79
VI. STRATEGI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEMITRAAN SYARIAH
6.1. Strategi Umum Pengembangan Kemitraan Syariah
Dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan peluang berwirausaha bagi seluruh masyarakat, sebagai pilar utama dalam pembanguan kesejahteraan sebuah daerah,
maka Pemerintah Daerah sebagai pemegang otonomi daerah, seharusnya mampu membuat kebijakan yang dapat mengembangkan usaha skala mikro dan kecil, selain
membuka kesempatan kepada investor mebangun usaha menengah dan besar di daerahnya. Pendirian usaha mikro dan kecil yang padat karya akan membantu penyediaan
lapangan kerja produktif bagi semua anggota masyarakat sehingga akan mengurangi pengangguran dan kemiskinan.
Dengan demikian, langkah penting yang harus dilakukan Pemerintah Daerah dalam rangka pembangunan daerah untuk menuju kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat yang adil dan seimbang adalah dengan memenuhi kesempatan bekerja dan berusaha secara optimal dengan memberdayakan usaha besar dan kecil serta usaha mikro
dan kecil dalam sebuah kondisi pasar yang sehat. Di samping itu, diperlukan pula sebuah kebijakan yang mampu merealisasikan potensi masyarakat dalam mengembangkan
kesejahteraannya sendiri sebagaimana tergambar dalam skema berikut.
80
Gambar 6.1.1. Pemenuhan Kesempatan Kerja dan Berusaha bagi Masyarakat
Hal yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan usaha mikro dan kecil, adalah bahwa tidak cukup hanya sekedar memberikan modal dana, tetapi lebih dari itu. Beberapa
hal yang harus diperhatikan adalah: 1. Pemerintah Daerah harus mampu membuat kebijakan yang sedemikian rupa
sehingga para pelaku usaha mikro dan kecil tidak terpinggirkan, tetapi harus dikembangkan dan dibantu dalam merealisasikan potensi yang mereka miliki;
PEMERINTAH DAERAH
MENCIPTAKAN LAPANGAN
KERJA
KEBIJAKAN
PEMBERDAYAAN
PELATIHAN
KEBERPIHAKAN KEMUDAHAN
INVESTASI
LOKOMOTIF PEMBANGUNAN
KESEIMBANGAN
USAHA
MENGEMBANGKAN IKLIM
KEWIRAUSAHAAN
MEREALISASIKAN POTENSI
KEMAMPUAN BERSAING
PENINGKATAN KETERAMPILAN
KEADILAN BERUSAHA
PASAR YANG SEHAT
P E
L A
K U
U S
A H
A
M I
K R
O K
E C
I L
U S
A H
A B
E S
A R
M E
N E
N
G A
H
81 2. Pelaku usaha mikro dan kecil harus diberdayakan agar dapat bersaing dalam
kualitas maupun harga dengan produk-produk yang dihasilkan oleh industri skala besar yang dikuasai oleh pengusaha multinasional;
3. Memberikan fasilitas pelatihan teknis dan manajemen usaha untuk meningkatkan keterampilan pelaku usaha mikro dan kecil;
4. Mengurangi keberpihakan kepada industri-industri skala besar yang merupakan salah satu hambatan bagi pengembangan usaha mikro dan kecil
dalam meningkatkan omset dan asset usahanya. Apabila keempat aspek di atas dapat diusahakan, maka pinjaman modal dana akan
baru bermanfaat bagi pengembangan usaha mikro dan kecil. Jika hanya memikirkan modal usaha berupa dana semata, maka hal itu akan dapat menyebabkan keterpurukan
usaha yang telah berjalan. Hal itu tejadi karena jumlah dana yang tersedia akan menjadi lebih besar dari kemampuan pengusaha menghasilkan output. Sehingga dana yang
diperoleh menjadi tidak efektif dan kemungkinan besar akan “lari” menjadi pembelian barang-barang konsumsi. Kondisi tersebut, pada akhirnya akan menjadi lingkaran setan
bagi pelaku usaha yang bersangkutan. Dalam realita banyak terjadi seorang pelaku usaha mikro dan kecil yang tadinya dengan modal tabungan sendiri ditambah dana yang ditahan
dari keuntungan usaha cukup sukses menjalankan usahanya. Mereka kemudian menjadi kolaps justru setelah menerima pinjaman dana dari dunia perbankan konvensional
ataupun dari berbagai program yang dibuat oleh pemerintah di masa lalu. Pembangunan ekonomi sebuah daerah, seharusnya mampu mewujudkan
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat berdasarkan azas demokrasi, kebersamaan, dan kekeluargaan yang melekat, serta mampu memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
82 kepada semua pelaku ekonomi untuk berperan sesuai dengan bidang usaha masing-
masing. Untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, dibutuhkan sebuah bentuk kemitraan. Kemitraan diartikan sebagai kerjasama pihak yang mempunyai modal
dengan pihak yang mempunyai keahlian atau peluang usaha dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.
Esensi kemitraan jika ditinjau dari sudut pandang tujuan perlindungan usaha adalah agar kesempatan usaha yang ada dapat dimanfaatkan pula oleh yang tidak
mempunyai modal keuangan, tetapi punya keahlian untuk memupuk jiwa wirausaha. Pada dasarnya, kemitraan secara alamiah akan mencapai tujuannya jika kaidah saling
memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan dapat dipertahankan dan dijadikan komitmen dasar yang kuat di antara para pelaku kemitraan Prawirokusumo,
2001. Implementasi kemitraan yang berhasil harus bertumpu kepada persaingan sehat dan mencegah terjadinya penyalahgunaan posisi dominan dalam persekutuan usaha.
Alternatif kemitraan dalam pengembangan usaha kecil dan mikro bukan dimaksudkan untuk memanjakan atau pemihakan yang berlebihan. Akan tetapi, justru
merupakan upaya untuk peningkatan kemandirian pengusaha kecil dan mikro sebagai pilar dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Strategi peningkatan skala usaha dan
akses permodalan dengan penyaluran kredit atau pembiayaan, jika tidak dilakukan dengan konsep kemitraan sebagaimana mestinya, pada akhirnya malah akan menyisakan
masalah kredibilitas tersendiri. Dalam konsep kemitraan semua pihak harus menjadi stake holders dan berada
dalam derajat subyek-subyek bukan subyek-obyek, sehingga pola yang dijalankan harus
83 dilandasi dengan prinsip-prinsip partisipatif dan kolaboratif yang melibatkan seluruh
stake holders dalam kemitraan yang dijalankan. Kekuatan dan vitalitas suatu kelompok masyarakat sangat bergantung kepada
kemampuannya memenuhi kebutuhan-kebutuhan terhadap barang dan jasa bagi para anggotanya dan masyarakat lainnya. Produksi dan distribusi barang dan jasa menuntut
sumber-sumber daya bukan saja keuangan, tetapi juga keahlian dan manajemen. Tidak setiap orang dibekali sumber daya dengan suatu kombinasi optimal. Oleh karena itu,
mutlak menghimpun semua sumber daya yang tersedia guna memenuhi kebutuhan- kebutuhan masyarakat. Penghimpunan sumber-sumber daya ini harus diorganisasikan
dalam suatu cara yang saling menguntungkan atau altuaristis dengan konsep kemitraan yang sejajar di antara masing-masing pihak.
6.2. Program Pengembangan Usaha Mikro Berbasiskan Kemitraan Syariah