Karakteristik Penderita Efusi Pleura di Bagian Paru Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2011

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA EFUSI PLEURA DI BAGIAN PARU RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

ELIZABETH M S TOBING 090100304

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA EFUSI PLEURA DI BAGIAN PARU RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2011

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH :

ELIZABETH M S TOBING 090100304

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Karakteristik Penderita Efusi Pleura di Bagian Paru Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2011

Nama : Elizabeth M S Tobing NIM : 090100304

Pembimbing Penguji I

(Dr. Widirahardjo, Sp.P(K)) (Dr. Dadik Wahyu Wijaya, Sp.An)

NIP: 195506201981031003 NIP: 196809142008011013

Penguji II

(Dr. Anggia Chairuddin Lubis, Sp.JP)

NIP: 198107032006041003

Medan, 10 Januari 2013

Dekan

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara


(4)

ABSTRAK

Penyakit Efusi Pleura merupakan cairan yang abnormal dalam rongga pleura akibat produksi cairan yang berlebihan atau penyerapan yang berkurang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus Efusi Pluera di seluruh dunia cukup tinggi menduduki urutan ke-3. Berdasarkan catatan medik RS Dokter Kariadi Semarang jumlah prevalensi penderita efusi pleura pada perempuan 66,7% dan laki-laki 33,3%.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita Efusi Pleura di bagian paru RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dan deskriptif. Populasi adalah seluruh pasien yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan dengan sampel sebanyak 136 orang. Data dikumpulkan dengan mengambil data atau status pasien Efusi Pleura melalui rekam medik.

Hasil penelitian ditemukan proporsi pasien berdasarkan pada jenis kelamin perempuan adalah 47 orang (34,6%) dan pada laki-laki 89 orang (65,4%). Proporsi berdasarkan kelompok umur 45-59 tahun adalah 44 orang (32,4%). Berdasarkan tempat tinggal di perkotaan 110 orang (80,9%) dan pedesaan 26 orang (19,1%), berdasarkan lokasi cairan dekstra 68 orang (50%) dan sinistra 59 orang (43,3%), berdasarkan frekuensi pernafasan takipneu 83 orang (61%), berdasarkan etiologi dengan TB Paru 60 orang (44,1%) dan Tumor Paru 40 orang (29,4%).

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak peneliti, pihak Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan sehingga dapat meningkatkan dan memberikan pengetahuan tentang bahaya setiap faktor resiko dari etiologi dan perkembangannya.


(5)

ABSTRACT

Pleural effusion disease is an abnormal fluid in the pleural cavity due to excessive fluid production or decreased absorption. World Health Organization (WHO) estimates the number of cases worldwide effusions Pluera are in the third rank. Based on medical records of Dokter Kariadi Semarang Hospital prevalence of patients with pleural effusion are 66.7% women and 33.3% men.

This study purposed is to know the characteristics of patients with pleural effusion in lung deparment RSUP H. Adam Malik Medan in 2011. This study uses cross-sectional and descriptive. The population was all patients hospitalized in the lung department H. Adam Malik Medan with 136 people sample. Data were collected by taking data or status patients with Pleural effusion through medical records.

The research found the proportion of patients based on female are 47 people (34.6%) and men 89 people (65.4%). Proportion by age group 45-59 years were 44 people (32.4%). Based on place 110 people live in urban areas (80.9%) and rural 26 people (19.1%), based on the location of the liquid 68 people (50%) right and left 59 people (43.3%), based on the frequency of respiratory with takipneu 83 people (61%), based on the etiology with pulmonary TB are 60 people (44.1%) and Lung Tumors 40 people (29.4%).

From the results of this study are expected to be beneficial to the researchers,to the Hospital and Health Service can be enhance and provide knowledge about the dangers of any etiology and risk factors of its development.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “ Karakteristik Penderita Efusi Pleura di Bagian Paru Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2011”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Widirahardjo, Sp.P (K), selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Bapak dr. Dadik Wahyu Wijaya, Sp.An dan Bapak dr. Anggia Chairuddin Lubis, Sp.JP, selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberi masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini terselesaikan dengan baik. 4. Terima kasih tiada terhingga penulis persembahkan kepada kedua orang

tua penulis, Ayahanda T.L Tobing, SE dan Ibunda Idaria E. Sitanggang, SE yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan atas doa, perhatian serta dukungan yang tak putus-putusnya kepada penulis.

5. Kepada adik penulis, Yosephine Monica S Tobing, Fabiola Marsella S Tobing, Fanny Marito S Tobing, dan Immanuel R P Tobing yang telah banyak memberikan dukungan dan doa bagi penulis.

6. Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada sahabat-sahabat penulis, Daniel Andrio, Deborah, Irene, Rina, Vinanda, dan Yohana yang telah menjadi pendorong dan penyemangat penulis selama mengerjakan karya tulis ilmiah ini.


(7)

7. Seluruh staf rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.

8. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 9. Teman-teman sekelompok KTI penulis Daniel dan Hareesh serta seluruh

teman-teman Stambuk 2009 atas bantuan dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Akan tetapi besar harapan penulis, karya tulis ilmiah ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, 6 Desember 2012 Penulis,

Elizabeth M S Tobing Nim. 090100304


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Abstrak ... iv

Abstract ... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Gambar ... ix

Daftar Tabel ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4.Manfaat penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Anatomi ... 5

2.2. Fisiologi ... 6

2.3. Efusi Pleura ... 7

2.3.1 Defenisi ... 7

2.3.2 Etiologi ... 8

2.3.3 Klasifikasi ... 10

2.3.4 Patofisiologi ... 14

2.3.5 Manifestasi Klinik ... 15

2.3.6 Diagnosis ... 15

2.3.7 Penatalaksanaan ... 17


(9)

2.3.9 Prognosis ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 21

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 21

3.2. Defenisi Operasional ... 21

3.2.1. Karakteristik ... 21

3.2.1.1 Sosiodemografi ... 22

3.2.1.2 Tempat Tinggal ... 22

3.2.1.3 Lokasi Cairan ... 23

3.2.1.4 Frekuensi Pernafasan ... 24

3.2.1.5 Etiologi ... 24

3.2.2. Efusi Pleura ... 24

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 25

4.1. Jenis Penelitian ... 25

4.2. Waktu dan Tempat Pengumpulan Data ... 25

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

4.3.1. Populasi ... 25

4.3.2. Sampel ... 25

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 26

4.6. Metode Analisis Data ... 26

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi lokasi penelitian ... 27

5.2. Deskripsi karakteristik pasien ... 27

5.2.1. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin ... 27

5.2.2. Distribusi sampel berdasarkan usia ... 28

5.2.3. Distribusi sampel berdasarkan tempat tinggal ... 29

5.2.4. Distribusi sampel berdasarkan lokasi cairan ... 30

5.2.5. Distribusi sampel berdasarkan frekuensi nafas ... 30

5.2.6. Distribusi sampel berdasarkan etiologi ... 31


(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 34 6.2. Saran ... 34 DAFTAR PUSTAKA ... 35 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar 2.1. Tampilan Depan Paru dan Pleuranya ... 6 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Karakteristik


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Etiologi Efusi Pleura ... 10

Tabel 2.2 Penyebab terbanyak Efusi Plera di Amerika Serikat ... 13

Tabel 2.3 Perbedaan Transudat dan Eksudat ... 14

Tabel 3.1 Perbedaan Transudat dan Eksudat ... 26

Tabel 5.1 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin ... 28

Tabel 5.2 Distribusi sampel berdasarkan usia ... 28

Tabel 5.3 Distribusi sampel berdasarkan tempat tinggal ... 29

Tabel 5.4 Distribusi sampel berdasarkan lokasi cairan ... 30

Tabel 5.5 Distribusi sampel berdasarkan frekuensi pernafasan ... 31

Tabel 5.6 Distribusi sampel berdasarkan etiologi ... 31

Tabel 5.7 Jenis kelamin berdasarkan etiologi ... 32

Tabel 5.8 Usia berdasarkan frekuensi pernafasan ... 34


(13)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Surat Ethical Clearence Lampiran 3. Persetujuan Komisi Etik Lampiran 4. Data Induk


(14)

ABSTRAK

Penyakit Efusi Pleura merupakan cairan yang abnormal dalam rongga pleura akibat produksi cairan yang berlebihan atau penyerapan yang berkurang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus Efusi Pluera di seluruh dunia cukup tinggi menduduki urutan ke-3. Berdasarkan catatan medik RS Dokter Kariadi Semarang jumlah prevalensi penderita efusi pleura pada perempuan 66,7% dan laki-laki 33,3%.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita Efusi Pleura di bagian paru RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dan deskriptif. Populasi adalah seluruh pasien yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan dengan sampel sebanyak 136 orang. Data dikumpulkan dengan mengambil data atau status pasien Efusi Pleura melalui rekam medik.

