KEWENANGAN LEMBAGA PRA PERADILAN DALAM MEMUTUSKAN PENETAPAN TERSANGKA
A. pendahuluan
Perubahan Undang-undang Dasar 1945 membawa perubahan yang sangat mendasar ke dalam kehidupan negara hukum rechstaat Indonesia, di antaranya adanya pengakuan hak asasi
manusia yang lebih diperjelas dan dibedakan dengan hak warga negara. Hak warga negara sangat luas yaitu yang berkaitan dengan hak-hak yang mendasar yang dimiliki setiap individu dalam
kaitannya bernegara. Di antaranya yaitu hak setiap warga negara yang mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum. Hal ini tentunya membawa dampak kepada sistem pemidanaan di
Indonesia yang secara formil diatur dalam KUHAP . Sebelum adanya KUHAP yang diatur dalam UU No. 8 tahun 1981, Indonesia dalam
sistem hukum acara pidananya mengunakan Het Herziene inlandsch Reglement atau H.I.R Staatsblad tahun 1941 nomor 44 yang berasal dari peniggalan kolonial Belanda. Beberapa sifat
pengaturan dari HIR ini masih belum mengedepankan hak-hak asasi manusia. Contohnya saja dalam proses pemeriksaan, apabila tersangka tidak mau secara sukarela untuk mengakui
perbuatannya atau kesalahannya itu, maka petugas pemeriksa memperpanjang penderitaan tersangka melalui cara penyiksaan sampai diperoleh pengakuan
1
. KUHAP ini secara tegas mengatur bagaimana cara penegak hukum dalam menjalankan
hukum materiilnya dengan tetap menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia yang pada dasarnya setiap manusia memiliki kedudukan sama dihadapan hukum. Sehingga tindakan-
tindakan seperti halnya penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, penyidikan, penuntutan, penghentian penyidikan, dan penuntutan dan sebagainya tidak bisa dilakukan dengan
semena-mena. Kesemuanya ini untuk mewujudkan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia agar jangan sampai
“diperkosa”
2
. Maka dari itu, dalam ketentuan KUHAP ada ketentuan yang mengatur praperadilan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengimbangi kekuasaan yang begitu
besar yang dimiliki oleh negara penegak hukum dalam melakukan penegakan hukum materiil dimana acapkali melanggar hak-hak warga sipil dalam proseduralnya.
1
https:hariswandi.wordpress.com20111020sejarah-hukum-acara-pidana-indonesia, diakses pada tanggal 14 Mei 20115
2
Riduan Syahrani, Beberapa hal Tentang Hukum Acara Pidana, Alumni, Bandung, 1983, hal. 74
B. Lembaga Pra Peradilan Menurut UU No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana