e Kekerasan dalam rumah tangga dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, danatau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
E. Sistematika Penulisan
Guna memudahkan pemahaman terhadap skripsi ini secara keseluruhan, maka disajikan sistematika penulisan sebagai berikut:
I. PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan latar belakang dari penulisan. Permasalahan dan ruang lingkup untuk mencapai tujuan dan kegunaan penelitian selanjutnya
diuraikan mengenai kerangka teoritis dan konseptual yang diakhiri dengan sistematika penulisan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini merupakan pengantar pemahaman terhadap pengertian-pengertian umum tentang pokok-pokok bahasan mengenai pengertian penanggulangan hukum
pidana, pengertian tindak pidana, pengertian kekerasan, pengertian anak, pengertian kekerasan dalam rumah tangga.
III. METODE PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan mengenai metode penulisan, yaitu pendekatan masalah, sumber data, penentuan narasumber dan pengolahan data, serta analisis data.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Merupakan bab yang menjelaskan tentang pokok masalah yang akan dibahas yaitu upaya penanggulangan dan faktor penghambat penanggulangan pada kasus
Kekerasan dalam Rumah Tangga yang dilakukan orang tua terhadap anak kandung di kota Bandar Lampung.
V. PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan yang dapat diambil penulis dan saran-saran yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana
Istilah tindak pidana adalah berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu “stafbaar feit”. Walaupun istilah ini terdapat dalam Wvs Belanda
dengan demikian juga Wvs Hindia Belanda KUHP, tetapi tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan stafbaar feit itu. Karena itu para ahli
hukum berusaha untuk memberikan arti dan isi dari istilah itu.
1
Marshall mengatakan bahwa tindak pidana adalah perbuatan atau omisi yang dilarang oleh hukum untuk melindungi masyarakat dan dapat dipidana
berdasarkan prosedur hukum yang berlaku.
2
Dalam konsep RUU KUHP tahun 2005 tindak pidana diartikan sebagai perbuatan melakukan aktif maupun tidak
melakukan perbuatan tertentu pasif yang oleh ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam
dengan pidana. Dalam konsep juga dikemukakan bahwa untuk dinyatakan sebagai tindak pidana, selain perbuatan tersebut dilarang dan diancam pidana oleh
1
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 67.
2
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 89.
peraturan perundang-undangan, harus juga bersifat melawan hukum atau bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat. Setiap tindak pidana selalu
dipandang bersifat melawan hukum, kecuali ada alasan pembenar.
2.Unsur-Unsur Tindak Pidana
Unsur-unsur tindak pidana dapat dibedakan setidak-tidaknya dari 2 dua sudut pandang, yakni: 1 dari sudut teoritis; dan 2 dari sudut undang-undang. Teoritis
artinya berdasarkan pendapat para ahli yang tercermin pada bunyi rumusannya. Sementara itu, sudut undang-undang adalah bagaimana kenyataan tindak pidana
itu dirumuskan menjadi tindak pidana tertentu dalam Pasal-Pasal peraturan perundang-undangan yang ada.
Contoh dari sudut pandang teoritis yang diambil menurut Moeljatno, unsur tindak pidana adalah:
a. Perbuatan; b. yang dilarang oleh peraturan hukum;
c. ancaman pidana bagi yang melanggar larangan.
3
Pendapat lainnya R. Tresna mengemukakan, tindak pidana terdiri dari unsur- unsur, yakni:
a. Perbuatanrangkaian perbuatan manusia; b. yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
c. diadakan tindakan penghukuman.
4
3
Adami Chazawi, Op.Cit.,hlm. 79.
4
Ibid, hlm. 80.
Terdapat unsur yang selalu disebutkan dalam setiap rumusan-rumusan Buku II KUHP tentang pengelompokan kejahatan dan Buku III KUHP memuat
pelanggaran, ialah mengenai tingkah lakuperbuatan. Unsur kesalahan dan melawan hukum kadang-kadang dicantumkan dan sering kali juga tidak
dicantumkan, yang sama sekali tidak dicantumkan adalah mengenai unsur kemampuan bertanggung jawab.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP merumuskan 11 sebelas unsur tindak pidana yaitu:
a. Unsur tingkah laku b. Unsur melawan hukum
c. Unsur kesalahan d. Unsur akibat konstitutif
e. Unsur keadaan yang menyertai f. Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dituntut pidana
g. Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana h. Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana
i. Unsur objek hukum tindak pidana j. Unsur kualitas subjek hukum tindak pidana
k. Unsur syarat tambahan untuk memperingan pidana.
5
B. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana