Menyusun strategi dan program penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina

1. Bagaimana kapasitas kelembagaan tani ikan mina sari dalam meningkatkan usaha anggota? 2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari? 3. Strategi dan program apa saja yang dapat diusulkan dalam penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari? Tujuan Tujuan kajian ini adalah: 1. Mengkaji kapasitas kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dalam meningkatkan usaha anggota. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari.

3. Menyusun strategi dan program penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina

Sari. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari kajian ini adalah : 1. Untuk dapat menjadi bahan masukan bagi penguatan kelembagaan dan peningkatan ekonomi petani dalam kerangka pemberdayaan masyarakat oleh Pemerintah Kabupaten Tebo Propinsi Jambi. 2. Kajian ini dapat dijadikan model penguatan kelembagaan tani ikan dalam meningkatkan pendapatan usaha oleh Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari Desa Tegal Arum Kabupaten Tebo Propinsi Jambi. 3. Bagi penulis, kajian ini dapat menambah pengetahuan tentang kondisi kelembagaan sosial di pedesaan, permasalahan-permasalahan dalam kelembagaan dan strategi yang dapat dilakukan untuk membantu penguatan kelembagaan tani ikan. TINJAUAN PUSTAKA Pengembangan Masyarakat Gunardi dkk 2007 mengatakan bahwa pengembangan masyarakat merupakan suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan berdasarkan prakarsa komunitas. Selain itu menurut Nasdian dan Dharmawan 2007 pengembangan masyarakat juga merupakan suatu perubahan yang terencana dan relevan dengan persoalan-persoalan lokal yang dihadapi oleh para anggota komunitas yang dilaksanakan secara khas dengan cara-cara yang sesuai dengan kapasitas, norma, nilai, persepsi dan keyakinan anggota komunitas setempat, dimana prinsip-prinsip recident partisipation dijunjung tinggi. Asas-asas pengembangan masyarakat Gunardi, dkk, 2007 meliputi : holism, sustainability, diversity, organic development, balanced development, addressing structural disadvantage, addressing discourses disadvantage, empowerment, need definition, human right, valuing local knowledge, valuing local culture, valuing local resources, valuing local skills, valuing local processes. Sementara itu Ife 1995, menyatakan bahwa pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasan kepada orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. Selanjutnya menurut Persons 1994 pemberdayaan adalah suatu proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan, dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi hidupnya. Sasaran pengembangan masyarakat pada dasarnya adalah pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat berarti mengembangkan kondisi dan situasi sedemikian rupa sehingga masyarakat memiliki daya dan kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya. Masyarakat berdaya memiliki ciri-ciri; 1 mampu memahami diri dan potensinya; 2 mampu merencanakan mengantisipasi kondisi perubahan kedepan, dan mengarahkan dirinya sendiri; 3 memiliki kekuatan berunding, bekerjasama secara saling menguntungkan dengan bargaining power yang memadai; 4 bertanggungjawab atas tindakannya sendiri. Menurut Santoso 1993 dalam Sumardjo dan Saharudin 2007 di era globalisasi, ciri-ciri masyarakat berdaya ini dapat dilihat memiliki etos kerja yang tinggi, presentatif, peka dan tanggap, inovatif, fleksibel dan jati diri dengan swakendali. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. Dalam proses ini masyarakat didampingi untuk membuat analisis masalah yang dihadapi, dibantu untuk menemukan alternatif solusi masalah tersebut, serta diperlihatkan strategi memanfaatkan berbagi resources yang dimiliki dan dikuasai. Proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif, namun dalam beberapa situasi tertentu strategi pemberdayaan dapat dilakukan secara individual meskipun pada gilirannya strategi ini tetap berkaitan dengan kolektifitas yaitu dengan mengaitkan antara klien dengan sumber atau sistem di luar dirinya. Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Partisipasi merupakan komponen penting dalam pembangkitan kemandirian dan proses pemberdayaan Craig dan Mayo, 1995. Sebaiknya, orang-orang harus terlibat dalam proses tersebut sehingga lebih memperhatikan hidupnya untuk memperoleh rasa percaya diri, memiliki harga diri dan pengetahuan untuk mengembangkan keahlian baru. Prosesnya dilakukan secara kumulatif. Pemberdayaan dan partisipasi merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka meningkatkan ekonomi, sosial, dan transformasi budaya Harry, 2003. Strategi pemberdayaan meletakkan partisipasi aktif masyarakat ke dalam efektivitas, efesiensi, dan sikap kemandirian. Dubois dan Milles Harry, 2003 mengatakan pemecahan masalah dapat dilakukan melalui pemberdayaan, yaitu : 1. Dialog : Persiapan kerja sama, pembentukan kemitraan, artikulasi tantangan, identifikasi sumber kekuatan, dan penentuan arah. 2. Penemuan : Pemahaman sistem sumber, analisis kapasitas sumber, dan menyusun frame pemecahan masalah. 3. Pengembangan : mengaktifkan sumber, memperluas kesempatan, mengakui temuan-temuan, dan mengintegrasikan kemajuan. Dalam konteks pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras pemberdayaan empowerment setting: mikro, mezzo, dan makro. Suharto, 2005 1. Mikro : Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. 2. Mezzo : Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. 3. Makro : pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar, karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk memilih serta menentukan strategi yang untuk bertindak. Pelaksanaan proses pencapaian tujuan pemberdayaan di atas dapat dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang tepat, yaitu Suharto, 1997 : 1. Pemungkinan : menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. 2. Penguatan : memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan- kebutuhannya. 3. Perlindungan : melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat. 4. Penyokongan : memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupan. 5. Pemeliharaan : memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Schuler, Hashemi, dan Riley dalam kutipan Suharto 2005 mengembangkan delapan indikator pemberdayaan yang disebut sebagai empowerment index atau indeks pemberdayaan, yaitu : 1 kebebasan mobilitas; 2 kemampuan membeli komoditas kecil; 3 kemampuan membeli komoditas besar; 4 terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga; 5 kebebasan relatif dari dominasi keluarga; 6 kesadaran hukum dan politik; 7 keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes; dan 8 jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga. Merangkum kedelapan indikator keberdayaan tersebut apabila dikaitkan dengan dimensi kekuasaan, yaitu “kekuasaan untuk” dan “kekuasan atas” kemampuan ekonomi dan manfaat kesejahteraan, maka indikator keberdayaan lembaga tani berkenaan dengan kegiatan budidaya ikan air tawar yang dilakukan oleh Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari adalah kemampuan mereka untuk mengakses pelayanan keuangan mikro dan teknologi. Sedangkan kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan termasuk di dalamnya adalah kemampuan untuk memperoleh pendampingan tenaga teknis perikanan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga peningkatan pendapatan ekonomi dapat tercapai. Kelembagaan Dalam upaya memenuhi kebutuhannya, manusia memerlukan kebutuhan akan kerjasama diantara mereka. Permasalahan yang kemudian muncul yaitu pada suatu kelompok orang kerjasama itu bisa terjalin dengan baik, sedangkan pada kelompok yang lain tidak. Ini menuntut adanya suatu tatanan aturan yang disepakati bersama guna pencapaian tujuan bersama dalam kerjasama tersebut. Menurut Sugiyanto 2002, kelembagaan dalam pendekatan bahasa merupakan terjemahan dari dua istilah, yaitu : institute yang merupakan wujud kongkrit dari kelembagaan yang berarti organisasi dan institution yang merupakan wujud abstrak dari lembaga yang berarti pranata, sebab merupakan sekumpulan norma- norma pengatur perilaku dalam aktifitas hidup tertentu. Menurut Schmid 1972, kelembagaan adalah suatu kumpulan tata tertib hubungan dimana orang-orang yang menentukan hak mereka, mengakui hak orang lain,hak-hak dan tanggung jawab, termasuk penggunaan property right untuk kasus individu. Lebih lengkap dikemukakan pula oleh Shaffer dan Schmid bahwa dalam suatu kelembagaan terdapat tiga ciri utama, yaitu batas yuridiksi, property right dan aturan representasi rules of presentation Pakpahan, 1989. Kemudian dijelaskan pula bahwa batas yuridiksi menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam suatu masyarakat, yang dapat pula berarti batas wilayah kekuasan atau batas otoritas yang dimiliki oleh suatu lembaga atau kedua-duanya. Dilain pihak konsep property right selalu mengandung makna sosial yang muncul dari konsep hak rigth dan kewajiban obligation yang didefenisikan dan diatur oleh hukum, adat dan tradisi atau konsensus yang mengatur hubungan antar anggota masyarakat dimana dia berada. Sedangkan aturan representasi mengatur permasalahan siapa yang berhak berpartisipasi terhadap apa dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian keputusan apa yang diambil dan apa akibatnya terhadap performan akan ditentukan oleh kaidah representasi yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Konsep yang luas mengenai kelembagaan meliputi keseluruhan tingkat baik secara lokal atau tingkat masyarakat, unit pengelola proyek, badan-badan pemerintah dan sebagainya Israel, 1987. Kelembagaan dapat dimiliki oleh publik atau sektor privat atau dapat pula merujuk kepada fungsi administratif pemerintah secara luas. Suatu hal yang perlu dibedakan yaitu, jika kelembagaan adalah peraturan permainan maka lembaga atau organisasi tertentu adalah pemainnya Braun and Feldbrugge, 1998. Uphhoff 1992 sebagaimana dikutip oleh Nasdian dan Dharmawan 2007 melakukan penggolongan kelembagaan berdasarkan sektor-sektor sosial di tingkat lokalitas. Ketiga sektor sosial yang dimaksud adalah : 1 sektor public; 2 sektor participatory; dan 3 sektor private. Kelembagaan sektor public di tingkat lokal mencakup adminitrasi dan pemerintah lokal dengan birokrasi dan organisasi politik sebagai bentuk organisasi yang muktahir. Kelembagaan sektor participatory sesuai dengan namanya, tumbuh dan dibangkitkan oleh masyarakat secara sukarela, kelembagaan ini aktif berdasarkan tujuan sesuai dengan minat para pendukungnya. Kelembagaan sektor private, yang berorientasi kepada upaya mencari keuntungan yakni, dalam bidang jasa, perdagangan dan industri. Syahyuti 2003 mengatakan bahwa kelembagaan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu aspek kelembagaan dan aspek keorganisasian. Norma dan perilaku merupakan dua objek pokok dalam kajian kelembagaan, sementara organisasi memperhatikan masalah struktur serta peran. Lebih lanjut Syahyuti mengatakan ada beberapa cara untuk membuat pengelompokan kelembagaan yang berkaitan dengan dunia pertanian atau pedesaan, tergantung kepada dasar pengelompokannya, yaitu : 1 Atas sistem agribisnis; 2 Atas konsep kelembagaan di dunia sosial; 3 Atas orientasi, bentuk pelayanan, dan sifat keanggotaannya dan; 4 Atas dasar fungsi-fungsi yang dijalankan. Modal Sosial Dalam pembahasan tentang kelembagaan dikenal suatu konsep modal sosial, yang secara umum dipahami sebagai bentuk institusi, relasi, dan norma- norma yang membentuk kualitas dan kuantitas dari interaksi sosial dalam masyarakat. Modal sosial merupakan suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum, kepercayaan, pertukaran timbal balik, pertukaran ekonomi dan informasi, kelompok-kelompok formal dan informal, serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal lainya sehingga terjadi tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan Colletta dan Cullen, 2000. Menurut Woolcock, modal sosial adalah sebagai informasi, kepercayaan dan norma-norma timbal balik yang melekat dalam suatu sistem jaringan sosial. Woolcock menggolongkan modal sosial menjadi empat tipe utama, yaitu : 1 tipe ikatan solidaritas bounded solidarit, dimana modal sosial menciptakan mekanisme kohesi kelompok dalam situasi yang merugikan kelompok; 2 tipe pertukaran timbal-balik reciprocity transaction, yaitu pranata yang melahirkan pertukaran antar para pelaku; 3 tipe luhur value introjection, yakni gagasan dan nilai, moral yang luhur dan komitmen melalui hubungan-hubungan kontraktual dan menyampaikan tujuan-tujuan individu dibalik tujuan instrumental, dan; 4 tipe membina kepercayaan enforceable trust, bahwa institusi formal menggunakan mekanisme yang berbeda untuk menjamin pemenuhan kebutuhan berdasarkan kesepakatan terdahulu dengan menggunakan mekanisme rasional. Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas. Namun demikian, pengukuran modal sosial jarang melibatkan pengukuran terhadap interaksi itu sendiri. Melainkan, hasil dari interaksi tersebut, seperti terciptanya atau terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat. Sebuah interaksi dapat terjadi dalam skala individual maupun institusional. Secara individual, interaksi terjadi manakala relasi intim antara individu terbentuk satu sama lain yang kemudian melahirkan ikatan secara emosional. Secara institusional, interaksi dapat lahir pada saat visi dan tujuan satu organisasi memiliki kesamaan dengan visi dan tujuan organisasi lainnya. Modal sosial dapat dilihat sebagai sumber yang dapat dipergunakan baik untuk kegiatan atau proses produksi saat ini, maupun untuk investasi bagi kegiatan dimasa depan. Masyarakat yang memiliki modal sosial tinggi cenderung bekerja secara gotong-royong, dan mampu mengatasi perbedaan- perbedaan. Merujuk pada Ridell 1977, ada tiga parameter modal sosial, yaitu kepercayaan, norma-norma dan jaringan. Berdasarkan parameter tersebut, ada beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran modal sosial antara lain Suharto, 2005 : perasaan identitas, perasaan memiliki, sistem kepercayaan dan ideologi, nilai dan tujuan, ketakutan-ketakutan, sikap-sikap terhadap anggota lain, persepsi mengenai akses terhadap pelayanan, sumber dan fasilitas, keyakinan dalam lembaga-lembaga masyarakat, tingkat kepercayaan, kepuasan dalam hidup, dan harapan yang ingin dicapai di masa depan. Identifikasi permasalahan dalam pengembangan modal sosial, diperlukan upaya membangun modal sosial dengan mempertimbangkan dua dimensi modal sosial yaitu keeratan sosial social glue dan jembatan sosial social bridge sebagaimana dikemukakan oleh Lang and Hornburg 1998, dalam Marliyantoro 2002. Keeratan sosial disamping berisi kepercayaan sosial, juga mencakup kesediaan atau kesukarelaan dalam partisipasi wiliingness to participate. Sedangkan jembatan sosial tidak sekedar diartikan jalinan antar kelompok, tapi juga keterbukaan akses bagi seluruh anggota masyarakat untuk berhubungan dengan sumber daya di luar lingkungannya. Langkah-langkah yang ditempuh untuk membangun modal sosial adalah dimulai dari tataran mikro individu dan keluarga, meso komunitas dan makro negara. Pada tataran makro, modal sosial meliputi institusi-institusi seperti pemerintah, aturan hukum, kebebasan sipil dan politik. Sedangkan pada tataran meso dan mikro, modal sosial berkenaan dengan norma-nilai yang mengatur interaksi diantara individu, keluarga dan komunitas yang dapat diimplementasikan dalam berbagai tradisi, kebiasaan dan rasionalitas masing-masing. Dalam konteks kelembagaan petani budidaya ikan air tawar, beberapa konsep modal sosial di atas dijadikan alat analisis, nilai-nilai dan norma-norma yang membentuk perilaku kerjasama cooperative behavior serta kapabilitas yang muncul dari prevalansi kepercayaan dalam komunitas. Dalam kasus ini, modal sosial dapat diamati pada dua tingkat, yaitu vertikal dan horisontal. Pada tingkat vertikal, dilihat bagaimana komunitas membangun hubungan kerjasama dengan kelembagaan lain swasta dan pemerintah, sedangkan pada tingkat horisontal dilihat bagaimana komunitas saling berkerjasama kemudian melahirkan kepercayaan sosial social trust. Penguatan Kelembagaan Pola pengembangan kelembagaan masyarakat agar semakin kuat perlu memperhatikan beberapa aspek, yaitu 1. Perbaikan struktur dan fungsi kelembagaan masyarakat, 2. Pemanfaatan informasi dan teknologi yang berimbang, 3 peningkatan program-program pendidikan dan pelatihan secara berkelompok, 4 meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana aktifitas kelembagaan, 5 memberdayakan dan memfasilitasi kelembagaan masyarakat informal, 6. Menciptakan pemimpin kelembagaan yang transformasional Daryanto, 2004. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka penguatan kelembagaan menurut Saharuddin 2000 adalah mencakup pengembangan kapasitas institusi dan kapasitas sumber daya manusia. Menurut Israel 1990 untuk dapat memperbaiki prestasi kelembagaan maka diperlukan sebuah strategi, yaitu : 1. Meningkatkan kesadaran Kebutuhan akan kesadaran yang lebih tinggi terhadap persoalan yang menyangkut pengembangan kapasitas kelembagaan dari pihak pemegang kekuasaan sering terabaikan. Yang dapat dilakukan untuk meningkatkan tingkat kesadaran ini adalah : 1 memperbanyak seminar yang memfokuskan pada berbagai persoalan kebijakan dan strategi; 2 meningkatkan upaya semua badan yang relevan; 3 menggunakan secara lebih baik jalur-jalur komunikasi yang lainnya. 2. Penekanan pada kegiatan dengan kekhususan rendah dan non-persaingan Kegiatan yang ada tidak hanya meniru apa yang berhasil pada kekhususan tinggi tetapi harus memberikan prioritas kepada pengembangan teknologi rendah yang berorientasi pada rakyat dimana individu-individu yang terlibat dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan 3. Meminimalkan kebutuhan lembaga Terlalu membebani sebuah lembaga dengan tujuan-tujuan yang tidak dapat dicapai akan meningkatkan kesulitan manajemen sebaliknya suatu penyederhanaan akan meningkatkan kesempatan dan memungkinkan program dan kegiatan terlaksana. Sedangkan menurut Syahyuti 2003 aspek yang semestinya diperhatikan untuk mengembangkan kelembagaan di dunia pertanian adalah : 1. Dibutuhkan iklim makro yang “sadar kelembagaan” Pendekatan pembangunan pertanian perlu dirubah menjadi people driven, disertai market driven, dan technology driven. Artinya, rakyat merupakan aktor penting dalam formulasi kebijakan dan keputusan politik. 2. Objeknya adalah kelembagaan, bukan individu Individu-individu secara sosial akan memiliki satu kelembagaan sebagai wadah aktivitasnya. Kelembagaan-lah yang secara fungsional menghidupkan sistem sosial. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah melalui pendekatan social learning process. Dalam pendekatan ini, seluruh anggota kelompok belajar secara bersama, mengalami bersama, dan menyelesaikan segala persolan secara bersama. 3. Membangun kelembagaan baru Penggantian ataukah tambahan? Perubahan sosial akan cenderung berbentuk proses penggantian, karena masyarakat yang sudah hidup sekian lama, sudah mengembangkan dan menjaga struktur sosial dan kompleks nilai yang stabil. Pada masyarakat dimaksud sudah ada organisasi, person yang jelas, kompleks peran, nilai, norma, dan hukum yang diterima dan dijalankan dengan harmonis. 4. Menggunakan dan memperkuat modal sosial Modal sosial berisikan tiga hal pokok yaitu kepercayaan trust, norma yang dijalankan, serta jaringan sosial social network. Dalam konteks ekonomi, modal sosial merupakan prasyarat terjadinya sebuah tata ekonomi yang sehat dan rasional. Selanjutnya Syahyuti 2006 menerangkan langkah-langkah metodologis dalam mengembangkan kelembagaan, yaitu : 1. Identifikasi jenis-jenis aktifitas yang akan dilakukan dalam rancangan kelembagaan di lokasi. 2. Pahami jenis, bentuk, dan sifat interaksi yang terdapat dalam masing-masing kelompok aktifitas. 3. Pahami sifat komunalitas atau individualitas masyarakatnya. 4. Pilih opsi kelembagaan yang sesuai Dalam pengembangan kelembagaan juga harus memahami kinerja kelembagaan. Kinerja kelembagaan adalah kemampuan suatu kelembagaan untuk menggunakan sumber daya yang dimilikinya secara efesien dan menghasilkan output yang sesuai dengan tujuannya dan relevan dengan kebutuhan pengguna. Untuk menilai kinerja kelembagaan dapat dilihat dari produknya sendiri berupa jasa atau material dan faktor manajemen yang membuat produk tersebut bisa dihasilkan.Ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu keefektifan kelembagaan dalam mencapai tujuan-tujuannya, efesiensi penggunan sumber daya, dan keberlanjutan kelembagaan berinteraksi dengan para kelompok kepentingan di luarnya. Untuk mengetahui produk atau output, maka langkah pertama adalah mengidentifikasi output yang dihasilkan, dengan mendefenisikan dan mengelompokan tiap output, serta mengenali output utamanya. Setelah itu mengukur output dengan menentukan skala output, menentukan kriteria bobotnya, mempersiapkan lembaran data outputnya, mengumpulkan data output, dan menghitung rasio produktifitasnya. Terakhir, adalah menganalisa output dan kecendrungannya dan polanya, dan melihat kaitan hasil dengan tugas atau tujuan kelembagaan Syahyuti, 2003. Penguatan Kelembagaan Tani Mina Sari tidak bisa dilepaskan dari pengembangan kapasitas sumberdaya manusianya. Pengembangan kapasitas masyarakat menurut Maskun 1999 merupakan suatu pendekatan pembangunan yang berbasis pada kekuatan-kekuatan dari bawah secara nyata. Kekuatan- kekuatan itu adalah kekuatan sumberdaya alam, sumberdaya ekonomi, dan sumberdaya manusia, sehingga menjadi local capacity. Kapasitas lokal yang dimaksud adalah kapasitas pemerintah daerah, kapasitas kelembagaan swasta dan kapasitas masyarakat desa terutama dalam bentuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam menghadapi tantangan pengembangan potensi alam dan ekonomi setempat. Tidak dapat disangkal bahwa teknologi dewasa ini berkembang dengan amat pesat, bahkan pada tingkat kepesatan yang belum pernah dialami oleh umat manusia sebelumnya. Pemberdayaan kelembagaan petani dalam bentuk kelompok bertujuan untuk pemberdayaan petani dalam penerapan inovasi teknologi secara berkelanjutan. Disadari bahwa keberhasilan pengembangan inovasi teknologi pertanian tidak hanya tergantung pada faktor teknologi semata, namun juga faktor sumberdaya alam, sumberdaya manusia, modal sosial dan kelembagaan. Kelima faktor tersebut merupakan unsur penggerak dalam pembangunan pertanian yang sinergis, sehingga apabila salah satu faktor mengalami hambatan atau tidak sesuai maka kegiatan yang dilakukan tidak memberi hasil yang optimal. Dengan demikian penerapan teknologi saja tidak cukup untuk mengatasi permasalahan di lapang tetapi perlu diimbangi dengan pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan kelembagan kelompok serta penguatan modal Saleh dkk., 2004. Penerapan teknologi akan berhasil apabila kelembagaan yang ada didalamnya juga solid, sebagaimana dinyatakan Binswanger dan Ruttan dalam Syahyuti 2003 bahwa kelembagaan merupakan faktor utama yang menghasilkan teknologi. Teknologi yang baik hanya dapat dihasilkan dari suatu manajemen kelembagaan yang baik pula. Seterusnya, penerapan suatu teknologi yang telah dihasilkan tersebut akan lebih berhasil bila dilakukan oleh kelembagaan yang memadai pula. Persepsi petani terhadap kendala dalam pengembangan teknologi dari aspek biofisik adalah masih belum banyaknya alat pengolahan budidaya ikan air tawar, baik untuk pakan ikan maupun pengelolaan pupuk organik untuk kolam. Hal ini karena ketersediaan alat yang terbatas. Sedangkan kendala dari aspek sosial ekonomi yang dominan adalah permodalan, yaitu tidak adanya akses ke sumber permodalan dan modal usaha yang terbatas dalam pengembangan usahanya. Hal ini senada dengan hasil kajian Sudana 2005 bahwa masalah utama yang dihadapi petani dalam mengadopsi suatu teknologi adalah terbatasnya modal petani, disamping itu sumber modal berupa kredit usaha tani baik formal mupun non formal tidak tersedia di lokasi kajian. Keadaan ini cukup mempersulit petani didalam mengadopsi suatu teknologi, karena adopsi teknologi baru membutuhkan biaya tambahan. Sesungguhnya disinilah peran Pemerintah Daerah dalam menginisiasi adanya kemitraan dalam hal mengakses ke sumber permodalan sehingga proses transfer teknologi dapat berjalan sesuai yang diharapkan dan skala usaha dapat ditingkatkan. Kerangka Pemikiran Untuk kepentingan kajian ini kelembagaan diartikan sesuai dengan pendapat Syahyuti 2003 yang menyatakan bahwa kelembagaan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu aspek kelembagaan dan aspek keorganisasian. Norma dan perilaku merupakan dua objek pokok dalam kajian kelembagaan, sementara organisasi memperhatikan masalah struktur serta peran. Indikator keberhasilan perlu digunakan untuk membandingkan keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakannya upaya penguatan kelembagaan. Bila terdapat perbaikan yang cukup berarti dalam indikator-indikator tersebut maka dapat dikatakan bahwa telah terdapat hasil yang positif. Merangkum dari pendapat Israel 1990 tentang memperbaiki prestasi kelembagaan dan Syahyuti 2003 tentang mengembangkan kelembagaan di dunia pertanian maka dapat disimpulkan indikator yang bisa digunakan untuk mengukur menguatnya suatu kelembagaan, yaitu : a. Meningkatkan kesadaran menyangkut pengembangan kapasitas kelembagaan, dimana seluruh anggota belajar bersama, mengalami bersama, dan menyelesaikan segala persoalan secara bersama. Hal ini terlihat dari pertemuan rutin yang berkelanjutan untuk mendiskusikan kebutuhan dan permasalahan yang berkaitan dengan kelembagaan, serta membangun komunikasi dengan kelembagaan yang lainnya. b. Peningkatan kinerja kelembagaan dalam pengembangan kegiatan usaha sebagai unit produksi yaitu merencanakan dan menentukan pola usaha yang menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia dalam bidang teknologi, sosial, pemasaran, sarana produksi, dan sumberdaya alam. c. Menguatnya norma-norma di dalam kelembagaan, yaitu adanya pembagian tugas baik bagi pengurus maupun anggota. Pengurus dan anggota bisa berperan dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga. Dengan melihat teori di atas maka beberapa hal yang dikaji untuk penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, adalah : 1. Kapasitas kelembagaan a. Anggota : sumberdaya ekonomi, pendidikan, pengetahuan dan keterampilan. b. Pengurus : Kepemimpinan, dan karkateristik pengurus. c. ManajemenKinerja Kelembagaan : Keefektifan kelembagaan dalam mencapai tujuan, efisiensi penggunaan sumber daya, dan keberlanjutan kelembagaan berinteraksi dengan kelembagan lain. 2. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat a. Faktor pendukung : 1. Kondisi komunitas : lokasi desa : dekat dengan pasar kecamatan dan transportasi yang lancar. sumberdaya alam : 48 ha berpotensi untuk dibuat kolam, sungai, dan iklim yang teratur. sumberdaya ekonomi : produksi ikan 404,56 tontahun sedangkan konsumsi 732 tontahun atau 1,8 kg perkapitatahun, dan adanya kelembagaan pasar tradisional di desa. sumberdaya manusia : penduduk usia produktif usia 15 – 64 tahun adalah 4.467 jiwa. 2. Kondisi kelembagaan : terbentuknya Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. 3. Program dari pemerintah : direncanakan tahun 2015 Desa Tegal Arum menjadi sentra produksi ikan baik, adanya bantuan program peningkatan produksi perikanan dan terbentuknya Unit Pelayanan Pengembangan UPP perikanan. b. Faktor penghambat : 1. Kondisi komunitas : perilaku masyarakat : dari pekebun karet menjadi perikanan. sumberdaya ekonomi : krisis ekonomi global, masuknya komoditi dari daerah lain. 2. Kondisi kelembagaan : kinerja kelembagaan yang belum optimal. 