggi sejak, pada tahun 1987, sebuah reformasi menghapuskan legalitas Pengadilan Tinggi Militer dan memberikan kompetensinya kepada Pengadilan Kasasi.

59. Perkembangan semacam ini terjadi di banyak negara, dengan dampak pada dua sisi: di satu sisi, pengadilan militer tingkat pertama berada di bawah pengadilan biasa yang lebih tinggi dan, di sisi lain, hakim-hakim sipil ikut serta, dalam sejenis “pencampuran” yurisdiksi, dalam pengadilan militer. Ini terdapat di Inggris, di mana masing-masing dari ketiga cabang angkatan bersenjata (angkatan udara, darat dan laut) memiliki pengadilan militer tingkat pertama. Pengadilan tersebut, yang tidak bersifat permanen, terdiri dari personel militer yang dibantu, dalam kapasitas amicus curiae , oleh seorang hakim sipil yang tidak ikut serta dalam pertimbangan nya. Sebaliknya, sejak pemberlakuannya pada tanggal 2 Oktober 2000, Undang- Undang Disiplin Angkatan Bersenjata, yang bertujuan untuk mempertimbangkan Konvensi Hak Asasi Manusia Eropa, keadilan militer diberikan, dimulai dengan tingkatan kedua, oleh hakim-hakim profesional dari pengadilan biasa, di mana pengadilan kompeten yang tertinggi adalah House of Lords.

60. Pasal 96 paragraf 5 Konstitusi Yunani menyatakan tentang pengadilan militer bahwa pengadilan tersebut “secara mayoritas harus terdiri dari anggota cabang hukum angkatan bersenjata, yang di dalamnya diberikan jaminan fungsional dan kemandirian pribadi yang dijelaskan dalam pasal 87 paragraf 1 dari Konstitusi ini”, yaitu jaminan- jaminan yang berlaku pada “hakim reguler”.

61. Terakhir, terdapat pula pengadilan sipil. Di Prancis, sejak penghapusan pengadilan militer di masa damai pada tahun 1982, tindakan pelanggaran pengacara militer, termasuk pelanggaran atas undang-undang biasa, yang dilakukan oleh anggota angkatan bersenjata dalam melakukan tugas mereka, termasuk dalam kompetensi pengadilan kriminal biasa yang secara eksklusif terdiri dari hakim-hakim sipil; review legalitas dipastikan oleh Pengadilan Kasasi, seperti halnya untuk seluruh yurisdiksi lain di negara itu. Kecenderungan yang sama juga dicatat di Jerman, di mana orang- orang yang melakukan pelanggaran militer diadili, di masa damai, oleh pengadilan 61. Terakhir, terdapat pula pengadilan sipil. Di Prancis, sejak penghapusan pengadilan militer di masa damai pada tahun 1982, tindakan pelanggaran pengacara militer, termasuk pelanggaran atas undang-undang biasa, yang dilakukan oleh anggota angkatan bersenjata dalam melakukan tugas mereka, termasuk dalam kompetensi pengadilan kriminal biasa yang secara eksklusif terdiri dari hakim-hakim sipil; review legalitas dipastikan oleh Pengadilan Kasasi, seperti halnya untuk seluruh yurisdiksi lain di negara itu. Kecenderungan yang sama juga dicatat di Jerman, di mana orang- orang yang melakukan pelanggaran militer diadili, di masa damai, oleh pengadilan

2. Jaminan kemandirian dan ketidak-berpihakan hakim-hakim militer

62. Studi hukum komparatif juga sedang dilakukan mengenai perihal ini, dengan menelaah status para hakim militer, terutama hubungan mereka dengan hierarki militer, dengan maksud menentukan dalam kondisi apa para hakim militer tidak menjadi “hakim dan pihak terkait” dalam kasus yang mereka terima. Satu aspek studi komparatif ini berurusan dengan posisi khusus kantor penuntut militer sehubungan dengan hak pembelaan.