Otot lurik merupakan komponen utama pembentuk daging pada ikan. Serabut otot lurik terdiri atas sarkoplasma, myofibril, nukleus dan sarkolema.
Sarkoplasma mengisi ruang di antara myofibril. Terutama terdapat di sekitar nukleus dan dekat akhir dari inervasi syaraf serabut itu. Sarkoplasma adalah
pemasok bahan makanan dan berperan penting dalam kontraksi otot. Nukleus berbentuk oval atau gelendong yang tajam dan bervariasi di dalam beberapa
ukuran Hibiya 1995. Hasil pemeriksaan histopatologi dan biokimia dari otot ikan ternyata
terdapat sejumlah tipe serabut otot yang pada banyak spesies ikan tersusun dalam banyak kelompok-kelompok yang terpisah. Umumnya ada dua kelompok yaitu,
kelompok muskularis lateralis superfisialis terdiri atas yang disebut otot merah dan kelompok muskularis lateralis profundus yang terdiri atas serabut-serabut
putih. Serabut-serabut merah ini adalah serabut aerobik dan berdaya kontraksi lamban dan banyak pembuluh darah, serupa dengan serabut-serabut merah pada
otot mamalia, sedangkan serabut-serabut putih adalah anaerob berdaya kontraksi cepat dan mudah menderita kerusakan. Diantara lapisan otot-otot merah dan putih
terdapat serabut merah muda yang fungsinya berada diantara serabut-serabut merah dan putih. Serabut aerobik berarti dalam kontraksinya memerlukan oksigen
sebagai bahan bakar metabolismenya sedangkan serabut anaerobik tidak menggunakan oksigen Nabib dan Pasaribu 1989.
2.3 Perubahan Histopatologi pada Ikan Mas.
2.3.1 Perubahan Histopatologi pada Insang Insang merupakan komponen utama sistem respirasi ikan. Beberapa
perubahan histopatologi pada insang yang umum terjadi antara lain: perubahan regresif, anomali sirkulasi, dan perubahan progresif. Banyak agen patologis
menyebabkan edema, vakuolasi, nekrosa lamela sekunder, dan sekresi mukus berlebihan sampai kematian sel mukus. Umumnya edema akan disertai radang
yang dapat diketahui dari infiltrasi sel-sel radang sebagai reaksi pertahanan Hibiya 1995.
Secara mikroskopis pada lamela sekunder dapat kita temukan eritrosit di dalam lumen-lumen kapiler. Kadang-kadang darah ini menumpuk menjadi
20
kongesti atau menyebar ke jaringan menjadi hemoragi. Edema atau penumpukan darah pada kapiler dapat mendorong telangiektasis. Telangiektasis terlihat berupa
perbesaran lamela sekunder yang berbentuk seperti bola. Hiperplasia sel epitel pada lamela primer dan sekunder dapat terjadi karena terpapar agen fisik atau
kimia. Hiperplasia sel mukus, menempelnya lamela-lamela sekunder, dan hiperplasia sel epitel lamela sekunder biasanya terjadi sebagai respon kronis
karena paparan bakteri, parasit, atau agen kimia. Pada kondisi kronis sekali lamela sekunder sudah tidak berbentuk normal lagi tetapi saling menempel sehingga
lamela primer tampak seperti pemukul base ball. Kondisi ini biasa disebut clubing lamela insang Hibiya 1995.
2.3.2 Perubahan Histopatologi pada Usus Perubahan degeneratif yang sering terjadi pada saluran pencernaan ikan
terutama usus yaitu atropi sel-sel epitel mukosa, nekrosa sel-sel epitel mukosa, dan deskuamasi sel epitel yang disertai infiltrasi sel limfosit ke lapisan lamina
propia dan sub mukosa. Selain itu dapat juga terjadi dilatasi lumen usus, perdarahan, dan kongesti atau pembendungan pembuluh darah. Ulser dan
deskuamasi menyebabkan mukosa terlepas dari submukosanya disertai perdarahan. Hal ini bisa terjadi karena parasit atau benda asing lainnya. Infiltrasi
sel limfosit, leukosit, dan hipertrofi jaringan ikat akan mengikuti kelainan ini Hibiya 1995.
Hipertrofi lapisan mukosa juga dapat terjadi sehingga lumen akan menyempit karena vili-vili usus akan menebal. Pada kondisi kronis hal ini dapat
menyebabkan hiperplasia sel-sel goblet yang jumlahnya akan meningkat drastis. Beberapa kasus tumor lapisan usus dan kelenjar pencernaan dapat kita temukan
juga pada tampilan histopatologinya Hibiya 1995.
2.3.3 Perubahan Histopatologi pada Otot Perubahan patologis pada otot ikan yang ditemukan pada dasarnya tidak
berbeda jauh dengan perubahan patologis pada otot vertebrata. Hasil penelitian para ahli patologi ikan saat ini masih belum cukup untuk menjelaskan perubahan
patologis yang terjadi. Oleh karena itu penelitian patologi ikan masih sangat
21
diperlukan. Perubahan serabut yang tidak menjadi jelas dapat menunjukkan adanya kelainan. Perubahan ini dapat terjadi sebagian atau menyeluruh tergantung
derajat keparahannya. Perubahan patologis yang terjadi pada otot antara lain perubahan serabut
otot, perubahan nukleus sel otot, bengkak berawan cloudy swelling, degenerasi hyalin, degenerasi granular, degenerasi lemak sampai nekrosa serabut otot.
Infiltrasi sel-sel radang menunjukan adanya reaksi patologis yang terjadi pada otot. Sel-sel radang yang tampak dapat menunjukan derajat keparahannya dan
membantu menentukan kausanya. Jenis-jenis sel radang yang bisa ditemui antara lain limfosit, neutrofil, histiosit, dan fibroblast dari endomysium. Hemoragi pada
jaringan dan kongesti pembuluh darah dapat diidentifikasi dari adanya eritrosit pada preparat histopatologinya. Edema merupakan bentuk patologi karena adanya
penumpukan cairan pada rongga-rongga antar serabut otot. Edema akan menyebabkan lokasi antar serabut menjauh dan meregang Hibiya 1995.
2.3 Penyakit-penyakit pada Ikan Mas.