Hasil penelitian ditemukan proporsi pasien berdasarkan pada jenis kelamin perempuan adalah 47 orang (34,6%) dan pada laki-laki 89 orang (65,4%). Proporsi berdasarkan kelompok umur 45-59 tahun adalah 44 orang (32,4%). Berdasarkan tempat tinggal di perkotaan 110 orang (80,9%) dan pedesaan 26 orang (19,1%), berdasarkan lokasi cairan dekstra 68 orang (50%) dan sinistra 59 orang (43,3%), berdasarkan frekuensi pernafasan takipneu 83 orang (61%), berdasarkan etiologi dengan TB Paru 60 orang (44,1%) dan Tumor Paru 40 orang (29,4%).

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak peneliti, pihak Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan sehingga dapat meningkatkan dan memberikan pengetahuan tentang bahaya setiap faktor resiko dari etiologi dan perkembangannya.


(15)

ABSTRACT

Pleural effusion disease is an abnormal fluid in the pleural cavity due to excessive fluid production or decreased absorption. World Health Organization (WHO) estimates the number of cases worldwide effusions Pluera are in the third rank. Based on medical records of Dokter Kariadi Semarang Hospital prevalence of patients with pleural effusion are 66.7% women and 33.3% men.

This study purposed is to know the characteristics of patients with pleural effusion in lung deparment RSUP H. Adam Malik Medan in 2011. This study uses cross-sectional and descriptive. The population was all patients hospitalized in the lung department H. Adam Malik Medan with 136 people sample. Data were collected by taking data or status patients with Pleural effusion through medical records.

The research found the proportion of patients based on female are 47 people (34.6%) and men 89 people (65.4%). Proportion by age group 45-59 years were 44 people (32.4%). Based on place 110 people live in urban areas (80.9%) and rural 26 people (19.1%), based on the location of the liquid 68 people (50%) right and left 59 people (43.3%), based on the frequency of respiratory with takipneu 83 people (61%), based on the etiology with pulmonary TB are 60 people (44.1%) and Lung Tumors 40 people (29.4%).

From the results of this study are expected to be beneficial to the researchers,to the Hospital and Health Service can be enhance and provide knowledge about the dangers of any etiology and risk factors of its development.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker dimulai ketika sel- sel normal berubah dan tumbuh tak terkendali, membentuk massa yang disebut tumor . Suatu tumor dapat jinak (tidak bersifat kanker) atau ganas (kanker, yang berarti dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh) (ASCO,2012). Kanker penis merupakan keganasan yang tumbuh pada jaringan dan kulit penis. Kanker ini dapat berkembang dibagian mana saja pada penis, terutama paling sering yaitu dibawah kulup (foreskin) pada pria yang belum disirkumsisi dan di glans penis (cancer research UK).

Kanker penis merupakan keganasan yang jarang terjadi, namun jika terdiagnosa penyakit ini dapat berujung pada kematian (Brosman, 2009). Jika ditemukan dini, kemungkinan penyembuhan sangat tinggi. Frekuensi karsinoma pernis bervariasi sesuai dengan praktek-praktek higienis dan kepercayaan budaya dan agama. Menurut statistik American Cancer Society pada tahun 2010, 1250 kanker penis di diagnosis di Amerika Serikat, dan 310 kematian dilaporkan (24,8%). Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di Afrika dan Asia, yaitu 10- 20%. Di Indonesia sendiri sulit didapatkan insiden kejadian Kanker Penis yang sebenarnya. Tingkat kematian yang tinggi menggaris bawahi keseriusan kanker ini. Insiden kanker penis meningkat pada pria berusia 60 tahun atau lebih dan puncaknya pada pria berusia 80 tahun. Kanker ini jarang pada pria muda. Sebuah penelitian oleh Stanley A. Brosman melaporkan bahwa 22% pasien dengan kanker penis lebih muda dari 40 tahun, dan 7 % lebih muda dari 30 tahun.

Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya kanker penis, seperti pria yang belum disirkumsisi, merokok, faktor usia dan infeksi HPV. Pria yang tidak di sirkumsisi saat lahir memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker penis. Namun bukan berarti dengan sirkumsisi saja dapat mencegah kanker ini (American Cancer Society). Pada perokok, bahan kimia karsinogenik yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan DNA dan meningkatkan resiko kanker.(Lisa Fayed,2009) Faktor terpenting lainnya adalah infeksi HPV (Human papilloma


(17)

virus) yang paling sering ditularkan melalui hubungan seksual, ternyata juga menjadi penyebab separuh dari kasus kanker penis (Stacy, 2009). Oleh karena itu, vaksin HPV juga dinilai bermanfaat bagi remaja pria untuk mencegah terjadinya kanker penis. Selama ini vaksin HPV hanya direkomendasikan untuk remaja putri. Jarang membersihkan daerah penis dapat menyebabkan kuman atau virus mudah berkembang. Maka pentingnya untuk menjaga kehigienisan alat kelamin pada pria untuk mengurangi resiko kanker ini (Whaley, 2011).

Begitu banyaknya teori yang membahas tentang kanker jenis ini,membuat penulis tertarik untuk membuat penelitiannya. Penulis ingin mengetahui jumlah kasus kanker penis yang didapat di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik periode 2008- 2011. Belum adanya penelitian yang dilakukan di Medan juga membuat penulis tertarik untuk meneliti. Penulis ingin mengetahui bagaimana prevalensi kejadian kanker penis, jika dibedakan menurut usia, riwayat sirkumsisi, ataupun suku bangsa.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apa saja profil Kanker Penis di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008-2011?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui profil dari Kanker Penis di Laboratorium Patologi Anatomi RS H. Adam Malik pada tahun 2008-2011.

1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian

Adapun beberapa tujuan spesifik dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui jumlah kasus Kanker Penis yang masuk di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP H.Adam Malik pada tahun 2008-2011.


(18)

2. Mengetahui riwayat sirkumsisi dan suku bangsa yang menjadi penyebab kanker penis terbanyak pada tahun tersebut melalui rekam medis pasien.

3. Mengetahui usia penderita dan jenis kanker penis di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik pada tahun 2008-2011.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Kanker Penis.

2. Penerapan ilmu Community Research Program (CRP) yang diperoleh semasa perkuliahan.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Menambah kepustakaan dan bahan penelitian selanjutnya di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.4.3 Bagi Rumah Sakit

Memberi informasi mengenai profil Kanker Penis.

1. Penelitian ini dapat menjadi pembelajaran apakah data-data pasien yang selama ini masuk lengkap atau tidak melalui rekam medik yang ada.

