Penetapan Tersangka dalam Proses Peradilan

C. Penetapan Tersangka dalam Proses Peradilan

Menurt pendapat J.C.T. Simorangkir, dkk dalam bukunya Kamus Hukum mengemukakan bahwa : tersangka adalah seorang yang disangka telah melakukan suatu tindak pidana dan ia masih dalam taraf pemeriksaan pendahuluan untuk dipertimbangkan, apakah tersangka ini mempunyai cukup dasar untuk diperiksa dipersidangan. Sedangkan menurut pasal 1 butir 4 KUHAP yang berbunyi tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan, patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. Bukti permulaan yang cukup yang dimaksutkan dalam pasal 1 butir 4 KUHAP dijelaskan dalam Peraturan Kapolri No. Pol. Skep1205IX2000 tentang Pedoman Administrasi Penyidikan Tindak Pidana di mana diatur bahwa bukti permulaan yang cukup merupakan alat bukti untuk menduga adanya suatu tindak pidana dengan mensyaratkan minimal satu laporan polisi ditambah dengan satu alat bukti yang sah sebagaimana diatur dalam Pasal 184 KUHAP 7 . Alat bukti yang dimaksut pasal 184 KUHAP adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Salah satu asas terpenting dalam hukum acara pidana ialah asas praduga tak bersalah. Asas tersebut telah dimuat dalam pasal 8 Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 tentang ketentuan –ketentuan pokok kekuasaan kehakiman. Asas praduga tak bersalah berarti bahwa setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan didepan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum adanya keputusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Bersumber pada asas praduga tak bersalah maka jelas dan sewajarnya bahwa khususnya tersangka dalam proses peradilan pidana wajib mendapatkan hak-haknya. Sebagai seseorang yang belum dinyatakan bersalah maka ia mendapatkan hak-hak seperti hak untuk segera mendapatkan pemeriksaan dalam fase penyidikan 8 . Hak-hak tersangka atau terdakwa lebih jelasnya telah diatur dalam KUHAP antara lain meliputi : 1. Hak segera mendapatkan pemeriksaan oleh penyidik, diajukan ke penuntut umum, segera dimajukan ke pengadilan dan segera diadili oleh pengadilan Pasal 50 ayat 1, ayat 2, dan ayat3 7 Lihat http:www.hukumonline.comklinikdetaillt5073b4c6c99babukti-permulaan-yang-cukup-sebagai- dasar-penangkapan, diakses tangal 14 Mei 2015. 8 Abdul Hakim G. Nusantara, KUHAP dan Peraturan-peraturan Pelaksanaan, Jakarta: Percetakan Bhinneka Surya Pratama, Cet. III, 1996 , 215 2. Hak untuk diberitahu dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan seta yang didakwakan. Pasal 51 3. Hak memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan.Pasal 52 4. Hak untuk mendapatkan bantuan juru bahasa atau penterjemah bagi terdakwa atau saksi yang bisu atau tuli. Pasal 177 dan Pasal 178 5. Hak dapat bantuan hukum dari seorang atau lebih Penasihat Hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan. Pasal 54 6. Hak memilih sendiri penasihat hukumnya. Pasal 55 7. Hak mendapatkan bantuan hukum secara cuma-cuma bagi yang tidak mampu, yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih.

D. Metode penfsiran dan Konstruksi Hukum Sebagai Bentuk penemuan hukum oleh hakim