1. Bagaimana kapasitas kelembagaan tani ikan mina sari dalam meningkatkan usaha anggota?
2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari?
3. Strategi dan program apa saja yang dapat diusulkan dalam penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari?
Tujuan
Tujuan kajian ini adalah: 1. Mengkaji kapasitas kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dalam meningkatkan
usaha anggota. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat
penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari.
3. Menyusun strategi dan program penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina
Sari. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari kajian ini adalah :
1.
Untuk dapat menjadi bahan masukan bagi penguatan kelembagaan dan peningkatan ekonomi petani dalam kerangka pemberdayaan masyarakat oleh
Pemerintah Kabupaten Tebo Propinsi Jambi.
2.
Kajian ini dapat dijadikan model penguatan kelembagaan tani ikan dalam meningkatkan pendapatan usaha oleh Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari Desa
Tegal Arum Kabupaten Tebo Propinsi Jambi.
3.
Bagi penulis, kajian ini dapat menambah pengetahuan tentang kondisi kelembagaan sosial di pedesaan, permasalahan-permasalahan dalam
kelembagaan dan strategi yang dapat dilakukan untuk membantu penguatan
kelembagaan tani ikan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengembangan Masyarakat
Gunardi dkk 2007 mengatakan bahwa pengembangan masyarakat merupakan suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup
keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan berdasarkan prakarsa komunitas. Selain itu menurut Nasdian dan Dharmawan
2007 pengembangan masyarakat juga merupakan suatu perubahan yang terencana dan relevan dengan persoalan-persoalan lokal yang dihadapi oleh para
anggota komunitas yang dilaksanakan secara khas dengan cara-cara yang sesuai dengan kapasitas, norma, nilai, persepsi dan keyakinan anggota komunitas
setempat, dimana prinsip-prinsip recident partisipation dijunjung tinggi. Asas-asas pengembangan masyarakat Gunardi, dkk, 2007 meliputi :
holism, sustainability, diversity, organic development, balanced development, addressing structural disadvantage, addressing discourses disadvantage,
empowerment, need definition, human right, valuing local knowledge, valuing local culture, valuing local resources, valuing local skills, valuing local
processes. Sementara itu Ife 1995, menyatakan bahwa pemberdayaan bertujuan
untuk meningkatkan kekuasan kepada orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. Selanjutnya menurut Persons 1994 pemberdayaan adalah suatu
proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan, dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta
lembaga-lembaga yang mempengaruhi hidupnya. Sasaran pengembangan masyarakat pada dasarnya adalah pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat berarti mengembangkan kondisi dan situasi sedemikian rupa sehingga masyarakat memiliki daya dan kesempatan
untuk mengembangkan kehidupannya. Masyarakat berdaya memiliki ciri-ciri; 1 mampu
memahami diri
dan potensinya;
2 mampu
merencanakan mengantisipasi kondisi perubahan kedepan, dan mengarahkan dirinya sendiri;
3 memiliki kekuatan berunding, bekerjasama secara saling menguntungkan dengan bargaining power yang memadai; 4 bertanggungjawab atas tindakannya
sendiri. Menurut Santoso 1993 dalam Sumardjo dan Saharudin 2007 di era globalisasi, ciri-ciri masyarakat berdaya ini dapat dilihat memiliki etos kerja yang
tinggi, presentatif, peka dan tanggap, inovatif, fleksibel dan jati diri dengan swakendali.
Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan
kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. Dalam proses ini masyarakat didampingi untuk membuat analisis masalah yang dihadapi, dibantu untuk
menemukan alternatif solusi masalah tersebut, serta diperlihatkan strategi memanfaatkan berbagi resources yang dimiliki dan dikuasai. Proses
pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif, namun dalam beberapa situasi tertentu strategi pemberdayaan dapat dilakukan secara individual meskipun pada
gilirannya strategi ini tetap berkaitan dengan kolektifitas yaitu dengan mengaitkan antara klien dengan sumber atau sistem di luar dirinya.
Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan.
Partisipasi merupakan komponen penting dalam pembangkitan kemandirian dan proses pemberdayaan Craig dan Mayo, 1995. Sebaiknya, orang-orang harus
terlibat dalam proses tersebut sehingga lebih memperhatikan hidupnya untuk memperoleh rasa percaya diri, memiliki harga diri dan pengetahuan untuk
mengembangkan keahlian baru. Prosesnya dilakukan secara kumulatif. Pemberdayaan dan partisipasi merupakan strategi yang sangat potensial dalam
rangka meningkatkan ekonomi, sosial, dan transformasi budaya Harry, 2003. Strategi pemberdayaan meletakkan partisipasi aktif masyarakat ke dalam
efektivitas, efesiensi, dan sikap kemandirian. Dubois dan Milles Harry, 2003 mengatakan pemecahan masalah dapat
dilakukan melalui pemberdayaan, yaitu :
1. Dialog : Persiapan kerja sama, pembentukan kemitraan, artikulasi tantangan, identifikasi sumber kekuatan, dan penentuan arah.
2. Penemuan : Pemahaman sistem sumber, analisis kapasitas sumber, dan menyusun frame pemecahan masalah.
3. Pengembangan : mengaktifkan sumber, memperluas kesempatan, mengakui temuan-temuan, dan mengintegrasikan kemajuan.
Dalam konteks pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras pemberdayaan empowerment setting: mikro, mezzo, dan makro.
Suharto, 2005 1. Mikro : Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui
bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. 2. Mezzo : Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai
media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
3. Makro : pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar, karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Strategi
Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk memilih serta
menentukan strategi yang untuk bertindak. Pelaksanaan proses pencapaian tujuan pemberdayaan di atas dapat dicapai melalui
penerapan pendekatan pemberdayaan yang tepat, yaitu Suharto, 1997 : 1. Pemungkinan : menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang secara optimal.
2. Penguatan : memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. 3. Perlindungan : melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah
agar tidak tertindas oleh kelompok kuat. 4. Penyokongan : memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat
mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupan. 5. Pemeliharaan : memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat.
Schuler, Hashemi, dan Riley
dalam kutipan Suharto
2005 mengembangkan delapan indikator pemberdayaan yang disebut sebagai
empowerment index atau indeks pemberdayaan, yaitu : 1 kebebasan mobilitas; 2 kemampuan membeli komoditas kecil; 3 kemampuan membeli komoditas
besar; 4 terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga; 5 kebebasan relatif dari dominasi keluarga; 6 kesadaran hukum dan politik; 7
keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes; dan 8 jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga. Merangkum kedelapan indikator keberdayaan
tersebut apabila dikaitkan dengan dimensi kekuasaan, yaitu “kekuasaan untuk” dan “kekuasan atas” kemampuan ekonomi dan manfaat kesejahteraan, maka
indikator keberdayaan lembaga tani berkenaan dengan kegiatan budidaya ikan air tawar yang dilakukan oleh Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari adalah kemampuan
mereka untuk mengakses pelayanan keuangan mikro dan teknologi. Sedangkan kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan termasuk di dalamnya adalah
kemampuan untuk memperoleh pendampingan tenaga teknis perikanan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga peningkatan
pendapatan ekonomi dapat tercapai.
Kelembagaan
Dalam upaya memenuhi kebutuhannya, manusia memerlukan kebutuhan akan kerjasama diantara mereka. Permasalahan yang kemudian muncul yaitu pada
suatu kelompok orang kerjasama itu bisa terjalin dengan baik, sedangkan pada kelompok yang lain tidak. Ini menuntut adanya suatu tatanan aturan yang
disepakati bersama guna pencapaian tujuan bersama dalam kerjasama tersebut. Menurut Sugiyanto 2002, kelembagaan dalam pendekatan bahasa merupakan
terjemahan dari dua istilah, yaitu : institute yang merupakan wujud kongkrit dari kelembagaan yang berarti organisasi dan institution yang merupakan wujud
abstrak dari lembaga yang berarti pranata, sebab merupakan sekumpulan norma- norma pengatur perilaku dalam aktifitas hidup tertentu.
Menurut Schmid 1972, kelembagaan adalah suatu kumpulan tata tertib hubungan dimana orang-orang yang menentukan hak mereka, mengakui hak
orang lain,hak-hak dan tanggung jawab, termasuk penggunaan property right untuk kasus individu. Lebih lengkap dikemukakan pula oleh Shaffer dan Schmid
bahwa dalam suatu kelembagaan terdapat tiga ciri utama, yaitu batas yuridiksi, property right dan aturan representasi rules of presentation Pakpahan, 1989.
Kemudian dijelaskan pula bahwa batas yuridiksi menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam suatu masyarakat, yang dapat pula berarti batas wilayah
kekuasan atau batas otoritas yang dimiliki oleh suatu lembaga atau kedua-duanya. Dilain pihak konsep property right selalu mengandung makna sosial yang muncul
dari konsep hak rigth dan kewajiban obligation yang didefenisikan dan diatur oleh hukum, adat dan tradisi atau konsensus yang mengatur hubungan antar
anggota masyarakat dimana dia berada. Sedangkan aturan representasi mengatur permasalahan siapa yang berhak berpartisipasi terhadap apa dalam proses
pengambilan keputusan. Dengan demikian keputusan apa yang diambil dan apa akibatnya terhadap performan akan ditentukan oleh kaidah representasi yang
digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Konsep yang luas mengenai kelembagaan meliputi keseluruhan tingkat
baik secara lokal atau tingkat masyarakat, unit pengelola proyek, badan-badan
pemerintah dan sebagainya Israel, 1987. Kelembagaan dapat dimiliki oleh publik atau sektor privat atau dapat pula merujuk kepada fungsi administratif
pemerintah secara luas. Suatu hal yang perlu dibedakan yaitu, jika kelembagaan adalah peraturan permainan maka lembaga atau organisasi tertentu adalah
pemainnya Braun and Feldbrugge, 1998. Uphhoff 1992 sebagaimana dikutip oleh Nasdian dan Dharmawan 2007
melakukan penggolongan kelembagaan berdasarkan sektor-sektor sosial di tingkat lokalitas. Ketiga sektor sosial yang dimaksud adalah : 1 sektor public; 2 sektor
participatory; dan 3 sektor private. Kelembagaan sektor public di tingkat lokal mencakup adminitrasi dan
pemerintah lokal dengan birokrasi dan organisasi politik sebagai bentuk organisasi yang muktahir. Kelembagaan sektor participatory sesuai dengan
namanya, tumbuh dan dibangkitkan oleh masyarakat secara sukarela, kelembagaan ini aktif berdasarkan tujuan sesuai dengan minat para
pendukungnya. Kelembagaan sektor private, yang berorientasi kepada upaya mencari keuntungan yakni, dalam bidang jasa, perdagangan dan industri.
Syahyuti 2003 mengatakan bahwa kelembagaan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu aspek kelembagaan dan aspek keorganisasian. Norma dan
perilaku merupakan dua objek pokok dalam kajian kelembagaan, sementara organisasi memperhatikan masalah struktur serta peran.
Lebih lanjut Syahyuti mengatakan ada beberapa cara untuk membuat pengelompokan kelembagaan yang berkaitan dengan dunia pertanian atau
pedesaan, tergantung kepada dasar pengelompokannya, yaitu : 1 Atas sistem agribisnis; 2 Atas konsep kelembagaan di dunia sosial; 3 Atas orientasi,
bentuk pelayanan, dan sifat keanggotaannya dan; 4 Atas dasar fungsi-fungsi yang dijalankan.
Modal Sosial
Dalam pembahasan tentang kelembagaan dikenal suatu konsep modal sosial, yang secara umum dipahami sebagai bentuk institusi, relasi, dan norma-
norma yang membentuk kualitas dan kuantitas dari interaksi sosial dalam masyarakat. Modal sosial merupakan suatu sistem yang mengacu kepada atau
hasil dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum, kepercayaan, pertukaran timbal balik, pertukaran ekonomi dan informasi, kelompok-kelompok
formal dan informal, serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal lainya sehingga terjadi tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan
Colletta dan Cullen, 2000. Menurut Woolcock, modal sosial adalah sebagai informasi, kepercayaan
dan norma-norma timbal balik yang melekat dalam suatu sistem jaringan sosial. Woolcock menggolongkan modal sosial menjadi empat tipe utama, yaitu : 1 tipe
ikatan solidaritas bounded solidarit, dimana modal sosial menciptakan mekanisme kohesi kelompok dalam situasi yang merugikan kelompok; 2 tipe
pertukaran timbal-balik reciprocity transaction, yaitu pranata yang melahirkan pertukaran antar para pelaku; 3 tipe luhur value introjection, yakni gagasan
dan nilai, moral yang luhur dan komitmen melalui hubungan-hubungan kontraktual dan menyampaikan tujuan-tujuan individu dibalik tujuan instrumental,
dan; 4 tipe membina kepercayaan enforceable trust, bahwa institusi formal menggunakan mekanisme yang berbeda untuk menjamin pemenuhan kebutuhan
berdasarkan kesepakatan terdahulu dengan menggunakan mekanisme rasional. Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber yang timbul dari adanya
interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas. Namun demikian, pengukuran modal sosial jarang melibatkan pengukuran terhadap interaksi itu
sendiri. Melainkan, hasil dari interaksi tersebut, seperti terciptanya atau terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat. Sebuah interaksi dapat terjadi
dalam skala individual maupun institusional. Secara individual, interaksi terjadi manakala relasi intim antara individu terbentuk satu sama lain yang kemudian
melahirkan ikatan secara emosional. Secara institusional, interaksi dapat lahir pada saat visi dan tujuan satu organisasi memiliki kesamaan dengan visi dan
tujuan organisasi lainnya. Modal sosial dapat dilihat sebagai sumber yang dapat dipergunakan baik untuk kegiatan atau proses produksi saat ini, maupun untuk
investasi bagi kegiatan dimasa depan. Masyarakat yang memiliki modal sosial
tinggi cenderung bekerja secara gotong-royong, dan mampu mengatasi perbedaan- perbedaan.
