4
terukur dengan lysimeter ETo adalah ETp ≈ ETo.
Evapotranspirasi dipengaruhi oleh faktor – faktor cuaca, jenis dan tingkat
pertumbuhan vegetasi, serta kelengasan dan sifat fisik tanah. Faktor – faktor cuaca yang
menentukan ETp adalah radiasi matahari, suhu dan kelembaban udara dan angin, yang
secara umum berkorelasi positif dengan ETp, kecuali kelembaban udara Ward,
1975. Menurut De Vries dan Van Duin 1953 dalam Ward, 1975, kecepatan angin
dikatakan sebagai faktor sekunder untuk menentukan ETp.
Jackson 1977 mengemukakan bahwa evaporasi dipengaruhi oleh faktor
meteorologi, termasuk didalamnya radiasi surya, suhu permukaan, evaporasi, selisih
tekanan uap, kecepatan angin dan turbulensi udara. Radiasi surya merupakan sumber
energi utama.
Sedangkan Nieuwolt 1977 dalam Sarvina, 2005 menyatakan bahwa
evapotranspirasi dikendalikan oleh tiga kondisi, yaitu kapasitas udara untuk
menampung lebih banyak uap air, jumlah energi yang tersedia dan digunakan dalam
proses evaporasi dan transpirasi sebagai bahan laten, dan derajat turbulensi atmosfer
bagian bawah yang dibutuhkan untuk memindahkan lapisan udara yang telah
jenuh dengan uap air dekat permukaan dan menggantinya dengan udara yang belum
jenuh.
Data evapotranspirasi di lapang pada stasiun klimatologi tidak semuanya
tersedia. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perhitungan evapotranspirasi
dilakukan menggunakan persamaan empirik dari peneliti berdasarkan penelitian di lapang
yang sudah divalidasi dan dapat digunakan untuk perhitungan evapotranspirasi. Nilai
evapotranspirasi diduga dari unsur – unsur iklim. Beberapa contoh model
evapotranspirasi yang telah dikembangkan adalah persamaan Thornhtwaite 1984
hanya menggunakan suhu udara, persamaan Blaney Criddle 1950 menggunakan input
suhu rata – rata dan kecepatan angin bulanan, persamaan Penman 1948
menggunakan input suhu udara, radiasi surya, kecepatan angin dan kelembaban
udara Usman, 1996.
2. 5 Kekeringan
Kekeringan memiliki
beragam definisi, hal ini bergantung pada sudut
pandang yang digunakan. Kekeringan merupakan peristiwa meteorologi dan
lingkungan yang ditunjukkan oleh ketiadaan hujan dalam periode waktu yang cukup
lama, yang menyebabkan penurunan kelembaban tanah dan merusak tanaman.
Periode waktu itu sendiri bergantung pada jenis tanaman, daya pegang air dan kondisi
atmosfer yang mempengaruhi laju evaporasi dan transpirasi Kramer, 1980 dalam
Turyanti, 1995. Menurut Ventskevich 1961 dalam Turyanti, 1995 yang
menyatakan bahwa keadaan tersebut diikuti oleh suhu udara tinggi, kelembaban udara
rendah dan kurangnya pasokkan air untuk kebutuhan tanaman.
2. 6 Hubungan antara Evapotranspirasi
ETp dengan Suhu Permukaan Ts
Suhu merupakan salah satu parameter fisika lingkungan yang dipastikan
akan mengalami perubahan sebagai akibat terjadinya perubahan iklim karena kenaikan
konsentrasi gas-gas rumah kaca. Suhu udara dan suhu permukaan yang berevaporasi
mempunyai pengaruh nyata pada evapotranspirasi. Secara umum semakin
tinggi suhu, seperti suhu udara maupun suhu permukaan, laju penguapan akan semakin
besar. Karena besarnya ketergantungan evaporasi potensial terhadap suhu, karena
suhu merupakan pengintegrasi beberapa variable lingkungan, suhu digunakan sebagai
masukan utama sejumlah model untuk pendugaan evapotranspirasi.
Suhu mempengaruhi evapotranspirasi melalui empat cara
Rosenberg et al, 1983 dalam Usman, 1996 yaitu 1 jumlah uap air yang dapat
dikandung udara atmosfer meningkat secara eksponensial dengan naiknya suhu
udara. Dengan begitu, peningkatan suhu menyebabkan naiknya tekanan uap
permukaan yang berevaporasi, mengakibatkan bertambahnya defisit
tekanan uap antara permukaan dengan udara sekitar. Keadaan demikian bertahan
sepanjang suplai air mencukupi untuk tercapainya kejenuhan udara dekat
permukaan evaporasi. Karena udara dapat menampung dan membawa uap air lebih
banyak dengan naiknya suhu maka menyebabkan semakin besar defisit tekanan
uap antara udara dengan permukaan, dan permintaan evaporasi udara bertambah
meningkat dengan bertambah panasnya udara. 2 Udara yang panas dan kering dapat
mensuplai energi ke permukaan. Laju penguapan bergantung pada jumlah energi
5
bahang yang dipindahkan, karena itu semakin panas udara semakin besar gradient
suhu dan semakin tinggi laju penguapan. Di sisi lain, bila permukaan evaporasi yang
lebih panas, akan lebih sedikit bahang terasa sensible yang diekstrak dari udara dan
penguapan akan menurun. 3 Pengaruh lainnya suhu udara terhadap penguapan
muncul dari kenyataan bahwa akan dibutuhkan lebih sedikit energi untuk
menguapkan air yang lebih hangat. Jadi untuk masukan energi yang sama akan lebih
banyak uap air yang dapat diuapkan pada air yang lebih hangat. 4 Suhu juga dapat
mempengaruhi penguapan melalui pengaruhnya pada celah lubang stomata
daun.
Berkaitan dengan pengaruh suhu pada evapotranspirasi, Monteith dan
Unsworth dalam Usman, 1996 menerangkan bahwa penguapan akan
meningkat atau menurun dengan suhu tergantung pada nilai awalnya, apakah lebih
besar atau lebih kecil dari radiasi bersih, yaitu pada apakah permukaan lebih panas
atau lebih dingin dari udara.
3. METODOLOGI