2. Adanya studi perbandingan seperti ini, diharapkan dapat membantu dunia medis dalam menguak etiologi Kanker Penis.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Kanker adalah kelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan penyebaran sel abnormal yang tidak terkendali (Kaplan, Salis & Patterson, 1993). Dalam keadaan normal, sel akan membelah diri jika ada penggantian sel- sel yang rusak dan telah mati. Sel kanker akan bertumbuh secara abnormal diluar kendali dan akan menyerang (tumbuh) ke dalam jaringan lain. (American Cancer Society)

Kanker dapat menyebar ke kelenjar getah bening dan atau organ lain yang letaknya jauh (Diananda,2007). Kanker diklasifikasikan berdasarkan jenis jaringan dimana sel kanker itu berasal atau berdasarkan lokasi tubuh dimana kanker itu berkembang. Keganasan yang ditemukan pada kulit dan jaringan penis disebut kanker penis. Kanker penis adalah bentuk yang jarang dari kanker yang terjadi terutama pada pria yang tidak disunat (American Society of Clinical oncology).

2.2. Anatomi dan Histologi

Sistem reproduksi pria terdiri dari struktur luar dan struktur dalam. Struktur luar terdiri dari penis, skrotum dan testis. Sedangkan struktur dalam terdiri dari vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan vesika seminalis (Medicastore).

Penis terdiri dari akar (menempel pada dinding perut), badan (merupakan bagian tengah dari penis), dan glans penis. Bagian utama dari Penis disebut meatus, dan kepala penis disebut glans (American Cancer Society, 2012). Lubang uretra yaitu saluran tempat keluarnya semen dan air kemih, terdapat di ujung glans penis. Dasar glans penis disebut korona. Pada pria yang tidak disirkumsisi, preputium (kulit depan) membentang mulai dari korona menutupi glans penis.


(20)

Gambar 2.1.Anatomi Sistem Reproduksi Pria ( dikutip dari Netter, 2006)

Penis adalah organ seksual dan reproduksi pria yang diselubungi oleh kulit bagian kepala dan prepusium. Penis berbentuk bulat memanjang dan memiliki ujung berbentuk seperti kerucut (Glans penis) yang dipenuhi serabut saraf sehingga akan membuat penis menjadi sangat peka dan sensitif.

Penis terdiri dari 3 bagian yaitu 2 corpus cavernosum uretra, dan pada ujung penis membentuk preputium. Corpus penis terdiri dari 2 corpus cavernosus lateral, 1 corpus spongiosum medial dan mengelilingi uretra (Manski, 2012).

Korpus kavernosum uretra melebar pada ujungnya, membentuk glans penis. Korpus kavernosa dibungkus oleh lapisan jaringan ikat padat kuat, yaitu tunika albuginea. Di dalam setiap korpus yang terbungkus oleh tunika albuginea terdapat jaringan erektil yang berupa jaringan kavernus (berongga) seperti spon. Jaringan ini terdiri atas sinusoid atau rongga lakuna yang dilapisi oleh endotelium dan otot polos kavernosus. Rongga lakuna ini dapat menampung darah yang cukup banyak sehingga menyebabkan ketegangan batang penis (Purnomo, 2011).


(21)

Korpus kavernosa penis dan uretra terdiri atas jaringan erektil ruang- ruang venosa yang dilapisi oleh sel- sel endotel utuh dan dipisahkan oleh trabekula yang terdiri atas serat- serta jaringan ikat dan sel- sel otot polos.

Gambar 2.2. Anatomi Penis ( dikutip dari Junqueira et al, 1998)

Preputium adalah lipatan kulit retraktil yang mengandung jaringn ikat dengan otot polos di bagian dalamnya. Kelenjar sebasea terdapat di lipatan dalam dan pada kulit yang menutupi glans. Sebagian besar uretra penis dilapisi oleh epitel bertingkat silindris; tetapi dalam glans penis, menjadi epitel berlapis gepeng.

Kelenjar Littre pengsekresi lendir terdapat di sepanjang uretra penis. Ereksi terjadi karena rangsangan yang membuat darah dalam jumlah besar mengalir dan memenuhi pembuluh darah penis sehingga penis menjadi besar, tegang dan keras (Junqueira et al, 1998).


(22)

Gambar 2.4 Squamous cell carcinoma ( dikutip dari Eble et al, 2004)

Gambar 2.5 Melanoma ( dikutip dari Eble et al, 2004)


(23)

2.3. Epidemiologi

Kanker penis merupakan keganasan yang jarang terjadi. Kanker penis lebih sering terjadi pada beberapa bagian Asia, Afrika, dan Amerika Selatan, mencapai hingga 10% dari kanker pada pria, dibandingkan di Amerika Serikat (American Society of Clinical Oncology, 2012). Berdasarkan data statistik dari American cancer society, diperkirakan 1.570 orang di Amerika Serikat akan didiagnosa kanker penis. Angka kematian diperkirakan mencapai 310 orang akibat kanker ini.

Persentase orang- orang yang bertahan hidup hingga lima tahun setelah terdeteksi penyakit ini ( tidak termasuk mereka yang meninggal akibat penyakit lain) dengan kanker penis yang belum menyebar yaitu 85 % Jika kanker telah menyebar di dekat penis (penyebaran lokal), tingkat kelangsungan hidup lima tahun adalah 59 %. Jika kanker telah menyebar ke bagian tubuh (penyebaran jauh), tingkat kelangsungan hidup lima tahun adalah 11 %. Perkiraan ini berdasarkan data dari ribuan orang dengan kanker ini, namun resiko sebenarnya mungkin berbeda bagi individu tertentu. ( American Cancer Society publication, Cancer fact and figure, 2012).

Kanker penis terhitung sekitar 0,4- 0,6 % dari seluruh keganasan di Amerika Serikat dan Eropa (Lucky et al, 2009). Lebih dari 95% kanker penis adalah jenis karsinoma sel skuamosa (Doraiswamy et al, 2010). Di negara-negara dimana sunat pada bayi adalah umum, seperti Israel dan Amerika Serikat, kejadian karsinoma skuamosa penis rendah. Di perkotaan India, kejadian kanker penis berkisar 0,7-2,3 kasus per 100.000 pria. Di pedesaan India, tingkat kejadiannya adalah 3 kasus per 100.000 pria . Menurut data dari The National Cancer Institute’s Surveillance, Epidemiology, and End Results (SEER), ditemukan bahwa kejadian kanker penis telah menurun selama 3 dekade terakhir.

Kanker penis sangat jarang pada pria yang disunat, terutama jika mereka disunat pada saat neonatus. Hubungan antar kanker serviks pada wanita yang memiliki pasangan dengan kanker penis telah diamati, dan ada bukti yang menunjukkan bahwa pasien yang terinfeksi HPV tipe 16, 18, 31 dan 33 dapat


(24)

Kanker ini cenderung menjadi penyakit pada orang tua dan insidennya meningkat secara tiba- tiba pada dekade keenam dan memuncak pada usia 80 tahun.

2.4. Faktor Resiko

Pria yang tidak disirkumsisi saat lahir memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker penis. Sirkumsisi adalah operasi dengan membuang preputium penis sehingga glans penis selalu terbuka dan tidak ditutupi lagi oleh preputium. Pada pria yang tidak disirkumsisi, kotoran (smegma) yang menempel pada glans penis (kepala penis) akan sulit dibersihkan karena kulit yang masih ketat. Jika menumpuk, kotoran tersebut dapat memicu radang atau inflamasi yang dapat menjadi pencetus kanker penis. Sirkumsisi dapat membantu mencegah infeksi virus HIV. Sebuah survei internasional dalam New England Journal of Medicine menyimpulkan bahwa sirkumsisi pada laki-laki berhubungan dengan penurunan risiko infeksi Human Papillomavirus atau HPV (Watson, 2005). HPV dapat ditularkan dari pasangan saat berhubungan seksual. Bergonta-ganti pasangan seksual juga menjadi sebuah faktor resiko (Lisa Fayed,2009). Fimosis adalah prepusium penis yang tidak dapat diretraksi. Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi alamiah antara prepusium dengan glans penis Pada pria yang tidak disirkumsisi juga dapat terjadi fimosis (Terlecki, 2011). Kanker penis sering terjadi pada pria dengan fimosis (American Cancer Society).