Merujuk pada Ridell 1977, ada tiga parameter modal sosial, yaitu kepercayaan, norma-norma dan jaringan. Berdasarkan parameter tersebut, ada
beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran modal sosial antara lain Suharto, 2005 : perasaan identitas, perasaan memiliki, sistem kepercayaan dan ideologi,
nilai dan tujuan, ketakutan-ketakutan, sikap-sikap terhadap anggota lain, persepsi mengenai akses terhadap pelayanan, sumber dan fasilitas, keyakinan dalam
lembaga-lembaga masyarakat, tingkat kepercayaan, kepuasan dalam hidup, dan harapan yang ingin dicapai di masa depan.
Identifikasi permasalahan dalam pengembangan modal sosial, diperlukan upaya membangun modal sosial dengan mempertimbangkan dua dimensi modal
sosial yaitu keeratan sosial social glue dan jembatan sosial social bridge sebagaimana dikemukakan oleh Lang and Hornburg 1998, dalam Marliyantoro
2002. Keeratan sosial disamping berisi kepercayaan sosial, juga mencakup kesediaan atau kesukarelaan dalam partisipasi wiliingness to participate.
Sedangkan jembatan sosial tidak sekedar diartikan jalinan antar kelompok, tapi juga keterbukaan akses bagi seluruh anggota masyarakat untuk berhubungan
dengan sumber daya di luar lingkungannya. Langkah-langkah yang ditempuh untuk membangun modal sosial adalah
dimulai dari tataran mikro individu dan keluarga, meso komunitas dan makro negara. Pada tataran makro, modal sosial meliputi institusi-institusi seperti
pemerintah, aturan hukum, kebebasan sipil dan politik. Sedangkan pada tataran meso dan mikro, modal sosial berkenaan dengan norma-nilai yang mengatur
interaksi diantara individu, keluarga dan komunitas yang dapat diimplementasikan dalam berbagai tradisi, kebiasaan dan rasionalitas masing-masing.
Dalam konteks kelembagaan petani budidaya ikan air tawar, beberapa konsep modal sosial di atas dijadikan alat analisis, nilai-nilai dan norma-norma
yang membentuk perilaku kerjasama cooperative behavior serta kapabilitas yang muncul dari prevalansi kepercayaan dalam komunitas. Dalam kasus ini,
modal sosial dapat diamati pada dua tingkat, yaitu vertikal dan horisontal. Pada tingkat vertikal, dilihat bagaimana komunitas membangun hubungan kerjasama
dengan kelembagaan lain swasta dan pemerintah, sedangkan pada tingkat horisontal dilihat bagaimana komunitas saling berkerjasama kemudian melahirkan
kepercayaan sosial social trust.
Penguatan Kelembagaan
Pola pengembangan kelembagaan masyarakat agar semakin kuat perlu memperhatikan beberapa aspek, yaitu 1. Perbaikan struktur dan fungsi
kelembagaan masyarakat, 2. Pemanfaatan informasi dan teknologi yang berimbang, 3 peningkatan program-program pendidikan dan pelatihan secara
berkelompok, 4 meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana aktifitas kelembagaan, 5 memberdayakan dan memfasilitasi kelembagaan masyarakat
informal, 6. Menciptakan pemimpin kelembagaan yang transformasional Daryanto, 2004. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka penguatan
kelembagaan menurut Saharuddin 2000 adalah mencakup pengembangan kapasitas institusi dan kapasitas sumber daya manusia.
Menurut Israel 1990 untuk dapat memperbaiki prestasi kelembagaan maka diperlukan sebuah strategi, yaitu :
1. Meningkatkan kesadaran Kebutuhan akan kesadaran yang lebih tinggi terhadap persoalan yang
menyangkut pengembangan kapasitas kelembagaan dari pihak pemegang kekuasaan sering terabaikan. Yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
tingkat kesadaran ini adalah : 1 memperbanyak seminar yang memfokuskan pada berbagai persoalan kebijakan dan strategi; 2 meningkatkan upaya
semua badan yang relevan; 3 menggunakan secara lebih baik jalur-jalur komunikasi yang lainnya.
2. Penekanan pada kegiatan dengan kekhususan rendah dan non-persaingan Kegiatan yang ada tidak hanya meniru apa yang berhasil pada kekhususan
tinggi tetapi harus memberikan prioritas kepada pengembangan teknologi rendah yang berorientasi pada rakyat dimana individu-individu yang terlibat
dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan 3. Meminimalkan kebutuhan lembaga
Terlalu membebani sebuah lembaga dengan tujuan-tujuan yang tidak dapat dicapai akan meningkatkan kesulitan manajemen sebaliknya suatu
penyederhanaan akan meningkatkan kesempatan dan memungkinkan program dan kegiatan terlaksana.
Sedangkan menurut Syahyuti 2003 aspek yang semestinya diperhatikan untuk mengembangkan kelembagaan di dunia pertanian adalah :
1. Dibutuhkan iklim makro yang “sadar kelembagaan” Pendekatan pembangunan pertanian perlu dirubah menjadi people driven,
disertai market driven, dan technology driven. Artinya, rakyat merupakan aktor penting dalam formulasi kebijakan dan keputusan politik.
2. Objeknya adalah kelembagaan, bukan individu Individu-individu secara sosial akan memiliki satu kelembagaan sebagai
wadah aktivitasnya. Kelembagaan-lah yang secara fungsional menghidupkan sistem sosial. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah melalui
pendekatan social learning process. Dalam pendekatan ini, seluruh anggota kelompok belajar secara bersama, mengalami bersama, dan menyelesaikan
segala persolan secara bersama. 3. Membangun kelembagaan baru
Penggantian ataukah tambahan? Perubahan sosial akan cenderung berbentuk proses penggantian, karena masyarakat yang sudah hidup sekian lama, sudah
mengembangkan dan menjaga struktur sosial dan kompleks nilai yang stabil. Pada masyarakat dimaksud sudah ada organisasi, person yang jelas, kompleks
peran, nilai, norma, dan hukum yang diterima dan dijalankan dengan harmonis.
4. Menggunakan dan memperkuat modal sosial Modal sosial berisikan tiga hal pokok yaitu kepercayaan trust, norma yang
dijalankan, serta jaringan sosial social network. Dalam konteks ekonomi, modal sosial merupakan prasyarat terjadinya sebuah tata ekonomi yang sehat
dan rasional. Selanjutnya Syahyuti 2006 menerangkan langkah-langkah metodologis
dalam mengembangkan kelembagaan, yaitu : 1. Identifikasi jenis-jenis aktifitas yang akan dilakukan dalam rancangan
kelembagaan di lokasi. 2. Pahami jenis, bentuk, dan sifat interaksi yang terdapat dalam masing-masing
kelompok aktifitas. 3. Pahami sifat komunalitas atau individualitas masyarakatnya.
4. Pilih opsi kelembagaan yang sesuai Dalam pengembangan kelembagaan juga harus memahami kinerja
kelembagaan. Kinerja kelembagaan adalah kemampuan suatu kelembagaan untuk menggunakan sumber daya yang dimilikinya secara efesien dan menghasilkan
output yang sesuai dengan tujuannya dan relevan dengan kebutuhan pengguna. Untuk menilai kinerja kelembagaan dapat dilihat dari produknya sendiri berupa
jasa atau material dan faktor manajemen yang membuat produk tersebut bisa dihasilkan.Ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu keefektifan kelembagaan
dalam mencapai tujuan-tujuannya, efesiensi penggunan sumber daya, dan keberlanjutan kelembagaan berinteraksi dengan para kelompok kepentingan di
luarnya.
Untuk mengetahui produk atau output, maka langkah pertama adalah mengidentifikasi output
yang dihasilkan, dengan mendefenisikan dan mengelompokan tiap output, serta mengenali output utamanya. Setelah itu
mengukur output dengan menentukan skala output, menentukan kriteria bobotnya, mempersiapkan lembaran data outputnya, mengumpulkan data output, dan
menghitung rasio produktifitasnya. Terakhir, adalah menganalisa output dan kecendrungannya dan polanya, dan melihat kaitan hasil dengan tugas atau tujuan
kelembagaan Syahyuti, 2003. Penguatan Kelembagaan Tani Mina Sari tidak bisa dilepaskan dari
pengembangan kapasitas sumberdaya manusianya. Pengembangan kapasitas masyarakat menurut Maskun 1999 merupakan suatu pendekatan pembangunan
yang berbasis pada kekuatan-kekuatan dari bawah secara nyata. Kekuatan- kekuatan itu adalah kekuatan sumberdaya alam, sumberdaya ekonomi, dan
sumberdaya manusia, sehingga menjadi local capacity. Kapasitas lokal yang dimaksud adalah kapasitas pemerintah daerah, kapasitas kelembagaan swasta dan
kapasitas masyarakat desa terutama dalam bentuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam menghadapi tantangan pengembangan potensi alam
dan ekonomi setempat. Tidak dapat disangkal bahwa teknologi dewasa ini berkembang dengan
amat pesat, bahkan pada tingkat kepesatan yang belum pernah dialami oleh umat manusia sebelumnya. Pemberdayaan kelembagaan petani dalam bentuk kelompok
bertujuan untuk pemberdayaan petani dalam penerapan inovasi teknologi secara berkelanjutan. Disadari bahwa keberhasilan pengembangan inovasi teknologi
pertanian tidak hanya tergantung pada faktor teknologi semata, namun juga faktor sumberdaya alam, sumberdaya manusia, modal sosial dan kelembagaan. Kelima
faktor tersebut merupakan unsur penggerak dalam pembangunan pertanian yang sinergis, sehingga apabila salah satu faktor mengalami hambatan atau tidak sesuai
maka kegiatan yang dilakukan tidak memberi hasil yang optimal. Dengan demikian penerapan teknologi saja tidak cukup untuk mengatasi permasalahan di
lapang tetapi perlu diimbangi dengan pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan kelembagan kelompok serta penguatan modal Saleh dkk., 2004.
Penerapan teknologi akan berhasil apabila kelembagaan yang ada didalamnya juga solid, sebagaimana dinyatakan Binswanger dan Ruttan dalam
Syahyuti 2003 bahwa kelembagaan merupakan faktor utama yang menghasilkan teknologi. Teknologi yang baik hanya dapat dihasilkan dari suatu manajemen
kelembagaan yang baik pula. Seterusnya, penerapan suatu teknologi yang telah dihasilkan tersebut akan lebih berhasil bila dilakukan oleh kelembagaan yang
memadai pula. Persepsi petani terhadap kendala dalam pengembangan teknologi dari
aspek biofisik adalah masih belum banyaknya alat pengolahan budidaya ikan air tawar, baik untuk pakan ikan maupun pengelolaan pupuk organik untuk kolam.
Hal ini karena ketersediaan alat yang terbatas. Sedangkan kendala dari aspek sosial ekonomi yang dominan adalah permodalan, yaitu tidak adanya akses ke
sumber permodalan dan modal usaha yang terbatas dalam pengembangan usahanya. Hal ini senada dengan hasil kajian Sudana 2005 bahwa masalah
utama yang dihadapi petani dalam mengadopsi suatu teknologi adalah terbatasnya modal petani, disamping itu sumber modal berupa kredit usaha tani baik formal
mupun non formal tidak tersedia di lokasi kajian. Keadaan ini cukup mempersulit petani didalam mengadopsi suatu teknologi, karena adopsi teknologi baru
membutuhkan biaya tambahan. Sesungguhnya disinilah peran Pemerintah Daerah dalam menginisiasi adanya kemitraan dalam hal mengakses ke sumber
permodalan sehingga proses transfer teknologi dapat berjalan sesuai yang diharapkan dan skala usaha dapat ditingkatkan.
Kerangka Pemikiran
Untuk kepentingan kajian ini kelembagaan diartikan sesuai dengan pendapat Syahyuti 2003 yang menyatakan bahwa kelembagaan dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu aspek kelembagaan dan aspek keorganisasian. Norma dan perilaku merupakan dua objek pokok dalam kajian kelembagaan, sementara
organisasi memperhatikan masalah struktur serta peran. Indikator keberhasilan perlu digunakan untuk membandingkan keadaan
sebelum dan sesudah dilaksanakannya upaya penguatan kelembagaan. Bila
terdapat perbaikan yang cukup berarti dalam indikator-indikator tersebut maka dapat dikatakan bahwa telah terdapat hasil yang positif.
Merangkum dari pendapat Israel 1990 tentang memperbaiki prestasi kelembagaan dan Syahyuti 2003 tentang mengembangkan kelembagaan di dunia
pertanian maka dapat disimpulkan indikator yang bisa digunakan untuk mengukur menguatnya suatu kelembagaan, yaitu :
a. Meningkatkan kesadaran menyangkut pengembangan kapasitas kelembagaan, dimana seluruh anggota belajar bersama, mengalami bersama, dan
menyelesaikan segala persoalan secara bersama. Hal ini terlihat dari pertemuan rutin yang berkelanjutan untuk mendiskusikan kebutuhan dan
permasalahan yang berkaitan dengan kelembagaan, serta membangun komunikasi dengan kelembagaan yang lainnya.
b. Peningkatan kinerja kelembagaan dalam pengembangan kegiatan usaha sebagai unit produksi yaitu merencanakan dan menentukan pola usaha yang
menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia dalam bidang teknologi, sosial, pemasaran, sarana produksi, dan sumberdaya alam.
c. Menguatnya norma-norma di dalam kelembagaan, yaitu adanya pembagian tugas baik bagi pengurus maupun anggota. Pengurus dan anggota bisa
berperan dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga. Dengan melihat teori di atas maka beberapa hal yang dikaji untuk
penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, adalah : 1. Kapasitas kelembagaan
a. Anggota : sumberdaya ekonomi, pendidikan, pengetahuan dan keterampilan.
b. Pengurus : Kepemimpinan, dan karkateristik pengurus.
c. ManajemenKinerja Kelembagaan : Keefektifan kelembagaan dalam mencapai tujuan, efisiensi penggunaan sumber daya, dan keberlanjutan
kelembagaan berinteraksi dengan kelembagan lain. 2. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat
a. Faktor pendukung : 1. Kondisi komunitas
:
lokasi desa : dekat dengan pasar kecamatan dan
transportasi yang lancar. sumberdaya alam
: 48 ha berpotensi untuk dibuat kolam, sungai, dan iklim yang teratur.
sumberdaya ekonomi : produksi ikan 404,56 tontahun sedangkan
konsumsi 732 tontahun atau 1,8 kg perkapitatahun, dan adanya kelembagaan
pasar tradisional di desa. sumberdaya manusia
: penduduk usia produktif usia 15 – 64 tahun adalah 4.467 jiwa.
