69
Lembaga Sosial
pernah disinggung sebelumnya, sosialisasi adalah proses pengenalan dan pentransferan nilai-nilai kebudayaan dari generasi tua kepada generasi
muda, atau dari mereka yang sudah dewasa atau matang mentalnya kepada mereka yang belum dewasa atau belum matang mentalnya.
Sesuai norma-norma dalam pendidikan, maka nilai-nilai budaya itu diajarkan atau disosialisasikan kepada anak didik atau seseorang yang
belum matang mentalnya, untuk selanjutnya diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Nilai-nilai tersebut misalnya, nilai
tentang kesusilaan, nilai tentang kejujuran, nilai tentang kesopanan, nilai tentang kebersihan, nilai tentang kerjasama, dan lain-lain. Di samping itu,
melalui pendidikan anak-anak didik juga diajari beberapa nilai yang berkaitan dengan pengetahuan seperti penguasaan ilmu dan teknologi,
serta beberapa ketrampilan khusus tertentu. Dengan demikian, atas penyerapan dan penguasaan beberapa nilai serta pengetahuan tersebut
maka anak didik atau seseorang yang belum dewasa belum matang mentalnya, akan tumbuh dan berkembang menuju ke arah kedewasaan
mental. Untuk kepentingan pembangunan, hal tersebut sangat positif, sebab orang-orang semacam itulah yang akan menjadi pribadi-pribadi
tangguh, berkemauan tinggi untuk maju, serta menjadi warga masyarakat yang baik karena jujur dan bertanggung jawab.
Sumber: Dok. Penerbit
Gambar 3.4 Melalui pranata pendidikan yang dikembangkan baik di lingkungan sekolah,
keluarga, maupun masyarakat, peserta didik diharapkan dapat ditempa digembleng dan diajari bersosialisasi sehingga akan tumbuh dan berkembang menjadi warga-warga
masyarakat yang baik.
70
Sosiologi Kontekstual XII SMAMA
5. Lembaga Politik
Secara umum politik sering diartikan sebagai urusan pemerintahan negara. Sedangkan pranata berarti sistem norma atau aturan-aturan yang
menyangkut aktivitas masyarakat yang bersifat khusus, seperti dalam ekonomi, pendidikan, kesenian, agama, politik, dan lain-lain. Dengan
demikian, pranata politik dapat diartikan sebagai sistem norma atau aturan-aturan yang menyangkut suatu aktivitas masyarakat dalam hal
urusan pemerintahan negara.
Pemerintahan negara, sebagai bentuk wujud utama dari lembaga yang melaksanakan pranata politik, memiliki sifat-sifat yang berbeda
dengan bentuk lembaga atau organisasi lainnya. Sifat-sifat lembaga pemerintahan negara tersebut antara lain :
a.
Sifat memaksa, yakni bahwa setiap pemerintahan negara dapat memaksakan kehendak dan kekuasaannya, baik melalui jalur hukum,
maupun jalur kekuasaan atau kekerasan.
b. Sifat monopoli, yakni bahwa setiap pemerintahan negara menguasai
hal-hal tertentu demi tujuan negara tanpa saingan. c.
Sifat totalitas, yakni bahwa semua hal tanpa kecuali mencakup kewenangan pemerintahan negara, misalnya semua orang harus
membayar pajak, semua orang wajib membela negara, semua orang berdasarkan hukum, dan sebagainya.
Di samping ketiga sifat dasar pokok tersebut, secara umum setiap
pemerintahan negara juga memiliki empat fungsi utama bagi setiap rakyatnya, yakni :
a. Fungsi pertahanan dan keamanan.
b. Fungsi pengaturan dan ketertiban.
c. Fungsi kesejahteraan dan kemakmuran.
d. Fungsi keadilan menurut hak dan kewajiban.
Negara merupakan wadah yang memungkinkan seseorang dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Negara dapat memungkinkan
rakyatnya maju berkembang serta menyelenggarakan daya cipta atau kreativitasnya secara bebas, bahkan negara berhak memberi pembinaan
dan perlindungan. Oleh karena itu, sejauh manakah fungsi-fungsi pemerintahan negara itu dapat terlaksana dengan baik sangat tergantung
pada partisipasi politik semua warga negaranya, di samping mobilisasi sumber daya kekuatan negaranya.
71
Lembaga Sosial
Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelom-
pok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik,
seperti memilih pimpinan negara atau upaya-upaya memengaruhi
kebijakan pemerintah, termasuk juga melaksanakan program-
program yang sudah menjadi keputusan politis bersama antara pemerintah dan masyarakat. Berbicara masalah partisipasi warga negara dalam
kehidupan politik juga tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan budaya politik di mana pemerintahan tersebut berlangsung. Budaya politik
merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas. Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki
bersama oleh masyarakat. Namun setiap unsur masyarakat berbeda pula budaya politiknya, seperti antara masyarakat umum dengan para elitenya.
