HASIL DAN PEMBAHASAN 1 Korelasi antara Suhu Permukaan HASIL DAN PEMBAHASAN 1 Korelasi antara Suhu Permukaan

7 Gambar 2. Diagram alir penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Korelasi antara Suhu Permukaan

Darat LST dengan ETp Lapang Pengukuran suhu permukaan untuk menduga evapotranspirasi potensial di Pulau Jawa dilakukan pada siang hari, menggunakan Citra dari satelit MODIS Terra Aqua. Untuk memperoleh nilai evapotranspirasi digunakan persamaan yang dikembangkan Narongrit dan Yasuoka dan telah digunakan untuk menduga nilai evapotranspirasi di negara Thailand. Untuk menduga evapotranspirasi menggunakan persamaan 13, dengan input suhu permukaan LST dan sebaran NDVI dari pengolahan Citra MODIS Terra Aqua, sebaran NDVI dengan LST dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Sebaran LST di P. Jawa dan Bali Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa kisaran suhu permukaan di daerah Pulau Jawa bagian utara terlihat lebih tinggi dibandingkan suhu permukaan bagian selatan. Dan sebagian besar wilayah timur Pulau Jawa memiliki kisaran suhu permukaan yang tinggi. Secara fisis hal ini disebabkan karena di bagian utara Pulau Jawa, memiliki dataran yang lebih rendah daripada daerah selatan Jawa. Dan suhu permukaan Pulau Jawa dan Bali yang terukur berada pada kisaran 280 K hingga 314 K, atau sekitar 7°C hingga 41°C. Berikut ini adalah hasil korelasi antara suhu permukaan dari Citra MODIS Terra Aqua dengan nilai evapotranspirasi potensial ETp dibeberapa daerah di Pulau Jawa. LST Vs ETp Lapang Bogor y = 0.7031x + 6.9006 R 2 = 0.5851 5 10 15 20 25 30 35 5 10 15 20 25 30 35 40 LST ET p Gambar 4. Hubungan nilai LST MODIS dengan ETp lapang Bogor. Citra MODIS TerraAqua Jawa 2004 Terkoreksi Radiometrik Data CH LST ETp Koreksi Geometrik ETp Lapang Hubungan ETp dengan Kekeringan NDVI Regeresi LST MODIS Vs ETp lapang Regresi ETp Vs ETp Lapang Eo Bogor Indramayu Malang Surabaya = Hasil Bangkitan 7 Gambar 2. Diagram alir penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Korelasi antara Suhu Permukaan