2. Kondisi kelembagaan : terbentuknya Kelembagaan Tani Ikan
Mina Sari. 3. Program dari pemerintah : direncanakan tahun 2015 Desa Tegal
Arum menjadi sentra produksi ikan baik, adanya bantuan program peningkatan
produksi perikanan dan terbentuknya Unit Pelayanan
Pengembangan UPP
perikanan. b. Faktor penghambat :
1. Kondisi komunitas
:
perilaku masyarakat : dari pekebun karet menjadi perikanan.
sumberdaya ekonomi : krisis ekonomi global, masuknya komoditi
dari daerah lain. 2. Kondisi kelembagaan
: kinerja kelembagaan yang belum optimal. 3. Program dari pemerintah : pemerintah dalam pemberian program
belum melakukan pendekatan partisipatif.
Berdasarkan variabel-variabel tersebut, maka alur kerangka pemikiran yang digunakan dalam kajian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Kapasitas kelembagaan
Anggota
Pengurus
ManajemenKinerja Kelembagaan :
Keefektifan kelembagaan dalam mencapai tujuan
Efisiensi penggunaan sumber daya
Keberlanjutan kelembagaan berinteraksi
dengan kelembagan lain
Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat 1. Faktor pendukung :
Kondisi komunitas sumberdaya alam, sumberdaya ekonomi, sumberdaya manusia,
Kondisi kelembagaan, dan program dari Pemerintah
2. Faktor penghambat : Kondisi komunitas perilaku masyarakat,
sumberdaya ekonomi, kondisi kelembagaan, dan program dari Pemerintah
Penguatan kelembagaan : Aspek organisasi dan
norma STRATEGI PENGUATAN
KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI
Peningkatan produktifitas dan usaha petani ikan
METODE KAJIAN
Sifat dan Tipe Kajian Komunitas
Rancangan penelitian yang dilakukan dalam melakukan kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong 2005 penelitian kualitatif
adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dll., secara holistik dan dengan cara deskrepsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah. Sesuai dengan maksud dan tujuan Kajian Pengembangan Masyarakat
yang dilakukan, maka kajian ini bersifat deskriptif. Penguatan kelembagaan dilakukan secara partisipatif untuk pengembangan kelembagaan yang sesuai
dengan kondisi masyarakat setempat.
Lokasi dan Waktu
Lokasi kajian pengembangan masyarakat dilakukan di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Pemilihan terhadap
desa tersebut dilakukan secara ”purposive” yakni pemilihan secara sengaja dengan maksud menemukan desa yang relevan dengan tujuan penelitian.
Kajian pengembangan masyarakat dilakukan dalam serangkaian kegiatan yang terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama dilakukan pada saat Praktek Lapangan
I Pemetaan Sosial pada bulan Februari 2008, tahap kedua dilakukan pada saat Praktek Lapangan II Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat pada bulan
Juni 2008, dan tahap ketiga berupa kegiatan perancangan program Pengembangan Masyarakat. Jadwal kegiatan pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2: Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Kajian Pengembangan Masyarakat 2008
2009 NO.
JENIS KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
1. Pemetaan Sosial Desa PL 1
2. Evaluasi Program PL 2
3. Penyusunan Proposal Kajian
4. Seminar Proposal Kajian
5. Pengkajian Laporan
6. Pengumpulan Data di Lapangan
7. Analisis Data
8. Bimbingan Pengkajian
9. Seminar dan Ujian
10. Perbaikan Laporan
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam kajian pengembangan masyarakat ini adalah :
1. Studi Dokumentasi, yaitu untuk mengumpulkan data sekunder khususnya potensi budidaya ikan tawar, intervensi program pemerintah dalam program
budidaya ikan tawar, baik yang ada dalam arsip pemerintahan desa, administrasi Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dan buku-bukureferensi ilmiah
tentang teori pemberdayaan masyarakat, dan kelembagaan. Studi dokumentasi yang dilakukan adalah melihat dokumen-dokumen
mengenai program peningkatan produksi perikanan yang telah ada, baik oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten maupun Dinas Perikanan dan
Kelautan Propinsi Jambi. 2. Observasi partisipasi pengamatan berperanserta, dimana pengkaji juga
berdomisili di lokasi kajian, dengan melakukan pengamatan dan berinteraksi sosial secara aktif, baik dengan masyarakat, pengurus Kelembagaan Tani Ikan
Mina Sari, stakeholder terkait, untuk mengetahui dan merasakan secara langsung berbagai permasalahan dalam budidaya ikan tawar dan kapasitas
kelembagaannya.
Dalam melakukan pengamatan berperanserta, pengkaji ikut melihat bagaimana kinerja kelembagaan dalam peningkatan usaha anggota dalam budidaya ikan
air tawar dan teknis perikanan yang dilakukan oleh petani ikan mulai dari proses pembenihan, pemberian pakan, panen, dan pemasaran. Pengkaji juga
ikut dalam diskusi yang dilakukan oleh beberapa pengurus untuk membahas keberadaan Unit Pelayanan Pengembangan Masyarakat UPP yang akan
membantu Mina Sari dalam meningkatkan kemampuan dan kemandirian untuk pengelolaan budidaya ikan air tawar.
3. Wawancara mendalam in-depth interview, yaitu untuk mengumpulkan data primer dengan responden dan informan baik warga masyarakat yang menjadi
anggota kelembagaan, maupun warga masyarakat yang ingin menjadi anggota kelembagaan, tokoh masyarakat, pemerintahan desa, dan staf Dinas Peternakan
dan Perikanan. Wawancara dilakukan kepada informan sebanyak 4 orang, yaitu : Kepala
Bidang Perikanan, Petugas Penyuluh Lapang PPL, Kepala Desa, dan Kepala Dusun. Wawancara juga dilakukan kepada responden sebanyak 19 orang
anggota Mina Sari. 4. Diskusi dengan responden atau informan yang mewakili anggota Kelembagaan
Tani Ikan Mina Sari, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, pemerintahan desa, dan stakeholder terkait melalui Focus Group Discussion FGD, untuk
mendapatkan data tentang potensi, permasalahan dan alternatif pemecahan dalam bentuk pilihan strategi aksi program dalam pengembangan kapasitas
Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, berbasis ekosistem, meliputi aspek pemanfaatan, dan pelestarian.
FGD dilakukan kepada dua kelompok, yaitu kelompok pertama Kepala Bidang Perikanan, Kepala Desa, Ketua Mina Sari. FGD dilaksanakan pada tanggal 20
November 2008, bertempat di Rumah Ketua Mina Sari. Pada diskusi ini disampaikan kendala dalam pengembangan budidaya ikan air tawar ini adalah
mengenai irigasi dan pakan. Untuk mengatasi irigasi ini, Kepala Desa mengajukan proposal bantuan pengadaan alat berat untuk pembuatan irigasi
kepada Dinas Pekerjaan Umum agar dapat dimasukan dalam Anggaran Tahun 2009, sedangkan untuk kendala pakan, Dinas Peternakan dan Perikanan juga
akan memasukan kembali mesin pembuat tepung ikan dalam pengadaan Tahun Anggaran 2009.
Kelompok kedua adalah FGD bersama seluruh anggota dan pengurus, staf dinas peternakan dan perikanan dan petugas peyuluh. FGD dilaksanakan pada
tanggal 7 Desember 2008, bertempat di Rumah Ketua Mina Sari. Pada Diskusi ini disampaikan kendala-kendala yang dihadapi oleh Mina Sari dan sekaligus
dilakukan penyusunan strategi dan program penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan Analisis Data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : 1. Reduksi data, yaitu melakukan katagorisasi data. Kegiatan dalam reduksi data
ini meliputi pemilihan data hasil wawancara, pengamatan, observasi yang memiliki arti dan berkaitan dengan konsep-konsep yang diteliti, kemudian
dipilahkan dan melakukan penyederhanaan data. 2. Penyajian Data, yaitu mengkonstruksi data dalam bentuk narasi dan grafik atau
bagan, sehingga mempermudah dalam analisis masalah. Data yang telah dikategorisasi bersama disajikan dalam bentuk bagan dalam FGD.
3. Analisis dan Interpretasi, yaitu langkah yang sepenuhnya dilakukan oleh peneliti untuk konseptualisasi informasi yang telah dikategorikan, termasuk
dilakukan juga analisa data secara induktif.
Teknik pengumpulan data primer dan sekunder dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 : Tujuan, Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan
Data No.
Tujuan Jenis Data Sumber Data
SD OB WM FGD
1. Mengkaji kapasitas kelembagaan Tani Ikan
Mina Sari dalam meningkatkan usaha
anggota Primer
Sekunder Laporan PL I
Data Potensi Desa
Anggota Kelompok
V V
V
2. Mengidentifikasi faktor- faktor yang dapat
mendukung dan menghambat penguatan
Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari
Primer Sekunder
Laporan PL II, Responden,
aparat desa, tokoh
masya- rakat, Pemkab
Dinas Terkait.
V V
V V
3. Menyusun strategi dan program penguatan
Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari
Primer Sekunder
Responden, aparat
desa, tokoh masya-
rakat, Pemkab Dinas
Terkait. V
V V
V
Keterangan : SD
= Studi Dokumentasi OB
= Observasi partisipasi WM
= Wawancara Mendalam FGD
= Fokus Group Discussion
Penyusunan Rancangan Program Aksi
Penyusunan program penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dilakukan dengan pendekatan partisipatif melalui Fokus Group Discussion
FGD, baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan maupun evaluasi agar program strategis dalam bentuk aksi linier dan aksi non linier sesuai dengan
kondisi dan kemampuan masyarakat lokal. Penyusunan program dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Menyusun rumusan masalah berdasarkan informasi, data hasil observasi partisipasi, wawancara mendalam, diskusi dengan berbagai responden yang
telah ditentukan mengenai pendekatan proses partisipasi anggota, pengurus, kinerja kelembagaan, kebijakan dan intervensi program pemerintah tentang
pengembangan budidaya ikan tawar. 2. Identifikasi peserta FGD, yaitu meliputi: anggota dan pengurus Kelembagaan
Tani Ikan Mina Sari, Kepala Desa, BPD, Tokoh Masyarakatm dan Dinasinstansi yang terkait dengan budidaya ikan tawar.
3. Menyusun rencana aksi program dalam penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari sehingga dapat mandiri dan berkelanjutan, melalui Fokus Group
Discussion FGD.
PETA SOSIAL DESA TEGAL ARUM
Lokasi dan Sumberdaya Alam
Desa Tegal Arum salah satu desa transmigrasi yang ada di Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo. Desa Tegal Arum terdiri 5 Dusun, 6 RW dan 28
RT dengan luas wilayah 4.762 Hektar. Secara geografis Desa Tegal Arum berbatasan dengan sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tebo Ulu,
sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tirta Kencana, sebelah timur berbatasan dengan Desa Rantau Kembang dan sebelah barat berbatasan dengan Desa
Purwoharjo. Dengan kondisi topografi datar dan terletak pada ketinggian 3 mil dari permukaan laut. Pemukiman Desa Tegal Arum dikelilingi oleh perkebunan
karet milik warga Desa Tegal Arum. Jalan menuju Desa Tegal Arum telah di aspal sejak tahun 2002 yang
menghubungkan kecamatan lain, jalan tersebut membelah pemukiman penduduk dan merupakan jalan kabupaten. Adapun jarak fisik dan sosial pemukiman warga
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Orbitasi waktu tempuh dan ongkos No
Orbitasi dan jarak tempuh Ongkos
1 2
3 4
5 6
Jarak ke Kantor Bupati Jarak ke Kantor Camat
Jarak ke Pasar kecamatan Jarak ke Puskesmas
Jarak ke Rumah Sakit Umum Daerah Jarak ke Propinsi
46 Km 6 Km
4 Km 6 Km
56 Km 260 Km
10.000 5.000
5.000 5.000
10.000 50.000
Sumber : Monografi Desa Tegal Arum Tahun 2005 Pada umumnya jarak tersebut dapat dicapai dengan menggunakan sarana
angkutan umum atau carter mobil ke Ibu Kota Propinsi sedangkan untuk ke kantor bupati, camat, pasar, puskesmas dan rumah sakit menggunakan kendaraan pribadi
mobil, motor atau ojek motor yang setiap jam ada. Aktivitas ekonomi masyarakat lokal bertumpu pada usaha perkebunan karet.
Hal ini secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Peruntukan Tanah di Desa Tegal Arum Tahun 2005 No
Peruntukan Luas ha
Persentase
1 Pemukiman
318 6,67
2 Perkebunan karet
PIR 976
20,49 Swadaya masyarakat
2.656 55,77
3 Perikanan
7,5 0,15
4 Tegalanladang
81 1,70
Pasar, dll 723,5
15,19 Jumlah
4.762 100
Sumber : Monografi Desa Tegal Arum Tahun 2005 Berdasarkan data penggunaan area tanah terlihat bahwa 76,26 atau
3.632 ha dari luas wilayah digunakan sebagai area perkebunan karet, yang terdiri dari Perkebunan PIR 976 ha dan swadaya masyarakat 2.656 ha. Lahan untuk
tegalanladang 1,70 atau 81 ha. Untuk perikanan terdapat lahan seluas 121 ha, 48 ha mempunyai potensi untuk dibuat kolam sedangkan yang termanfaatkan baru
7,5 ha Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo 2007. Selain itu terdapat sungai yang mengalir sepanjang ± 3 km dimana kondisi air sungai yang
dimiliki juga cocok digunakan untuk sumber air bagi budidaya ikan tawar, tanah yang subur dan iklim yang teratur baik musim hujan maupun musim kemarau.
