Yurisdiksi ratione temporis

B. Yurisdiksi ratione temporis

24. Pembedaan fundamental antara administrasi peradilan melalui pengadilan militer dalam masa damai dan masa perang berfungsi sebagai basis bagi kuesioner yang terkandung dalam laporan pendahuluan (E/CN.4/Sub.2/2001/WG.1/CRP.3).

1. Pembedaan antara masa perang dan masa damai

25. Kecenderungan untuk menghapuskan pengadilan militer di masa damai telah disebutkan sebelumnya. Karenanya, menurut Pasal 84 Konstitusi Federasi Austria, “yurisdiksi militer – kecuali dalam masa perang – dinyatakan dicabut”. Military Penal Code tahun 1970 diterapkan oleh pengadilan biasa. Terlebih lagi, beberapa pengadilan disipliner militer masih menerapkan Code of Military Discipline tahun 1994. Pasal 213 dari Konstitusi Portugis menyatakan bahwa “selama kondisi perang, pengadilan perang akan ditetapkan, yang memiliki yurisdiksi untuk memeriksa kejahatan yang bersifat militer saja”. Sebaliknya, penghapusan pengadilan militer di masa damai mulai diproyeksikan pada revisi tahun 1997 terhadap konstitusi tersebut; namun demikian, pengadilan militer akan terus berfungsi sampai diadopsinya legislasi mengenai transfer yurisdiksi mereka, berdasarkan Pasal 211 paragraf 3 konstitusi: “Satu atau lebih hakim militer akan diikutsertakan dalam komposisi pengadilan pada kondisi manapun yang memeriksa kejahatan yang bersifat militer saja, berdasarkan undang-undang.”

26. Perbedaan prinsip antara situasi damai dan situasi perang seringkali digandakan oleh pembedaan ratione loci, yaitu, antara lingkungan teritori nasional, yang berada di bawah pengadilan sipil, dan operasi militer di luar negeri. Ini ada di bawah Pasal 96 Konstitusi Republik Federal Jerman:

“2. Federasi dapat menetapkan pengadilan kriminal militer untuk angkatan bersenjata sebagai pengadilan federal. Mereka dapat melaksanakan yurisdiksi kriminal hanya pada kondisi perang, dan bila tidak maka hanya berlaku bagi anggota angkatan bersenjata yang bertugas di luar negeri atau di atas kapal perang. Detail di dalamnya diatur oleh keputusan federal. Pengadilan-pengadilan ini ada di dalam kompetensi

Menteri Kehakiman. Hakim-hakim full-time mereka adalah orang-orang yang memiliki kualifikasi untuk memegang posisi di dalam peradilan.

“3. Pengadilan banding tertinggi dari pengadilan yang disebut dalam paragraf 1 dan 2 adalah Federal Court of Justice.”

27. Ini juga kasus yang berlaku dalam pasal 1 Undang-Undang Keadilan Militer Prancis:

“Keadilan militer diberikan di bawah pengawasan Pengadilan Kasasi: “– Dalam masa damai dan untuk pelanggaran yang dilakukan di luar

teritori Republik, oleh Pengadilan Militer Paris dan, dalam kasus naik banding, oleh Pengadilan Banding Paris ;

“– Dalam masa perang, oleh pengadilan teritori angkatan bersenjata dan oleh pengadilan militer …”.

28. Perbedaan juga dapat ditemukan dalam pasal 103 paragraf ketiga Konstitusi Italia:

“Pengadilan militer dalam masa perang memiliki yurisdiksi yang di diberikan kepadanya oleh undang-undang. Dalam masa damai, mereka hanya memiliki yurisdiksi terhadap pelanggaran militer yang dilakukan oleh anggota angkatan bersenjata.”

2. Pembedaan situasi krisis

29. Terkait dengan situasi krisis, sejumlah situasi yang sangat internasional harus dapat dilihat perbedaannya.

30. Di satu sisi, ada situasi-situasi yang termasuk di dalam jangkauan undang-undang kemanusiaan internasional, misalnya konflik bersenjata internasional atau konflik bersenjata non-internasional dalam makna yang terkandung pada protokol-protokol Konvensi Jenewa. Perlu juga diingat Pasal 84 Konvensi Jenewa yang terkait dengan Perlakuan Terhadap Tawanan Perang:

“Seorang tawanan perang hanya boleh diadili oleh sebuah pengadilan militer, kecuali bila undang-undang yang berlaku di negara penahan secara tegas menyatakan bahwa pengadilan sipil boleh mengadili anggota angkatan bersenjata pada negara penahan sesuai dengan pelanggaran yang dituduhkan kepada si tawanan perang.”