Seperti juga di Indonesia, menurut Benedict R. OG Anderson 1982, kebudayaan politik Indonesia cenderung membagi secara tajam antara
kelompok elite dengan kelompok massanya. Konsep budaya politik terdiri atas sikap, keyakinan, nilai-nilai, dan ketrampilan yang sedang berlaku pada
seluruh anggota masyarakat, termasuk pada kebiasaan yang hidup dalam masyarakat.
Berdasarkan sikap, nilai-nilai, informasi, dan kecakapan politik yang dimiliki oleh seseorang sebagaimana disebutkan di atas, maka orientasi-
orientasi warga negara terhadap kehidupan politik dan pemerintahannya dapat dibagi menjadi tiga macam golongan. Pertama, budaya politik
partisipan, yakni jika orang atau warga negara tersebut melibatkan diri dalam kegiatan politik, sekurang-kurangnya dalam pemberian suara
voting dan mencari informasi tentang kehidupan politik negara atau pemerintahannya. Kedua, budaya politik subyek, yakni jika orang tersebut
hanya pasif saja kepatuhannya terhadap pemerintah dan Undang-Undang Negara, misalnya dengan tidak ikut serta dalam pemilihan umum Pemilu.
Ketiga, budaya politik parokial, yakni golongan orang-orang yang sama sekali tidak menyadari adanya pemerintahan dan politik.
Dengan demikian, agar fungsi dan program-program politik suatu pemerintah dapat berjalan dengan baik, maka sangat diperlukan adanya
keterlibatan secara aktif dari setiap warga negaranya dalam kehidupan politik atau pemerintahan negara. Menurut Myron Weiner, seperti dikutip
Syahrial S, dkk 2002 : 69 terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
Dinamika Sosial
Menurut Almond dan Powel, budaya politik merupakan dimensi psikologi dari sistem
politik, yang mana budaya politik bersumber pada perilaku lahiriah dari
manusia yang bersumber pada penalaran- penalaran yang sadar.
72
Sosiologi Kontekstual XII SMAMA
timbulnya gerakan ke arah partisipasi warga negara yang lebih luas dalam proses politik, antara lain:
a. Adanya modernisasi dalam segala bidang kehidupan yang
menyebabkan masyarakat makin banyak terlibat dalam urusan politik.
b. Terjadinya perubahan-perubahan dalam struktur kelas sosial.
c. Semakin banyak munculnya kaum intelektual dan komunikasi massa
modern. d.
Semakin meluasnya peranan pemerintah dalam urusan-urusan sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Dengan semakin meluasnya ruang
lingkup aktivitas pemerintah sering pula merangsang timbulnya tuntutan-tuntutan yang terorganisasi akan kesempatan untuk ikut
serta dalam pembuatan keputusan politik. Di samping keempat hal yang sudah disebutkan di atas, maka agar
sistem politik pemerintahan yang dianut oleh suatu negara penguasa cepat dan bisa diterima oleh seluruh anggota masyarakat warganegara,
sehingga partisipasi masyarakat juga ada, atau bahkan meningkat, maka diperlukan adanya sosialisasi politik yang terus-menerus dari penguasa
elite kepada masyarakat massa. Yang dimaksud sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik pada anggota masyarakat.
Jadi, dengan proses sosialisasi politik inilah diharapkan, para anggota masyarakat dapat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan
politik yang berlangsung dalam masyarakat. Proses ini berlangsung seumur hidup melalui pendidikan formal, nonformal, maupun informal,
di samping ada pula yang berlangsung secara tidak disengaja seperti melalui kontak-kontak pergaulan ataupun pengalaman sehari-hari yang
diperoleh seseorang, baik dalam kehidupan keluarga, maupun
masyarakat pada umumnya.
Adapun metode sosialisasinya dapat berupa pendidikan politik
maupun indoktrinasi politik. Jika melalui pendidikan politik maka
prosesnya melalui dialog sehingga masyarakat mengenal nilai, norma,
dan simbol-simbol politik. Sedang- kan jika indoktrinasi politik maka
prosesnya hanya sepihak, sebab hanya dilakukan oleh penguasa
Dinamika Sosial
1. Pendidikan tinggi dapat mempengaruhi partisipasi politik. Oleh karena itu,
banyak negara memperbarui kurikulum sekolah terutama agar berpengaruh
terhadap proses sosialisasi politik kaum mudanya
2. Menurut Robert Le Vine, sosialisasi politik di negara-negara berkembang
cenderung mempunyai hubungan lebih dekat pada sistem-sistem lokal,
kesukuan, etnis, dan regional daripada dengan sistem-sistem politik nasional.