Potensi sumber daya alam ini bila dimanfaatkan secara maksimal tentunya akan meningkatkan produktifitas budidaya ikan tawar.
Secara umum Desa Tegal Arum memiliki tata ruang desa yang tata baik, baik jalan desa, pemukiman, fasilitas umum dan lain-lain. Selain itu juga terdapat
kantor Puskesmas Pembantu Kecamatan.
Sistem Ekonomi
Pada awalnya kehidupan ekonomi masyarakat desa bertumpu pada pertanian yaitu berladang dan bersawah karena karet yang ditanam bersama PTP
VI karet PIR pada tahun 1997 belum dapat menghasilkan, setelah karet tersebut menghasilkan maka kegiatan berladang dan bersawah mulai ditinggalkan
dikarenakan banyak hama dan hasil penjualan sangat sedikit. Komposisi jumlah
penduduk Desa Tegal Arum berdasarkan pekerjaanmata pencaharian, dapat digambarkan dalam Tabel 6.
Tabel 6 . Penduduk Desa Tegal Arum menurut Jenis Mata Pencaharian No.
Mata Pencaharian Jumlah
Persentase
1. Perkebunan karet
2.377 72,05
2. Industri kecil Kerajinan
51 1,54
3. Buruh kebunperikananbangunandll
436 13,21
4. PNSTNIPOLRI
56 1,69
5. Perdagangan
253 7,66
6. Sektor Jasa
79 2,39
7. Perikanan
47 1,42
Jumlah 3.299
100
Sumber : Kecamatan dalam angka 2005 Tabel 6 menunjukan bahwa mayoritas penduduk Desa Tegal Arum
mempunyai mata pencaharian pokok sebagai petani kebun karet sebanyak 2.377 orang atau 72,05 . Usaha perkebunan karet sudah terbukti menguntungkan dan
dapat menunjang perekonomian keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok mereka selama 25 tahun lebih, walau masih banyak permasalahan yang
mereka hadapi. Dengan luas kebun yang mereka miliki seharusnya produksi karet yang dihasilkan masih bisa ditingkatkan. Pendapatan dari kebun karet dapat
digambarkan pada Tabel 7.
Tabel 7 . Perhitungan Pendapatan tiap minggu 10 Responden
No Nama
Luas Kebun Produksi KgMinggu
HargaRp HasilMinggu
1 Suprino
1 hektar 38
11.000 418.000
2 Wiyono
3 hektar 114
11.000 1.254.000
3 Mukilis
5 hektar 160
11.000 1.760.000
4 Setyohadi
1 hektar 38
11.000 418.000
5 Sudarman
0,25 hektar 9,5
11.000 104.500
6 Suryo
2 hektar 55
11.000 605.000
7 Ginanjar
2 hektar 60
11.000 660.000
8 Supatno
1,5 hektar 45
11.000 495.000
9 Suryadi
2,5 hektar 65
11.000 715.000
10 Misran
4 hektar 100
11.000 1.100.000
Sumber : Berdasarkan wawancara dengan masyarakat di Desa Tegal Arum pada penelitian
lapangan 1.
Pada dasarnya hasil yang didapat dari kebun karet mereka tidak memerlukan biaya untuk tenaga kerja sebab pekerjaan dari menderes nyadap
karet sampai mengumpulkan dan menyatukan karet menjadi bantalan mereka lakukan sendiri bersama istri dan anak dan dilahan milik sendiri yang merupakan
jatah pemberian pemerintah saat datang bertransmigrasi. Biaya produksi yang diperlukan relatif sedikit yaitu biaya untuk membeli cuka getah sebagai bahan
untuk dapat menyatukan getah karet menjadi bantalan dari saat menderes karet, dan biaya pemupukan pohon karet pada setiap masa trek rontok daun setiap
bulan Juli sd Agustus. Dalam perkembangannya sekarang, dimana kondisi pohan karet yang
sudah mulai tua berumur 20 – 25 tahun sangat mempengaruhi tingkat produksi getah yang dihasilkan. Penurunan produksi getah ini akan berpengaruh pada
penurunan pendapatan yang tentu saja akhirnya berdampak pada penurunan taraf kesejahteraan masyarakat. Usia karet yang sudah tua rata-rata menghasilkan getah
± 25-30kgmingguhektar selisih rata-rata pendapatan dengan karet muda ± Rp.88.000 – Rp.143.000, yang paling merasakan penurunan pendapatan ini
adalah masyarakat dari golongan menengah ke bawah. Masyarakat golongan menengah ke bawah ini adalah masyarakat yang memiliki kebun karet kurang dari
2 ha dan masyarakat yang bekerja sebagai buruh di kebun orang lain. Salah satu strategi untuk mengatasi hal tersebut di atas, masyarakat Desa
Tegal Arum melakukan peremajaan karet, akan tetapi peremajaan karet yang dilakukan adalah dengan cara membuka lahan baru di luar desa, sedangkan lahan
karet yang sudah tua tetap dipertahankan. Peremajaan karet memerlukan modal yang besar dan waktu yang lama, karena membutuhkan waktu sekitar 5 – 6 tahun
baru dapat diambil getahnya. Dalam kurun waktu yang lama tersebut tentu saja masyarakat sama sekali tidak mendapatkan nilai ekonomis dari kebun karet
tersebut sehingga dikhawatirkan adanya penurunan tingkat kesejateraan. Selain kebun karet, sektor pertanian yang ada di Desa Tegal Arum ini
adalah perikanan. Perikanan budidaya ikan air tawar ini mulai dikenal secara luas pada Tahun 2003 dengan komoditas utama yang dikembangkan adalah ikan Nila,
Lele, Patin Jambal dan Emas. Budidaya ikan air tawar yang ada diperuntukan
untuk pembenihan, pembesaran, dan pemancingan. Desa Tegal Arum ini direncanakan pada Tahun 2015 menjadi sentra perikanan darat. Perkembangan
budidaya ikan air tawar tersebut telah berdampak pada penciptaan kesempatan kerja dan menghasilkan pendapatan nyata bagi masyarakat yang mampu
menyerap tenaga kerja produktif yang cukup besar. Keuntungan dari usaha buidaya ikan air tawar ini dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Analisis Usaha Benih Ikan Nila
Modal Induk Pakan : induk ukuran 1 kg menghabiskan pakan sebanyak 3 dari berat tubuhnya
1 kg x 3 = 0,03 kg → 0,03 kg x 30 hari = 0,9 kg pakan → 1 kg
Habis pakan untuk 1 kali pemijahan selama 3 bulan sebanyak 3 kg 3 kg x Rp. 6.000 harga pakan = Rp. 18.000
20 induk x Rp. 18.000 = Rp. 360.000 Investasi 1 ekor induk nila ukuran 1 kg menghasilkan 500 ekor benih
Investasi untuk kolam ukuran 10 x 20 m
2
adalah 40 ekor induk 40 ekor x 500 benih = 20.000 benih
Penyusutan 10 = 18.000 x Rp. 250 = Rp. 4.500.000 Modal Benih
20.000 benih menghabiskan pakan sebanyak 40 kg selama 70 hari untuk ukuran 5 x 8
40 kg x Rp. 6.000 harga pakan = Rp. 240.000 Pendapatan
Investasi induk - Modal induk + Modal benih Bersih per 3 bulan
Rp. 4.500.000 – Rp. 360.000 + Rp. 240.000 = Rp. 3.900.000
Bersih per 1 bulan Rp. 3.900.000 : 3 = Rp. 1.300.000
Dari analisis usaha diatas, dengan melakukan investasi usaha benih ikan nila untuk kolam ukuran 10 x 20 m
2
untuk 40 ekor induk diterima keuntungan Rp.
1.300.000,-bulan
Tabel 9. Analisis Usaha Kolam 10 X 20 M
2
Untuk Pembesaran Ikan Nila
Modal Kerja Harga barang
Banyak barang Jumlah hb x bb
Kapur Rp. 1.000
5 kg Rp. 5.000 Pupuk TSP
Rp. 6.000 3 kg Rp. 18.000
Pupuk Urea Rp. 3.000
1 kg Rp. 3.000 Pupuk Kandang
- 100 kg
- Benih 5 x 8
Rp. 250 2.000 Rp. 500.000
Pakan Rp. 6.000
450 kg Rp. 2.700.000 1 kg ikan habis pakan 1,2 kg
→ 2.000 ikan Penyusutan 10 = 1.800 ikan Dengan asumsi 1 kg4 ekor
→ 1.800 : 4 = 450 kg Jumlah
Rp. 3.200.000 Investasi
Target Produksi 4 bulan 250 gr x 1.800 ekor
450 kg Penyusutan 10
Penerimaan Rp. 18.000kg x 450 kg
Rp. 8.100.000 Pendapatan
Bersih per MT selama 4 bulan
Rp. 8.100.000 - Rp. 3. 200.000 Rp. 4.900.000
Bersih per bulan Rp. 4.900.000 : 4
Rp. 1.225.000
Dari analisis usaha diatas, dengan melakukan investasi usaha pembesaran ikan nila untuk kolam ukuran kolam 10 x 20 m
2
untuk ikan nila diterima keuntungan
Rp. 1.225.000,- bulan
Tabel 10. Analisis Usaha Keramba Tancap Ukuran 2 X 4 M
2
Untuk Ikan Nila
Modal Kerja Harga barang
Banyak barang Jumlah hb x bb
Jaring Rp. 50.000
5 kg Rp. 250.000
Tali tambang Rp. 50.000
1 kg Rp. 50.000
Upah Pembuatan Rp. 100.000
Rp. 100.000 Kayu
Rp. 100.000 Rp. 100.000
Benih ukuran 5 x 8 Rp. 250
2.000 ekor Rp. 500.000
Pakan Rp. 6.000
350 kg Rp. 2.100.000
Jumlah Rp. 3.100.000
Investasi Target Produksi
4 bulan 250 gr x 1.800 ekor 450 kg
Penyusutan 10 Penerimaan
Rp. 18.000kg x 450 kg Rp. 8.100.000
Pendapatan Bersih per MT
selama 4 bulan Rp. 8.100.000 - Rp. 3.100.000
Rp. 5.000.000 Bersih per bulan
Rp. 5.000.000 : 4 Rp. 1.250.000
Sumber : Wawancara dengan petani
Dari analisis usaha diatas, dengan melakukan investasi usaha Keramba Tancap ukuran 2 x 4 m
2
untuk ikan nila diterima keuntungan Rp. 1.250.000,-bulan. Berdasarkan data dari tabel 7, 8, 9 menunjukkan bahwa peluang usaha
budidaya ikan tawar sangat potensial dikembangkan menjadi usaha sampingan yang berkontribusi besar pada saat kondisi ini untuk peningkatan pendapatan
masyarakat di Desa Tegal Arum. Arah strategi untuk petani mempertahankan kesejahteraan dalam kondisi perkebunan yang sedang menurun adalah melalui
pola nafkah ganda, dimana perikanan menjadi strategi untuk dikembangkan. Keuntungan usaha juga dapat ditingkatkan karena masyarakat biasanya
tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembuatan kolam atau keramba tancap, biaya perawatan kolam, dan biaya pupuk kandang karena pada umumnya mereka
melakukan hal tersebut sendiri atau dibantu anak-anaknya dan tidak mempekerjakan tenaga kerja bayaran.
Berdasarkan informasi dari Kepala Desa dan Dinas Peternakan dan Perikanan perkembangan kegiatan budidaya ikan air tawar semakin meningkat
dalam 2 tahun terakhir. Ini erat kaitannya dengan sumber daya perikanan di Desa Tegal Arum masih cukup melimpah dan masyarakat sudah mengenal bahwa ikan
sebagai sumber daya yang menghasilkan komoditas dengan nilai gizi dan nilai ekonomi tinggi.
Prospek pemasaran hasil budidaya ikan tawar sangat cerah karena produksi ikan budidaya di Kabupaten Tebo adalah 90,56 ton dan produksi ikan
perairan umum mencapai 314 ton, sementara konsumsi ikan di Kabupaten Tebo adalah 732 tontahun atau 1,8 kg perkapitatahun BPS Kabupaten Tebo, 2006.
Dimana kekurangannya terpenuhi oleh ikan air tawar dan ikan laut dari Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Lampung. Sementara standard kebutuhan ikan nasional
adalah 23 kg per kapitatahun. Pengembangan budidaya ikan air tawar ini mengalami kendala dalam hal
irigasi, kendala irigasi ini menyebabkan kolam-kolam yang jauh dari sungai sulit untuk mendapatkan air, air yang didapat hanya dari rawa-rawa di sekitarnya dan
air hujan. Untuk itu perlu
bantuan alat berat untuk melakukan pengerukan dan pelebaran sungai agar dapat
mengatur pengairan ke kolam yang jauh dari sungai dan juga untuk mengatur debit air sungai baik pada musim hujan maupun kemarau.
Merubah perilaku masyarakat untuk melakukan budidaya ikan air tawar masih sangat sulit, hal ini dikarenakan masyarakat telah terbiasa dengan berkebun
karet sehingga usaha di bidang budidaya ikan air tawar kolam hanya sebagai usaha sampingan yang tidak produktif. Akibatnya bila dihitung secara ekonomi
mengalami kerugian karena tidak dikelola secara profesional dan masyarakat tidak terbiasa untuk bekerja secara terus-menerus dalam waktu yang lama di kolam
karena waktu bekerja mereka sebagai pekebun karet hanya pada pagi sampai menjelang siang hari.