Faktor usia, kanker penis umumnya diderita oleh pria usia 60 tahun ke atas. Bahan kimia karsinogenik yang masuk ke dalam tubuh pada perokok, dapat menyebabkan kerusakan DNA pada sel- sel dalam penis (Lisa Fayed, 2009). Kehieginisan alat kelamin juga harus dijaga agar kuman atau virus tidak berkembang.

2.5. Klasifikasi dan Patologi (Lucky, 2011) Menurut TNM (tumor, nodus, metastase) Berdasarkan lokasi tumor primer

TX : tumor tidak dapat dikaji T0 : tumor tidak jelas

Tis : ada CIS (Carsinoma In Situ)


(25)

T1 : tumor infasif ke jaringan sub epitel.

T2 : tumor infasif ke corpora spongiosum atau cavernosum T3 : tumor infasif ke uretra atau prostat.

T4 : tumor infasif ke struktur yang berdekatan. Kelenjar limfe regional (N)

NX Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai

N0 Tidak teraba atau tidak ada metastase kelenjar getah bening inguinal N1 Ada metastase ke kelenjar getah bening inguinalis tunggal

N2 Ada metastase ke lebih dari satu kelenjar getah bening inguinal multipel atau bilateral

N3 Ada metastase di luar kelenjar getah bening di paha atau metastase ke kelenjar getah bening di panggul, multipel atau bilateral

Metastasis (M)

M0 Tidak ada metastasis jauh M1 Metastasis jauh

Stadium

1. .Stadium 0 ( Carcinoma in Situ)

Pada stadium 0, sel yang abnormal atau pertumbuhan yang terlihat seperti kutil ditemukan pada permukaan kulit penis.

2. Stadium I

Pada stadium I, kanker telah terbentuk dan menyebar ke jaringan ikat di bawah kulit penis. Kanker belum menyebar ke pembuluh getah bening atau pembuluh darah.

3. Stadium II

Pada stadium II, kanker telah menyebar ke jaringan ikat di bawah kulit penis. Kanker juga telah menyebar ke pembuluh getah bening atau pembuluh darah.


(26)

4. Stadium III

Dibagi menjadi tahap IIIa dan tahap IIIb.

Pada tahap IIIa, kanker telah menyebar ke satu kelenjar getah bening di selangkangan. Kanker juga telah meyebar ke jaringan ikat di bawah kulit penis. Kanker mungkin juga telah menyebar ke pembuluh getah bening atau pembuluh darah.

Pada tahap IIIb, kanker telah menyebar ke lebih dari satu kelenjar getah bening di salah satu sisi selangkangan atau ke kelenjar getah bening pada kedua sisi pangkal paha. Kanker juga menyebar ke jaringan ikat di bawah kulit penis.

5. Stadium IV

Pada stadium IV, kanker telah menyebar ke jaringan dekat penis seperti prostat, dan mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di paha atau panggul, atau pada satu atau lebih kelenjar getah bening di panggul, atau kanker telah metastasis

Jenis – Jenis Kanker Penis

(a) Kanker sel skuamosa

Jenis ini merupakan jenis yang paling umum dari kanker penis. Kanker sel skuamosa dapat berkembang dibagian mana saja pada penis, yang paling umum yaitu pada glans penis (kepala penis) dan kulup ( pada pria yang tidak sirkumsisi).

(b) Adenokarsinoma

Tipe ini bermula pada sel- sel kelenjar penghasil keringat di kulit penis. Tipe ini lebih jarang dibandingkan kanker sel skuamosa.

(c) Melanoma

Melanoma ini berkembang dari sel- sel pada kulit yang memberikan warnanya. Melanoma biasanya berkembang pada area tubuh yang terpapar sinar matahari, namun beberapa berkembang pada tempat- tempat yang tidak langsung terpapar sinar matahari.


(27)

(d) Kanker sel basal penis

Kanker ini berkembang dari sel-sel basal, ditemukan pada lapisan kulit terdalam. Area yang terpapar sinar matahari merupakan tempat berkembangnya. Tipe ini perkembangannya sangat lambat dan sangat jarang menyebar ke bagian tubuh lain.

(e) Sarkoma

Bermula pada jaringan ikat tubuh yaitu seperti tulang, lemak, otot dan tulang rawan. Jenis sarkoma sangat jarang ditemukan, berkembang dengan cepat. 2.6. Diagnosa

Dalam kebanyakan kasus, tanda pertama dari kanker penis adalah perubahan kulit penis. Kulit bisa berubah warna menjadi lebih tebal. Adanya suatu ulkus (luka) atau benjolan di penis juga dapat ditemukan pada penderita. Gejala lainnya adalah luka pada penis, luka terbuka pada penis dan nyeri penis serta perdarahan pada penis (pada stadium lanjut).

Kanker ini paling sering pertama kali bermetastase ke kelenjar getah bening di selangkangan. Hal ini menyebabkan kelenjar getah bening menjadi bengkak. Benjolan nya mudah dirasakan di bawah kulit. Tanda- tanda dan gejala tersebut tidak selalu berarti kanker penis. Bisa disebabkan juga oleh adanya infeksi.

Diagnosa awal pada kanker penis dapat dilakukan melalui anamnesa yang lengkap dengan pasien untuk mengetahui gejala klinis serta faktor- faktor resiko yang mungkin dimiliki pasien. Pemeriksaan fisik pada alat genital juga dapat dilakukan.

Jika dari hasil anamnesa dan pemeriksaan klinis didapatkan tanda- tanda dari kanker penis, dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti X-Ray, CT-Scan ataupun Ultrasound, lalu aspirasi biopsi dan biopsi. Biopsi dilakukan untuk membantu diagnosa dokter secara akurat.

2.6.1. Biopsi Aspirasi Jarum Halus 2.6.2. Biopsi Insisional

Untuk biopsi insisional hanya bagian dari jaringan abnormal yang diambil. Jenis biopsi ini sering dilakukan untuk lesi yang lebih besar, yang ulserasi atau


(28)

yang tumbuh dalam ke jaringan. Biopsi ini biasanya dilakukan dengan anestesi lokal.

2.6.3. Biopsi Eksisi

Dalam biopsi eksisi, lesi seluruhnya diambil. Jenis biopsi ini lebih sering digunakan jika daerah abnormal kecil, seperti nodul (benjolan yang membengkak) atau plak yaitu satu cm (sekitar 3/8 inci) atau kurang. Jika area yang abnormal hanya pada kulup, dapat direkomendasikan sirkumsisi sebagai bentuk biopsi untuk menghilangkan lesi sepenuhnya.


(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Gambar 3.1. Kerangka Konsep 3.2. Variabel dan Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengukuran Kategori Skala

1 Usia penderita

Jangka panjang hidup (umur) pasien

ketika pertama kali di diagnosa menderita kanker

penis.

Melakukan pengumpulan data pada rekam medis

1. 40-59 tahun 2. 60-74 tahun

3. > 75 tahun Ordinal

2 Jenis kanker penis

Jenis kanker penis yang diderita oleh

pasien.

Melakukan pengumpulan data pada rekam medis

1. Kanker sel skuamosa penis 2. Kanker sel

basal penis 3. Adenokarsino ma 4. Melanoma 5. Sarkoma Nominal Profil : 1. Usia

2. Jenis kanker penis 3. Riwayat sirkumsisi 4. Suku bangsa


(30)

3 Riwayat sirkumsisi Sirkumsisi adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis

atau preputium.

Melakukan pengumpulan data pada rekam medis

1. Sirkumsisi 2. Tidak

sirkumsisi Nominal

4 Suku bangsa

Suku bangsa adalah kelompok tertenu yang memiliki kesamaan latar belakang. Melakukan pengumpulan data pada rekam medis

1. Batak 2. Karo 3. Jawa 4. Tionghoa 5. Dll. Nominal

5 Kanker Penis

Penderita yang mengalami keganasan pada penis Melakukan pengumpulan data pada rekam medis


(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah studi retrospektif.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian Laboratorium Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – November 2012. • Persiapan proposal : Maret 2012- Mei 2012

• Pengambilan, pengumpulan, serta hasil penelitian : Agustus 2012- November 2012

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh penderita kanker Penis dari bulan Januari 2008 sampai bulan Desember 2011 di RSUP H. Adam Malik, yaitu sebanyak 15 kasus.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi yang telah sesuai dengan rekam medik penderita kanker penis di RSUP H. Adam Malik Medan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling.

• Kriteria Inklusi


(32)

• Kriteria Eksklusi

 Data rekam medis pasien yang tidak lengkap.  Tidak didapatkan hasil pemeriksaan histologi.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dengan menggambil data sekunder dari rekam medik penderita kanker Penis dari bulan Januari 2008 sampai bulan Desember 2011 di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.5 Metode Analisis Data

Semua data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution).


(33)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan. Adapun rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan tipe A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/. VII/ 1990 untuk daerah Sumatera Utara,Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Sehingga diharapkan populasi yang didapatkan akan lebih representatif untuk jangkauan daerah khususnya Sumatera Utara. Selain itu, rumash sakit ini juga merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tangga 6 September 1991. Dengan demikian, diharapkan hasil penelitian ini dapat lebih mudah disosialisasikan.

5.2. Profil Sampel

Dalam penelitian ini diperoleh 15 orang penderita kanker penis di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2008 - 2011. Profil penderita kanker penis yang diamati adalah umur, jenis kanker penis, riwayat sirkumsisi dan suku bangsa.

Dari penelitian ini diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia

No. Umur Frekuensi Persentase

1. 2. 3. 40-59 60-74 >75 13 2 0 86.7 13.3 0,0


(34)

Dari tabel 5.1 diperoleh bahwa kelompok usia terbanyak pada penderita kanker penis yaitu usia 40- 59 tahun sebanyak 13 orang (86,7 %) .

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kanker Penis

No. Jenis kanker penis Frekuensi Persentase

(%) 1. 2. 3. 4. 5.

Kanker sel skuamosa penis Kanker sel basal penis Adenokarsinoma Melanoma Sarkoma 15 0 0 0 0 100,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Total 15 100,0

Dari tabel 5.2 diperoleh bahwa Jenis kanker penis terbanyak pada penderita kanker penis yaitu jenis kanker sel skuamosa penis sebanyak 15 orang (100%).

Tabel 5.3. Distribusi sampel berdasarkan Riwayat Sirkumsisi

No. Riwayat sirkumsisi Frekuensi Persentasi(%) 1. 2. Sirkumsisi Tidak sirkumsisi 4 11 26,7 73,3

Total 15 100,0

Dari tabel 5.3 diperoleh bahwa penderita kanker penis lebih banyak tidak mempunyai riwayat sirkumsisi yaitu sebanyak 11 orang (73,3%).

Tabel 5.4 distribusi sampel berdasarkan suku bangsa

No. Suku bangsa Frekuensi Persentasi (%)

1. 2. 3. Batak Karo Jawa 10 1 4 66,7 6,7 26,7


(35)

4. 5.

Tionghoa Lain – lain

0 0

0,0 0,0

Total 15 100,0

Dari tabel 5.4 diperoleh bahwa suku bangsa terbanyak pada penderita kanker penis yaitu suku Batak sebanyak 10 orang (66,7%) dan jumlah paling sedikit pada suku Karo sebanyak satu orang (6,7%).

5.3. Pembahasan

Pada penderita kanker penis, ternyata paling banyak ditemukan penderita pada kelompok usia 40-59 tahun (86,7%.). Nilai rata-rata yang didapat pada penelitian ini adalah usia 45,8 tahun. Termasuk juga pada penelitian Magoha (2000) didapatkan rata-rata usia terkena kanker penis adalah 47,9 tahun dari range 40-61 tahun. Terdapat selisih 2 tahun pada penelitian sebelumnya. Adapun dalam penelitian Samuel (2011), kanker penis paling sering ditemukan pada pria dengan usia 50- 70 tahun, usia < 40 tahun hanya 19% dan usia < 30 tahun yaitu 7%.

Jenis kanker penis yang ditemukan yaitu jenis kanker sel skuamosa dengan jumlah 15 orang (100%). Sementara itu, seperti yang dikutip Brian (2011) dari penelitian yang dilakukan di Amerika, ditemukan bahwa jenis kanker sel skuamosa penis terdapat 93% dari seluruh jenis keganasan penis.

Ditinjau dari riwayat sirkumsisi (Tabel 5.3), dapat dilihat bahwa penderita kanker penis lebih banyak yang tidak memiliki riwayat sirkumsisi yaitu 11 orang (73,3%). Sedangkan riwayat penderita yang mendapat sirkumsisi yaitu sebanyak empat orang ( 26,7%). Adapun penelitian yang dilakukan di Amerika (Edgar, 2000), ditemukan bahwa dari 89 penderita kanker penis terdapat dua orang (2,3%) yang disirkumsisi dan 87 orang lainnya tidak disirkumsisi. Sirkumsisi pada saat neonatus dapat mencegah terjadinya fimosis dan infeksi Human Papillomavirus, sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya kanker penis. Pada pria yang tidak disirkumsisi, smegma akan menumpuk sehingga mengakibatkan tempat


(36)

kondisi dimana kulup penis menjadi terlalu ketat dan sulit untuk ditarik kembali. Dengan dilakukan sirkumsisi serta menjaga kebersihan dari alat vital, dapat mengurangi resiko kanker penis, infeksi Human Papillomavirus atau HPV dan penyakit fimosis.

Ditinjau dari suku bangsa (Tabel 5.4) dapat dilihat bahwa penderita kanker penis paling banyak ditemukan pada suku Batak yaitu sepuluh orang(66,7%), diikuti suku Jawa yaitu empat orang (26,7%) dan suku Karo yaitu satu orang (6,7%). Hasil ini belum bisa dibandingkan dengan apapun karena memang belum ada penelitian di Indonesia yang menghubungkan antara angka kejadian kanker penis dengan suku bangsa tertentu. Menurut Magoha (2000), insidensi terjadinya kanker ini dipengaruhi oleh kehieginisan alat kelamin, agama, dan berbagai tradisi yang ada di berbagai negara. Tradisi suku bangsa Batak memang tidak memiliki kebiasaan atau mewajibkan kaum pria untuk melakukan sirkumsisi. Hal ini lah yang kemungkinan menjadi penyebab, mengingat bahwa salah satu faktor resiko kanker penis adalah tidak melakukan sirkumsisi. Lain hal dengan suku Jawa. Tradisi suku Jawa mewajibkan kaum pria untuk melakukan sirkumsisi. Hal itulah yang membuat angka kejadian kanker penis di suku Jawa rendah. Menurut data dari BPS Sumut, perbandingan etnis di kota Medan yaitu suku Jawa sebesar 33,03% , Batak 20,93% dan Karo 4,10 %. Berdasarkan data tersebut didapati bahwa suku bangsa yang paling banyak yaitu Jawa dan Batak. Hal ini yang mendukung bahwa suku Batak di kota Medan yang menjadi faktor resiko terbanyak pada kejadian kanker penis.


