Wilayah kerja DCC APD Jatim

tersebut. Hanya alamat tujuan yang akan memproses perintah, meskipun peralatan yang lain mungkin menerima perintah tersebut. Setiap perintah modbus memiliki informasi pemeriksaan kesalahan untuk memastikan data diterima tanpa kerusakan. Protokol ini memiliki beberapa kelebihan antara lain: a. Mudah dalam instalasi, perawatan, dan perbaikan. b. Dapat dilakukan multidrop perangkat secara serial. Gambar 4.7 Konfigurasi Modbus APD Jatim menggunakan protokol ini untuk menghubungkan beberapa peralatan diantaranya untuk : a. Menghubungkan beberapa IED relay dari beberapa penyulang di satu gardu induk untuk disambungkan ke RTU secara multidrop. b. Menghubungkan beberapa digital meter dari beberapa penyulang di satu gardu induk untuk disambungkan ke RTU secara multidrop

4.3.1.2 Wilayah kerja DCC APD Jatim

DCC APD Jawa Timur terbagi menjadi tiga pusat pengatur control center yang menangani pengaturan sistem 20 kV yaitu APD tengah, APD timur dan APD barat seperti ditunjukkan pada gambar 4.8. Meskupin terbagi menjadi tiga wilayah tetapi server SCADA hanya ada di APD tengah Surabaya dan APD timur Leces sedangkan APD barat Kertosono merupakan client dari APD Surabaya. Meskipun server SCADA pada APD Jatim terpisah tetapi antar server saling terhubung atau interkoneksi, hal ini bertujuan untuk disaster recovery yaitu apabila salah satu server mengalami gangguan terutama bencana alam sehingga sistem masih dapat difungskan server yang lain. 48 Gambar 4.8 Pembagian Wilayah APD Jatim 4.3.1.3 Konfigurasi Perangkat pada Master Station Peralatan yang terpasang di master station harus mempunyai syarat sebagai berikut : 1. Keamanan, keandalan, dan ketersediaan. 2. Kemudahan, kelangsungan, dan keakuratan pengiriman, penyimpanan, dan pemrosesan data. 3. Kebutuhan dan kapabilitas sistem komputer. 4. Kemudahan untuk dioperasikan dan dipelihara. 5. Kemampuan untuk dikembangkan. Gambar 4.9 Konfigurasi Master Station DCC Surabaya 49 Perencanaan dan pembangunan master station sesuai dengan Standar PLN S3.001: 2009 sebagai referensi dasar untuk konfigurasi master station distribusi level 3. Konfigurasi master station dimasing- masing wilayah ditunjukkan oleh gambar 4.9 – 4.11. Operating system pada master station ini menggunakan Windows baik pada server maupun workstation. Untuk mengantisipasi kemungkinan terinfeksi virus maka dilakukan langkah-langkah antisipasi berikut ini: a. Jaringan LAN SCADA private b. Menggunakan firewall berlapis c. Instalasi dan update anti virus berlisensi Gambar 4.10 Konfigurasi Master Station DCC Leces Kinerja master station dapat diukur dengan menguji kapasitas maksimum sesuai spesifikasi dimana beban puncaknya tidak boleh melebihi 50 dari RAM, tidak boleh melebihi 50 dari kemampuan CPU, dan tidak boleh melebihi 40 dari kapasitas LAN. Kinerja serta aplikasi master station sendiri meliputi : a. Response time SCADA b. Prioritas informasi SCADA 50 c. Operating system d. Akuisisi frekuensi e. Sinkronisasi waktu f. Simbol dan warna Perangkat penyusun konfigurasi master station level 3 seperti pada gambar 4.9 – 4.11 adalah : 1. Workstation dispatcher engineer 1 set 2. Server SCADA, data historikal, sub sistem komunikasi 1 set 3. GPS +Firewall 1 set 4. Projection multimedia 1 set 5. Terminal server 1, terminal server 2, router GPRS 6. Modem switch PT.Icon + 7. Printer laser hitam putih warna 1 buah 8. Gateway atau Router 1 set Gambar 4.11 Konfigurasi Dispatcher DCC Kertosono Server yang digunakan pada sistem SCADA untuk kebutuhan master station terdiri dari tiga bagian, yaitu: a. Server SCADA Berfungsi sebagai pengolah dan penyimpan semua data informasi yang diperoleh dari peralatan remote melalui media komunikasi untuk dikirimkan kepada server yang lain sesuai dengan kebutuhan. b. Server Historikal 51 Berfungsi sebagai penyimpan semua data dan informasi baik yang dinamis maupun statis serta semua perubahan informasi yang didapat dari server SCADA. c. Sub Sistem Komunikasi Berfungsi sebagai kontrol komunikasi ke RTUremote station dengan model polling serta sinkronisasi yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan. Model polling yang dapat diterapkan adalah: • Intelligent Reply, merupakan jawaban dari broadcast polling jika mengalami perubahan saja. • Active Reply, RTU secara aktif menyampaikan informasi jika terjadi perubahan tanpa menunggu polling. • Sampling Reply, yaitu polling yang dilakukan terhadap masing- masing RTUremote station untuk mendapat jawaban langsung

4.3.1.4 Disaster Recovery