Pasar Desa Tegal Arum terletak di RT. 9 Unit V di jalan poros, masyarakat di RT ini kebanyakan pendatang. Usaha yang dilakukan oleh masyarakat di pasar
ini adalah di sektor jasa, perbengkelan, kursus komputer, salon, percetakan, pengurusan ijin dan lain-lain. Kegiatan jual beli dipasar ini untuk kebutuhan
sembako diadakan sekali seminggu pada hari sabtu. Pedagang yang berjualan di pasar ini datang dari luar desa sebagian kecil masyarakat desa di sekitar pasar
tersebut. Masyarakat di desa ini bila ingin berbelanja sesuatu pada hari-hari biasa mereka pergi ke Ibu Kota Kecamatan yang berjarak 4 Km ataupun ke Kabupaten
Bungo. Di pasar ini terdapat KUD Bumi Sejahtera dan KUD Amarta.
Kependudukan
Berkaitan dengan apek kependudukan, maka dalam memetakan penduduk Desa Tegal Arum dapat digambarkan berdasarkan beberapa aspek dalam
kependudukan, yaitu berdasarkan komposisi penduduk, pertumbuhan dan perkembangan penduduk, analisis mortalitas, analisis fertilitas, analisis mobilitas
penduduk. Komposisi penduduk dapat dikatakan sebagai susunan penduduk suatu
wilayah menurut karakteritik tertentu seperti umur dan jenis kelamin, mata pencaharian serta tingkat pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
komposisi penduduk Desa Tegal Arum dapat digambarkan berdasarkan karakteristi-karakteristik sebagai berikut:
1. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Desa Tegal Arum adalah penduduk homogen yang berasal dari
Pulau Jawa, karena penduduk desa Tegal Arum adalah para transmigran yang datang pada tahun 1978. Perubahan komposisi penduduk di desa ini relatif tidak
jauh berbeda dari tahun ketahun. Berdasarkan data monografi, jumlah penduduk Desa Tegal Arum adalah 6.925 jiwa dengan kepala Keluarga 1.642 KK. Bila
dibandingkan dengan jumlah penduduk maka masing-masing rumah tangga mempunyai anggota 4,2 jiwa.
Perbandingan jenis kelamin menunjukan bahwa laki-laki lebih banyak dari perempuan. Laki-laki 3.562 jiwa dan perempuan 3.363 jiwa selisih 199 jiwa.
Sedangkan angka kelahiran tahun 2007 sebanyak 68 jiwa dan angka kematian 20 jiwa.
Komposisi penduduk dilihat dari penggolongan umur yang disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Penduduk Desa Tegal Arum Menurut Umur dan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Kelompok umur Tahun
Laki-laki Perempuan
Jumlah jiwa
0 – 4 337
324 661
5 – 9 395
379 774
10 – 14 412
396 808
15 – 19 356
342 698
20 – 24 332
318 650
25 – 29 295
283 578
30 – 34 338
325 663
35 – 39 284
273 557
40 – 44 237
228 465
45 – 49 175
168 343
50 – 54 111
107 218
55 – 59 69
66 135
60 – 64 82
78 160
65 – 69 44
42 86
70 + 66
63 129
Jumlah 3.562
3.363 6.925
Sumber : Kecamatan dalam angka tahun 2005 2. Pertumbuhan dan Perkembangan Penduduk
Berdasarkan informasi dari kaur Desa dan Sekretaris Desa Tegal Arum, sumber data untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan penduduk didasarkan
pada sistem registrasi penduduk. Berdasarkan sistem ini, informasi yang dikumpulkan hanya terbatas pada peristiwa atau kejadian pertambahan atau
pertumbuhan penduduk sesuai dengan yang dilaporkan ke aparat desa. Informasi yang dikumpulkan tersebut terbatas kepada terjadinya kelahiran, kematian,
perkawinan, perceraian, laporan kepindahan, permohonan surat jalan untuk pergi
ke luar desa.
Berdasarkan data yang diperoleh, mulai bulan Januari 2007 jumlah kelahiran di Desa Tegal Arum adalah 68 jiwa, kematian 20 jiwa. Terdapat
penduduk masukdatang sebanyak 8 jiwa, para pendatang ini ada yang berkerja sebagai pengelola kebun orang atau menjadi pedagang, penduduk ke luarpindah
dari Desa sebanyak 9 jiwa, dikarenakan melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi yang ada di Padang dan Jambi, jadi mereka bisa dikatakan keluar dari Desa.
Laju perkembangan penduduk terkait langsung dengan pengembangan ketenagakerjaan dan pengembangan pendidikan. Meningkatnya jumlah penduduk
usia kerja berpengaruh terhadap besarnya angkatan kerja di suatu wilayah. Oleh karena itu, untuk keperluan pengembangan ketenagakerjaan dan pendidikan,
biasanya diprioritaskan besarnya angkatan kerja dan jumlah penduduk usia sekolah pada masa depan. Secara umum dapat dikatakan bahwa ada kaitan antara
perkembangan penduduk dengan upaya-upaya pemenuhan kebutuhan dasar. 3. Analisis Mortalitas
Mengenai angka kematian penduduk data yang diperoleh dari praktek Lapangan I di Desa Tegal Arum Tahun 2007 jumlah kematian penduduk adalah
20 jiwa. Jumlah penduduk yang meninggal tersebut rata-rata sudah tua berusia 60 tahun ke atas. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa Reit
Kematian KasarCrude Death Rate di Desa Tegal Arum adalah terdapat 3 kematian per 1000 penduduk per tahun
4. Analisis Fertilitas Untuk menggambarkan laju kelahiran penduduk Desa Tegal Arum,
digunakan indikator Reit Kematian Kasar. Riet Kematian kasar diperoleh dengan membandingkan antara jumlah kelahiran yang terjadi pada tahun tertentu dan
jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan penduduk tengah tahun. Data diperoleh dari hasil Praktek Lapangan I, jumlah kelahiran di Desa
Tegal Arum mulai bulan Janurai 2007 sampai sekarang adalah sebanyak 68 jiwa. Berdasarkan jumlah penduduk dan angka jumlah kelahiran maka reit kelahiran
kasar crude birth rate CBR adalah sebanyak 10 kelahiran per 1000 penduduk per tahun.
5. Analisis Gerak Penduduk Berkaitan dengan gerak penduduk di Desa Tegal Arum, data yang pasti
secara tertulis hanya terdapat data pada migrasi atau pindah tempat tinggal baik ke luar maupun ke dalam wilayah desa. Data tersebut tercatat 8 jiwa, karena apabila
akan pindah tempat tinggal, penduduk harus minta izin dan membawa surat dari kantor desa. Namun demikian berdasarkan informasi dalam melakukan
wawancara dengan Kaur Desa serta berdasarkan hasil pengamatan praktikan, bahwa gerak penduduk yang terjadi di Desa Tegal Arum adalah gerak penduduk
non permanen secara sirkulasi. 6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku, kemampuan berpikir dan usaha dalam memperoleh pekerjaan. Data yang
diperoleh dari hasil Pemetaan Sosial, menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Desa Tegal Arum Tamat SLTA sebanyak 2.011 jiwa 29,03. Hal ini
menunjukan bahwa Desa Tegal Arum memiliki potensi sumber daya manusia yang besar.
Komposisi penduduk Desa Tegal Arum menurut tingkat pendidikan dapat di lihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Penduduk Desa Tegal Arum Menurut Tingkat Pendidikan No.
Tingkat Pendidikan Jumlah
Persentase
1. 2.
3. 4.
5. Tidakbelum tamat SD
Tamat SD Tamat SLTP
Tamat SLTA Tamat DiplomaSarjana
1.810 1.161
1.365 2.011
578 26,13
16,76 19,71
29,03 8,3
Jumlah 6.925 100
Sumber : Daftar Isian data dasar pofil Desa Tegal Arum
Pelapisan Sosial dan Kelembagaan
Unsur-unsur pelapisan sosial yang ada di masyarakat DesaTegal Arum, pada umumnya hampir sama dengan pelapisan sosial masyarakat lainnya yang
didasarkan pada keaktifan dalam kegiatan kemasyarakatankeagamaan, kekayaan yang dimiliki, tingkat pendidikan formal, dan status pekerjaan.
Berdasarkan unsur utama lapisan sosial diatas, maka lapisan sosial yang pertama adalah tokoh agamamasyarakat, peran tokoh agamamasyarakat di
tengah-tengah masyarakat yang sering aktif dalam kegiatan keagamaan dan kemasyarakat menempatkan tokoh tersebut sangat disegani dan memiliki
pengaruh bagi masyarakat. Peran tokoh agamamasyarakat dalam aktivitas sosial maupun keagamaan mulai dari hajatan, kematian, konflik sosial, dakwa,
peringatan hari-hari besar Islam dan Nasional mereka cukup menunjol. Lapisan kedua Petanipegawai, kelompok ini berpengaruh didasari oleh
ekonomi yang baik dengan ditandai pemilikan kebun, rumah yang bagus dan mempunyai kendaraan baik motor maupun mobil. Lapisan sosial ketiga adalah
buruh, lapisan ini terendah karena kelompok ini tidak memiliki penghasilan menetap jika tidak bekerja secara penuh, dan pada umumnya kelompok ini tidak
memilik kebun sehingga untuk menghidupi kebutuhannya mereka harus bekerja sebagai buruh kepada orang lain. Dengan kondisi ekonomi tersebut mereka
menempati rumah yang sederhana. Kelompok ini tidak memiliki pengaruh besar dalam masyarakat.
Kelembagaan ekonomi, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan mata pencaharian, produksi, distrubusi sumber-sumber ekonomi seperti : KUD
Koperasi Pasar Lelang, KUD Simpan Pinjam, Kelompok Tani. Lembaga tersebut berkaitan dengan mata pencaharian petani, pedagang dan penjual jasa.
Ikhtisar
Pemetaan sosial yang telah dilakukan menunjukkan adanya isu penurunan tingkat kesejahteraan yang disebabkan oleh turunnya tingkat produksi karet
karena usia karet yang sudah tua. Salah satu strategi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan cara mengembangkan potensi sumber daya alam yang ada melalui
budidaya ikan air tawar. Dengan budidaya ikan air tawar ini maka diharapkan petani kebun tidak lagi tergantung hanya dengan satu pola nafkah mata
pencaharian. Budidaya ikan air tawar ini akan menjadi salah satu usaha sampingan yang produktif, sehingga isu penurunan tingkat kesejahteraan yang
disebabkan turunnya tingkat produksi karet dapat diatasi karena petani sekarang mampu menerapkan sistem pola nafkah ganda.
Dalam pemetaan sosial, didapat beberapa faktor penghambat yang dihadapi dalam program pengembangan budidaya ikan air tawar di Desa Tegal
Arum, antara lain: 1 mahalnya biaya produksi teruatama pakan; 2 tingkat keterampilan petani tentang perikanan yang belum memadai; 3 peranan
kelembagaan Mina Sari, tidak sesuai dengan yang diharapkan; dan 4 belum tersosialisasinya program peningkatan produksi perikanan dengan baik.
EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI PERIKANAN
Program peningkatan produksi perikanan adalah program intensifikasi budidaya perikanan melalui pemeliharaan komoditas perikanan di wilayah
Kabupaten Tebo dengan teknik spesifikasi wilayah. Terdapat 121 ha luas lahan rawa, 48 ha mempunyai potensi untuk dibuat kolam sedangkan yang
termanfaatkan baru 7,5 ha Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo 2007. Program peningkatan produksi perikanan ini juga mendapat dukungan dari
Pemerintahan Desa Tegal Arum, karena Desa Tegal Arum direncanakan pada Tahun 2015 nanti menjadi sentra produksi ikan, baik pembesaran maupun
pembenihan. Untuk Desa Tegal Arum, bentuk kegiatannya adalah bantuan penguatan
modal usaha berupa sarana dan prasarana produksi, bantuan uang tunai dan
bantuan untuk mesin pembuat pakan ikan. Bantuan progaram dari pemerintah dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Bantuan Program Peningkatan Produksi Perikanan
N o
Pemberi Bantuan Tahun
Bentuk Pemberian Penerima
Bantuan
1 Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi
2003 Bantuan dana bergulir bagi UPR
Tahun 2003 yang diterima dalam bentuk saprokan Sarana Produksi
Perikanan senilai Rp. 7.000.000,- Sutiman
ketua; Joko
Susanto
2 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
2005 Bantuan
gudang untuk
tempat penyimpanan saprokan senilai Rp.
75.000.000,- Mina Sari
3 Balai Budidaya Air Tawar Jambi BBAT kerjasama dengan Japan
International Co. Agc JICA 2005
Pendampingan dan pelatihan tentang budidaya ikan air tawar selama 1
tahun Mina Sari
4 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
2005 Bantuan pemeliharaan kolam berupa
uang senilai Rp. 120.000,- Anggota
5 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
2006 Bantuan 1 mesin dissel, oven, mesin
giling tepung, mesin cetak pelet. Mina Sari
6 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
2006 Bantuan uang tunai senilai Rp.
30.000.000,- Mina Sari
7 Bantuan dari Gubernur Jambi dalam bentuk KUPEM
2006 Bantuan dana bergulir pada Tahun
2006 perpaketnya
sebesar Rp.
1.170.650, - yang diterima dalam bentuk saprokan Sarana Produksi
Perikanan Anggota
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo
Bantuan Dana Bergulir
Bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jambi yang diberikan kepada Sutiman Ketua Mina Sari dan Joko Susanto selaku UPR Usaha
Pembenihan Rakyat dalam bentuk Sarana dan Prasana Produksi senilai Rp. 7.000.000,- dengan tujuan untuk membantu petani pemula yang bergerak di
bidang pembenihan ikan. Pendekatan yang dilakukan dalam memberikan bantuan kepada UPR ini melalui koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten dalam pemberian bantuan. Batas waktu dari pengembali dari dana ini adalah selama lima tahun.
