pembentukan anakan sampai awal pembentukan malai lebih aktif dibandingkan dengan stadia pertumbuhan lainnya. Kondisi ini juga didukung data efisiensi
penggunaan N oleh tanaman padi dari bahan organik dan atau urea pada stadia pertumbuhan ini Tabel 7 lebih tinggi bila dibandingkan dengan stadia
pembentukan anakan dan stadia pengisian bulir padi Tabel 6 dan 8.
4.3.2. Jumlah Anakan dan Bobot Kering Tanaman Padi
Dalam percobaan ini, beberapa sumber N nyata memengaruhi pembentukan anakan dan bobot kering tanaman padi pada stadia pengisian bulir
padi atau 75 HST. Jumlah anakan per pot meningkat sejak 26 HST stadia pembentukan anakan dan mencapai maksimum pada 49 HST stadia awal
pembentukan malai. Selanjutnya jumlah anakan menurun pada hampir semua perlakuan pada 75 HST stadia pengisian bulir, yaitu berkisar dari 5,1 U
sampai 25,8 J
8
, kecuali pada perlakuan J
o
U dan J
8
U, jumlah anakan meningkat Tabel 5. Penurunan jumlah anakan ini disebabkan oleh matinya beberapa
anakan yang tidak produktif. Tabel 5. Jumlah Anakan Tanaman Padi per Pot pada Setiap Stadia
Pertumbuhan Tanaman Padi
Perlakuan Stadia
Pembentukan Anakan 26
HST Stadia Awal
Pembentukan Malai 49 HST
Stadia Pengisian Bulir
75 HST K
o
7 22,7
20,7 ac
J
o
7,3 29
24 abc
J
4
6,7 23
21,3 ac
J
8
6 22
16,3 c
J
o
U
6,7 24,3
27,7 ab
J
4
U
6,7 26,7
20,7 ac
J
8
U
8,3 24,7
25 ab
U
7,3 33
31,3 b
BNJ
5,8
tn
14,6
tn
9,2
sn
KK
29,5 19,6
13,9
tn = tidak nyata; sn = sangat nyata nyata pada taraf 1 Untuk kolom tertentu, nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf 5
Secara umum, jumlah anakan per pot pada perlakuan pemberian bahan organik baik secara tunggal maupun yang dikombinasikan dengan urea cenderung
lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol K
o
, kecuali pada perlakuan J
8
. Pada stadia pengisian bulir padi 75 HST jumlah anakan per pot tertinggi diperoleh
pada pot percobaan dengan perlakuan urea U yaitu sebesar 31,3 anakan per pot dan jumlah ini berbeda nyata dengan kontrol 20,7 anakan per pot. Jumlah
anakan per pot untuk perlakuan kombinasi jerami segar atau kompos 8 bulan dan urea J
o
U dan J
8
U meningkat masing-masing sebesar 13,7 dan 1,3. Namun untuk kombinasi kompos 4 bulan dengan urea J
4
U jumlah anakan per pot sedikit menurun yaitu sebesar 22. Jumlah anakan pada J
8
U meningkat secara nyata dibandingkan dengan kompos 8 bulan J
8
. Hal ini tampaknya lebih disebabkan oleh pengaruh urea daripada bahan organik. Kondisi ini sejalan
dengan peningkatan serapan N pada J
8
U yang nyata lebih tinggi daripada serapan N pada J
8
Tabel 8. Menurut Forbes dan Watson 1992 bobot kering tanaman adalah bobot
dari semua komponen kimia dalam tanaman seperti selulosa, gula, dan protein semua yang merupakan hasil fotosintesis, serta mineral, tidak termasuk air.
Gambar 12 memperlihatkan bobot kering tanaman padi dari 26 HST sampai 75 HST. Pemberian bahan organik dan atau urea hanya berpengaruh nyata terhadap
bobot kering tanaman pada 75 HST Tabel Lampiran 6, dimana peningkatan bobot kering tanaman maksimum terjadi pada stadia ini. Pemberian bahan
organik dan atau urea nyata meningkatkan bobot kering tanaman padi dibandingkan dengan kontrol K
o
, kecuali pe rlakuan J
8
38,49 g per pot. Tetapi pemberian kompos 8 bulan dengan urea J
8
U nyata meningkatkan bobot kering tanaman padi sebesar 57,86 g per pot atau 50,32 lebih tinggi
dibandingkan dengan kompos 8 bulan tanpa urea J
8
. Demikian juga pada J
4
U, dimana pemberian urea cenderung meningkatkan bobot kering tanaman padi
sebesar 5,73 dibandingkan dengan J
4
. Bobot kering tanaman yang tertinggi 73,53 g per pot dijumpai pada pot dengan perlakuan urea. Ini nyata lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya, kecuali pada perlakuan pemberian jerami padi J
o
sebesar 63,78 g per pot tidak berbeda nyata. Dari hasil penelitian ini tampaknya pemberian jerami padi J
o
dengan takaran N yang setara dengan pemberian N dalam bentuk urea dapat memberikan hasil bobot kering
tanaman dan jumlah anakan yang sebanding dengan urea. Pemberian jerami segar
Gambar 12. Bobot Kering Tanaman dari Stadia Pembentukan Anakan Sampai Stadia Pengisian Bulir
nyata meningkatkan bobot kering tanaman 63,78 g per pot dibandingkan dengan pemberian kompos 8 bulan 38,49 g per pot dan cenderung lebih tinggi daripada
kompos 4 bulan 53,01 g per pot. Beberapa peneliti juga melaporkan hasil yang sama dari percobaannya di lapang, yaitu pemberian jerami segar ke dalam tanah
sawah meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil padi dibandingkan dengan pemberian kompos jerami IRRI, 1976; Oh, 1979. Menurut Oh 1979, pengaruh
jerami segar yang lebih tinggi daripada pengaruh kompos tersebut berasal dari hubungan antara pertumbuhan tanaman dan dekomposisi jerami segar. Lebih
lanjut Oh 1979 mengatakan bahwa jerami padi yang diberikan ke dalam tanah menyediakan substrat yang cukup untuk meningkatkan populasi jasad renik tanah
pada stadia awal pertumbuhan dan mengons ervasi hara tanah untuk digunakan oleh tanaman pada stadia pertumbuhan generatif dari tanaman padi.
4.3.3. Pelepasan N ke Dalam Tanah dan Serapan N Tanaman