Prosedur Pengembangan

B. Prosedur Pengembangan

Penelitian ini menggunakan metode pengembangan research and development versi Borg and Gall (1989) yang dikutip oleh Nana Syaodih (2007 : 169) yang meliputi sepuluh langkah yaitu : (1) Studi Pendahuluan, (2) Perencanaan (planning), (3) Pengembangan draf produk (develop preliminary form of product ), (4) Uji Produk Terbatas ( Preliminery Field Test ), (5) Revisi Hasil Uji Terbatas, (6) Uji Kelompok Kecil, (7) Revisi Hasil Uji Kelompok Kecil, (8) Uji Kelompok Besar, (9) Penyempurnaan produk akhir (final product revision) (10) Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir. Pada penelitian ini dilakukan langkah 1-8 karena adanya keterbatasan peneliti. Berikut ini penjelasan lebih rinci pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini.

1. Studi Pendahuluan

Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi

literatur, penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan. Pada penelitian ini studi pendahuluan dilakukan sebagai berikut :

a. Analisis Kebutuhan

Menurut Syaodih (2007 :171) ada beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memilih produk yang akan dikembangkan, yaitu :

1) Apakah produk yang akan dibuat penting untuk bidang pendidikan ?

2) Apakah produk yang akan dikembangkan memiliki nilai ilmu, keindahan dan kepraktisan?

3) Apakah para pengembang memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam mengembangkan produk ini ?

commit to user

Kriteria pertama juga merupakan kriteria utama, produk pendidikan yang akan dihasilkan harus betul-betul yang penting dan dibutuhkan dalam pendidikan. Suatu produk banyak digunakan karena banyak membawa hasil dan mudah digunakan. Produk yang dikembangkan hendaknya akan memberikan sumbangan bagi peningkatan mutu pendidikan, kurikulum, dan pembelajaran.

Pemilihan suatu produk yang akan dikembangkan sebaiknya didasarkan atas pengukuran atau pengumpulan data kebutuhan. Sebelum menentukan pilihan produk apa yang akan dikembangkan sebaiknya diadakan pengukuran atau pengumpulan data kebutuhan dulu.

b. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap produk yang akan dikembangkan. Studi literatur pada penelitian ini dilakukan dengan studi teoritik yakni mengkaji teori – teori yang relevan sehinga dapat digunakan sebagai dasar pengembangan. Studi literatur juga diperlukan untuk mengetahui langkah-langkah yang paling tepat dalam pengembangan suatu produk.

Suatu produk pendidikan kemungkinan bukan hal yang sama sekali baru. Produk sejenis atau produk yang mirip telah dikembangkan oleh pengembang lain di tempat lain. Hal-hal tersebut dikaji melalui studi literatur berbentuk dokumen-dokumen hasil penelitian atau hasil evaluasi.

2. Merencanakan Penelitian

Setelah melakukan studi pendahuluan, penelitian dapat dilanjutkan pada langkah kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencanaan penelitian ini disusun dalam bentuk proposal penelitian yang meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian.

3. Pengembangan Desain

Langkah pengembangan desain meliputi :

1) Menentukan desain produk yang akan dikembangkan (desain hipotetik)

commit to user

penenlitian dan pengembangan

3) Menentukan tahap – tahap pelaksanaan uji desain di lapangan;

4) Menentukan deskripsi tugas pihak – pihak yang terlibat dalam penelitian.

Namun, karena langkah pengembangan desain tersebut dirasa masih terlalu umum untuk mengembangkan suatu instrumen tes maka peneliti menggunakan alur pengembangan tes menurut Djemari Mardapi (2004:88) dalam menyusun instrumen tes, yaitu : (a) menyusun spesifikasi tes, (b) menulis soal tes, (c) menelaah soal tes, (d) melakukan ujicoba tes, (e) menganalisis butir soal, (f) memperbaiki tes, (g) merakit tes. Pada bagian pengembangan desain ini dari alur pengembangan tes menurut Djemari Mardapi tersebut diambil cara menyusun spesifikasi tes dan menulis soal tes.

