1. Konfigurasi Fungsi Telemetering
Peralatan telemetering yang berfungsi mengambil besaran listrik berupa tegangan V, arus A, frekuensi F, daya aktif MW dan
daya reaktif MVAR, yang diakuisisi oleh modul analog input RTU. Konsep metering dengan mengambil output sekunder dari
CTPT kemudian dikonversi menjadi besaran berarus lemah dan diolah oleh tranducer untuk selanjutnya diteruskan ke RTU. Pada sisi
master station, besaran dalam bentuk digital yang diterima dikonversi kembali menjadi nilai aslinya sesuai dengan karakteristik
tranducer. Perbandingan lilitan CT biasanya menggunakan 4005 yang berarti jika arus 80 Amp maka output CT adalah 1
Amp.Telemetering pada sistem konvensional di PLN APD Jatim mempunyai 2 konsep, yaitu :
a. Menggunakan Tranduser Tranducer merupakan perangkat yang berfungsi untuk
mengkonversi besaran listrik bertegangan tinggi dari bagian sekunder CTPT menjadi output berarus lemah sehingga dapat
terbaca oleh analog input modul RTU. Gambar skematik pengukuran parameter ditunjukkan oleh gambar 4.30-4.32.
Tranduser dibagi atas outputnya, yaitu :
• Tranduser tegangan, adalah tranducer dengan output
berupa tegangan 1-5VDC, 0-5VDC, dan lain-lain •
Tranduser arus, , adalah tranducer dengan output berupa arus 0-10 mA, 4-25mA, dan lain-lain.
Gambar 4.30 Skematik Pengukuran MWMVAR
65
Gambar 4.31 Skematik Pengukuran Arus Amp
Gambar 4.32 Skematik Pengukuran Tegangan kV
b. Menggunakan Digital Meter Digital meter merupakan perangkat digital pengganti berbagai macam
transduser yang dipakai pada sistem konvensional. Besaran yang dapat diukur dan ditampilkan antara lain :
• Phase Amps
• Phase volts
• Line volts
• Per phase PF
• Per phase kW
66
• Per phase kVAr
• Per phase kVA
• 3 phase PF
• 3 phase kW
• 3 phase kVAr
• 3 phase kVA
• Frequency
• Amps Peak
• Phase volts Peak
• Netra Currentl.
Gambar 4.33 Digital Meter Schneider Power Meter
Merek digital meter yang biasa digunakan APD Jatim yaitu Schneider Power Meter yang ditunjukkan pada gambar 4.33 dan
ION+ dengan menggunakan konfigurasi seperti pada gambar 4.34. Besaran yang terukur di gardu induk akan ditampilkan pada
monitor di DCC seperti ditunjukkan pada gambar 4.35.
67
Gambar 4.34 Konfigurasi Digital Meter Pada RTU
Gambar 4.35 Tampilan Besaran Listrik di HMI 2. Konfigurasi Fungsi Telekontrol
Peralatan telekontrol berfungsi melaksanaan kontrolperintah dari master ke peralatan pada gardu induk untuk merubah status peralatan
tenaga listrik, seperti PMT dan PMS. Telekontrol ini mempunyai
68
keluaran sinyal digital dari RTU berupa kondisi onoff atau openclose. Fungsi telekontrol ini menggunakan modul digital output
RTU dibantu dengan relay eksternal untuk mengerakkan tripping coil PMTPMS. Relay ini diperlukan karena tripping coil
memerlukan catu 110 V, sedangkan output dari RTU hanya 48 V. Skematik rangkaian dapat dilihat pada gambar 4.36.
Gambar 4.36 Skematik Remote Kontrol Digital 3. Konfigurasi Fungsi Telesignal
Peralatan telesignal berfungsi untuk mengirimkan status dari peralatan tenaga listrik yang dipantau dan dikontrol. Ada dua jenis
skematik indikasi yang digunakan yaitu : a. Indikasi tunggal Telesignalling Single TSS
Indikasi tunggal dipergunakan untuk menyampaikan data alarm dari peralatan tenaga listrik yang terdiri kondisi onoff. Skematik
konfigurasi dapat dilihat pada gambar 4.37. Contoh: Alarm over current, ground fault, breaker fault, dan lain-lain.