3. Program dari pemerintah : pemerintah dalam pemberian program belum melakukan pendekatan partisipatif. Berdasarkan variabel-variabel tersebut, maka alur kerangka pemikiran yang digunakan dalam kajian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kapasitas kelembagaan  Anggota  Pengurus  ManajemenKinerja Kelembagaan :  Keefektifan kelembagaan dalam mencapai tujuan  Efisiensi penggunaan sumber daya  Keberlanjutan kelembagaan berinteraksi dengan kelembagan lain Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat 1. Faktor pendukung : Kondisi komunitas sumberdaya alam, sumberdaya ekonomi, sumberdaya manusia, Kondisi kelembagaan, dan program dari Pemerintah 2. Faktor penghambat : Kondisi komunitas perilaku masyarakat, sumberdaya ekonomi, kondisi kelembagaan, dan program dari Pemerintah Penguatan kelembagaan : Aspek organisasi dan norma STRATEGI PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI Peningkatan produktifitas dan usaha petani ikan METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Rancangan penelitian yang dilakukan dalam melakukan kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong 2005 penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deskrepsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sesuai dengan maksud dan tujuan Kajian Pengembangan Masyarakat yang dilakukan, maka kajian ini bersifat deskriptif. Penguatan kelembagaan dilakukan secara partisipatif untuk pengembangan kelembagaan yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Lokasi dan Waktu Lokasi kajian pengembangan masyarakat dilakukan di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Pemilihan terhadap desa tersebut dilakukan secara ”purposive” yakni pemilihan secara sengaja dengan maksud menemukan desa yang relevan dengan tujuan penelitian. Kajian pengembangan masyarakat dilakukan dalam serangkaian kegiatan yang terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama dilakukan pada saat Praktek Lapangan I Pemetaan Sosial pada bulan Februari 2008, tahap kedua dilakukan pada saat Praktek Lapangan II Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat pada bulan Juni 2008, dan tahap ketiga berupa kegiatan perancangan program Pengembangan Masyarakat. Jadwal kegiatan pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2: Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Kajian Pengembangan Masyarakat 2008 2009 NO. JENIS KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 1. Pemetaan Sosial Desa PL 1 2. Evaluasi Program PL 2 3. Penyusunan Proposal Kajian 4. Seminar Proposal Kajian 5. Pengkajian Laporan 6. Pengumpulan Data di Lapangan 7. Analisis Data 8. Bimbingan Pengkajian 9. Seminar dan Ujian 10. Perbaikan Laporan Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam kajian pengembangan masyarakat ini adalah : 1. Studi Dokumentasi, yaitu untuk mengumpulkan data sekunder khususnya potensi budidaya ikan tawar, intervensi program pemerintah dalam program budidaya ikan tawar, baik yang ada dalam arsip pemerintahan desa, administrasi Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dan buku-bukureferensi ilmiah tentang teori pemberdayaan masyarakat, dan kelembagaan. Studi dokumentasi yang dilakukan adalah melihat dokumen-dokumen mengenai program peningkatan produksi perikanan yang telah ada, baik oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten maupun Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jambi. 2. Observasi partisipasi pengamatan berperanserta, dimana pengkaji juga berdomisili di lokasi kajian, dengan melakukan pengamatan dan berinteraksi sosial secara aktif, baik dengan masyarakat, pengurus Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, stakeholder terkait, untuk mengetahui dan merasakan secara langsung berbagai permasalahan dalam budidaya ikan tawar dan kapasitas kelembagaannya. Dalam melakukan pengamatan berperanserta, pengkaji ikut melihat bagaimana kinerja kelembagaan dalam peningkatan usaha anggota dalam budidaya ikan air tawar dan teknis perikanan yang dilakukan oleh petani ikan mulai dari proses pembenihan, pemberian pakan, panen, dan pemasaran. Pengkaji juga ikut dalam diskusi yang dilakukan oleh beberapa pengurus untuk membahas keberadaan Unit Pelayanan Pengembangan Masyarakat UPP yang akan membantu Mina Sari dalam meningkatkan kemampuan dan kemandirian untuk pengelolaan budidaya ikan air tawar. 3. Wawancara mendalam in-depth interview, yaitu untuk mengumpulkan data primer dengan responden dan informan baik warga masyarakat yang menjadi anggota kelembagaan, maupun warga masyarakat yang ingin menjadi anggota kelembagaan, tokoh masyarakat, pemerintahan desa, dan staf Dinas Peternakan dan Perikanan. Wawancara dilakukan kepada informan sebanyak 4 orang, yaitu : Kepala Bidang Perikanan, Petugas Penyuluh Lapang PPL, Kepala Desa, dan Kepala Dusun. Wawancara juga dilakukan kepada responden sebanyak 19 orang anggota Mina Sari. 4. Diskusi dengan responden atau informan yang mewakili anggota Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, pemerintahan desa, dan stakeholder terkait melalui Focus Group Discussion FGD, untuk mendapatkan data tentang potensi, permasalahan dan alternatif pemecahan dalam bentuk pilihan strategi aksi program dalam pengembangan kapasitas Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, berbasis ekosistem, meliputi aspek pemanfaatan, dan pelestarian. FGD dilakukan kepada dua kelompok, yaitu kelompok pertama Kepala Bidang Perikanan, Kepala Desa, Ketua Mina Sari. FGD dilaksanakan pada tanggal 20 November 2008, bertempat di Rumah Ketua Mina Sari. Pada diskusi ini disampaikan kendala dalam pengembangan budidaya ikan air tawar ini adalah mengenai irigasi dan pakan. Untuk mengatasi irigasi ini, Kepala Desa mengajukan proposal bantuan pengadaan alat berat untuk pembuatan irigasi kepada Dinas Pekerjaan Umum agar dapat dimasukan dalam Anggaran Tahun 2009, sedangkan untuk kendala pakan, Dinas Peternakan dan Perikanan juga akan memasukan kembali mesin pembuat tepung ikan dalam pengadaan Tahun Anggaran 2009. Kelompok kedua adalah FGD bersama seluruh anggota dan pengurus, staf dinas peternakan dan perikanan dan petugas peyuluh. FGD dilaksanakan pada tanggal 7 Desember 2008, bertempat di Rumah Ketua Mina Sari. Pada Diskusi ini disampaikan kendala-kendala yang dihadapi oleh Mina Sari dan sekaligus dilakukan penyusunan strategi dan program penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan Analisis Data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : 1. Reduksi data, yaitu melakukan katagorisasi data. Kegiatan dalam reduksi data ini meliputi pemilihan data hasil wawancara, pengamatan, observasi yang memiliki arti dan berkaitan dengan konsep-konsep yang diteliti, kemudian dipilahkan dan melakukan penyederhanaan data. 2. Penyajian Data, yaitu mengkonstruksi data dalam bentuk narasi dan grafik atau bagan, sehingga mempermudah dalam analisis masalah. Data yang telah dikategorisasi bersama disajikan dalam bentuk bagan dalam FGD. 3. Analisis dan Interpretasi, yaitu langkah yang sepenuhnya dilakukan oleh peneliti untuk konseptualisasi informasi yang telah dikategorikan, termasuk dilakukan juga analisa data secara induktif. Teknik pengumpulan data primer dan sekunder dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 : Tujuan, Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data No. Tujuan Jenis Data Sumber Data SD OB WM FGD 1. Mengkaji kapasitas kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dalam meningkatkan usaha anggota Primer Sekunder Laporan PL I Data Potensi Desa Anggota Kelompok V V V 2. Mengidentifikasi faktor- faktor yang dapat mendukung dan menghambat penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari Primer Sekunder Laporan PL II, Responden, aparat desa, tokoh masya- rakat, Pemkab Dinas Terkait. V V V V 3. Menyusun strategi dan program penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari Primer Sekunder Responden, aparat desa, tokoh masya- rakat, Pemkab Dinas Terkait. V V V V Keterangan : SD = Studi Dokumentasi OB = Observasi partisipasi WM = Wawancara Mendalam FGD = Fokus Group Discussion Penyusunan Rancangan Program Aksi Penyusunan program penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dilakukan dengan pendekatan partisipatif melalui Fokus Group Discussion FGD, baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan maupun evaluasi agar program strategis dalam bentuk aksi linier dan aksi non linier sesuai dengan kondisi dan kemampuan masyarakat lokal. Penyusunan program dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: 1. Menyusun rumusan masalah berdasarkan informasi, data hasil observasi partisipasi, wawancara mendalam, diskusi dengan berbagai responden yang telah ditentukan mengenai pendekatan proses partisipasi anggota, pengurus, kinerja kelembagaan, kebijakan dan intervensi program pemerintah tentang pengembangan budidaya ikan tawar. 2. Identifikasi peserta FGD, yaitu meliputi: anggota dan pengurus Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, Kepala Desa, BPD, Tokoh Masyarakatm dan Dinasinstansi yang terkait dengan budidaya ikan tawar. 3. Menyusun rencana aksi program dalam penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari sehingga dapat mandiri dan berkelanjutan, melalui Fokus Group Discussion FGD. PETA SOSIAL DESA TEGAL ARUM Lokasi dan Sumberdaya Alam Desa Tegal Arum salah satu desa transmigrasi yang ada di Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo. Desa Tegal Arum terdiri 5 Dusun, 6 RW dan 28 RT dengan luas wilayah 4.762 Hektar. Secara geografis Desa Tegal Arum berbatasan dengan sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tebo Ulu, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tirta Kencana, sebelah timur berbatasan dengan Desa Rantau Kembang dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Purwoharjo. Dengan kondisi topografi datar dan terletak pada ketinggian 3 mil dari permukaan laut. Pemukiman Desa Tegal Arum dikelilingi oleh perkebunan karet milik warga Desa Tegal Arum. Jalan menuju Desa Tegal Arum telah di aspal sejak tahun 2002 yang menghubungkan kecamatan lain, jalan tersebut membelah pemukiman penduduk dan merupakan jalan kabupaten. Adapun jarak fisik dan sosial pemukiman warga dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Orbitasi waktu tempuh dan ongkos No Orbitasi dan jarak tempuh Ongkos 1 2 3 4 5 6 Jarak ke Kantor Bupati Jarak ke Kantor Camat Jarak ke Pasar kecamatan Jarak ke Puskesmas Jarak ke Rumah Sakit Umum Daerah Jarak ke Propinsi 46 Km 6 Km 4 Km 6 Km 56 Km 260 Km 10.000 5.000 5.000 5.000 10.000 50.000 Sumber : Monografi Desa Tegal Arum Tahun 2005 Pada umumnya jarak tersebut dapat dicapai dengan menggunakan sarana angkutan umum atau carter mobil ke Ibu Kota Propinsi sedangkan untuk ke kantor bupati, camat, pasar, puskesmas dan rumah sakit menggunakan kendaraan pribadi mobil, motor atau ojek motor yang setiap jam ada. Aktivitas ekonomi masyarakat lokal bertumpu pada usaha perkebunan karet. Hal ini secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Peruntukan Tanah di Desa Tegal Arum Tahun 2005 No Peruntukan Luas ha Persentase 1 Pemukiman 318 6,67 2 Perkebunan karet PIR 976 20,49 Swadaya masyarakat 2.656 55,77 3 Perikanan 7,5 0,15 4 Tegalanladang 81 1,70 Pasar, dll 723,5 15,19 Jumlah 4.762 100 Sumber : Monografi Desa Tegal Arum Tahun 2005 Berdasarkan data penggunaan area tanah terlihat bahwa 76,26 atau 3.632 ha dari luas wilayah digunakan sebagai area perkebunan karet, yang terdiri dari Perkebunan PIR 976 ha dan swadaya masyarakat 2.656 ha. Lahan untuk tegalanladang 1,70 atau 81 ha. Untuk perikanan terdapat lahan seluas 121 ha, 48 ha mempunyai potensi untuk dibuat kolam sedangkan yang termanfaatkan baru 7,5 ha Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo 2007. Selain itu terdapat sungai yang mengalir sepanjang ± 3 km dimana kondisi air sungai yang dimiliki juga cocok digunakan untuk sumber air bagi budidaya ikan tawar, tanah yang subur dan iklim yang teratur baik musim hujan maupun musim kemarau. Potensi sumber daya alam ini bila dimanfaatkan secara maksimal tentunya akan meningkatkan produktifitas budidaya ikan tawar. Secara umum Desa Tegal Arum memiliki tata ruang desa yang tata baik, baik jalan desa, pemukiman, fasilitas umum dan lain-lain. Selain itu juga terdapat kantor Puskesmas Pembantu Kecamatan. Sistem Ekonomi Pada awalnya kehidupan ekonomi masyarakat desa bertumpu pada pertanian yaitu berladang dan bersawah karena karet yang ditanam bersama PTP VI karet PIR pada tahun 1997 belum dapat menghasilkan, setelah karet tersebut menghasilkan maka kegiatan berladang dan bersawah mulai ditinggalkan dikarenakan banyak hama dan hasil penjualan sangat sedikit. Komposisi jumlah penduduk Desa Tegal Arum berdasarkan pekerjaanmata pencaharian, dapat digambarkan dalam Tabel 6. Tabel 6 . Penduduk Desa Tegal Arum menurut Jenis Mata Pencaharian No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase 1. Perkebunan karet 2.377 72,05 2. Industri kecil Kerajinan 51 1,54 3. Buruh kebunperikananbangunandll 436 13,21 4. PNSTNIPOLRI 56 1,69 5. Perdagangan 253 7,66 6. Sektor Jasa 79 2,39 7. Perikanan 47 1,42 Jumlah 3.299 100 Sumber : Kecamatan dalam angka 2005 Tabel 6 menunjukan bahwa mayoritas penduduk Desa Tegal Arum mempunyai mata pencaharian pokok sebagai petani kebun karet sebanyak 2.377 orang atau 72,05 . Usaha perkebunan karet sudah terbukti menguntungkan dan dapat menunjang perekonomian keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok mereka selama 25 tahun lebih, walau masih banyak permasalahan yang mereka hadapi. Dengan luas kebun yang mereka miliki seharusnya produksi karet yang dihasilkan masih bisa ditingkatkan. Pendapatan dari kebun karet dapat digambarkan pada Tabel 7. Tabel 7 . Perhitungan Pendapatan tiap minggu 10 Responden No Nama Luas Kebun Produksi KgMinggu HargaRp HasilMinggu 1 Suprino 1 hektar 38 11.000 418.000 2 Wiyono 3 hektar 114 11.000 1.254.000 3 Mukilis 5 hektar 160 11.000 1.760.000 4 Setyohadi 1 hektar 38 11.000 418.000 5 Sudarman 0,25 hektar 9,5 11.000 104.500 6 Suryo 2 hektar 55 11.000 605.000 7 Ginanjar 2 hektar 60 11.000 660.000 8 Supatno 1,5 hektar 45 11.000 495.000 9 Suryadi 2,5 hektar 65 11.000 715.000 10 Misran 4 hektar 100 11.000 1.100.000 Sumber : Berdasarkan wawancara dengan masyarakat di Desa Tegal Arum pada penelitian lapangan 1. Pada dasarnya hasil yang didapat dari kebun karet mereka tidak memerlukan biaya untuk tenaga kerja sebab pekerjaan dari menderes nyadap karet sampai mengumpulkan dan menyatukan karet menjadi bantalan mereka lakukan sendiri bersama istri dan anak dan dilahan milik sendiri yang merupakan jatah pemberian pemerintah saat datang bertransmigrasi. Biaya produksi yang diperlukan relatif sedikit yaitu biaya untuk membeli cuka getah sebagai bahan untuk dapat menyatukan getah karet menjadi bantalan dari saat menderes karet, dan biaya pemupukan pohon karet pada setiap masa trek rontok daun setiap bulan Juli sd Agustus. Dalam perkembangannya sekarang, dimana kondisi pohan karet yang sudah mulai tua berumur 20 – 25 tahun sangat mempengaruhi tingkat produksi getah yang dihasilkan. Penurunan produksi getah ini akan berpengaruh