Berikut ini penjelasan secara lebih terperinci mengenai langkah pengembangan tes:

a. Menyusun spesifikasi tes

Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes yang berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut : 1). Menentukan tujuan tes

Ditinjau dari tujuannya ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan yaitu tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. Dari empat macam tes tersebut dipilihlah satu tes yang cocok dalam pelaksanaan autentic assesmen , selain itu juga tepat dilaksanakan dalam waktu yang terbatas,mengingat untuk Program Akselerasi waktunya sangat padat.

2). Penulisan kisi – kisi soal

Kisi – kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi – kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang memiliki isi dan

commit to user

mengembangkan kisi – kisi tes, yaitu :

a) Menentukan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi pokok yang akan diujikan (Lampiran 1)

b) Menentukan indikator (Lampiran 4)

c) Menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan (Lampiran 4) 3). Menentukan bentuk tes Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Penelitian ini menggunakan bentuk tes objektif pilihan ganda kerena jumlah peserta tes banyak, sehingga waktu koreksi lebih singkat dan cakupan materinya lebih menyeluruh. 4). Menentukan panjang tes

Penentuan panjang tes bedasarkan pada cakup materi ujian dan kelelahan peserta tes. Pada umumnya tes tertulis menggunakan waktu 90-50 menit. Pada umumnya waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tes bentuk pilihan ganda adalah 2-3 menit untuk tiap butir soal. Pada penelitian ini dibuat tes sebanyak 24 butir pada materi Kinematika dengan waktu 75 menit, 15 butir pada materi Gravitasi dengan waktu 45 menit, dan 25 butir pada materi Gerak Harmonis pada Benda Elastik dengan waktu 75 menit.

b. Menulis soal tes Penulisan tes dilakukan setelah langkah pertama, yaitu menyusun spesifikasi tes, dilakukan. Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan – pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi (Lampiran 2) yang telah dibuat.

Pedoman utama dalam pembuatan tes pilihan ganda adalah:

1) Pokok soal harus jelas

2) Pilihan jawaban homogen

3) Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama

commit to user

5) Hindari penggunaan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah

6) Pilihan jawaban angka diurutkan

7) Semua pilihan jawaban logis

8) Jangan menggunakan negatif ganda

9) Kalimat yang digunakan sesuai tingkat perkembangan peserta tes

10) Bahasa yang digunakan baku

11) Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak

Soal yang telah dibuat tercantum pada Lampiran 3.

4. Preliminary Field Test

Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini meliputi

a) Melakukan uji awal terhadap desain produk

b) Bersifat terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat

c) Uji lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain

layak, baik substansi maupun metodologinya. Pada penelitian ini, uji awal terhadap desain produk dilakukan oleh ahli, yakni dosen pembimbing dan guru bidang studi Fisika. Uji awal ini dilakukan dengan menganalisis secara kualitatif desain instrumen tes yang dibuat. Analisis ini dilakukan untuk memperbaiki soal tes sehingga soal tes yang dibuat memiliki kualitas yang baik dilihat dari materi, konstruksi, dan bahasa. Dalam penelaahan butir soal ini digunakan lembar penelaahan berupa daftar cek.

a) Materi Pada telaah ini point pertama yang dikaji adalah materi. Soal yang telah dibuat sudah sesuai dengan materi yang terdapat dalam kisi-kisi atau belum. Materi harus memenuhi standar kualifikasi sebagai berikut : (1) Soal harus sesuai dengan indikator yang telah disusun

(2) Pengecoh soal berfungsi, artinya setiap pilihan jawaban harus homogen dan logis sehingga ada kemungkinan untuk dipilih oleh siswa (3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar

commit to user

b) Konstruksi Telaah yang lain adalah dikaji kontruksi instrument soal yang telah dibuat. Instrumen soal yang baik harus memenuhi standar kualifikasi sebagai berikut : (1) Dirumuskan secara jelas dan tegas (2) Dirumuskan dengan singkat dan jelas (3) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan

yang diperlukan saja (4) Tidak memberi petunjuk ke arah jawaban benar (5) Tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda (6) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi (7) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama (8) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, “ Semua pilihan jawaban

di atas salah “ atau “ Semua pilihan jawaban di atas benar “ (9) Untuk soal hitungan pilihan jawaban merupakan modifikasi rumus pokok (10) Gambar, grafik, table, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal

harus jelas dan berfungsi (11) Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya c). Bahasa Soal yang baku jika dilihat dari segi kebahasaanny harus memenuhi standar kualifikasi baik sebagai berikut : (1) Kalimat menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia

yang baku (2) Menggunakan bahasa yang komunikatif, sehingga mudah dimengerti (3) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat (4) Pilihan jawaban tidak mengulang kata atau frase yang terdapat pada pokok

soal (5) Rumusan soal tidak mengandung kata atau frase yang tidak etis atau kurang

sopan sehingga dapat menyinggung perasaan peserta didik.