(37)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh pada profil kanker penis di laboratorium patologi anatomi RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2008- 2011 yaitu:

a. Penderita Kanker Penis yang paling banyak pada kelompok usia 40- 59 tahun (86,7%).

b. Jenis Kanker Penis yang paling banyak adalah kanker sel skuamosa penis (100%).

c. Pada penderita Kanker Penis paling banyak ditemukan riwayat tidak disirkumsisi (73,3%).

d. Suku bangsa yang paling banyak dijumpai pada penderita Kanker Penis yaitu suku Batak (66,7%).

6.2. Saran

Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian tersebut, maka terdapat beberapa saran sebagai berikut:

a. Pentingnya menjaga kebersihan pada organ kelamin pria dan sebaiknya dilakukan sirkumsisi untuk mencegah terjadinya penyakit Kanker Penis. b. Pencatatan rekam medis mengenai riwayat penyakit pasien sebaiknya ditulis

secara lengkap untuk membantu para peneliti yang khususnya menggunakan data rekam medik pada penelitiannya.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2012. Cancer Facts & Figures 2012. Atlanta, Ga: American Cancer Society. Available from :

[ Accessed, 6 June 6th 2012; 17:00 ]

American Cancer Society. 2012. Penile Cancer. Atlanta. Available from :

[ Accessed, 20 May 20th 2012; 23:00 ]

American Joint Committee on Cancer. Penis. In: AJCC Cancer Staging Manual. 7th ed. New York: Springer; 2010:447−451.

Daling J.R., Madeleine M.M., Johnson L.G., et al. Penile cancer: importance of circumcision, human papillomavirus and smoking for insitu and invasive disease.

Diananda, R., 2007. Mengenal Seluk-beluk Kanker. Jogjakarta: Kata Hati.

Doraiswamy, V.A., 2010. Leukocytosis and hypercalcemia: A rare combination of paraneoplastic features in squamous cell penile cancer. USA : Southern Medical Journal. Available from

[ Accessed, 5 June 5th 2012; 18:00 ]

Eble, J.N., Sauter, G., Epstein, J.I., et al. 2004. Pathology and Genetics of Tumours of the Urinary System and Male Genital Organs. Italy .


(39)

Fayed, L.,2009. Penile Cancer Causes. New York. Available from:

file:///C:/Users/Toshiba/Documents/D/SUMBER/lisa%20fayed%202009.htm Junqueira, C.L., Carneiro, J., & Kelley, O.R., 1998. Histologi Dasar. 8th ed.

Jakarta : ECG

Kaplan, R. M., Sallis, J. F., & Patterson, T. L. 1993. Health ad Human Behavior. USA: McGraw-Hill, Inc.

Lawindy, S.M., Rodriguez, A.R., Horenblas, S., et al. 2011. Current and Future Strategies in the Diagnosis and Management of Penile Cancer.

Lucky, B., Rogers, B., & Parr, N.J., 2009. Referrals into a dedicated British penile cancer centre and sources of possible delay. United Kingdom. Available from

[ Accessed, 4 June 4th 2012; 15:30]

Magoha, G.A.O., Ngumi, Z.W.W., 2000. Cancer of the Penis at Kenyatta National Hospital. East African.

Manski, D., 2012. Anatomy of Penis. Available from :

[ Accessed, 28 May 28th 2012; 18:30]

Morris, B.J., Gray, R.H., Castellsague, X., et al., 2011. The Strong Protective Effect of Circumcision against Cancer of the Penis.


(40)

Purnomo, B.B., 2011. Dasar- dasar Urologi. 3rd ed. Malang : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 19- 20

Schoen, E.J., Oehrli, M., Colby, C.J., et al., 2000. The Highly Protective Effect of Newborn Circumcision Against Invasive Penile Cancer.

Stacy, M.K., 2009. HPV Infections Linked to Penile Cancer. Atlanta. Available from :

[ Accessed, 25 May 25th 2012; 20:00]

Terlecki, P.R., 2011. Phimosis, Adult Circumcision, and Buried Penis. North Carolina. Available from:

Watson, A.R., 2005. Human Papillomavirus: Confronting the Epidemic - A Urologist’s Perspective. USA. Available from:

[ Accessed, 10 May 10th 2012; 19:00]

Whaley, T.J., 2011. Penile Cancer: The Basics. Pennsylvania. Available from : file:///C:/Users/Toshiba/Documents/D/SUMBER/oncolink.htm


(41)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Elizabeth M S Tobing

Tempat/tanggal lahir : Medan/ 26 Maret 1991

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Iskandar Muda No. 24L Medan Orang Tua : - Ayah : T.L Tobing, SE

- Ibu : Idaria Erita Sitanggang, SE Riwayat Pendidikan : 1. TK Antonius Medan 1996-1997

2. SD St.Antonius 6 Medan 1997-2000 SD St. Antonius 4 Medan 2000-2003 3. SMP St.Thomas 1 Medan 2003-2006 4. SMA Negeri 1 Medan 2006-2009

5. Fak. Kedokteran USU Medan 2009- sekarang

Riwayat Organisasi : 1. Anggota sie Karoke Porseni 2010

2. Anggota sie Dekorasi dan hiburan Simposium Dies

Natalis FK USU


(42)

(43)

(44)

Jns Kelamin Umur Tempat Tinggal Lokasi Cairan Frek.Nafas Etiologi

Perempuan 35 Perkotaan Dekstra 24 Ca Mamae Perempuan 54 Pedesaan Dekstra 24 Tumor Paru Laki-laki 67 Pedesaan Sinistra 24 TB Paru Perempuan 80 Perkotaan Sinistra 30 Tumor Paru Perempuan 74 Perkotaan Sinistra 30 TB Paru Laki-laki 19 Perkotaan Dekstra 24 TB Paru Laki-laki 36 Perkotaan Dekstra 32 TB Paru Laki-laki 41 Perkotaan Sinistra 32 TB Paru Laki-laki 31 Perkotaan Dekstra 24 TB Paru Laki-laki 76 Perkotaan Sinistra 24 Tumor Paru Laki-laki 61 Perkotaan Sinistra 36 TB Paru Perempuan 40 Perkotaan Dekstra 28 TB Paru Laki-laki 43 Perkotaan Sinistra 24 TB Paru Laki-laki 42 Perkotaan Dekstra 24 TB Paru Perempuan 22 Perkotaan Sinistra 26 TB Paru Laki-laki 60 Pedesaan Sinistra 24 TB Paru Laki-laki 52 Perkotaan Bilateral 24 TB Paru Laki-laki 54 Perkotaan Sinistra 28 Tumor Paru Laki-laki 27 Perkotaan Dekstra 32 TB Paru Laki-laki 16 Perkotaan Bilateral 24 Pneumonia Perempuan 46 Pedesaan Sinistra 28 Tumor Paru Laki-laki 53 Perkotaan Dekstra 28 Tumor Paru Laki-laki 67 Perkotaan Sinistra 30 Tumor Paru Laki-laki 72 Perkotaan Dekstra 22 TB Paru


(45)

Laki-laki 50 Perkotaan Sinistra 30 Tumor Paru Laki-laki 66 Perkotaan Dekstra 24 Tumor Paru Laki-laki 24 Perkotaan Dekstra 28 TB Paru Laki-laki 50 Perkotaan Dekstra 24 TB Paru Perempuan 63 Perkotaan Sinistra 30 Tumor Paru Laki-laki 53 Perkotaan Bilateral 24 TB Paru Laki-laki 40 Perkotaan Sinistra 30 Tumor Paru Laki-laki 50 Perkotaan Sinistra 28 TB Paru Laki-laki 66 Perkotaan Sinistra 24 Tumor Paru Laki-laki 64 Perkotaan Bilateral 20 Perikarditis Perempuan 45 Perkotaan Sinistra 28 Tumor Paru Laki-laki 60 Perkotaan Dekstra 24 Tumor Paru Laki-laki 28 Pedesaan Dekstra 28 TB Paru Laki-laki 51 Pedesaan Sinistra 30 Tumor Paru Perempuan 58 Perkotaan Dekstra 28 Tumor Paru Perempuan 65 Pedesaan Dekstra 22 Tumor Paru Laki-laki 30 Perkotaan Dekstra 28 TB Paru Laki-laki 22 Pedesaan Sinistra 22 TB Paru Perempuan 59 1Perkotaan Dekstra 32 TB Paru Laki-laki 16 Perkotaan Sinistra 36 TB Paru Perempuan 29 Perkotaan Sinistra 24 TB Paru Laki-laki 49 Perkotaan Sinistra 22 Tumor Paru Perempuan 58 Perkotaan Dekstra 30 Ca Ovarium Laki-laki 23 Perkotaan Dekstra 32 TB Paru


