Latar Belakang dan Masalah

3 adalah Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal. Untuk mendorong dan menyelaraskan pembangunan ketahanan pangan, serta menindaklanjuti Peraturan Menteri Pertanian Nomor:15PermentanRC.1101201 tentang Rencana Strategis Kementrian Pertanian 2010-2014, maka Badan Ketahanan Pangan menyusun Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010-2014. Implementasi dari rencana tersebut berupa program kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan P2KP. Sebagai bentuk keberlanjutan program P2KP Berbasis Sumberdaya Lokal tahun 2010, pada tahun 2013 program P2KP diimplementasikan melalui kegiatan: 1 optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari KRPL, 2 Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal MP3L, serta 3 Sosialisasi dan Promosi P2KP. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang juga mengalami masalah ketahanan pangan. Hasil wawancara dengan ketua seksi Penganekaragaman Pangan Kantor Ketahanan Pangan Lampung Utara menunjukkan bahwa Lampung Utara yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang juga mengalami masalah ketahanan pangan. Dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut, Badan Ketahanan Pangan Lampung Utara telah mengimplementasikan program P2KP. Program P2KP yang diselenggarakan di Kabupaten Lampung Utara adalah Program KRPL. KRPL merupakan suatu program yang berupa pemanfaatan pekarangan melalui upaya pemberdayaan wanita untuk mengoptimalkan manfaat pekarangan sebagai 4 sumber pangan keluarga. Upaya ini dilakukan dengan membudidayakan berbagai jenis tanaman sesuai kebutuhan keluarga seperti aneka umbi, sayuran, dan buah- buahan serta budidaya ternak dan ikan sebagai tambahan untuk ketersediaan sumber karbohidrat, vitamin, mineral, dan protein bagi keluarga pada suatu lokasi kawasan perumahanwarga yang saling berdekatan. Dengan demikian akan dapat terbentuk sebuah kawasan yang kaya akan sumber pangan yang diproduksi sendiri dalam kawasan tersebut dari optimalisasi pekarangan. Pendekatan pengembangan ini dilakukan dengan mengembangkan pertanian berkelanjutan sustainable agriculture, antara lain dengan membangun kebun bibit dan mengutamakan sumber daya lokal disertai dengan pemanfaatan pengetahuan lokal sehingga kelestarian alam pun terjaga. Di setiap desa dibangun kebun bibit untuk memasok kebutuhan bibit tanaman, ternak, dan ikan bagi anggota kelompok dan masyarakat, sehingga tercipta keberlanjutan kegiatan. Dalam pelaksanaanya, pengembangan kebun bibit pada kegiatan ini harus berkoordinasi dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP setempat untuk mendapatkan pembinaaan, dan mengutamakan tanaman- tanaman yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat setempat ataupun jenis tanaman baru yang memiliki keunggulan nilai gizi. Sasaran kegiatan Program KRPL adalah adalah kelompok wanita yang beranggotakan minimal 30 rumah tangga yang bedomisili berdekatan dalam satu desa sehingga membentuk suatu kawasan. Setiap anggota wajib mengembangkan pemanfaatan pekarangan dengan menanam tanaman sumber pangan sayur, buah, umbi ataupun memelihara ternak dan ikan. Tujuannya adalah mencukupi 5 ketersediaan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga. Hasil dari usaha pekarangan ini diutamakan untuk dikonsumsi oleh rumah tangga bersangkutan dan apabila berlebih dapat dibagikandisumbangkan kepada anggota kelompok atau secara bersama-sama dijual oleh kelompok. Setiap pekarangan rumah anggota kelompok diharapkan dilengkapi dengan sarana pembuatan pupuk kompos dari sisa-sisa tanaman dan kotoran ternak dan sisa-sisa limbah dapur untuk digunakan sendiri. Mengingat besarnya manfaat yang diperoleh dengan menerapkan Program KRPL maka penting untuk mengkaji persepsi petani terhadap Program KRPL. Hal tersebut karena menurut Rotter 1954, dalam Mearn, 2010 setiap orang mengintepretasikan kondisi yang sama dengan cara yang berbeda dan setiap orang memiliki ekspektasi yang berbeda pula terhadap situasi yang sama Oleh karena itu penafsiran secara subjektif terhadap lingkungan akan menentukan bagaimana seseorang berperilaku. Dengan kata lain, persepsi individu satu dengan yang lainnya terhadap Program KRPL akan saling berbeda. . Adanya perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan mengapa seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek tersebut. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya. Jika persepsi masyarakat terhadap program tersebut baik, maka program diharapkan dapat berjalan dengan baik dan dapat dilanjutkan pada masa- masa selanjutnya. Di dalam proses persepsi individu dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positifnegatif, senang atau tidak senang dan 6 sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap, yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu pula Polak, 1976 dalam Mapata, 2012. Dengan demikian jika seseorang memiliki persepsi yang baik mengenai Program KRPL tentu orang tersebut akan melakukan setiap arahan yang telah diberikan padanya mengenai apa yang sebaiknya ia lakukan dalam melaksanakan Program KRPL. Akibatnya, Program KRPL akan berjalan sesuai dengan yang seharusnya, seperti orang tersebut akan menanam dan merawat tanaman di pekarangan rumahnya dan jika memungkinkan akan membuat kolam ikan dan memelihara ikan, membentuk pagar hidup, dan lain-lain sehingga tujuan KRPL pun akan tercapai. Sebaliknya, jika persepsi seseorang terhadap Program KRPL tidak baik maka orang tersebut tidak akan menjalankan Program KRPL sesuai dengan yang seharusnya yang mengakibatkan KRPL tidak akan mencapai tujuaannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa persepsi seseorang akan turut menentukan bagaimana bentuk nyata penerapan Program KRPL di lapangan oleh orang tersebut atau dengan kata lain persepsi dari petani peserta KRPL akan menentukan keragaan KRPL. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai persepsi petani terhadap Program KRPL serta keragaan KRPL di Desa Abung Jayo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka masalah yang dikaji dalam penilitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah persepsi petani terhadap program Kawasan Rumah Pangan Lestari KRPL? 7 2. Adakah hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap pelaksanaan Program KRPL? 3. Bagaimanakah keragaan Program KRPL di Desa Abung Jayo?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui persepsi petani terhadap Program KRPL di Desa Abung Jayo. 2. Mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap pelaksanaan Program KRPL di Desa Abung Jayo. 3. Mengetahui keragaan Program KRPL di Desa Abung Jayo.

D. Kegunaan Penelitian

Penilitian ini berguna sebagai : 1. Sebagai sumbangan informasi kepada Dinas Ketahanan Pangan Lampung Utara dalam penyelenggaraan Program KRPL sehingga pemerintah dapat menentukan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat terkait Program KRPL. 2. Bagi petani, penelitian ini dapat menjadi sumber informasi mengenai Program KRPL. 3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sumber informasi dalam melakukan penelitian sejenis ataupun untuk pengembangan penelitian selanjutnya. II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pengertian persepsi

Menurut Leavit 1978, dalam Sobur, 2009, persepsi perception dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Dalam arti luas, persepsi ialah pandangan atau penglihatan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Rakhmat 2003 mengartikan persepsi sebagai pengalaman belajar tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga merupakan suatu bentuk komunikasi intrapersonal, yaitu komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Oleh karena itu, persepsi akan mempengaruhi seseorang dalam berpikir, bertindak, serta berkomunikasi dengan pihak lain. Mar’at 1981 menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan. Manusia mengamati suatu objek psikologi dengan matanya sendiri diwarnai oleh nilai dari kepribadiannya. Objek psikologi tersebut ini dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi memberikan