commit to user

5. Revisi Hasil Uji Ahli

Revisi hasil uji ahli disini adalah perbaikan dari hasil uji terbatas yang dilakukan oleh ahli, yakni dosen pembimbing dan guru bidang studi sesuai dengan hasil uji dari ahli tersebut. Revisi ini dilakukan sampai instrumen tes yang telah dibuat dinyatakan layak oleh ahli. Soal hasil revisi tercantum pada Lampiran 5.

6. Uji Coba Terbatas

Langkah ini merupakan uji produk yakni instrumen tes pada kelompok kecil untuk mendapatkan hasil uji secara kuantitatif. Uji secara kuantitatif ini dilakukan agar didapatkan data empiris tingkat kebaikan soal yang disusun. Uji coba terbatas ini dilakukan pada kelas XI program akselerasi SMA N 1 Karanganyar dengan jumlah siswa 24 orang. Dari hasil uji akan didapatkan data mengenai taraf kesukaran, daya pembeda, efisiensi distraktor, reliabilitas. Apabila hasil dari nilai taraf kesukaran, daya pembeda, efisiensi distraktor, dan reliabilitas telah memenuhi standar baik, maka instrumen tes yang telah dibuat bisa langsung diujikan pada kelompok yang lebih besar populasinya, namun jika belum memenuhi kualifikasi standar maka instrumen tes perlu dilakukan revisi lagi. dengan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran Fisika kelas XI Program Akselerasi SMA Negeri 1 Karanganyar dan SMA Negeri 3 Surakarta.

7. Revisi Hasil Uji Coba Terbatas.

Dari hasil uji coba terbatas maka akan didapatkan kesimpulan bahwa pada instrumen tes yang dibuat perlu dilakukan revisi atau tidak. Revisi soal dilakukan dengan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran Fisika kelas XI Program Akselerasi SMA Negeri 1 Karanganyar dan SMA Negeri 3 Surakarta. Revisi dilakukan sampai ahli menyatakan soal siap untuk digunakan. Setelah revisi selesai dilakukan maka tes siap diujicobakan pada kelompok yang lebih luas. Soal hasil revisi tercantum pada Lampiran 6.

commit to user

8. Uji Coba Lapangan Kelompok Besar

Langkah ini merupakan uji coba produk pada subyek yang lebih banyak dan lebih heterogen. Uji coba ini akan dilakukan pada semua kelas XI Program Akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta. Di SMA Negeri 3 Surakarta kelas XI terdiri dari 3 kelas dimana setiap kelas terdiri dari 18-19 orang siswa. Setelah dilakukan uji coba lapangan kelompok besar, kemudian hasilnya dianalisis kembali secara kuantiatif untuk mengetahui apakah instrumen tes yang dibuat telah memenuhi standar atau belum. Jika soal telah memenuhi standar hal itu menunjukkan bahwa produk akhir telah selesai, namun jika belum memenuhi standar maka tidak akan dilakukan revisi lagi dan insttrumen tes yang dibuat akan dikumpulkan dalam suatu bank soal. Penelitian hanya behenti pada uji coba lapangan kelompok besar, karena jika dilanjutkan lagi pada kelompok yang lebih luas hal itu peneliti belum mampu karena keterbatasan biaya, tenaga, dan lain-lain.

Uraian langkah penelitian menurut Barg and Gall (1989) di atas dapat digambarkan secara sisngkat pada diagram alur penelitian Gambar 3.1 sebagai berikut .

commit to user

Gambar 3.1 Langkah Penelitian (Nana Syaodih, 2007 :169-170)