(46)

Laki-laki 70 Perkotaan Dekstra 28 Tumor Paru Perempuan 30 Perkotaan Dekstra 28 TB Paru Perempuan 19 Perkotaan Sinistra 24 TB Paru Laki-laki 52 Perkotaan Sinistra 32 PPOK Laki-laki 60 Perkotaan Dekstra 28 Tumor Paru Perempuan 70 Perkotaan Sinistra 24 Ca Paru Laki-laki 27 Perkotaan Sinistra 24 TB Paru Perempuan 23 Perkotaan Dekstra 32 Ca Paru Perempuan 34 Perkotaan Dekstra 24 TB Paru Laki-laki 20 Perkotaan Sinistra 26 Tumor

Mediastinum

Laki-laki 61 Perkotaan Sinistra 24 Tumor Paru Laki-laki 21 Perkotaan Dekstra 26 TB Paru Perempuan 56 Pedesaan Dekstra 28 Tumor Paru Laki-laki 52 Perkotaan Sinistra 32 TB Paru Laki-laki 37 Perkotaan Dekstra 28 TB Paru Laki-laki 34 Perkotaan Sinistra 28 TB Paru Perempuan 66 Perkotaan Bilateral 24 TB Paru Laki-laki 49 Perkotaan Bilateral 24 Tumor Paru Perempuan 46 Pedesaan Dekstra 20 Ca Peritonitis Laki-laki 56 Perkotaan Dekstra 28 Tumor Paru Perempuan 67 Pedesaan Bilateral 28 Tumor

Mediastinum

Perempuan 43 Perkotaan Dekstra 24 Ca Ovarium Laki-laki 57 Perkotaan Sinistra 32 Tumor Paru Perempuan 42 Perkotaan Dekstra 28 Tumor Paru


(47)

Laki-laki 42 Perkotaan Sinistra 28 TB Paru Perempuan 54 Perkotaan Dekstra 32 Ca Servix Laki-laki 49 Pedesaan Sinistra 30 Empiema Laki-laki 32 Perkotaan Sinistra 30 TB Paru Perempuan 21 Perkotaan Dekstra 34 TB Paru Laki-laki 28 Perkotaan Dekstra 24 Tumor Paru Perempuan 36 Pedesaan Sinistra 22 TB Paru Perempuan 58 Perkotaan Sinistra 26 Ca Paru Laki-laki 54 Perkotaan Sinistra 28 Tumor Paru Laki-laki 47 Pedesaan Sinistra 19 CHF Laki-laki 34 Pedesaan Sinistra 30 CHF Laki-laki 56 Perkotaan Dekstra 32 Tumor Paru Laki-laki 60 Perkotaan Sinistra 26 Tumor Paru Perempuan 44 Pedesaan Dekstra 20 TB Paru Laki-laki 60 Perkotaan Sinistra 24 TB Paru Perempuan 23 Perkotaan Dekstra 28 TB Paru Laki-laki 63 Perkotaan Sinistra 28 Ca Paru Perempuan 60 Perkotaan Sinistra 28 Tumor

Abdomen

Laki-laki 72 Perkotaan Bilateral 30 Tumor Paru Laki-laki 42 Perkotaan Sinistra 24 Tumor Paru Perempuan 32 Perkotaan Sinistra 28 Mesothelioma Laki-laki 58 Pedesaan Sinistra 20 Ca Paru Laki-laki 46 Perkotaan Sinistra 22 TB Paru Laki-laki 19 Pedesaan Dekstra 20 TB Paru


(48)

Laki-laki 45 Perkotaan Dekstra 24 Ca Paru Laki-laki 38 Perkotaan Dekstra 20 TB Paru Laki-laki 60 Perkotaan Sinistra 28 TB Paru Perempuan 26 Perkotaan Dekstra 24 TB Paru Laki-laki 58 Perkotaan Bilateral 24 Pneumonia Perempuan 58 Pedesaan Sinistra 24 TB Paru Perempuan 58 Perkotaan Sinistra 32 Ca Paru Laki-laki 44 Perkotaan Dekstra 32 TB Paru Perempuan 59 Perkotaan Sinistra 32 Empiema Perempuan 23 Perkotaan Dekstra 28 TB Paru Laki-laki 51 Perkotaan Dekstra 36 TB Paru Perempuan 19 Perkotaan Dekstra 24 TB Paru Laki-laki 56 Perkotaan Dekstra 30 Pneumonia Laki-laki 63 Pedesaan Sinistra 26 TB Paru Laki-laki 30 Perkotaan Sinistra 24 TB Paru Laki-laki 63 Pedesaan Dekstra 40 Empiema Laki-laki 46 Pedesaan Dekstra 28 TB Paru Perempuan 80 Perkotaan Sinistra 26 Ca Paru Laki-laki 72 Perkotaan Dekstra 28 PPOK Laki-laki 56 Perkotaan Dekstra 28 Ca Paru Laki-laki 54 Pedesaan Sinistra 28 Post Thoracic

Drainage

Perempuan 60 Pedesaan Dekstra 22 Tumor Paru Laki-laki 66 Perkotaan Sinistra 22 Pneumonia Laki-laki 59 Perkotaan Dekstra 26 Ca Paru


(49)

Laki-laki 67 Perkotaan Dekstra 30 Tumor Paru Laki-laki 62 Perkotaan Dekstra 28 Respiratory

Distress

Laki-laki 51 Perkotaan Dekstra 28 TB Paru Laki-laki 28 Perkotaan Dekstra 24 Pleuritis TB Perempuan 41 Perkotaan Dekstra 28 Tumor Paru Perempuan 64 Perkotaan Dekstra 28 Ca Paru Perempuan 28 Perkotaan Dekstra 24 TB Paru Perempuan 33 Perkotaan Dekstra 36 TB Paru Laki-laki 59 Perkotaan Dekstra 26 Tumor Paru Laki-laki 29 Perkotaan Dekstra 30 TB Paru Perempuan 66 Perkotaan Dekstra 28 Tumor Paru Laki-laki 70 Pedesaan Dekstra 32 Tumor Paru Laki-laki 21 Pedesaan Dekstra 20 TB Paru Laki-laki 74 Perkotaan Sinistra 28 Pneumonia Laki-laki 50 Perkotaan Sinistra 20 Tumor Paru


(50)

JnsKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 89 65.4 65.4 65.4

Perempuan 47 34.6 34.6 100.0

Total 136 100.0 100.0

KategoriUsia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Remaja 6 4.4 4.4 4.4

Dewasa Awal 21 15.4 15.4 19.9

Dewasa 27 19.9 19.9 39.7

Usia Pertengahan 44 32.4 32.4 72.1

Lanjut Usia 35 25.7 25.7 97.8

Lanjut Usia Tua 3 2.2 2.2 100.0

Total 136 100.0 100.0

TempatTinggal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Perkotaan 110 80.9 80.9 80.9

Pedesaan 26 19.1 19.1 100.0


(51)

LokasiCairan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Dextra 68 50.0 50.0 50.0

Sinistra 59 43.4 43.4 93.4

Bilateral 9 6.6 6.6 100.0

Total 136 100.0 100.0

Nafas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 9 6.6 6.6 6.6

Sedang 44 32.4 32.4 39.0

Takipneu 83 61.0 61.0 100.0

Total 136 100.0 100.0

Etiologi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TB Paru 60 44.1 44.1 44.1