Pemberian bantuan dana bergulir ini dalam pelaksanaanya sangat membantu UPR dalam mengembangkan usahanya. Pengembalian dana yang
dipinjamkan seharusnya selama lima tahun tetapi dalam pelaksanaanya berlangsung selama enam tahun. Hal ini dikarenakan pada tahun 2005 terjadi
bencana banjir sehingga benih yang sudah siap panen menjadi gagal. Kegagalan panen karena banjir ini seharus dapat dihindari akan tetapi karena adanya
kepentingan dari Pemerintah Kabupaten Tebo terkait kedatangan Gubernur Jambi ke Desa Tegal Arum dalam rangka panen perdana, maka ikan yang harusnya
dipanen ditunda menunggu kedatangan Gubernur Jambi tersebut. Belum lagi Gubenur Jambi datang untuk melakukan panen perdana, banjir sudah lebih dulu
datang menghanyutkan benih yang siap untuk dipanen tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Sutiman. Beliau mengungkapkan :
“ sebenarnya benih itu sudah mau saya panen akan tetapi Ibu Ani Kepala Bidang Perikanan datang menemui saya dan
mengatakan agar panennya ditunda dulu karena dua minggu lagi Bapak Gubernur akan datang berkunjung untuk melakukan
panen perdana. Ternyata belum lagi Pak Gubernur datang, bajir sudah datang lebih dulu. Kerugian yang saya alami sekitar 20
juta lebih, sementara itu saya harus mengembalikan hutang saya” Kelemahan dari program bantuan ini adalah pemasaran, ternyata belum
menerapkan prinsip pembentukan jaringan. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten belum memikirkan jejaring dalam pemasaran benih ini. Pada awalnya
benih yang dihasilkan oleh petani dibeli oleh pemerintah, akan tetapi pembelian
yang dilakukan oleh pemerintah ini hanya beberapa kali saja. Selanjutnya benih yang dihasilkan oleh Sutiman dan Joko Riyanto dijual kepada anggota Mina Sari
dan masyarakat sekitar. Selain masalah pemasaran, kuntitas dan kualitas benih yang dihasilkan juga masih belum memenuhi kebutuhan pasar, hal ini disebabkan
belum adanya pendampingan teknis dalam hal pembenihan ikan yang diberikan, baik oleh dinas propinsi maupun dinas kabupaten.
Bantuan Gudang
Bantuan gudang senilai Rp. 75.000.000,- diberikan kepada Mina Sari dengan tujuan untuk tempat penyimpanan saprokan. Pendekatan yang dilakukan
oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten dalam memberikan bantuan ini tanpa melibatkan Mina Sari, sehingga pencapaian hasil dari bantuan gudang yang
diberikan tidak memberikan manfaat yang besar kepada Mina Sari. Hal ini terlihat dari tidak berfungsinya gudang tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan
oleh Sutiman. Beliau mengungkapkan : “kami sudah sampaikan kepada Pak Eka agar dana senilai Rp.
75.000.000,- agar dapat dialihkan untuk pengerukan dan pelebaran sungai serta pembangunan irigasi. Kami juga siap
untuk swadaya apa bila dana Rp. 75.000.000,- tersebut ternyata kurang untuk pengerukan dan pelebaran sungai serta
pembangunan irigasi, akan tetapi Pak Eka menjawab dana yang diberikan tidak dapat dialihkan untuk kegiatan yang lain.”
Disisi lain Mina Sari lebih membutuhkan pengerukan dan pelebaran
sungai serta pembangunan irigasi untuk mengatur pengairan ke kolam yang jauh dari sungai dan juga untuk mengatur debit air agar bencana banjir tidak terulang
lagi, akan tetapi keinginan dari Mina Sari untuk pengerukan dan pelebaran sungai serta pembangunan irigasi ini tidak didukung oleh program.
Pendampingan dan Pelatihan
Pendampingan dan pelatihan tentang budidaya ikan air tawar yang diberikan oleh Balai Budidaya Air Tawar Jambi BBAT kerjasama dengan Japan
International Co. Agc JICA bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petani
ikan dalam budidaya ikan air tawar. Sasaran yang dituju dari pendampingan dan pelatihan ini adalah seluruh anggota Mina Sari. Pedekatan dari bantuan ini adalah
dengan melihat kapasitas teknis dari petani ikan di Mina Sari dalam budidaya ikan air tawar.
Capaian hasil dari bantuan pendampingan dan pelatihan ini adalah petani ikan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya ikan air tawar.
Kelemahan dari bantuan ini adalah tidak melibatkan seluruh anggota Mina Sari, yang ikut dalam bantuan ini. Beberapa pengurus saja yang terlibat sehingga tidak
seluruh anggota memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sama dalam budidaya ikan air tawar.
Bantuan Pemeliharaan Kolam
Bantuan pemeliharaan kolam berupa uang senilai Rp. 120.000,- yang diberikan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten ini bertujuan untuk
membantu petani dalam biaya perawatan kolam, seperti perbaikan tanggul kolam, perbaikan irigasi, dll. Bantuan ini diberikan dengan kepada seluruh anggota Mina
Sari. Capaian hasil dari bantuan ini adalah beberapa dari anggota memang
memanfaatkan dana bantuan ini untuk pemeliharaan kolam, akan tetapi ada juga beberapa anggota menggunakan bantuan ini untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi.
Bantuan Mesin Pembuat Pakan Ikan
Bantuan mesin pembuat pakan ikan ini terdiri dari 1 mesin dissel, oven, mesin giling tepung, mesin cetak pelet. tujuan dari pemberian mesin pembuat
pakan ini adalah untuk membantu petani dalam mengatasi mahalnya harga pakan ikan, sehingga dapat membantu petani dalam meningkatkan pertumbuhan ikan
agar dapat mencapai ukuran konsumsi yaitu 4:2 4 ekor dalam 1 kg. Sasaran dari bantuan ini adalah seluruh anggota Mina Sari. Pemberian bantuan ini dikarenakan
adanya permintaan dari Mina Sari kepada pemerintah untuk dapat membantu dalam mengatasi pengadakan pakan ikan.
Capaian hasil dari bantuan mesin pembuat pakan ini tidak maksimal hal ini disebabkan kapasitas mesin giling tepung tidak sesuai dengan kapasitas mesin
pelet, setelah dilakukan penghitungan ternyata mesin giling tepung yang diberikan hanya dapat menghasilkan 20 kghari sedangkan kapasitas mesin pelet dapat
menghasilkan 500 kgjam.
Bantuan uang tunai
Bantuan uang tunai senilai Rp. 30.000.000,- diberikan dengan tujuan agar dapat membantu petani ikan dalam peningkatan usaha budidaya ikan air tawar
secara berkelompok. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan melibatkan seluruh anggota dan pengurus Mina Sari dalam pengelola bantuan yang diberikan.
Bantuan tunai yang diberikan oleh pemerintah ini digunakan Mina Sari untuk keperluan pembelian mesin giling tepung seharga Rp. 13.000.000,- dan mesin
disel seharga Rp. 5.600.000,- sisanya untuk menambah modal dalam pembelian bahan-bahan pembuatan pakan ikan.
Penggantian mesin giling tepung yang baru ini hanya berjalan 8 bulan, hal ini disebabkan kapasitas mesin giling tepung yang baru ternyata juga belum dapat
mengimbangi kapasitas mesin pelet, akibatnya produksi pakan buatan kembali terhenti. Kelemahan dari bantuan ini adalah tidaknya pengarahan yang jelas dari
pemerintah dalam penggunaan dana yang diberikan sehingga dana yang diberikan tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh Mina Sari.
Bantuan Dana Bergulir
Bantuan dana bergulir perpaketnya sebesar Rp. 1.170.650, - yang diterima dalam bentuk saprokan Sarana Produksi Perikanan diberikan dengan tujuan
adalah untuk meningkatkan usaha petani ikan dalam budidaya ikan. Sasarannya adalah seluruh anggota Mina Sari. Pemberian bantuan dana bergulir ini dikenakan
bunga 6. Pelaksanaannya dana yang digulirkan tersebut tidak semuanya kembali kepada
pemerintah. Hal ini disebabkan rendahnya kesadaran dari anggota untuk mengembalikan dana pinjaman tersebut. Rendahnya kesadaran dari anggota
menunjukan tidak adanya pengaturan yang jelas dalam penggunaan dana bergulir. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Legiman. Beliau mengungkapkan :
“Walaupun sudah diberitahu bahwa dana yang diberikan kepada kami adalah merupakan pinjaman tapi pada pelaksanaanya saya
melihat tidak ada teman-teman yang mengembalikan pinjaman tersebut, kata mereka bantuan pemerintah tersebut tidak perlu
secepatnya dikembalikan dan bahkan bisa kena pemutihan. Akhirnya saya juga tidak tidak mau mengembalikan pinjaman
tersebut dan memang sampai sekarang tidak pernah ada lagi penagihan dari pengurus.”
Ikhtisar
Berdasarkan hasil evaluasi program peningkatan produksi perikanan yang sudah dilaksanakan, baik melalui pengamatan langsung maupun hasil wawancara
di lapangan terlihat bahwa program program peningkatan produksi perikanan melalui Mina Sari berupa bantuan dana bergulir, bantuan gudang, pendampingan
dan pelatihan, bantuan pemeliharaan kolam, bantuan mesin pembuat pakan ikan, dan bantuan uang tunai, lebih berorientasi pada peningkatan usaha melalui
bantuan fisik sementara untuk peningkatan keterampilan lebih diakses oleh lapisan atas pengurus.
Pemerintah dalam pemberian program belum melakukan pendekatan pelaksanaan program yang partisipatif atau belum memberdayakan petani ikan.
Beberapa program yang diberikan, capaian hasilnya masih belum maksimal hal ini terjadi karena dalam memberikan bantuan masih belum melihat kebutuhan
praktis dan kebutuhan strategis baik secara individu maupun kelembagaan, selain itu kelembagaan yang ada belum dimanfaatkan untuk memberdayakan petani
ikan.
KONDISI KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI
Kapasitas Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari
Budidaya perikanan pada dasarnya merupakan pekerjaan yang sifatnya profesional walaupun memiliki sifat terbuka, artinya setiap orang dapat
memasukinya. Namun pada kenyataanya tidak mudah setiap orang untuk budidaya perikanan sebagai mata pencaharian utamanya. Salah satu bahan
pertimbangan untuk menekuni kegiatan kerja dibidang budidaya adalah faktor keterampilan. Faktor keterampilan ini bisa didapat dari tradisi turun-temurun,
artinya keterampilan kerja pada dasarnya “diwariskan” oleh orang tuanya. Pengertian warisan dalam hal ini dapat berbentuk fisik seperti, kolam dan
peralatan lainya. Selain itu, faktor keterampilan bisa juga didapat dari transfer keterampilan dan pengetahuan. Kegiatan transfer keterampilan ini tentu dilakukan
dalam jangka waktu yang panjang. Sebelum terbentuknya kelembagaan tani ikan mina sari, belum ada
kelembagaan lain yang terbentuk terkait dengan usaha perikanan. Kelembagaan Tani Mina Sari merupakan suatu kelembagaan tani yang berasal dari keinginan
masyarakat petani kebun karet di Dusun Wono Sari Desa Tegal Arum. Tujuan awal dibentuknya Mina Sari ini adalah mengatasi penurunan pendapatan
dikarenakan peremajaan karet dengan cara pemanfaatan lahan kosong, lahan sawah yang sudah tidak terpakai dan pengganti kebun karet yang sudah tidak
produktif lagi untuk dijadikan kolam sebagai tempat budidaya ikan air tawar. Mina Sari diharapkan menjadi wadah bagi petani untuk memfasilitasi kebutuhan
di bidang budidaya ikan air tawar. Diharapkan nantinya budidaya ikan air tawar ini dapat menjadi salah satu usaha sampingan yang produktif yang mampu
meningkatkan taraf hidup petani. Kinerja sektor perikanan setidaknya ditentukan oleh dua aspek utama yang
menyangkut sumberdaya. Pertama, kinerja sumberdaya alam dalam hal ini adalah kondisi air, tanah, iklim dan teknologi; kedua, adalah suberdaya manusia,
khususnya petani ikan. Dalam pada itu yang menjadi perhatian selama ini bukan semata-mata komoditinya tetapi lebih utama pada manusia yang menghasilkan
komoditi tersebut yakni petani ikan yang juga sekaligus diharapkan mampu melestarikan sumberdaya perikanan yang ada.
Proses mentranmisikan ide pelembagaan dari petani kebun menjadi petani ikan tersebut tentu membutuhkan waktu yang cukup lama, hal ini dikarenakan
masyarakat belum pernah mengenal budidaya ikan air tawar sama sekali. Proses pelembagaan dimulai dari masyarakat mengenal, mengakui, menghargai, mentaati
dan menerima norma-norma dalam kehidupan sehari-hari. Analisis Kelembagaan Tani Mina Sari bertujuan untuk melihat kapasitas
anggota dan pengurus serta kinerja dari kelembagaan itu sendiri. Kapasitas masyarakatanggota sangat berpengaruh pada proses internalisasi norma-norma
baru pada Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Analisis diawali dengan mengetahui karakteristik dan tingkat pengetahuan masyarakat tentang norma, nilai dan aturan
yang berlaku di Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Analisis kapasitas pengurus bertujuan untuk melihat sejauh mana pengurus telah dapat menjalankan perannya
dalam mengelola kegiatan usaha budidaya ikan air tawar. Analisis pengurus ini untuk melihat bagaimana aspek keorganisasian dari Kelembagaan Tani Mina Sari.
Analisis kinerja untuk melihat keefektifan kelembagaan dalam mencapai tujuan, efisiensi penggunaan sumber daya dan, keberlanjutan kelembagaan berinteraksi
dengan kelembagaan lain.