Darat LST dengan ETp Lapang Pengukuran suhu permukaan untuk menduga evapotranspirasi potensial di Pulau Jawa dilakukan pada siang hari, menggunakan Citra dari satelit MODIS Terra Aqua. Untuk memperoleh nilai evapotranspirasi digunakan persamaan yang dikembangkan Narongrit dan Yasuoka dan telah digunakan untuk menduga nilai evapotranspirasi di negara Thailand. Untuk menduga evapotranspirasi menggunakan persamaan 13, dengan input suhu permukaan LST dan sebaran NDVI dari pengolahan Citra MODIS Terra Aqua, sebaran NDVI dengan LST dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Sebaran LST di P. Jawa dan Bali Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa kisaran suhu permukaan di daerah Pulau Jawa bagian utara terlihat lebih tinggi dibandingkan suhu permukaan bagian selatan. Dan sebagian besar wilayah timur Pulau Jawa memiliki kisaran suhu permukaan yang tinggi. Secara fisis hal ini disebabkan karena di bagian utara Pulau Jawa, memiliki dataran yang lebih rendah daripada daerah selatan Jawa. Dan suhu permukaan Pulau Jawa dan Bali yang terukur berada pada kisaran 280 K hingga 314 K, atau sekitar 7°C hingga 41°C. Berikut ini adalah hasil korelasi antara suhu permukaan dari Citra MODIS Terra Aqua dengan nilai evapotranspirasi potensial ETp dibeberapa daerah di Pulau Jawa. LST Vs ETp Lapang Bogor y = 0.7031x + 6.9006 R 2 = 0.5851 5 10 15 20 25 30 35 5 10 15 20 25 30 35 40 LST ET p Gambar 4. Hubungan nilai LST MODIS dengan ETp lapang Bogor. Citra MODIS TerraAqua Jawa 2004 Terkoreksi Radiometrik Data CH LST ETp Koreksi Geometrik ETp Lapang Hubungan ETp dengan Kekeringan NDVI Regeresi LST MODIS Vs ETp lapang Regresi ETp Vs ETp Lapang Eo Bogor Indramayu Malang Surabaya = Hasil Bangkitan 8 Nilai kisaran LST dan ETp lapang yang ditunjukkan pada Gambar 4 secara berturut – turut ialah 23.7° – 35.1° C dan 23.7 – 33.2 mm8hari. Gambar 4 juga menjelaskan bahwa apabila suhu permukaan meningkat sebesar 1° C maka akan menyebabkan meningkatnya nilai evapotranspirasi potensial di lapang sebesar 0.7 mm8 hari. LST VS ETp Lapang Indramayu y = 0.9534x + 0.2771 R 2 = 0.6516 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 5 10 15 20 25 30 35 LST ET p Gambar 5. Hubungan nilai LST MODIS dengan ETp lapang Indramayu. Nilai kisaran LST dan ETp lapang yang ditunjukkan pada Gambar 5 secara berturut – turut ialah 24.7° – 31.8° C dan 22.8 – 32.4 mm8hari. Gambar 5 juga menjelaskan bahwa apabila suhu permukaan meningkat sebesar 1° C maka akan menyebabkan naiknya evapotranspirasi potensial di lapang sebesar 4.7 mm8 hari. LST Vs ETp Lapang Malang y = 0.4677x + 14.003 R 2 = 0.665 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 5 10 15 20 25 30 35 LST ET p Gambar 6. Hubungan nilai LST MODIS dengan ETp lapang Malang. Nilai kisaran LST dan ETp lapang yang ditunjukkan pada Gambar 6 secara berturut – turut ialah 19.4° – 33.0° C dan 21.5 – 31.4 mm8hari. Gambar 6 juga menjelaskan bahwa apabila suhu permukaan meningkat sebesar 1° C maka akan menyebabkan naiknya evapotranspirasi potensial di lapang sebesar 1.6 mm8 hari. LST Vs ETp Lapang Surabaya y = 1.802x - 25.87 R 2 = 0.6211 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 5 10 15 20 25 30 35 LST ET p Gambar 7. Hubungan nilai LST MODIS dengan ETp lapang Surabaya. Nilai kisaran LST dan ETp lapang yang ditunjukkan pada Gambar 7 secara berturut – turut ialah 27.2° – 31.6° C dan 21.4 – 32.9 mm8hari. Gambar 7 juga menjelaskan bahwa apabila suhu permukaan meningkat sebesar 1° C maka akan menyebabkan naiknya evapotranspirasi potensial di lapang sebesar 6.1 mm 8 hari. Tabel 3. Regresi LST MODIS dengan ETp Lapang Daerah Regresi R 2 Bogor y = 0.7031x + 6.9006 0.585 1 Indramay u y = 0.9534x + 0.2771 0.651 6 Malang y = 0.4677x + 14.003 0.665 Surabaya Y = 1.802x - 25.87 0.621 1 Dari Gambar 4, 5, 6 dan 7 dapat dikatakan bahwa korelasi antara suhu permukaan dari citra MODIS dengan evapotranspirasi potensial hasil pengukuran membentuk sebuah hubungan linier. Pada Tabel 3, korelasi antara nilai LST dan evapotranspirasi potensial ETp lapang menghasilkan nilai keeratan R 2 yang cukup tinggi, yaitu berada pada kisaran 55 – 67. Nilai R 2 yang tertinggi ditunjukkan di Malang, sedangkan yang terendah di Bogor. Hubungan linier pada Gambar 4, 5, 6 dan 7, antara LST dengan ETp Lapang menunjukkan bahwa terdapatnya hubungan antara suhu permukaan dengan evapotranspirasi. Nilai evapotranspirasi dipengaruhi oleh suhu permukaan LST. Akan tetapi tingginya nilai evapotranspirasi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor LST, melainkan masih ada faktor – faktor lainnya seperti kecepatan angin, tahanan vertikal dan kelembaban udara. Untuk wilayah yang berbatasan dengan laut, adanya pengaruh transfer uap 9 air antara daratan dan lautan yang terjadi bersama – sama dengan angin darat dan angin laut mempengaruhi proses evapotranspirasi. Menurut Turner et al. 1985, menyatakan bahwa defisit tekanan uap air merupakan tenaga pendorong driving force untuk proses evapotranspirasi.

4. 2 Korelasi antara NDVI dengan ETp