Ca Peritonitis 1 .7 .7 44.9

Ca Servix 1 .7 .7 45.6

Empiema 3 2.2 2.2 47.8

CHF 2 1.5 1.5 49.3

Tumor Abdomen 1 .7 .7 50.0


(52)

Respiratory Distress 1 .7 .7 52.2

Pleuritis TB 1 .7 .7 52.9

Tumor Paru 40 29.4 29.4 82.4

Ca Mamae 1 .7 .7 83.1

Pneumonia 5 3.7 3.7 86.8

Perikarditis 1 .7 .7 87.5

Ca Ovarium 2 1.5 1.5 89.0

PPOK 2 1.5 1.5 90.4

Ca Paru 11 8.1 8.1 98.5

Tumor Mediastinum 2 1.5 1.5 100.0

Total 136 100.0 100.0

KategoriUsia * Nafas Crosstabulation

Count

Nafas

Total

Normal Sedang Takipneu

KategoriUsia Remaja 1 4 1 6

Dewasa Awal 1 7 13 21

Dewasa 2 9 16 27

Usia Pertengahan 4 10 30 44

Lanjut Usia 1 13 21 35

Lanjut Usia Tua 0 1 2 3

Total 9 44 83 136

JenisKelamin * Etiologi Crosstabulation

Count

JenisKelamin

Total


(53)

Etiologi TB Paru 19 41 60

Ca Peritonitis 1 0 1

Ca Servix 1 0 1

Empiema 1 2 3

CHF 0 2 2

Tumor Abdomen 1 0 1

Mesothelioma 1 0 1

Post Thoracic Drainage 0 1 1

Respiratory Distress 0 1 1

Pleuritis TB 0 1 1

Tumor Paru 13 27 40

Ca Mamae 1 0 1

Pneumonia 0 5 5

Perikarditis 0 1 1

Ca Ovarium 2 0 2

PPOK 0 2 2

Ca Paru 6 5 11

Tumor Mediastinum 1 1 2

Total 47 89 136

TempatTinggal * Etiologi Crosstabulation

Count

TempatTinggal

Total Perkotaan Pedesaan

Etiologi TB Paru 49 11 60

Ca Peritonitis 0 1 1


(54)

CHF 0 2 2

Tumor Abdomen 1 0 1

Mesothelioma 1 0 1

Post Thoracic Drainage 0 1 1

Respiratory Distress 1 0 1

Pleuritis TB 1 0 1

Tumor Paru 33 7 40

Ca Mamae 1 0 1

Pneumonia 5 0 5

Perikarditis 1 0 1

Ca Ovarium 2 0 2

PPOK 2 0 2

Ca Paru 10 1 11

Tumor Mediastinum 1 1 2


(1)

Laki-laki 67

Perkotaan Dekstra

30

Tumor Paru

Laki-laki 62

Perkotaan Dekstra

28

Respiratory

Distress

Laki-laki 51

Perkotaan Dekstra

28

TB Paru

Laki-laki 28

Perkotaan Dekstra

24

Pleuritis TB

Perempuan 41

Perkotaan Dekstra

28

Tumor Paru

Perempuan 64

Perkotaan Dekstra

28

Ca Paru

Perempuan 28

Perkotaan Dekstra

24

TB Paru

Perempuan 33

Perkotaan Dekstra

36

TB Paru

Laki-laki 59

Perkotaan Dekstra

26

Tumor Paru

Laki-laki 29

Perkotaan Dekstra

30

TB Paru

Perempuan 66

Perkotaan Dekstra

28

Tumor Paru

Laki-laki 70

Pedesaan Dekstra

32

Tumor Paru

Laki-laki 21

Pedesaan Dekstra

20

TB Paru

Laki-laki 74

Perkotaan Sinistra

28

Pneumonia

Laki-laki 50

Perkotaan Sinistra

20

Tumor Paru


(2)

JnsKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 89 65.4 65.4 65.4

Perempuan 47 34.6 34.6 100.0

Total 136 100.0 100.0

KategoriUsia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Remaja 6 4.4 4.4 4.4

Dewasa Awal 21 15.4 15.4 19.9

Dewasa 27 19.9 19.9 39.7

Usia Pertengahan 44 32.4 32.4 72.1

Lanjut Usia 35 25.7 25.7 97.8

Lanjut Usia Tua 3 2.2 2.2 100.0

Total 136 100.0 100.0

TempatTinggal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Perkotaan 110 80.9 80.9 80.9

Pedesaan 26 19.1 19.1 100.0


(3)

LokasiCairan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Dextra 68 50.0 50.0 50.0

Sinistra 59 43.4 43.4 93.4

Bilateral 9 6.6 6.6 100.0

Total 136 100.0 100.0

Nafas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 9 6.6 6.6 6.6

Sedang 44 32.4 32.4 39.0

Takipneu 83 61.0 61.0 100.0

Total 136 100.0 100.0

Etiologi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TB Paru 60 44.1 44.1 44.1

Ca Peritonitis 1 .7 .7 44.9

Ca Servix 1 .7 .7 45.6

Empiema 3 2.2 2.2 47.8

CHF 2 1.5 1.5 49.3

Tumor Abdomen 1 .7 .7 50.0

Mesothelioma 1 .7 .7 50.7


(4)

Respiratory Distress 1 .7 .7 52.2

Pleuritis TB 1 .7 .7 52.9

Tumor Paru 40 29.4 29.4 82.4

Ca Mamae 1 .7 .7 83.1

Pneumonia 5 3.7 3.7 86.8

Perikarditis 1 .7 .7 87.5

Ca Ovarium 2 1.5 1.5 89.0

PPOK 2 1.5 1.5 90.4

Ca Paru 11 8.1 8.1 98.5

Tumor Mediastinum 2 1.5 1.5 100.0

Total 136 100.0 100.0

KategoriUsia * Nafas Crosstabulation Count

Nafas

Total

Normal Sedang Takipneu

KategoriUsia Remaja 1 4 1 6

Dewasa Awal 1 7 13 21

Dewasa 2 9 16 27

Usia Pertengahan 4 10 30 44

Lanjut Usia 1 13 21 35

Lanjut Usia Tua 0 1 2 3

Total 9 44 83 136

JenisKelamin * Etiologi Crosstabulation Count

JenisKelamin

Total


(5)

Etiologi TB Paru 19 41 60

Ca Peritonitis 1 0 1

Ca Servix 1 0 1

Empiema 1 2 3

CHF 0 2 2

Tumor Abdomen 1 0 1

Mesothelioma 1 0 1

Post Thoracic Drainage 0 1 1

Respiratory Distress 0 1 1

Pleuritis TB 0 1 1

Tumor Paru 13 27 40

Ca Mamae 1 0 1

Pneumonia 0 5 5

Perikarditis 0 1 1

Ca Ovarium 2 0 2

PPOK 0 2 2

Ca Paru 6 5 11

Tumor Mediastinum 1 1 2

Total 47 89 136

TempatTinggal * Etiologi Crosstabulation Count

TempatTinggal

Total Perkotaan Pedesaan

Etiologi TB Paru 49 11 60

Ca Peritonitis 0 1 1

Ca Servix 1 0 1


(6)

CHF 0 2 2

Tumor Abdomen 1 0 1

Mesothelioma 1 0 1

Post Thoracic Drainage 0 1 1

Respiratory Distress 1 0 1

Pleuritis TB 1 0 1

Tumor Paru 33 7 40

Ca Mamae 1 0 1

Pneumonia 5 0 5

Perikarditis 1 0 1

Ca Ovarium 2 0 2

PPOK 2 0 2

Ca Paru 10 1 11

Tumor Mediastinum 1 1 2