69
Gambar 4.37 Skematik Telesignalling Single
b. Indikasi gandaTelesignalling Double TSD Indikasi ganda terpasang pada peralatan yang mempunyai dua
keadaan, dimana keadaan bisa menunjukkan kontak terbuka dan kontak tertutup atau tidak keduanya invalid condition.
Penggunaan 2 port yang berbeda untuk buka dan tutup memungkinkan terjadinya tiga kondisi ini. Peralatan yang
dimonitor dengan TSD misalnya PMT. Pada TSD terdapat istilah valid dan invalid. Valid adalah kondisi yang benar, yaitu
closeopen atau openclose sedangkan invalid adalah kondisi yang salah, yaitu closeclose atau openopen. Keadaan invalid
akan muncul pada monitor di DCC seperti ditunjukkan pada gambar 4.39. Fungsi telesignal ini menggunakan modul digital
input RTU dibantu dengan relay eksternal. Relay ini digunakan karena output indikasi 110 V sedangkan tegangan maksimum
input RTU 48 V. Skematik rangkaian TSD dapat dilihat pada gambar 4.38.
70
Gambar 4.38 Skematik Telesignalling Double.
Gambar 4.39 Event Logger Pada HMI 4.3.3.2 Konfigurasi RTU dengan Perangkat IED Intelligent
Electronic Device.
Seperti yang telah dibahas pada bab 2, bahwa IED merupakan perangkat cerdas yang fungsinya mencakup telekontrol, telemetering,
telesignal, dan sistem proteksi OCR dan DGR sehingga jika dibandingkan dengan sistem konvensional, sistem ini jauh lebih ringkas
terutama dalam hal pengkabelan. Perangkat ini juga menggantikan fungsi digital meter, tranduser dan relay bantu seperti pada sistem
konvensional. Pada gardu induk tertentu perangkat ini terpasang pada tiap-tiap penyulang yang dirangkai dengan protokol modbus. Merek IED
yang digunakan di APD Jatim adalah MICOM P220.
71
Gambar 4.40 Konfigurasi Port IED Relay MICOM P220
Pada dasarnya prinsip kerja IED sama dengan peralatan yang bekerja pada sistem konvensional akan tetapi IED membuat sistem
menjadi lebih sederhana dengan mengintegrasikan beberapa fungsi dalam satu perangkat. Konfigurasi port IED Relay dapat dilihat pda
gambar 4.40, sedangkan konfigurasi perangkat RTU dengan IED dapat dilihat pada gambar 4.41.
72
Gambar 4.41 Konfigurasi IED Pada RTU 4.3.3.3 Peripheral Sistem Catu Daya
Peripheral yang dimaksud merupakan peralatan pendukung sistem SCADA dalam hal ini adalah sistem pencatuan. Keberlangsungan
sistem SCADA yang baik tidak terlepas dari kemampuan sistem pencatuan yang baik. Tujuan utamanya adalah menjaga
keberlangsungan sistem dengan sumber cadangan ketika sumber utamanya mati. Sistem pencatuan pada SCADA yaitu :
a. Sistem Pencatuan di Master Station
Sistem operasi dikatakan dalam kondisi normal dimana semua sistem catu berasal dari jaringan PLN dan transfer panel dalam status
normal. Ketika sumber utama PLN padam atau mengalami gangguan maka sensor yang ada di sistem panel akan segera bekerja
untuk menghidupkan genset dengan batas waktu yang telah ditentukan. Sebelum genset mencapai kondisi ideal maka sistem
SCADA akan dicatu sementara oleh UPS selanjutnya transfer panel saklar terkoneksi ke genset jika sudah beroperasi . Apabila sumber
dari PLN kembali normal maka tranfer panel akan secara otomatis memindahkan saklar ke posisi sumber utama PLN selanjutnya
dengan batas waktu yang sudah ditentukan genset akan berhenti
73