pada penurunan pendapatan yang tentu saja akhirnya berdampak pada penurunan taraf kesejahteraan masyarakat. Usia karet yang sudah tua rata-rata menghasilkan getah ± 25-30kgmingguhektar selisih rata-rata pendapatan dengan karet muda ± Rp.88.000 – Rp.143.000, yang paling merasakan penurunan pendapatan ini adalah masyarakat dari golongan menengah ke bawah. Masyarakat golongan menengah ke bawah ini adalah masyarakat yang memiliki kebun karet kurang dari 2 ha dan masyarakat yang bekerja sebagai buruh di kebun orang lain. Salah satu strategi untuk mengatasi hal tersebut di atas, masyarakat Desa Tegal Arum melakukan peremajaan karet, akan tetapi peremajaan karet yang dilakukan adalah dengan cara membuka lahan baru di luar desa, sedangkan lahan karet yang sudah tua tetap dipertahankan. Peremajaan karet memerlukan modal yang besar dan waktu yang lama, karena membutuhkan waktu sekitar 5 – 6 tahun baru dapat diambil getahnya. Dalam kurun waktu yang lama tersebut tentu saja masyarakat sama sekali tidak mendapatkan nilai ekonomis dari kebun karet tersebut sehingga dikhawatirkan adanya penurunan tingkat kesejateraan. Selain kebun karet, sektor pertanian yang ada di Desa Tegal Arum ini adalah perikanan. Perikanan budidaya ikan air tawar ini mulai dikenal secara luas pada Tahun 2003 dengan komoditas utama yang dikembangkan adalah ikan Nila, Lele, Patin Jambal dan Emas. Budidaya ikan air tawar yang ada diperuntukan untuk pembenihan, pembesaran, dan pemancingan. Desa Tegal Arum ini direncanakan pada Tahun 2015 menjadi sentra perikanan darat. Perkembangan budidaya ikan air tawar tersebut telah berdampak pada penciptaan kesempatan kerja dan menghasilkan pendapatan nyata bagi masyarakat yang mampu menyerap tenaga kerja produktif yang cukup besar. Keuntungan dari usaha buidaya ikan air tawar ini dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Analisis Usaha Benih Ikan Nila Modal Induk Pakan : induk ukuran 1 kg menghabiskan pakan sebanyak 3 dari berat tubuhnya 1 kg x 3 = 0,03 kg → 0,03 kg x 30 hari = 0,9 kg pakan → 1 kg Habis pakan untuk 1 kali pemijahan selama 3 bulan sebanyak 3 kg 3 kg x Rp. 6.000 harga pakan = Rp. 18.000 20 induk x Rp. 18.000 = Rp. 360.000 Investasi 1 ekor induk nila ukuran 1 kg menghasilkan 500 ekor benih Investasi untuk kolam ukuran 10 x 20 m 2 adalah 40 ekor induk 40 ekor x 500 benih = 20.000 benih Penyusutan 10 = 18.000 x Rp. 250 = Rp. 4.500.000 Modal Benih 20.000 benih menghabiskan pakan sebanyak 40 kg selama 70 hari untuk ukuran 5 x 8 40 kg x Rp. 6.000 harga pakan = Rp. 240.000 Pendapatan Investasi induk - Modal induk + Modal benih Bersih per 3 bulan Rp. 4.500.000 – Rp. 360.000 + Rp. 240.000 = Rp. 3.900.000 Bersih per 1 bulan Rp. 3.900.000 : 3 = Rp. 1.300.000 Dari analisis usaha diatas, dengan melakukan investasi usaha benih ikan nila untuk kolam ukuran 10 x 20 m 2 untuk 40 ekor induk diterima keuntungan Rp. 1.300.000,-bulan Tabel 9. Analisis Usaha Kolam 10 X 20 M 2 Untuk Pembesaran Ikan Nila Modal Kerja Harga barang Banyak barang Jumlah hb x bb Kapur Rp. 1.000 5 kg Rp. 5.000 Pupuk TSP Rp. 6.000 3 kg Rp. 18.000 Pupuk Urea Rp. 3.000 1 kg Rp. 3.000 Pupuk Kandang - 100 kg - Benih 5 x 8 Rp. 250 2.000 Rp. 500.000 Pakan Rp. 6.000 450 kg Rp. 2.700.000 1 kg ikan habis pakan 1,2 kg → 2.000 ikan Penyusutan 10 = 1.800 ikan Dengan asumsi 1 kg4 ekor → 1.800 : 4 = 450 kg Jumlah Rp. 3.200.000 Investasi Target Produksi 4 bulan 250 gr x 1.800 ekor 450 kg Penyusutan 10 Penerimaan Rp. 18.000kg x 450 kg Rp. 8.100.000 Pendapatan Bersih per MT selama 4 bulan Rp. 8.100.000 - Rp. 3. 200.000 Rp. 4.900.000 Bersih per bulan Rp. 4.900.000 : 4 Rp. 1.225.000 Dari analisis usaha diatas, dengan melakukan investasi usaha pembesaran ikan nila untuk kolam ukuran kolam 10 x 20 m 2 untuk ikan nila diterima keuntungan Rp. 1.225.000,- bulan Tabel 10. Analisis Usaha Keramba Tancap Ukuran 2 X 4 M 2 Untuk Ikan Nila Modal Kerja Harga barang Banyak barang Jumlah hb x bb Jaring Rp. 50.000 5 kg Rp. 250.000 Tali tambang Rp. 50.000 1 kg Rp. 50.000 Upah Pembuatan Rp. 100.000 Rp. 100.000 Kayu Rp. 100.000 Rp. 100.000 Benih ukuran 5 x 8 Rp. 250 2.000 ekor Rp. 500.000 Pakan Rp. 6.000 350 kg Rp. 2.100.000 Jumlah Rp. 3.100.000 Investasi Target Produksi 4 bulan 250 gr x 1.800 ekor 450 kg Penyusutan 10 Penerimaan Rp. 18.000kg x 450 kg Rp. 8.100.000 Pendapatan Bersih per MT selama 4 bulan Rp. 8.100.000 - Rp. 3.100.000 Rp. 5.000.000 Bersih per bulan Rp. 5.000.000 : 4 Rp. 1.250.000 Sumber : Wawancara dengan petani Dari analisis usaha diatas, dengan melakukan investasi usaha Keramba Tancap ukuran 2 x 4 m 2 untuk ikan nila diterima keuntungan Rp. 1.250.000,-bulan. Berdasarkan data dari tabel 7, 8, 9 menunjukkan bahwa peluang usaha budidaya ikan tawar sangat potensial dikembangkan menjadi usaha sampingan yang berkontribusi besar pada saat kondisi ini untuk peningkatan pendapatan masyarakat di Desa Tegal Arum. Arah strategi untuk petani mempertahankan kesejahteraan dalam kondisi perkebunan yang sedang menurun adalah melalui pola nafkah ganda, dimana perikanan menjadi strategi untuk dikembangkan. Keuntungan usaha juga dapat ditingkatkan karena masyarakat biasanya tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembuatan kolam atau keramba tancap, biaya perawatan kolam, dan biaya pupuk kandang karena pada umumnya mereka melakukan hal tersebut sendiri atau dibantu anak-anaknya dan tidak mempekerjakan tenaga kerja bayaran. Berdasarkan informasi dari Kepala Desa dan Dinas Peternakan dan Perikanan perkembangan kegiatan budidaya ikan air tawar semakin meningkat dalam 2 tahun terakhir. Ini erat kaitannya dengan sumber daya perikanan di Desa Tegal Arum masih cukup melimpah dan masyarakat sudah mengenal bahwa ikan sebagai sumber daya yang menghasilkan komoditas dengan nilai gizi dan nilai ekonomi tinggi. Prospek pemasaran hasil budidaya ikan tawar sangat cerah karena produksi ikan budidaya di Kabupaten Tebo adalah 90,56 ton dan produksi ikan perairan umum mencapai 314 ton, sementara konsumsi ikan di Kabupaten Tebo adalah 732 tontahun atau 1,8 kg perkapitatahun BPS Kabupaten Tebo, 2006. Dimana kekurangannya terpenuhi oleh ikan air tawar dan ikan laut dari Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Lampung. Sementara standard kebutuhan ikan nasional adalah 23 kg per kapitatahun. Pengembangan budidaya ikan air tawar ini mengalami kendala dalam hal irigasi, kendala irigasi ini menyebabkan kolam-kolam yang jauh dari sungai sulit untuk mendapatkan air, air yang didapat hanya dari rawa-rawa di sekitarnya dan air hujan. Untuk itu perlu bantuan alat berat untuk melakukan pengerukan dan pelebaran sungai agar dapat mengatur pengairan ke kolam yang jauh dari sungai dan juga untuk mengatur debit air sungai baik pada musim hujan maupun kemarau. Merubah perilaku masyarakat untuk melakukan budidaya ikan air tawar masih sangat sulit, hal ini dikarenakan masyarakat telah terbiasa dengan berkebun karet sehingga usaha di bidang budidaya ikan air tawar kolam hanya sebagai usaha sampingan yang tidak produktif. Akibatnya bila dihitung secara ekonomi mengalami kerugian karena tidak dikelola secara profesional dan masyarakat tidak terbiasa untuk bekerja secara terus-menerus dalam waktu yang lama di kolam karena waktu bekerja mereka sebagai pekebun karet hanya pada pagi sampai menjelang siang hari. Pasar Desa Tegal Arum terletak di RT. 9 Unit V di jalan poros, masyarakat di RT ini kebanyakan pendatang. Usaha yang dilakukan oleh masyarakat di pasar ini adalah di sektor jasa, perbengkelan, kursus komputer, salon, percetakan, pengurusan ijin dan lain-lain. Kegiatan jual beli dipasar ini untuk kebutuhan sembako diadakan sekali seminggu pada hari sabtu. Pedagang yang berjualan di pasar ini datang dari luar desa sebagian kecil masyarakat desa di sekitar pasar tersebut. Masyarakat di desa ini bila ingin berbelanja sesuatu pada hari-hari biasa mereka pergi ke Ibu Kota Kecamatan yang berjarak 4 Km ataupun ke Kabupaten Bungo. Di pasar ini terdapat KUD Bumi Sejahtera dan KUD Amarta. Kependudukan Berkaitan dengan apek kependudukan, maka dalam memetakan penduduk Desa Tegal Arum dapat digambarkan berdasarkan beberapa aspek dalam kependudukan, yaitu berdasarkan komposisi penduduk, pertumbuhan dan perkembangan penduduk, analisis mortalitas, analisis fertilitas, analisis mobilitas penduduk. Komposisi penduduk dapat dikatakan sebagai susunan penduduk suatu wilayah menurut karakteritik tertentu seperti umur dan jenis kelamin, mata pencaharian serta tingkat pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka komposisi penduduk Desa Tegal Arum dapat digambarkan berdasarkan karakteristi-karakteristik sebagai berikut: 1. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Desa Tegal Arum adalah penduduk homogen yang berasal dari Pulau Jawa, karena penduduk desa Tegal Arum adalah para transmigran yang datang pada tahun 1978. Perubahan komposisi penduduk di desa ini relatif tidak jauh berbeda dari tahun ketahun. Berdasarkan data monografi, jumlah penduduk Desa Tegal Arum adalah 6.925 jiwa dengan kepala Keluarga 1.642 KK. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk maka masing-masing rumah tangga mempunyai anggota 4,2 jiwa. Perbandingan jenis kelamin menunjukan bahwa laki-laki lebih banyak dari perempuan. Laki-laki 3.562 jiwa dan perempuan 3.363 jiwa selisih 199 jiwa. Sedangkan angka kelahiran tahun 2007 sebanyak 68 jiwa dan angka kematian 20 jiwa. Komposisi penduduk dilihat dari penggolongan umur yang disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Penduduk Desa Tegal Arum Menurut Umur dan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Kelompok umur Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah jiwa 0 – 4 337 324 661 5 – 9 395 379 774 10 – 14 412 396 808 15 – 19 356 342 698 20 – 24 332 318 650 25 – 29 295 283 578 30 – 34 338 325 663 35 – 39 284 273 557 40 – 44 237 228 465 45 – 49 175 168 343 50 – 54 111 107 218 55 – 59 69 66 135 60 – 64 82 78 160 65 – 69 44 42 86 70 + 66 63 129 Jumlah 3.562 3.363 6.925 Sumber : Kecamatan dalam angka tahun 2005 2. Pertumbuhan dan Perkembangan Penduduk Berdasarkan informasi dari kaur Desa dan Sekretaris Desa Tegal Arum, sumber data untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan penduduk didasarkan pada sistem registrasi penduduk. Berdasarkan sistem ini, informasi yang dikumpulkan hanya terbatas pada peristiwa atau kejadian pertambahan atau pertumbuhan penduduk sesuai dengan yang dilaporkan ke aparat desa. Informasi yang dikumpulkan tersebut terbatas kepada terjadinya kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, laporan kepindahan, permohonan surat jalan untuk pergi ke luar desa. Berdasarkan data yang diperoleh, mulai bulan Januari 2007 jumlah kelahiran di Desa Tegal Arum adalah 68 jiwa, kematian 20 jiwa. Terdapat penduduk masukdatang sebanyak 8 jiwa, para pendatang ini ada yang berkerja sebagai pengelola kebun orang atau menjadi pedagang, penduduk ke luarpindah dari Desa sebanyak 9 jiwa, dikarenakan melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi yang ada di Padang dan Jambi, jadi mereka bisa dikatakan keluar dari Desa. Laju perkembangan penduduk terkait langsung dengan pengembangan ketenagakerjaan dan pengembangan pendidikan. Meningkatnya jumlah penduduk usia kerja berpengaruh terhadap besarnya angkatan kerja di suatu wilayah. Oleh karena itu, untuk keperluan pengembangan ketenagakerjaan dan pendidikan, biasanya diprioritaskan besarnya angkatan kerja dan jumlah penduduk usia sekolah pada masa depan. Secara umum dapat dikatakan bahwa ada kaitan antara perkembangan penduduk dengan upaya-upaya pemenuhan kebutuhan dasar. 3. Analisis Mortalitas Mengenai angka kematian penduduk data yang diperoleh dari praktek Lapangan I di Desa Tegal Arum Tahun 2007 jumlah kematian penduduk adalah 20 jiwa. Jumlah penduduk yang meninggal tersebut rata-rata sudah tua berusia 60 tahun ke atas. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa Reit Kematian KasarCrude Death Rate di Desa Tegal Arum adalah terdapat 3 kematian per 1000 penduduk per tahun 4. Analisis Fertilitas Untuk menggambarkan laju kelahiran penduduk Desa Tegal Arum, digunakan indikator Reit Kematian Kasar. Riet Kematian kasar diperoleh dengan membandingkan antara jumlah kelahiran yang terjadi pada tahun tertentu dan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan penduduk tengah tahun. Data diperoleh dari hasil Praktek Lapangan I, jumlah kelahiran di Desa Tegal Arum mulai bulan Janurai 2007 sampai sekarang adalah sebanyak 68 jiwa. Berdasarkan jumlah penduduk dan angka jumlah kelahiran maka reit kelahiran kasar crude birth rate CBR adalah sebanyak 10 kelahiran per 1000 penduduk per tahun. 5. Analisis Gerak Penduduk Berkaitan dengan gerak penduduk di Desa Tegal Arum, data yang pasti secara tertulis hanya terdapat data pada migrasi atau pindah tempat tinggal baik ke luar maupun ke dalam wilayah desa. Data tersebut tercatat 8 jiwa, karena apabila akan pindah tempat tinggal, penduduk harus minta izin dan membawa surat dari kantor desa. Namun demikian berdasarkan informasi dalam melakukan wawancara dengan Kaur Desa serta berdasarkan hasil pengamatan praktikan, bahwa gerak penduduk yang terjadi di Desa Tegal Arum adalah gerak penduduk non permanen secara sirkulasi. 6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku, kemampuan berpikir dan usaha dalam memperoleh pekerjaan. Data yang diperoleh dari hasil Pemetaan Sosial, menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Desa Tegal Arum Tamat SLTA sebanyak 2.011 jiwa 29,03. Hal ini menunjukan bahwa Desa Tegal Arum memiliki potensi sumber daya manusia yang besar. Komposisi penduduk Desa Tegal Arum menurut tingkat pendidikan dapat di lihat pada Tabel 12. Tabel 12. Penduduk Desa Tegal Arum Menurut Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase 1. 2. 3. 4. 