Kapasitas Anggota
Prinsip penerimaan anggota Kelembagaan Tani Mina Sari sangatlah terbuka. Keanggotaan Mina Sari ditetapkan berdasarkan musyawarah pada
tanggal 25 Januari 2003, dimana berdasarkan keputusan bersama bahwa yang menjadi anggota Mina Sari adalah setiap keluarga yang ada di Dusun Wono Sari
Desa Tegal Arum yang memiliki kolam ikan. Hal ini didasari pertimbangan bahwa Mina Sari merupakan milik setiap anggota masyarakat sehingga mereka
berhak untuk menjadi anggota Mina Sari. Meskipun penerimaan anggota Kelembagaan Tani Mina Sari sangatlah terbuka, akan tetapi anggota yang
terdaftar hanya 19 orang, hal ini disebabkan hanya merekalah yang mempunyai kolam dan berkeinginan untuk ikut bergabung di dalam Mina Sari.
a. Ekonomi Mata pencaharian utama dari anggota Mina Sari adalah berkebun karet.
Kebun karet yang dimiliki rata-rata di bawah lima hektar dengan kondisi usai karet berumur 20 – 25 tahun. Luas kolam yang dimiliki oleh masing-masing
anggota bervariasi, ada yang luasnya hanya 580 m
2
tetapi ada juga yang luasnya 10.000m
2
. Pemanfaatan kolam ikan juga bervariasi, ada yang digunakan untuk pembenihan, pembesaran, dan pemancingan. Selain mata pencaharian di sektor
pertanian, ada beberapa anggota Mina Sari juga berkerja diluar pertanian, ada yang bekerja sebagai guru dan buruh tidak tetap. Sumberdaya Ekonomi dari
angggota Mina Sari dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Sumberdaya Ekonomi Anggota Mina Sari
Perkerjaan Penghasilan Rp
Luas Kolam
Non Kebun
ikan Non
Pertanian No
Nama kebun
Luas pertanian
minggu musim
tanam bulan
Keterangan
1 Eko
Kusmantri 2 ha
2.000 M² 1 Juta
1jt - 5 jt 2
Suwarno 4 ha
1.500 M² 1jt - 5 jt
1 Juta 3
Suparno 0,25 ha
580 M² buruh
tidak 1 Juta
1 Juta 1jt - 5 jt
Terkadang buruh
tetap ilegal loging
4 Legiman
2 ha 2.000 M²
1 Juta 1jt - 5 jt
5 Sasmihadi
0,25 ha 3.000 M²
1 Juta 1jt - 5 jt
6 Taslimun
2 ha 1.650 M²
1 Juta 1 Juta
7 Joko
Riyanto 3 ha
1.650 M² 1jt - 5 jt
1 Juta 8
Sutarso 0,25 ha
1.200 M² 1 Juta
1 Juta 9
Kemis 2 ha
2.000 M² 1 Juta
1jt - 5 jt 10
Erfan Kasturi
2 ha 2.050 M²
pensiunan 1 Juta
1jt - 5 jt 11
Joko Susanto
5 ha 10.000 M²
1jt - 5 jt 1jt - 5 jt
Sumber : Data Lapangan Praktek Lapang 2
b. Pendidikan Tingkat pendidikan secara tidak langsung berpengaruh pada pemahaman
terhadap norma dan aturan yang ada pada Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, hal ini dapat dilihat ketika Mina Sari mendapatkan bantuan dana bergulir pada Tahun
2006 perpaketnya sebesar Rp. 1.170.650, - yang diterima dalam bentuk saprokan Sarana Produksi Perikanan, dengan pengembalian bunga sebesar 6. Para
anggota tidak memahami tentang meknisme perguliran dana dalam pinjaman yang diberikan, sehingga kurangnya kesadaran untuk membayar pinjaman modal. Hal
ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Legiman. Beliau mengungkapkan : “Walaupun sudah diberitahu bahwa dana yang diberikan kepada
kami adalah merupakan pinjaman tapi pada pelaksanaanya saya melihat tidak ada teman-teman yang mengembalikan pinjaman
tersebut, kata mereka bantuan pemerintah tersebut tidak perlu secepatnya dikembalikan dan bahkan bisa kena pemutihan.
Akhirnya saya juga tidak tidak mau mengembalikan pinjaman tersebut dan memang sampai sekarang tidak pernah ada lagi
penagihan dari pengurus.”
Karekteristik pendidikan dari anggota Mina Sari dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Karakteristik Pendidikan Anggota Mina Sari
No Nama
Usia thn
Pendidikan Jumlah Tanggungan
orang
1 Eko Kusmantri
20 SMA
2 2
Suwarno 50
SD 5
3 Suparno
49 SMP
4 4
Legiman 60
SD 9
5 Sasmihadi
55 SD
6 6
Taslimun 39
SMP 7
7 Joko Riyanto
48 SD
5 8
Sutarso 55
SD 6
9 Kemis
51 SD
8 10
Erfan Katuri 78
Pensiunan TNI 3
11 Joko Susanto
55 SMA
3 12
Kolam kelompok
Sumber : Data Lapangan PL. 2
Berdasarkan data tabel 15 menunjukan bahwa 6 dari 11 orang berpendidikan SD. Pendidikan tidak terkait langsung dengan keterampilan dari
anggota, karena keterampilan didapat berdasarkan pengalaman melakukan usaha. Pendidikan anggota ikut menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari
Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, yang dimaksud di sini adalah akan dapat membuka wawasan berfikir dan lebih mudah mengembangkan usaha yang sedang
dijalankan. Paham dan mengerti tentang budidaya ikan air tawar, baik tentang teknik budidaya yang baik maupun bagaimana meningkatkan pendapatan dengan
membangun jaringan kerja. c. Pengetahuan dan keterampilan
Pengetahuan dan keterampilan tentang teknis budidaya ikan air tawar yang dimiliki oleh anggota Mina masih sangat terbatas. Kurangnya pengetahuan
tentang teknik perikanan ini umpamanya terlihat dari pernyataan Sutarso. Beliau mengungkapkan :
“Saya ini tidak berpendidikan jadi dalam melakukan perawatan seadanya saja, memang sudah beberapa kali diberikan penyuluhan
oleh PPL akan tetapi saya tetap saja masih belum jelas”
Hal senada juga dikemukakan oleh Kemis. Beliau mengungkapkan : “Saya mempunyai 2 kolam ikan. Waktu menebarkan benih, kolam
ikan saya tersebut saya isi dengan waktu yang bersamaan, sehingga saya kesulitan untuk menjual hasil panen akibatnya untuk memutar
modal kembali saya juga mengalami kesulitan. Selama ini saya menjual kepada masyarakat di dusun yang mempunyai hajatan dan
kepada penjual ikan keliling.”
Kendala pengetahuan yang dihadapi petani dalam pengembangan kapasitas petani disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Kendala Pengetahuan dalam Pengembangan Kapasitas Petani Ikan
No Kendala Bentuk kendala
Dampak
1 Benih
Petani belum mengetahui secara tepat bagaimana memilih benih yang
bagus. Tingkat kematian ikan lebih
dari 10. Karena kekurangan modal maka
petani membeli ukuran 5x8. Pembesaran ikan menjadi
lebih lambat. 2
Kolam Petani tidak mengetahui takaran yang
tepat dalam pemupukan kolam, pemupukan yang diberikan hanya
berdasarkan perkiraan. Pemupukan yang tidak tepat
juga mempengaruhi pembesaran ikan.
Petani belum memahami bahwa bentuk kolam berpengaruh dalam
pemeliharaan kolam. Bentuk kolam yang tidak
tepat menyebabkan kolam susah untuk dikeringkan,
akibatnya petani menggunakan pompa air
yang tentu saja akan menambah biaya produksi.
Pematang kolam kurang dirawat. Pematang yang tidak dirawat
mengakibatkan pematang sering runtuh dan ikan keluar
dari kolam.
3 Pengairan
Petani kurang memperhatikan pengairan, sehingga kesulitan ketika
musim penghujan dan musim kemarau
Kurangnya memperhatikan irigasi dan perawatan pada
sungai maka pada tahun 2006 petani mengalami
kerugian yang besar karena banjir
4 Pakan
Harga pakan yang sangat mahal. Biaya produksi pakan
meningkat. Dalam pemberian pakan petani tidak
pernah memperhitungkan kebutuhan konsumsi ikan dengan berat ikan.
Petani kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar
yang menetapkan standar ukuran konsumsi 4:1 4 ekor
dalam 1 kg.
5 Penaburan
benih Petani tidak mengetahui bagaimana
cara mengatur pola waktu penebaran benih
Menyebabkan produksi perikanan menjadi kendala
karena terkadang dalam satu bulan panen ikan melimpah
dan terkadang penen ikan sangat sedikit sekali.
6 Pemasaran Pemasaran yang dilakukan hanya
untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat sehari-
hariuntuk acara hajatan dan kepada pedagang keliling.
Petani kesulitan untuk mengembangkan usaha
perikanan.
7 Keamanan
Petani tidak memberikan penerangan di area kolam.
Petani tidak melakukan kerja sama di dalam pengamanan lingkungan.
Terjadi pencurian ikan
Sumber : Wawancara dengan petani ikan
Data pada Tabel 16 menunjukan fakta bahwa petani ikan belum tahu tentang pengetahuan dan keterampilan teknis budidaya ikan air tawar,
kemungkinan hal ini terjadi karena pendidikan anggota Mina Sari yang rata-rata SD. Walaupun dalam pengembangan budidaya ikan air tawar terdapat kendala,
akan tetapi bagi petani yang memiliki motivasi dan keyakinan bahwa budidaya ikan air tawar memiliki peluang yang bagus sehingga mampu menjadi usaha
sampingan yang produktif masih tetap menjalankan usaha perikanan dengan tekun.
Selain pengetahuan dan keterampilan teknis budidaya ikan air tawar, pengetahuan manajemen kelembagaan juga masih menjadi kendala. Anggota
Mina Sari belum memahami tentang norma-norma dan aturan yang telah ditetapkan oleh lembaga, salah satu penyebab dari hal tersebut adalah belum
adanya sanksi yang tegas kepada anggota yang tidak mematuhi norma-norma dan aturan yang telah ditetapkan oleh lembaga. Partisipasi dari anggota dalam
kegiatan kelembagaan juga masih kurang. Keinginan dari anggota untuk ikut dalam perencana dan pelaksanaan program kegiatan yang telah ditetapkan oleh
lembaga masih rendah, kondisi ini disebabkan kurangnya kepercayaan anggota kepada pengurus dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada.
Kapasitas Pengurus
Analisis pengurus dilakukan untuk mencoba menganalisis aspek organisasi dari Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Dalam analisis keorganisasian
yang akan menjadi aspek analisisnya adalah peran roles, yaitu bagaimana kepengurusan dari Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari mampu untuk
melaksanakan peran dan fungsinya. Adanya sturktur organisasi dengan pembagian tugas dan tanggung jawab
yang jelas merupakan kekuatan untuk pengorganisasian antar pengurus karena pembagian tugas ini sebagai acuan bagi pengurus untuk bekerja secara efisien dan
efektif. Berikut ini adalah sturuktur organisasi Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari.
Pelindung : Kepala Desa Tegal Arum
Kepala Dusun Wono Sari Pembina
: Dinas Pertanian Dinas Perikanan
Anggota Kehormatan : Erfan Kastury Sri Joko Susanto
Pengurus Ketua
: Sutiman Wakil Ketua
: Isman Hidayat, SP Sekretaris
: Sunardi Wakil Sekretaris
: Suwadi, S.Pd Bendahara
: Soimun Seksi Humas
: Giyanto Seksi Pemasaran
: Supono Seksi Usaha
: Rahmanto
Walaupun struktur Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari telah terbentuk, akan tetapi belum diikuti dengan pembagian kerja yang jelas diantara pengurus.
Hal ini menyebabkan Ketua memegang segala peranan dalam kegiatan kepengurusan. Tidak adanya pembagian kerja yang jelas disebabkan karena wakil
ketua dan sekretaris lebih banyak berkonsentrasi pada kegiatan lain. Hal ini disampaikan Sutiman sebagai Ketua Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari sebagai
berikut : “Wakil ketua saya itu lebih berkonsentrasi pada pengembangan
kolam pemancingan miliknya sehingga bila diajak untuk berkumpul untuk membicarakan tentang perkembangan Mina Sari dia selalu
tidak pernah hadir ditambah lagi dia juga baru diangkat tenaga honorer sebagai guru di SMA, demikian juga dengan Sekretaris saya
dia lebih berkonsentrasi pada kegiatan kuliahnya.”
Kondisi ini menyebabkan pengurus yang lain juga sibuk akan kepentingan pribadinya
masing-masing sehingga
bertumpuknya tugas
pada ketua
dikhawatirkan akan menyebabkan motivasi ketua menjadi berkurang dan mungkin saja lepas tangan terhadap kegiatan di Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari.
Kurangnya motivasi yang dimiliki masing-masing pengurus menyebabkan rendahnya kesadaran untuk terlibat dalam kegiatan Kelembagaan Tani Ikan Mina
Sari dan kurangnya pemahaman anggota terhadap norma-norma yang ada.
a. Kepemimpinan Keberhasilan suatu lembaga sosial seperti Kelembagaan Tani Ikan Mina
Sari dalam memberikan pelayanan kepada anggota salah satunya ditentukan oleh faktor pemimpin dalam mengelola lembaga tersebut. Seorang pemimpin yang
baik tidak hanya dilihat kualitas sumber daya manusianya, tetapi juga kepribadian pemimpin itu sendiri, bagaimana ia mampu masuk dan berinteraksi dengan
masyarakat akan sangat berpengaruh dengan keberhasilan kepemimpinannya. Hal ini juga terjadi di Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Ketua yang
dipilih dan diangkat melalui musyawarah desa yaitu Bapak Sutiman secara kualitas sumber daya manusianya bisa dikatakan cukup kompeten. Walaupun
beliau hanya tamatan Sekolah Dasar akan tetapi beliau mempunyai motivasi yang kuat untuk melakukan budidaya ikan air tawar, beliau juga mempunyai jejaring
yang cukup luas hal ini disebabkan beliau merupakan Toke karet dan juga secara ekonomi beliau lebih mapan dibandingkan seluruh anggota. Akan tetapi karena
beliau merupakan seorang Toke karet, menyebabkan anggota menjadi kurang kristis untuk mengungkapkan pendapat dalam setiap musyawarah, akhirnya
keputusan yang diambil lebih banyak berdasarkan keinginan dari ketua sendiri. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sasmihadi. Beliau mengungkapkan
: “Saya menjual getah karet saya kepada Pak Sutiman dan terkadang
juga meminjam uang kepada dia, jadinya saya kurang berani untuk memberikan pendapat saya di dalam setiap kali pertemuan.”