“Seorang tawanan perang tidak boleh sekali-kali dalam kondisi apapun diadili oleh sebuah pengadilan jenis apapun yang tidak memberikan jaminan pokok atas kemandirian dan ketidak-berpihakan seperti yang diakui secara umum, dan, terutama, prosedur yang tidak memberikan kepada si terdakwa hak dan cara pembelaan seperti yang dinyatakan dalam pasal 105.”

31. Seluruh pernyataan dalam kovenan bertujuan memastikan kesetaraan perlakuan, yang dijamin “oleh pengadilan yang sama menurut prosedur yang sama seperti dalam kasus anggota angkatan bersenjata negara penahan” (pasal 102), sembari memberikan cara perlindungan spesifik sesuai dengan situasi tawanan perang tersebut. Terakhir, apabila ada keraguan mengenai kategorisasi tawanan perang: “orang-orang, yang telah melakukan tindakan permusuhan dan jatuh ke tangan musuh, … akan 31. Seluruh pernyataan dalam kovenan bertujuan memastikan kesetaraan perlakuan, yang dijamin “oleh pengadilan yang sama menurut prosedur yang sama seperti dalam kasus anggota angkatan bersenjata negara penahan” (pasal 102), sembari memberikan cara perlindungan spesifik sesuai dengan situasi tawanan perang tersebut. Terakhir, apabila ada keraguan mengenai kategorisasi tawanan perang: “orang-orang, yang telah melakukan tindakan permusuhan dan jatuh ke tangan musuh, … akan

32. Sebaliknya, terdapat pula operasi-operasi operasi untuk membangun dan menjaga perdamaian, di bawah mandat internasional. Situasi tersebut akan menentukan tidak hanya yurisdiksi yang sesuai untuk masa krisis, tetapi juga melibatkan pembedaan ratione personae , personel militer dari pasukan sendiri atau milik pasukan sekutu, tentara musuh atau penduduk sipil, dan ratione loci, yang menyangkut pertanyaan jurisdiksi ekstrateritorial. Studi yang dilakukan Ms. Hampson dapat membantu mengklarifikasi pembedaan yang telah dikaburkan oleh krisis yang saat ini terjadi.

33. Terakhir, perhatian khusus harus diberikan kepada situasi darurat domestik yang, secara terbatas, tidak termasuk dalam cakupan undang-undang kemanusiaan internasional tetapi pada situasi tersebut diterapkan peraturan-peraturan yang mengurangi apa yang terkandung dalam undang-undang biasa. Apabila merujuk pada Pasal 4 Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik:

“1. Pada masa darurat umum yang mengancam kehidupan bernegara dan keberadaan situasi tersebut dinyatakan secara resmi, negara anggota kovenan dapat mengambil langkah yang bersifat mengurangkan dari kewajiban mereka seperti yang terkandung dalam kovenan saat ini hanya sejauh apa yang dibutuhkan oleh sifat darurat situasi, dengan syarat bahwa langkah tersebut tidak inkonsisten dengan kewajiban mereka di bawah undang-undang internasional dan tidak melibatkan diskriminasi hanya berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama atau asal sosial.”

34. Selanjutnya, Pasal 4 paragraf 2 menyebutkan bahwa tidak boleh ada pengurangan terhadap pernyataan-pernyataan yang ada dalam kovenan. Saat ini diakui secara luas bahwa hak atas remedy merupakan bagian dari “inti” hak-hak di mana tidak 34. Selanjutnya, Pasal 4 paragraf 2 menyebutkan bahwa tidak boleh ada pengurangan terhadap pernyataan-pernyataan yang ada dalam kovenan. Saat ini diakui secara luas bahwa hak atas remedy merupakan bagian dari “inti” hak-hak di mana tidak