5. Tidakbelum tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat DiplomaSarjana 1.810 1.161 1.365 2.011 578 26,13 16,76 19,71 29,03 8,3 Jumlah 6.925 100 Sumber : Daftar Isian data dasar pofil Desa Tegal Arum Pelapisan Sosial dan Kelembagaan Unsur-unsur pelapisan sosial yang ada di masyarakat DesaTegal Arum, pada umumnya hampir sama dengan pelapisan sosial masyarakat lainnya yang didasarkan pada keaktifan dalam kegiatan kemasyarakatankeagamaan, kekayaan yang dimiliki, tingkat pendidikan formal, dan status pekerjaan. Berdasarkan unsur utama lapisan sosial diatas, maka lapisan sosial yang pertama adalah tokoh agamamasyarakat, peran tokoh agamamasyarakat di tengah-tengah masyarakat yang sering aktif dalam kegiatan keagamaan dan kemasyarakat menempatkan tokoh tersebut sangat disegani dan memiliki pengaruh bagi masyarakat. Peran tokoh agamamasyarakat dalam aktivitas sosial maupun keagamaan mulai dari hajatan, kematian, konflik sosial, dakwa, peringatan hari-hari besar Islam dan Nasional mereka cukup menunjol. Lapisan kedua Petanipegawai, kelompok ini berpengaruh didasari oleh ekonomi yang baik dengan ditandai pemilikan kebun, rumah yang bagus dan mempunyai kendaraan baik motor maupun mobil. Lapisan sosial ketiga adalah buruh, lapisan ini terendah karena kelompok ini tidak memiliki penghasilan menetap jika tidak bekerja secara penuh, dan pada umumnya kelompok ini tidak memilik kebun sehingga untuk menghidupi kebutuhannya mereka harus bekerja sebagai buruh kepada orang lain. Dengan kondisi ekonomi tersebut mereka menempati rumah yang sederhana. Kelompok ini tidak memiliki pengaruh besar dalam masyarakat. Kelembagaan ekonomi, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan mata pencaharian, produksi, distrubusi sumber-sumber ekonomi seperti : KUD Koperasi Pasar Lelang, KUD Simpan Pinjam, Kelompok Tani. Lembaga tersebut berkaitan dengan mata pencaharian petani, pedagang dan penjual jasa. Ikhtisar Pemetaan sosial yang telah dilakukan menunjukkan adanya isu penurunan tingkat kesejahteraan yang disebabkan oleh turunnya tingkat produksi karet karena usia karet yang sudah tua. Salah satu strategi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan cara mengembangkan potensi sumber daya alam yang ada melalui budidaya ikan air tawar. Dengan budidaya ikan air tawar ini maka diharapkan petani kebun tidak lagi tergantung hanya dengan satu pola nafkah mata pencaharian. Budidaya ikan air tawar ini akan menjadi salah satu usaha sampingan yang produktif, sehingga isu penurunan tingkat kesejahteraan yang disebabkan turunnya tingkat produksi karet dapat diatasi karena petani sekarang mampu menerapkan sistem pola nafkah ganda. Dalam pemetaan sosial, didapat beberapa faktor penghambat yang dihadapi dalam program pengembangan budidaya ikan air tawar di Desa Tegal Arum, antara lain: 1 mahalnya biaya produksi teruatama pakan; 2 tingkat keterampilan petani tentang perikanan yang belum memadai; 3 peranan kelembagaan Mina Sari, tidak sesuai dengan yang diharapkan; dan 4 belum tersosialisasinya program peningkatan produksi perikanan dengan baik. EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI PERIKANAN Program peningkatan produksi perikanan adalah program intensifikasi budidaya perikanan melalui pemeliharaan komoditas perikanan di wilayah Kabupaten Tebo dengan teknik spesifikasi wilayah. Terdapat 121 ha luas lahan rawa, 48 ha mempunyai potensi untuk dibuat kolam sedangkan yang termanfaatkan baru 7,5 ha Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo 2007. Program peningkatan produksi perikanan ini juga mendapat dukungan dari Pemerintahan Desa Tegal Arum, karena Desa Tegal Arum direncanakan pada Tahun 2015 nanti menjadi sentra produksi ikan, baik pembesaran maupun pembenihan. Untuk Desa Tegal Arum, bentuk kegiatannya adalah bantuan penguatan modal usaha berupa sarana dan prasarana produksi, bantuan uang tunai dan bantuan untuk mesin pembuat pakan ikan. Bantuan progaram dari pemerintah dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Bantuan Program Peningkatan Produksi Perikanan N o Pemberi Bantuan Tahun Bentuk Pemberian Penerima Bantuan 1 Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi 2003 Bantuan dana bergulir bagi UPR Tahun 2003 yang diterima dalam bentuk saprokan Sarana Produksi Perikanan senilai Rp. 7.000.000,- Sutiman ketua; Joko Susanto 2 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten 2005 Bantuan gudang untuk tempat penyimpanan saprokan senilai Rp. 75.000.000,- Mina Sari 3 Balai Budidaya Air Tawar Jambi BBAT kerjasama dengan Japan International Co. Agc JICA 2005 Pendampingan dan pelatihan tentang budidaya ikan air tawar selama 1 tahun Mina Sari 4 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten 2005 Bantuan pemeliharaan kolam berupa uang senilai Rp. 120.000,- Anggota 5 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten 2006 Bantuan 1 mesin dissel, oven, mesin giling tepung, mesin cetak pelet. Mina Sari 6 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten 2006 Bantuan uang tunai senilai Rp. 30.000.000,- Mina Sari 7 Bantuan dari Gubernur Jambi dalam bentuk KUPEM 2006 Bantuan dana bergulir pada Tahun 2006 perpaketnya sebesar Rp. 1.170.650, - yang diterima dalam bentuk saprokan Sarana Produksi Perikanan Anggota Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo Bantuan Dana Bergulir Bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jambi yang diberikan kepada Sutiman Ketua Mina Sari dan Joko Susanto selaku UPR Usaha Pembenihan Rakyat dalam bentuk Sarana dan Prasana Produksi senilai Rp. 7.000.000,- dengan tujuan untuk membantu petani pemula yang bergerak di bidang pembenihan ikan. Pendekatan yang dilakukan dalam memberikan bantuan kepada UPR ini melalui koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten dalam pemberian bantuan. Batas waktu dari pengembali dari dana ini adalah selama lima tahun. Pemberian bantuan dana bergulir ini dalam pelaksanaanya sangat membantu UPR dalam mengembangkan usahanya. Pengembalian dana yang dipinjamkan seharusnya selama lima tahun tetapi dalam pelaksanaanya berlangsung selama enam tahun. Hal ini dikarenakan pada tahun 2005 terjadi bencana banjir sehingga benih yang sudah siap panen menjadi gagal. Kegagalan panen karena banjir ini seharus dapat dihindari akan tetapi karena adanya kepentingan dari Pemerintah Kabupaten Tebo terkait kedatangan Gubernur Jambi ke Desa Tegal Arum dalam rangka panen perdana, maka ikan yang harusnya dipanen ditunda menunggu kedatangan Gubernur Jambi tersebut. Belum lagi Gubenur Jambi datang untuk melakukan panen perdana, banjir sudah lebih dulu datang menghanyutkan benih yang siap untuk dipanen tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Sutiman. Beliau mengungkapkan : “ sebenarnya benih itu sudah mau saya panen akan tetapi Ibu Ani Kepala Bidang Perikanan datang menemui saya dan mengatakan agar panennya ditunda dulu karena dua minggu lagi Bapak Gubernur akan datang berkunjung untuk melakukan panen perdana. Ternyata belum lagi Pak Gubernur datang, bajir sudah datang lebih dulu. Kerugian yang saya alami sekitar 20 juta lebih, sementara itu saya harus mengembalikan hutang saya” Kelemahan dari program bantuan ini adalah pemasaran, ternyata belum menerapkan prinsip pembentukan jaringan. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten belum memikirkan jejaring dalam pemasaran benih ini. Pada awalnya benih yang dihasilkan oleh petani dibeli oleh pemerintah, akan tetapi pembelian yang dilakukan oleh pemerintah ini hanya beberapa kali saja. Selanjutnya benih yang dihasilkan oleh Sutiman dan Joko Riyanto dijual kepada anggota Mina Sari dan masyarakat sekitar. Selain masalah pemasaran, kuntitas dan kualitas benih yang dihasilkan juga masih belum memenuhi kebutuhan pasar, hal ini disebabkan belum adanya pendampingan teknis dalam hal pembenihan ikan yang diberikan, baik oleh dinas propinsi maupun dinas kabupaten. Bantuan Gudang Bantuan gudang senilai Rp. 75.000.000,- diberikan kepada Mina Sari dengan tujuan untuk tempat penyimpanan saprokan. Pendekatan yang dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten dalam memberikan bantuan ini tanpa melibatkan Mina Sari, sehingga pencapaian hasil dari bantuan gudang yang diberikan tidak memberikan manfaat yang besar kepada Mina Sari. Hal ini terlihat dari tidak berfungsinya gudang tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Sutiman. Beliau mengungkapkan : “kami sudah sampaikan kepada Pak Eka agar dana senilai Rp. 75.000.000,- agar dapat dialihkan untuk pengerukan dan pelebaran sungai serta pembangunan irigasi. Kami juga siap untuk swadaya apa bila dana Rp. 75.000.000,- tersebut ternyata kurang untuk pengerukan dan pelebaran sungai serta pembangunan irigasi, akan tetapi Pak Eka menjawab dana yang diberikan tidak dapat dialihkan untuk kegiatan yang lain.” Disisi lain Mina Sari lebih membutuhkan pengerukan dan pelebaran sungai serta pembangunan irigasi untuk mengatur pengairan ke kolam yang jauh dari sungai dan juga untuk mengatur debit air agar bencana banjir tidak terulang lagi, akan tetapi keinginan dari Mina Sari untuk pengerukan dan pelebaran sungai serta pembangunan irigasi ini tidak didukung oleh program. Pendampingan dan Pelatihan Pendampingan dan pelatihan tentang budidaya ikan air tawar yang diberikan oleh Balai Budidaya Air Tawar Jambi BBAT kerjasama dengan Japan International Co. Agc JICA bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petani ikan dalam budidaya ikan air tawar. Sasaran yang dituju dari pendampingan dan pelatihan ini adalah seluruh anggota Mina Sari. Pedekatan dari bantuan ini adalah dengan melihat kapasitas teknis dari petani ikan di Mina Sari dalam budidaya ikan air tawar. Capaian hasil dari bantuan pendampingan dan pelatihan ini adalah petani ikan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya ikan air tawar. Kelemahan dari bantuan ini adalah tidak melibatkan seluruh anggota Mina Sari, yang ikut dalam bantuan ini. Beberapa pengurus saja yang terlibat sehingga tidak seluruh anggota memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sama dalam budidaya ikan air tawar. Bantuan Pemeliharaan Kolam Bantuan pemeliharaan kolam berupa uang senilai Rp. 120.000,- yang diberikan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten ini bertujuan untuk membantu petani dalam biaya perawatan kolam, seperti perbaikan tanggul kolam, perbaikan irigasi, dll. Bantuan ini diberikan dengan kepada seluruh anggota Mina Sari. Capaian hasil dari bantuan ini adalah beberapa dari anggota memang memanfaatkan dana bantuan ini untuk pemeliharaan kolam, akan tetapi ada juga beberapa anggota menggunakan bantuan ini untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Bantuan Mesin Pembuat Pakan Ikan Bantuan mesin pembuat pakan ikan ini terdiri dari 1 mesin dissel, oven, mesin giling tepung, mesin cetak pelet. tujuan dari pemberian mesin pembuat pakan ini adalah untuk membantu petani dalam mengatasi mahalnya harga pakan ikan, sehingga dapat membantu petani dalam meningkatkan pertumbuhan ikan agar dapat mencapai ukuran konsumsi yaitu 4:2 4 ekor dalam 1 kg. Sasaran dari bantuan ini adalah seluruh anggota Mina Sari. Pemberian bantuan ini dikarenakan adanya permintaan dari Mina Sari kepada pemerintah untuk dapat membantu dalam mengatasi pengadakan pakan ikan. Capaian hasil dari bantuan mesin pembuat pakan ini tidak maksimal hal ini disebabkan kapasitas mesin giling tepung tidak sesuai dengan kapasitas mesin pelet, setelah dilakukan penghitungan ternyata mesin giling tepung yang diberikan hanya dapat menghasilkan 20 kghari sedangkan kapasitas mesin pelet dapat menghasilkan 500 kgjam. Bantuan uang tunai Bantuan uang tunai senilai Rp. 30.000.000,- diberikan dengan tujuan agar dapat membantu petani ikan dalam peningkatan usaha budidaya ikan air tawar secara berkelompok. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan melibatkan seluruh anggota dan pengurus Mina Sari dalam pengelola bantuan yang diberikan. Bantuan tunai yang diberikan oleh pemerintah ini digunakan Mina Sari untuk keperluan pembelian mesin giling tepung seharga Rp. 13.000.000,- dan mesin disel seharga Rp. 5.600.000,- sisanya untuk menambah modal dalam pembelian bahan-bahan pembuatan pakan ikan. Penggantian mesin giling tepung yang baru ini hanya berjalan 8 bulan, hal ini disebabkan kapasitas mesin giling tepung yang baru ternyata juga belum dapat mengimbangi kapasitas mesin pelet, akibatnya produksi pakan buatan kembali terhenti. Kelemahan dari bantuan ini adalah tidaknya pengarahan yang jelas dari pemerintah dalam penggunaan dana yang diberikan sehingga dana yang diberikan tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh Mina Sari. Bantuan Dana Bergulir Bantuan dana bergulir perpaketnya sebesar Rp. 1.170.650, - yang diterima dalam bentuk saprokan Sarana Produksi Perikanan diberikan dengan tujuan adalah untuk meningkatkan usaha petani ikan dalam budidaya ikan. Sasarannya adalah seluruh anggota Mina Sari. Pemberian bantuan dana bergulir ini dikenakan bunga 6. Pelaksanaannya dana yang digulirkan tersebut tidak semuanya kembali kepada pemerintah. Hal ini disebabkan rendahnya kesadaran dari anggota untuk mengembalikan dana pinjaman tersebut. Rendahnya kesadaran dari anggota menunjukan tidak adanya pengaturan yang jelas dalam penggunaan dana bergulir. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Legiman. Beliau mengungkapkan : “Walaupun sudah diberitahu bahwa dana yang diberikan kepada kami adalah merupakan pinjaman tapi pada pelaksanaanya saya melihat tidak ada teman-teman yang mengembalikan pinjaman tersebut, kata mereka bantuan pemerintah tersebut tidak perlu secepatnya dikembalikan dan bahkan bisa kena pemutihan. Akhirnya saya juga tidak tidak mau mengembalikan pinjaman tersebut dan memang sampai sekarang tidak pernah ada lagi penagihan dari pengurus.” Ikhtisar Berdasarkan hasil evaluasi program peningkatan produksi perikanan yang sudah dilaksanakan, baik melalui pengamatan langsung maupun hasil wawancara di lapangan terlihat bahwa program program peningkatan produksi perikanan melalui Mina Sari berupa bantuan dana bergulir, bantuan gudang, pendampingan dan pelatihan, bantuan pemeliharaan kolam, bantuan mesin pembuat pakan ikan, dan bantuan uang tunai, lebih berorientasi pada peningkatan usaha melalui bantuan fisik sementara untuk peningkatan keterampilan lebih diakses oleh lapisan atas pengurus. Pemerintah dalam pemberian program belum melakukan pendekatan pelaksanaan program yang partisipatif atau belum memberdayakan petani ikan. Beberapa program yang diberikan, capaian hasilnya masih belum maksimal hal ini terjadi karena dalam memberikan bantuan masih belum melihat kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis baik secara individu maupun kelembagaan, selain itu kelembagaan yang ada belum dimanfaatkan untuk memberdayakan petani ikan. KONDISI KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI Kapasitas Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari Budidaya perikanan pada dasarnya merupakan pekerjaan yang sifatnya profesional walaupun memiliki sifat terbuka, artinya setiap orang dapat memasukinya. Namun pada kenyataanya tidak mudah setiap orang untuk budidaya perikanan sebagai mata pencaharian utamanya. Salah satu bahan pertimbangan untuk menekuni kegiatan kerja dibidang budidaya adalah faktor keterampilan. Faktor keterampilan ini bisa didapat dari tradisi turun-temurun, artinya keterampilan kerja pada dasarnya “diwariskan” oleh orang tuanya. Pengertian warisan dalam hal ini dapat berbentuk fisik seperti, kolam dan peralatan lainya. Selain itu, faktor keterampilan bisa juga didapat dari transfer keterampilan dan pengetahuan. Kegiatan transfer keterampilan ini tentu dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Sebelum terbentuknya kelembagaan tani ikan mina sari, belum ada kelembagaan lain yang terbentuk terkait dengan usaha perikanan. Kelembagaan Tani Mina Sari merupakan suatu kelembagaan tani yang berasal dari keinginan masyarakat petani kebun karet di Dusun Wono Sari Desa Tegal Arum. Tujuan awal dibentuknya Mina Sari ini adalah mengatasi penurunan pendapatan dikarenakan peremajaan karet dengan cara pemanfaatan lahan kosong, lahan sawah yang sudah tidak terpakai dan pengganti kebun karet yang sudah tidak produktif lagi untuk dijadikan kolam sebagai tempat budidaya ikan air tawar. Mina Sari diharapkan menjadi wadah bagi petani untuk memfasilitasi kebutuhan di bidang budidaya ikan air tawar. Diharapkan nantinya budidaya ikan air tawar ini dapat menjadi salah satu usaha sampingan yang produktif yang mampu meningkatkan taraf hidup petani. Kinerja sektor perikanan setidaknya ditentukan oleh dua aspek utama yang menyangkut sumberdaya. Pertama, kinerja sumberdaya alam dalam hal ini adalah kondisi air, tanah, iklim dan teknologi; kedua, adalah suberdaya manusia, khususnya petani ikan. Dalam pada itu yang menjadi perhatian selama ini bukan semata-mata komoditinya tetapi lebih utama pada manusia yang menghasilkan komoditi tersebut yakni petani ikan yang juga sekaligus diharapkan mampu melestarikan sumberdaya perikanan yang ada. Proses mentranmisikan ide pelembagaan dari petani kebun menjadi petani ikan tersebut tentu membutuhkan waktu yang cukup lama, hal ini dikarenakan masyarakat belum pernah mengenal budidaya ikan air tawar sama sekali. Proses pelembagaan dimulai dari masyarakat mengenal, mengakui, menghargai, mentaati dan menerima norma-norma dalam kehidupan sehari-hari. Analisis Kelembagaan Tani Mina Sari bertujuan untuk melihat kapasitas anggota dan pengurus serta kinerja dari kelembagaan itu sendiri. Kapasitas masyarakatanggota sangat berpengaruh pada proses internalisasi norma-norma baru pada Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Analisis diawali dengan mengetahui karakteristik dan tingkat pengetahuan masyarakat tentang norma, nilai dan aturan yang berlaku di Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Analisis kapasitas pengurus bertujuan untuk melihat sejauh mana pengurus telah dapat menjalankan perannya dalam mengelola kegiatan usaha budidaya ikan air tawar. Analisis pengurus ini untuk melihat bagaimana aspek keorganisasian dari Kelembagaan Tani Mina Sari. Analisis kinerja untuk melihat keefektifan kelembagaan dalam mencapai tujuan, efisiensi penggunaan sumber daya dan, keberlanjutan kelembagaan berinteraksi dengan kelembagaan lain. Kapasitas Anggota Prinsip penerimaan anggota Kelembagaan Tani Mina Sari sangatlah terbuka. Keanggotaan Mina Sari ditetapkan berdasarkan musyawarah pada tanggal 25 Januari 2003, dimana berdasarkan keputusan bersama bahwa yang menjadi anggota Mina Sari adalah setiap keluarga yang ada di Dusun Wono Sari Desa Tegal Arum yang memiliki kolam ikan. Hal ini didasari pertimbangan bahwa Mina Sari merupakan milik setiap anggota masyarakat sehingga mereka berhak untuk menjadi anggota Mina Sari. Meskipun penerimaan anggota Kelembagaan Tani Mina Sari sangatlah terbuka, akan tetapi anggota yang terdaftar hanya 19 orang, hal ini disebabkan hanya merekalah yang mempunyai kolam dan berkeinginan untuk ikut bergabung di dalam Mina Sari. a. Ekonomi Mata pencaharian utama dari anggota Mina Sari adalah berkebun karet. Kebun karet yang dimiliki rata-rata di bawah lima hektar dengan kondisi usai karet berumur 20 – 25 tahun. Luas kolam yang dimiliki oleh masing-masing anggota bervariasi, ada yang luasnya hanya 580 m 2 tetapi ada juga yang luasnya 10.000m 2 . Pemanfaatan kolam ikan juga bervariasi, ada yang digunakan untuk pembenihan, pembesaran, dan pemancingan. Selain mata pencaharian di sektor pertanian, ada beberapa anggota Mina Sari juga berkerja diluar pertanian, ada yang bekerja sebagai guru dan buruh tidak tetap. Sumberdaya Ekonomi dari angggota Mina Sari dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Sumberdaya Ekonomi Anggota Mina Sari Perkerjaan Penghasilan Rp Luas Kolam Non Kebun ikan Non Pertanian No Nama kebun Luas pertanian minggu musim tanam bulan Keterangan 1 Eko Kusmantri 2 ha 2.000 M² 1 Juta 1jt - 5 jt 2 Suwarno 4 ha 1.500 M² 1jt - 5 jt 1 Juta 3 Suparno 0,25 ha 580 M² buruh tidak 1 Juta 1 Juta 1jt - 5 jt Terkadang buruh tetap ilegal loging 4 Legiman 2 ha 2.000 M² 1 Juta 1jt - 5 jt 5 Sasmihadi 0,25 ha 3.000 M² 1 Juta 1jt - 5 jt 6 Taslimun 2 ha 1.650 M² 1 Juta 1 Juta 7 Joko Riyanto 3 ha 1.650 M² 1jt - 5 jt 1 Juta 8 Sutarso 0,25 ha 1.200 M² 1 Juta 1 Juta 9 Kemis 2 ha 2.000 M² 1 Juta 1jt - 5 jt 10 Erfan Kasturi 2 ha 2.050 M² pensiunan 1 Juta 1jt - 5 jt 11 Joko Susanto 5 ha 10.000 M² 1jt - 5 jt 1jt - 5 jt Sumber : Data Lapangan Praktek Lapang 2 b. Pendidikan Tingkat pendidikan secara tidak langsung berpengaruh pada pemahaman terhadap norma dan aturan yang ada pada Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, hal ini dapat dilihat ketika Mina Sari mendapatkan bantuan dana bergulir pada Tahun 2006 perpaketnya sebesar Rp. 1.170.650, - yang diterima dalam bentuk saprokan Sarana Produksi Perikanan, dengan pengembalian bunga sebesar 6. Para anggota tidak memahami tentang meknisme perguliran dana dalam pinjaman yang diberikan, sehingga kurangnya kesadaran untuk membayar pinjaman modal. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Legiman. Beliau mengungkapkan : “Walaupun sudah diberitahu bahwa dana yang diberikan kepada kami adalah merupakan pinjaman tapi pada pelaksanaanya saya melihat tidak ada teman-teman yang mengembalikan pinjaman tersebut, kata mereka bantuan pemerintah tersebut tidak perlu secepatnya dikembalikan dan bahkan bisa kena pemutihan. Akhirnya saya juga tidak tidak mau mengembalikan pinjaman tersebut dan memang sampai sekarang tidak pernah ada lagi penagihan dari pengurus.” Karekteristik pendidikan dari anggota Mina Sari dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Karakteristik Pendidikan Anggota Mina Sari No Nama Usia thn Pendidikan Jumlah Tanggungan orang 1 Eko Kusmantri 20 SMA 2 2 Suwarno 50 SD 5 3 Suparno 49 SMP 4 4 Legiman 60 SD 9 5 Sasmihadi 55 SD 6 6 Taslimun 39 SMP 7 7 Joko Riyanto 48 SD 5 8 Sutarso 55 SD 6 9 Kemis 51 SD 8 10 Erfan Katuri 78 Pensiunan TNI 3 11 Joko Susanto 55 SMA 3 12 Kolam kelompok Sumber : Data Lapangan PL. 2 Berdasarkan data tabel 15 menunjukan bahwa 6 dari 11 orang berpendidikan SD. Pendidikan tidak terkait langsung dengan keterampilan dari anggota, karena keterampilan didapat berdasarkan pengalaman melakukan usaha. Pendidikan anggota ikut menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, yang dimaksud di sini adalah akan dapat membuka wawasan berfikir dan lebih mudah mengembangkan usaha yang sedang dijalankan. Paham dan mengerti tentang budidaya ikan air tawar, baik tentang teknik budidaya yang baik maupun bagaimana meningkatkan pendapatan dengan membangun jaringan kerja. c. Pengetahuan dan keterampilan Pengetahuan dan keterampilan tentang teknis budidaya ikan air tawar yang dimiliki oleh anggota Mina masih sangat terbatas. Kurangnya pengetahuan tentang teknik perikanan ini umpamanya terlihat dari pernyataan Sutarso. Beliau mengungkapkan : “Saya ini tidak berpendidikan jadi dalam melakukan perawatan seadanya saja, memang sudah beberapa kali diberikan penyuluhan oleh PPL akan tetapi saya tetap saja masih belum jelas” Hal senada juga dikemukakan oleh Kemis. Beliau mengungkapkan : “Saya mempunyai 2 kolam ikan. Waktu menebarkan benih, kolam ikan saya tersebut saya isi dengan waktu yang bersamaan, sehingga saya kesulitan untuk menjual hasil panen akibatnya untuk memutar modal kembali saya juga mengalami kesulitan. Selama ini saya menjual kepada masyarakat di dusun yang mempunyai hajatan dan kepada penjual ikan keliling.” Kendala pengetahuan yang dihadapi petani dalam pengembangan kapasitas petani disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Kendala Pengetahuan dalam Pengembangan Kapasitas Petani Ikan No Kendala Bentuk kendala Dampak 1 Benih Petani belum mengetahui secara tepat bagaimana memilih benih yang bagus. Tingkat kematian ikan lebih dari 10. Karena kekurangan modal maka petani membeli ukuran 5x8. Pembesaran ikan menjadi lebih lambat. 2 Kolam Petani tidak mengetahui takaran yang tepat dalam pemupukan kolam, pemupukan yang diberikan hanya berdasarkan perkiraan. Pemupukan yang tidak tepat juga mempengaruhi pembesaran ikan. Petani belum memahami bahwa bentuk kolam berpengaruh dalam pemeliharaan kolam. Bentuk kolam yang tidak tepat menyebabkan kolam susah untuk dikeringkan, akibatnya petani menggunakan pompa air yang tentu saja akan menambah biaya produksi. Pematang kolam kurang dirawat. Pematang yang tidak dirawat mengakibatkan pematang sering runtuh dan ikan keluar dari kolam. 3 Pengairan Petani kurang memperhatikan pengairan, sehingga kesulitan ketika musim penghujan dan musim kemarau Kurangnya memperhatikan irigasi dan perawatan pada sungai maka pada tahun 2006 petani mengalami kerugian yang besar karena banjir 4 Pakan Harga pakan yang sangat mahal. Biaya produksi pakan meningkat. Dalam pemberian pakan petani tidak pernah memperhitungkan kebutuhan konsumsi ikan dengan berat ikan. Petani kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar yang menetapkan standar ukuran konsumsi 4:1 4 ekor dalam 1 kg. 5 Penaburan benih Petani tidak mengetahui bagaimana cara mengatur pola waktu penebaran benih Menyebabkan produksi perikanan menjadi kendala karena terkadang dalam satu bulan panen ikan melimpah dan terkadang penen ikan sangat sedikit sekali. 6 Pemasaran Pemasaran yang dilakukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat sehari- hariuntuk acara hajatan dan kepada pedagang keliling. Petani kesulitan untuk mengembangkan usaha perikanan. 7 Keamanan Petani tidak memberikan penerangan di area kolam. Petani tidak melakukan kerja sama di dalam pengamanan lingkungan. Terjadi pencurian ikan Sumber : Wawancara dengan petani ikan Data pada Tabel 16 menunjukan fakta bahwa petani ikan belum tahu tentang pengetahuan dan keterampilan teknis budidaya ikan air tawar, kemungkinan hal ini terjadi karena pendidikan anggota Mina Sari yang rata-rata SD. Walaupun dalam pengembangan budidaya ikan air tawar terdapat kendala, akan tetapi bagi petani yang memiliki motivasi dan keyakinan bahwa budidaya ikan air tawar memiliki peluang yang bagus sehingga mampu menjadi usaha sampingan yang produktif masih tetap menjalankan usaha perikanan dengan tekun. Selain pengetahuan dan keterampilan teknis budidaya ikan air tawar, pengetahuan manajemen kelembagaan juga masih menjadi kendala. Anggota Mina Sari belum memahami tentang norma-norma dan aturan yang telah ditetapkan oleh lembaga, salah satu penyebab dari hal tersebut adalah belum adanya sanksi yang tegas kepada anggota yang tidak mematuhi norma-norma dan aturan yang telah ditetapkan oleh lembaga. Partisipasi dari anggota dalam kegiatan kelembagaan juga masih kurang. Keinginan dari anggota untuk ikut dalam perencana dan pelaksanaan program kegiatan yang telah ditetapkan oleh lembaga masih rendah, kondisi ini disebabkan kurangnya kepercayaan anggota kepada pengurus dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada. Kapasitas Pengurus Analisis pengurus dilakukan untuk mencoba menganalisis aspek organisasi dari Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Dalam analisis keorganisasian yang akan menjadi aspek analisisnya adalah peran roles, yaitu bagaimana kepengurusan dari Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari mampu untuk melaksanakan peran dan fungsinya. Adanya sturktur organisasi dengan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas merupakan kekuatan untuk pengorganisasian antar pengurus karena pembagian tugas ini sebagai acuan bagi pengurus untuk bekerja secara efisien dan efektif. Berikut ini adalah sturuktur organisasi Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Pelindung : Kepala Desa Tegal Arum Kepala Dusun Wono Sari Pembina : Dinas Pertanian Dinas Perikanan Anggota Kehormatan : Erfan Kastury Sri Joko Susanto Pengurus Ketua : Sutiman Wakil Ketua : Isman Hidayat, SP Sekretaris : Sunardi Wakil Sekretaris : Suwadi, S.Pd Bendahara : Soimun Seksi Humas : Giyanto Seksi Pemasaran : Supono Seksi Usaha : Rahmanto Walaupun struktur Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari telah terbentuk, akan tetapi belum diikuti dengan pembagian kerja yang jelas diantara pengurus. Hal ini menyebabkan Ketua memegang segala peranan dalam kegiatan kepengurusan. Tidak adanya pembagian kerja yang jelas disebabkan karena wakil ketua dan sekretaris lebih banyak berkonsentrasi pada kegiatan lain. Hal ini disampaikan Sutiman sebagai Ketua Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari sebagai berikut : “Wakil ketua saya itu lebih berkonsentrasi pada pengembangan kolam pemancingan miliknya sehingga bila diajak untuk berkumpul untuk membicarakan tentang perkembangan Mina Sari dia selalu tidak pernah hadir ditambah lagi dia juga baru diangkat tenaga honorer sebagai guru di SMA, demikian juga dengan Sekretaris saya dia lebih berkonsentrasi pada kegiatan kuliahnya.” Kondisi ini menyebabkan pengurus yang lain juga sibuk akan kepentingan pribadinya masing-masing sehingga bertumpuknya tugas pada ketua dikhawatirkan akan menyebabkan motivasi ketua menjadi berkurang dan mungkin saja lepas tangan terhadap kegiatan di Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Kurangnya motivasi yang dimiliki masing-masing pengurus menyebabkan rendahnya kesadaran untuk terlibat dalam kegiatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dan kurangnya pemahaman anggota terhadap norma-norma yang ada. a. Kepemimpinan Keberhasilan suatu lembaga sosial seperti Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dalam memberikan pelayanan kepada anggota salah satunya ditentukan oleh faktor pemimpin dalam mengelola lembaga tersebut. Seorang pemimpin yang baik tidak hanya dilihat kualitas sumber daya manusianya, tetapi juga kepribadian pemimpin itu sendiri, bagaimana ia mampu masuk dan berinteraksi dengan masyarakat akan sangat berpengaruh dengan keberhasilan kepemimpinannya. Hal ini juga terjadi di Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Ketua yang dipilih dan diangkat melalui musyawarah desa yaitu Bapak Sutiman secara kualitas sumber daya manusianya bisa dikatakan cukup kompeten. Walaupun beliau hanya tamatan Sekolah Dasar akan tetapi beliau mempunyai motivasi yang kuat untuk melakukan budidaya ikan air tawar, beliau juga mempunyai jejaring yang cukup luas hal ini disebabkan beliau merupakan Toke karet dan juga secara ekonomi beliau lebih mapan dibandingkan seluruh anggota. Akan tetapi karena beliau merupakan seorang Toke karet, menyebabkan anggota menjadi kurang kristis untuk mengungkapkan pendapat dalam setiap musyawarah, akhirnya keputusan yang diambil lebih banyak berdasarkan keinginan dari ketua sendiri. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sasmihadi. Beliau mengungkapkan : “Saya menjual getah karet saya kepada Pak Sutiman dan terkadang juga meminjam uang kepada dia, jadinya saya kurang berani untuk memberikan pendapat saya di dalam setiap kali pertemuan.” Perlakuan yang diberikan anggota kepada Pak Sutiman sebagai ketua mengakibatkan kurangnya transparansi dalam pengelolan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari sehingga kepercayaan menjadi berkurang, sedangkan kepercayaan merupakan modal sosial yang utama yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. b. Karakteristik Pengurus Dalam mengembangkan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari ini peranan pengurus sangat penting, karena maju dan berkembangnya suatu kelembagaan tidak terlepas dari peran pengurus itu sendiri. Pengangkatan mereka sebagai pengurus disamping memperhatikan aspirasi dari anggota, juga karena mereka dipandang bisa mengembangkan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dimasa mendatang. Jika dilihat dari tingkat pendidikan yang dimiliki, pengurus diharapkan mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memajukan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, disamping itu melihat dari pekerjaan yang mereka tekuni memungkinkan mereka mempunyai jaringan kerja yang cukup luas bagi pengembangan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Perkembangan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari yang sedang berjalan dapat dikatakan lamban jika kita lihat dari perkembangan hasil produksi budidaya ikan air tawar dan perkembangan dari bantuan yang diberikan baik dari tingkat propinsi maupun kabupaten. Lambatnya perkembangan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari ini disebabkan karena belum adanya pengetahuan di bidang manajemen organisasi dan pelayanan kepada anggota, ditambah lagi dengan kesibukan dari para pengurus itu sendiri. Kurangnya pengetahuan di bidang manajemen organisasi terlihat dari mekanisme yang diterapkan dalam penyerapan program- program bantuan yang diberikan oleh pemerintah, akibatnya bantuan yang diberikan tidak memberikan hasil yang optimal dalam peningkatan usaha budidaya ikan air tawar. Kinerja Kelembagaan Dalam pengembangan kelembagaan juga harus memahami kinerja kelembagaan. Kinerja kelembagaan adalah kemampuan suatu kelembagaan untuk menggunakan sumber daya yang dimilikinya secara efesien dan menghasilkan output yang sesuai dengan tujuannya dan relevan dengan kebutuhan pengguna. Untuk menilai kinerja kelembagaan dapat dilihat dari produknya sendiri berupa jasa atau material dan faktor manajemen yang membuat produk tersebut bisa dihasilkan. Ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu keefektifan kelembagaan dalam mencapai tujuan-tujuannya, efesiensi penggunan sumber daya, dan keberlanjutan kelembagaan berinteraksi dengan para kelompok kepentingan di luarnya. a. Keefektifan Kelembagaan dalam Mencapai Tujuan Suatu lembaga akan berjalan dengan baik jika didukung dengan perencanaan yang baik pula. Perencanaan tersebut merupakan suatu proses yang panjang. Suatu perencanaan yang baik disusun secara partisipatif, yaitu harus melibatkan seluruh anggota Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Pada awal pembentukan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, pengurus setiap tahunnya mengadakan rapat anggota secara rutian setiap tiga bulannya dengan mengundang seluruh anggota. Rapat ini dimaksudkan untuk membicarakan hal-hal yang akan dikerjakan dan mencari penyelesaian secara bersama-sama tentang permasalahan yang dihadapi serta memberikan laporan pengurus mengenai perkembangan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Akan tetapi dalam perkembangannya, mulai tahun 2007 – 2008 pengurus tidak lagi mengadakan pertemuan rutin tersebut, hal ini disebabkan kegiatan usaha pembuatan pakan ikan tidak transparan akibatnya timbul ketidakpercayaan pada diri anggota terhadap pengurus sehingga setiap kali pengurus mengadakan pertemuan, tidak ada anggota yang ikut menghadiri hanya beberapa pengurus saja. Dengan kondisi tersebut Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari tidak lagi mempunyai suatu perencanaan progaram kerja yang baik, sehingga lembaga kurang dapat mengetahui dan memahami aspirasi dan perkembangan anggotanya. Dalam mengadakan pengawasan usaha budidaya ikan air tawar terhadap anggotanya Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari masih sangatlah kurang. Akibatnya pengurus tidak mengetahui kendala dan perkembangan dari anggotanya. Pengawasan yang dilakukan oleh pengurus hanyalah sepintas lalu, pengurus tidak pernah mencatat kegiatan perikanan dari anggota, mereka tidak pernah mempunyai catatan yang jelas bagaimana keadaan dari anggota baik tentang penyediaan saprokan, penyediaan modal, penyediaan air irigasi, kegiatan usaha tani, pengolahan, pemasaran, penyediaan informasi teknologi dan, penyediaan informasi pasar. Kurangnya pengawasan ini menyebabkan anggota menjadi sulit untuk berkembang karena belum dapat memenuhi jumlah, jenis, mutu, tempat, waktu dan harga. b. Efisiensi Penggunaan Sumberdaya Ekonomi Kegiatan usaha budidaya perikanan merupakan usaha yang bersifat padat modal. Modal awal sebagai investasi usaha tidak terbatas pada pembuatan kolam namun masih banyak lagi peralatan lain yang harus dimiliki, hal ini sangat tergantung dari pada skala usah, jenis alat yang digunakan dan sifat usaha yang dilakukan. Yang menjadi permasalahan adalah besarnya investasi awal tersebut tentu merupakan suatu hal yang amat berat bagi petani ikan karena membutuhkan modal yang besar, sehingga tidak heran apabila masih sangat sedikit yang berani melakukan budidaya ikan darat. Sebagian besar usaha budidaya ikan air tawar di Desa Tegal Arum masih didominasi oleh usaha perikanan skala kecil dengan berbagai keterbatasannya, terutama keterbatasan kualitas SDM, yang mana dalam penanganan produksi ikan masih banyak ditemui permasalahan. Tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan darat tidak merata dan kurang memperhatikan daya dukung lingkungan, menyebabkan usaha perikanan darat menjadi tidak efesiensi serta menimbulkan berbagai kegagalan. Kegagalan dalam memperhatikan daya dukung lingkungan ini terlihat ketika terjadi bencana banjir pada Tahun 2005 yang menyebabkan petani ikan mengalami kerugian akibat gagal panen. Setelah kejadian tersebut, barulah pengurus mulai memperhatikan daya dukung lingkungan dengan cara melakukan gotong royong untuk pembersihan dan pendalaman sungai serta perbaikan irigasi dan tanggul kolam. Masalah pengadaan sarana produksi juga memiliki kendala tersendiri antara lain sistem penyediaan dan penyaluran faktor produksi, sehingga tidak dapat mengakomodasi kemajuan usaha perikanan. Masih terbatasnya permodalan yang dimiliki petani ikan menyebabkan usaha mereka berjalan lambat dan sulit berkembang, sementara disisi lain aksesbilitas petani ikan terhadap lembaga perbankkan masih sangat terbatas. Kendala kurangnya modal ini sebenarnya dapat diatasi oleh lembaga, akan tetapi karena kurangnya kemampuan dari pengurus dalam efesiensi penggunaan bantuan dana bergulir yang diberikan dari pemerintah menyebabkan dana yang diberikan tidak memberikan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Dalam pemanfaatan teknologi juga belum dilakukan secara optimal oleh pengurus. Hal ini terlihat dari bantuan mesin pembuat pakan yang diberikan oleh pemerintah, padahal salah satu kendala sarana produksi perikanan adalah pakan, pengadaan pakan untuk memacu pertumbuhan ikan mencapai ukuran konsumsi juga menjadi permasalahan yang sangat merisaukan petani ikan. Harga pakan pabrik sangat mahal Rp. 300.000,-karung ukuran 50 kg. Disisi lain petani ikan harus mampu memenuhi permintaan pasar yang menetapkan standar ukuran konsumsi 4:1 4 ekor dalam 1 kg. Usaha yang dilakukan oleh Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dalam mengatasi pengadaan pakan ikan adalah dengan cara mencoba membuat pakan ikan buatan. Ide membuat pakan buatan ini muncul setelah Mina Sari mendapat pelatihan cara pembuatan pakan ikan dari Dinas Peternakan dan Perikanan serta bantuan peralatan 1 mesin dissel, oven, mesin giling tepung, mesin cetak pelet dan uang tunai senilai Rp. 30.000.000,-. Ketika usaha pembuatan pakan ikan berjalan, petani sangat terbantu karena harga pakan yang dihasilkan dijual lebih murah dibandingkan harga pasaran. Dalam pembayaran, mereka boleh membayar pakan setelah panen. Usaha pengolahan pembuatan pakan ikan ini ternyata hanya berjalan selama 6 bulan saja, setelah dilakukan penghitungan ternyata mesin giling tepung yang diberikan hanya dapat menghasilkan 20 kghari sedangkan kapasitas mesin pelet dapat menghasilkan 500 kgjam. Dengan kesepakatan bersama, bantuan dana tunai senilai Rp. 30.000.000,- dibelikan mesin giling tepung dengan kapasitas lebih besar seharga Rp. 13.000.000,- dan pembelian mesin dissel untuk mengganti yang sudah rusak seharga Rp. 5.600.000,- sisanya dipergunakan untuk menambah modal. Penggantian mesin giling tepung yang baru ini hanya berjalan selama 8 bulan, hal ini disebabkan kapasitas mesin giling Mesin Cetak Pelet Mesin Oven Mesin Disel tepung yang baru ternyata hanya 300kghari akibatnya produksi kembali terhenti. Pengoperasian mesin pembuat pakan ini mempekerjakan 2 orang karyawan dengan upah Rp. 500,-kg. Terhentinya produksi pembuatan pakan ini menjadi salah satu hambatan anggota dalam melakukan pengembangan usaha perikanannya sehingga beberapa anggota tidak lagi serius dalam pengelolaan budidaya ikan air tawar karena terkendala modal dalam pengadaan pakan. Selain terhentinya produksi pakan karena kapasitas mesin giling tepung tidak dapat mengimbangi kapasitas mesin cetak pelet perihal lainnya adalalah karena pengurus dinilai tidak terbuka dalam pelaporan keuangan hasil produksi menyebabkan timbulkan kecurigaan diantara anggota yang akhirnya mempengaruhi partisipasi mereka dalam kegiatan untuk mengatasi kendala tersebut. Berikut ini merupakan gambar dari mesin pembuat pakan yang disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Mesin Pembuat Pakan Mesin Giling Tepung c. Keberlanjutan Kelembagaan berinteraksi dengan Kelembagaan Lain Kelembagaan Tani Mina Sari belum mampu mengoptimalkan sumberdaya kelembagaan yang ada yang mendukung baik secara horizontal yaitu lembaga lokal yakni beragam organisasi atau kelembagaan ekonomi sosial dan budaya yang terdapat di Desa Tegal Arum dan secara vertikal yaitu kelembagaan yang arasnya lebih tinggi yaitu pemerintah dan swasta. 1. Kelembagaan Horizontal Beragam organisasi atau kelembagaan ekonomi sosial terdapat di Desa Tegal Arum, mulai dari kelompok tani, Koperasi Unit Desa, Pedagang keliling, Pedagang pengumpul, dll ternyata belum bersinergi satu sama lain. Aktivitas organisasi ini masih terkukung pada satu bentuk, yaitu berdasarkan kebutuhan pembentukannya, sehingga legitimasi sebagai organisasi komunitas masih mempengaruhi setiap aktivitas organisasi itu sendiri. Misalnya Mina Sari justru belum sepenuhnya mendapat dukungan baik moril maupun materil dari kelembagaan lokal atau organisasi yang lain sehingga seperti berjalan sendiri. Hal ini ditunjukan dengan tidak adanya jaringan kerjasama, baik jaringan pemasaran hasil produksi seperti tidak adanya hubungan kerjasama dengan pedagang pengumpul, maupun jaringan permodalan seperti pinjaman dari Koperasi Unit Desa dan pihak perbankkan, atau hubungan kerjasama usaha dengan pihak kelembagaan tani ikan lainnya. 2. Kelembagaan Vertikal Kelembagaan Tani Mina Sari pada Tahun 2005 telah mendapatkan pendampingan dari Balai Budidaya Air Tawar Jambi BBAT bekerjasama dengan Japan International Co. Agc JICA dengan memberikan pendampingan dan pelatihan tentang budidaya ikan air tawar selama 1 tahun. Ketika masa pendampingan ini berjalan, kegiatan perikanan secara kelembagaan berjalan dengan baik, akan tetapi setelah masa pendampingan dan pelatihan telah usai ternyata pengurus tidak dapat mengembangkan apa yang telah diberikan oleh JICA tersebut, hal ini berpengaruh terhadap partisipasi anggota dan peningkatan kapasitas lembaga. Kelembagaan Tani Mina Sari juga belum mampu mengoptimalkan bantuan-bantuan yang diberikan, baik berupa bantuan penguatan modal maupun bantuan sarana dan prasarana perikanan oleh pemerintah baik Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten. Kekurangmampuan Mina Sari dalam memaksimalkan bantuan yang diberikan ini menyebabkan kerberlanjutan dalam pemberian bantuan menjadi terhenti, hal ini terlihat dari tidak pernahnya Mina Sari mendapatkan bantuan dari pemerintah lagi semenjak Tahun 2006. Faktor-Faktor yang dapat Mendukung dan Menghambat Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari

1. Faktor-Faktor Mendukung Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari.

Dokumen yang terkait

Kelembagaan Kelompok Tani Hutan di Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Sumatera Utara

3 45 50

Sistem Usaha Tani Mina Padi Ikan Mas Studi Kasus Di Desa Totap Majawa Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun

0 43 109

Pemberdayaan Kelompok Tani (Studi Kasus Kelompok Tani di Desa Margamulya Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat)

0 11 106

Strategi Penguatan Kelompok Tani dalam Pengembangan Usaha Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi

2 26 226

KAJIAN EKONOMI KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DI DESA BANARAN KAJIAN EKONOMI KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DI DESA BANARAN Studi Kasus Desa Banaran, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo.

0 2 16

PROSES PEMBUATAN AKTA JUAL BELI BERDASARKAN KUASA LISAN DI KECAMATAN RIMBO BUJANG KABUPATEN TEBO.

0 1 31

ANALISA FINANSIAL PEREMAJAAN PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis) RAKYAT DI DESA PURWOHARJO KECAMATAN RIMBO BUJANG KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI.

0 1 12

Rencana Pelaksanaan Peningkatan Jalan Kabupaten Ruas Km 12 - Jalan 21 Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi (STA 0+000 - STA 6+000).

0 0 6

Manfaat Program Pemberdayaan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Penguatan Aksebilitas Petani (studi Kasus di Kelompok Tani Bina Harapan, Desa Karamatwangi, Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut).

0 0 2

EVALUASI SISTEM PENCAIRAN DAN REALISASI ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA TIRTA KENCANA KECAMATAN RIMBO BUJANG KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI TAHUN 2015.

0 1 16