Perlakuan yang diberikan anggota kepada Pak Sutiman sebagai ketua mengakibatkan kurangnya transparansi dalam pengelolan Kelembagaan Tani Ikan
Mina Sari sehingga kepercayaan menjadi berkurang, sedangkan kepercayaan merupakan modal sosial yang utama yang dapat dimanfaatkan dalam
pengembangan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari.
b. Karakteristik Pengurus Dalam mengembangkan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari ini peranan
pengurus sangat penting, karena maju dan berkembangnya suatu kelembagaan tidak terlepas dari peran pengurus itu sendiri.
Pengangkatan mereka sebagai pengurus disamping memperhatikan aspirasi dari anggota, juga karena mereka dipandang bisa mengembangkan
Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dimasa mendatang. Jika dilihat dari tingkat pendidikan yang dimiliki, pengurus diharapkan mempunyai pengetahuan yang
cukup untuk memajukan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, disamping itu melihat dari pekerjaan yang mereka tekuni memungkinkan mereka mempunyai
jaringan kerja yang cukup luas bagi pengembangan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari.
Perkembangan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari yang sedang berjalan dapat dikatakan lamban jika kita lihat dari perkembangan hasil produksi budidaya
ikan air tawar dan perkembangan dari bantuan yang diberikan baik dari tingkat propinsi maupun kabupaten. Lambatnya perkembangan Kelembagaan Tani Ikan
Mina Sari ini disebabkan karena belum adanya pengetahuan di bidang manajemen organisasi dan pelayanan kepada anggota, ditambah lagi dengan kesibukan dari
para pengurus itu sendiri. Kurangnya pengetahuan di bidang manajemen organisasi terlihat dari mekanisme yang diterapkan dalam penyerapan program-
program bantuan yang diberikan oleh pemerintah, akibatnya bantuan yang diberikan tidak memberikan hasil yang optimal dalam peningkatan usaha
budidaya ikan air tawar.
Kinerja Kelembagaan
Dalam pengembangan kelembagaan juga harus memahami kinerja kelembagaan. Kinerja kelembagaan adalah kemampuan suatu kelembagaan untuk
menggunakan sumber daya yang dimilikinya secara efesien dan menghasilkan output yang sesuai dengan tujuannya dan relevan dengan kebutuhan pengguna.
Untuk menilai kinerja kelembagaan dapat dilihat dari produknya sendiri berupa
jasa atau material dan faktor manajemen yang membuat produk tersebut bisa dihasilkan. Ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu keefektifan kelembagaan
dalam mencapai tujuan-tujuannya, efesiensi penggunan sumber daya, dan keberlanjutan kelembagaan berinteraksi dengan para kelompok kepentingan di
luarnya. a. Keefektifan Kelembagaan dalam Mencapai Tujuan
Suatu lembaga akan berjalan dengan baik jika didukung dengan perencanaan yang baik pula. Perencanaan tersebut merupakan suatu proses yang
panjang. Suatu perencanaan yang baik disusun secara partisipatif, yaitu harus melibatkan seluruh anggota Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Pada awal
pembentukan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, pengurus setiap tahunnya mengadakan rapat anggota secara rutian setiap tiga bulannya dengan mengundang
seluruh anggota. Rapat ini dimaksudkan untuk membicarakan hal-hal yang akan dikerjakan dan mencari penyelesaian secara bersama-sama tentang permasalahan
yang dihadapi serta memberikan laporan pengurus mengenai perkembangan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari.
Akan tetapi dalam perkembangannya, mulai tahun 2007 – 2008 pengurus tidak lagi mengadakan pertemuan rutin tersebut, hal ini disebabkan kegiatan usaha
pembuatan pakan ikan tidak transparan akibatnya timbul ketidakpercayaan pada diri anggota terhadap pengurus sehingga setiap kali pengurus mengadakan
pertemuan, tidak ada anggota yang ikut menghadiri hanya beberapa pengurus saja. Dengan kondisi tersebut Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari tidak lagi mempunyai
suatu perencanaan progaram kerja yang baik, sehingga lembaga kurang dapat mengetahui dan memahami aspirasi dan perkembangan anggotanya.
Dalam mengadakan pengawasan usaha budidaya ikan air tawar terhadap anggotanya Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari masih sangatlah kurang. Akibatnya
pengurus tidak mengetahui kendala dan perkembangan dari anggotanya. Pengawasan yang dilakukan oleh pengurus hanyalah sepintas lalu, pengurus tidak
pernah mencatat kegiatan perikanan dari anggota, mereka tidak pernah mempunyai catatan yang jelas bagaimana keadaan dari anggota baik tentang
penyediaan saprokan, penyediaan modal, penyediaan air irigasi, kegiatan usaha tani, pengolahan, pemasaran, penyediaan informasi teknologi dan, penyediaan
informasi pasar. Kurangnya pengawasan ini menyebabkan anggota menjadi sulit untuk berkembang karena belum dapat memenuhi jumlah, jenis, mutu, tempat,
waktu dan harga. b. Efisiensi Penggunaan Sumberdaya Ekonomi
Kegiatan usaha budidaya perikanan merupakan usaha yang bersifat padat modal. Modal awal sebagai investasi usaha tidak terbatas pada pembuatan kolam
namun masih banyak lagi peralatan lain yang harus dimiliki, hal ini sangat tergantung dari pada skala usah, jenis alat yang digunakan dan sifat usaha yang
dilakukan. Yang menjadi permasalahan adalah besarnya investasi awal tersebut tentu merupakan suatu hal yang amat berat bagi petani ikan karena membutuhkan
modal yang besar, sehingga tidak heran apabila masih sangat sedikit yang berani melakukan budidaya ikan darat.
Sebagian besar usaha budidaya ikan air tawar di Desa Tegal Arum masih didominasi oleh usaha perikanan skala kecil dengan berbagai keterbatasannya,
terutama keterbatasan kualitas SDM, yang mana dalam penanganan produksi ikan masih banyak ditemui permasalahan. Tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan
darat tidak merata dan kurang memperhatikan daya dukung lingkungan, menyebabkan usaha perikanan darat menjadi tidak efesiensi serta menimbulkan
berbagai kegagalan. Kegagalan dalam memperhatikan daya dukung lingkungan ini terlihat ketika terjadi bencana banjir pada Tahun 2005 yang menyebabkan
petani ikan mengalami kerugian akibat gagal panen. Setelah kejadian tersebut, barulah pengurus mulai memperhatikan daya dukung lingkungan dengan cara
melakukan gotong royong untuk pembersihan dan pendalaman sungai serta perbaikan irigasi dan tanggul kolam.
Masalah pengadaan sarana produksi juga memiliki kendala tersendiri antara lain sistem penyediaan dan penyaluran faktor produksi, sehingga tidak
dapat mengakomodasi kemajuan usaha perikanan. Masih terbatasnya permodalan yang dimiliki petani ikan menyebabkan usaha mereka berjalan lambat dan sulit
berkembang, sementara disisi lain aksesbilitas petani ikan terhadap lembaga perbankkan masih sangat terbatas. Kendala kurangnya modal ini sebenarnya dapat
diatasi oleh lembaga, akan tetapi karena kurangnya kemampuan dari pengurus dalam efesiensi penggunaan bantuan dana bergulir yang diberikan dari pemerintah
menyebabkan dana yang diberikan tidak memberikan sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Dalam pemanfaatan teknologi juga belum dilakukan secara optimal oleh pengurus. Hal ini terlihat dari bantuan mesin pembuat pakan yang diberikan oleh
pemerintah, padahal salah satu kendala sarana produksi perikanan adalah pakan, pengadaan pakan untuk memacu pertumbuhan ikan mencapai ukuran konsumsi
juga menjadi permasalahan yang sangat merisaukan petani ikan. Harga pakan pabrik sangat mahal Rp. 300.000,-karung ukuran 50 kg. Disisi lain petani ikan
harus mampu memenuhi permintaan pasar yang menetapkan standar ukuran konsumsi 4:1 4 ekor dalam 1 kg.
Usaha yang dilakukan oleh Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dalam mengatasi pengadaan pakan ikan adalah dengan cara mencoba membuat pakan
ikan buatan. Ide membuat pakan buatan ini muncul setelah Mina Sari mendapat pelatihan cara pembuatan pakan ikan dari Dinas Peternakan dan Perikanan serta
bantuan peralatan 1 mesin dissel, oven, mesin giling tepung, mesin cetak pelet dan
uang tunai senilai Rp. 30.000.000,-. Ketika usaha pembuatan pakan ikan berjalan, petani sangat terbantu karena harga pakan yang dihasilkan dijual lebih murah
dibandingkan harga pasaran. Dalam pembayaran, mereka boleh membayar pakan setelah panen. Usaha pengolahan pembuatan pakan ikan ini ternyata hanya
berjalan selama 6 bulan saja, setelah dilakukan penghitungan ternyata mesin giling tepung yang diberikan hanya dapat menghasilkan 20 kghari sedangkan
kapasitas mesin pelet dapat menghasilkan 500 kgjam. Dengan kesepakatan bersama, bantuan dana tunai senilai Rp. 30.000.000,- dibelikan mesin giling
tepung dengan kapasitas lebih besar seharga Rp. 13.000.000,- dan pembelian mesin dissel untuk mengganti yang sudah rusak seharga Rp. 5.600.000,- sisanya
dipergunakan untuk menambah modal. Penggantian mesin giling tepung yang baru ini hanya berjalan selama 8 bulan, hal ini disebabkan kapasitas mesin giling
Mesin Cetak Pelet
Mesin Oven Mesin Disel
tepung yang baru ternyata hanya 300kghari akibatnya produksi kembali terhenti. Pengoperasian mesin pembuat pakan ini mempekerjakan 2 orang karyawan
dengan upah Rp. 500,-kg. Terhentinya produksi pembuatan pakan ini menjadi salah satu hambatan
anggota dalam melakukan pengembangan usaha perikanannya sehingga beberapa anggota tidak lagi serius dalam pengelolaan budidaya ikan air tawar karena
terkendala modal dalam pengadaan pakan. Selain terhentinya produksi pakan karena kapasitas mesin giling tepung tidak dapat mengimbangi kapasitas mesin
cetak pelet perihal lainnya adalalah karena pengurus dinilai tidak terbuka dalam pelaporan keuangan hasil produksi menyebabkan timbulkan kecurigaan diantara
anggota yang akhirnya mempengaruhi partisipasi mereka dalam kegiatan untuk mengatasi kendala tersebut. Berikut ini merupakan gambar dari mesin pembuat
pakan yang disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Mesin Pembuat Pakan
Mesin Giling Tepung
c. Keberlanjutan Kelembagaan berinteraksi dengan Kelembagaan Lain Kelembagaan Tani Mina Sari belum mampu mengoptimalkan sumberdaya
kelembagaan yang ada yang mendukung baik secara horizontal yaitu lembaga lokal yakni beragam organisasi atau kelembagaan ekonomi sosial dan budaya
yang terdapat di Desa Tegal Arum dan secara vertikal yaitu kelembagaan yang arasnya lebih tinggi yaitu pemerintah dan swasta.
1. Kelembagaan Horizontal Beragam organisasi atau kelembagaan ekonomi sosial terdapat di Desa
Tegal Arum, mulai dari kelompok tani, Koperasi Unit Desa, Pedagang keliling, Pedagang pengumpul, dll ternyata belum bersinergi satu sama lain. Aktivitas
organisasi ini masih terkukung pada satu bentuk, yaitu berdasarkan kebutuhan pembentukannya, sehingga legitimasi sebagai organisasi komunitas masih
mempengaruhi setiap aktivitas organisasi itu sendiri. Misalnya Mina Sari justru belum sepenuhnya mendapat dukungan baik moril maupun materil dari
kelembagaan lokal atau organisasi yang lain sehingga seperti berjalan sendiri. Hal ini ditunjukan dengan tidak adanya jaringan kerjasama, baik jaringan pemasaran
hasil produksi seperti tidak adanya hubungan kerjasama dengan pedagang pengumpul, maupun jaringan permodalan seperti pinjaman dari Koperasi Unit
Desa dan pihak perbankkan, atau hubungan kerjasama usaha dengan pihak kelembagaan tani ikan lainnya.
2. Kelembagaan Vertikal Kelembagaan Tani Mina Sari pada Tahun 2005 telah mendapatkan
pendampingan dari Balai Budidaya Air Tawar Jambi BBAT bekerjasama dengan Japan International Co. Agc JICA dengan memberikan pendampingan
dan pelatihan tentang budidaya ikan air tawar selama 1 tahun. Ketika masa pendampingan ini berjalan, kegiatan perikanan secara kelembagaan berjalan
dengan baik, akan tetapi setelah masa pendampingan dan pelatihan telah usai ternyata pengurus tidak dapat mengembangkan apa yang telah diberikan oleh
JICA tersebut, hal ini berpengaruh terhadap partisipasi anggota dan peningkatan kapasitas lembaga.
Kelembagaan Tani Mina Sari juga belum mampu mengoptimalkan bantuan-bantuan yang diberikan, baik berupa bantuan penguatan modal maupun
bantuan sarana dan prasarana perikanan oleh pemerintah baik Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten.
Kekurangmampuan Mina Sari dalam memaksimalkan bantuan yang diberikan ini menyebabkan kerberlanjutan dalam pemberian bantuan menjadi terhenti, hal ini
terlihat dari tidak pernahnya Mina Sari mendapatkan bantuan dari pemerintah lagi semenjak Tahun 2006.
Faktor-Faktor yang dapat Mendukung dan Menghambat Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari
1. Faktor-Faktor Mendukung Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari.