15 dilakukan selama 4 hari dan setelah hari ke 5 pengumpulan feces dilakukan
dengan cara menyipon dengan segera feses yang telah dikeluarkan oleh ikan. Feses yang terkumpul disentrifugasi pada 3.000 rpm selama 10 menit, lalu
endapannya disimpan di freezer sampai dilakukan analisis kecernaan nutrien pakan Lampiran 7.
3.2.3. Uji Ekskresi Amonia
Pengukuran ekskresi amonia dilakukan untuk mengetahui besarnya amonia NH
3
yang diekskresikan oleh ikan. Caranya ikan uji dipuasakan selama 24 jam, lalu ditimbang bobotnya. Sebelum pengamatan, ikan diberi pakan sampai
kenyang, kemudian wadah ditutup dengan stryrofoam di permukaan airnya. Pada bagian tengah penutup dilubangi lalu dimasukkan selang aerasi. Selang aerasi
tersebut digunakan untuk mengalirkan air dari wadah ke botol sampel air. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel air untuk diukur kadar amonianya..
Pengambilan selanjutnya dilakukan setiap jam sekali selama 5 jam pengamatan. Kemudian nilai ekskresi amonia diplotkan dalam persamaan regresi, lalu dirata-
ratakan tiap jam pengamatan.
3.3 Analisis Kimia
Analisis kimia dilakukan pada tepung ikan, tepung kedelai dan tubuh ikan patin untuk mengetahui kandungan asam aminonya. Analisis kimia juga dilakukan
pada pakan percobaan dan tubuh ikan. Analisis proksimat pakan dilakukan pada awal percobaan. Sebelum pakan percobaan disusun, terlebih dahulu dilakukan
analisis proksimat tepung ikan, tepung bungkil kedelai, dan dekstrin Lampiran 8 untuk memudahkan dalam penyusunan ransum. Analisis proksimat yang
dilakukan meliputi protein, lemak, abu, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen BETN, kadar air dan komposisi asam amino. Sedangkan untuk analisis
proksimat tubuh dan daging ikan dilakukan pada awal dan akhir percobaan. Bahan dari masing-masing sampel dianalisis secara kimia sesuai prosedur
yang sudah baku. Kadar protein dengan metode Kjeldahl Lampiran 1, lemak dengan metode ekstrasi eter dengan alat Soxhlet Lampiran 2, abu dengan
metode pemanasan sampel dalam tanur pada suhu 400-600
o
C Lampiran 3, serat
16 kasar dengan metode pelarutan sampel dalam asam dan basa kuat serta pemanasan
Lampiran 4, dan kadar air dengan metode pemanasan dalam oven pada suhu 105-110
o
C Lampiran 5. Analisis asam amino dengan metode Pico-Tang yang dimodifikasi dengan alat Waters Pico-Tang HPLC High Performance Liquid
Chromatography Lampiran 6 dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Pertanian-Cimanggu dan analisa kadar amoniak dengan metode Phenate.
3.4 Analisis Statistik
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL yang terdiri atas 5 perlakuan dan 3 ulangan. Peubah yang diuji secara statistik meliputi
pertumbuhan relatif, efesiensi pakan, retensi protein, retensi lemak, kecernaan protein, kecernaan total dan ekskresi amonia. Data dianalisis dengan
menggunakan analisis ragam ANOVA. Jika beberapa faktor ditemukan adanya perbedaan nyata P0,05, dilakukan uji lanjut uji Duncan metode Fisher multiple
range test dengan program MINITAB v.14. Peubah yang diukur sebagai berikut :
1. Pertumbuhan Relatif Huisman,1991
Keterangan : W
t
= biomasa akhir pemeliharaan g
W =
biomasa awal pemeliharaan g PR =
pertumbuhan relatif
2. Efisiensi Pakan Takeuchi, 1988
Efisiensi pakan dihitung dengan rumus : [Bt + Bd – Bo]
EP = x 100
F Keterangan
: Bt = bobot ikan pada akhir percobaan g
Bo = bobot ikan pada awal percobaan g Bd = jumlah bobot ikan yang mati selama percobaan g
F = jumlah pakan yang dikonsumsi selama percobaan g W
t
– W PR =
W x 100hari
17
3. Retensi Protein Takeuchi, 1988
Retensi protein dihitung dengan rumus : Bobot protein akhir g – bobot protein awal g
RP =
x 100
Bobot total konsumsi protein g
4. Kecernaan Protein Pakan dan Kecernaan Total Takeuchi, 1988
Kecernaan protein pakan dihitung dengan rumus : ADC = 1 – NPNF x IPIF x100
Kecernaan total pakan dihitung dengan rumus : ADC = 1 – IPIF x 100
Keterangan : ADC
= Koefisien kecernaan nutrien IP = Indikator dalam pakan
IF = Indikator dalam feses NP = Nutrien dalam pakan
NF = Nutrien dalam feses
5. Analisis Ekskresi Amonia NH
3
-N
Analisa ekskresi amonia pada masing-masing perlakuan dilakukan pada akhir penelitian. Ekskresi amonia ikan per jam pengamatan setiap perlakuan
dihitung dengan rumus : [NH3-N]t
1
- [NH3-N]to x V Ekskresi amonia NH
3
-N = mgg tubuhjam
g x
t Keterangan :
[NH3-N]t
1
= konsentrasi amonia pada akhir pengamatan mgl
18 [NH3-N]to = konsentrasi amonia pada awal pengamatan mgl
V = volume air di dalam wadah l t = selang pengambilan sampel jam
g = bobot ikan g
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil-hasil penelitian yang meliputi konsumsi pakan, retensi protein, retensi lemak,
pertumbuhan relatif, efisiensi pakan, kecernaan protein dan kecernaan total pakan yang disajikan pada Tabel 6 di bawah ini. Data di Tabel 6 menunjukkan bahwa
konsumsi pakan menurun sejalan dengan bertambahnya persentase tepung bungkil kedelai dari 50 sampai 100 Lampiran 18.
Tabel 6. Rata-rata konsumsi pakan KP, pertumbuhan relatif PR, efisiensi pakan EP, konsumsi pakan g, retensi protein RP, retensi lemak
RL, kecernaan protein dan kecernaan total pakan
1
. protein bungkil kedelai : protein tepung ikan
A B C D E
Parameter
50 : 50 50 : 50 +
Metionin 75 : 25
75 : 25 + Metionin
100 : 0 + Metionin
KP g
384,34±10,12
a
366,62±13,16
ab
337,95±26,06
b
332,61±3,75
b
272,81±23,95
c
RP
49,58±3,59
ab
52,04±2,08
a
45,01±1,98
b
48,77±2,43
ab
42,18±1,24
c
RL
137,6±10,63
b
148,09±7,05
ab
166,01±16,56
a
168,91±19,87
a
150,09±1,9
ab
PR
946,5±63,3
a
942,1±61,1
a
737,5±84,4
b
747,5±59,0
b
546,1±25,3
c
EP
90,18±4,27
ab
93,26±3,64
a
79,74±5,19b
b
81,42±3,01
b
74,05±10,57
c
Kecernaan protein
90,69±0,02
a
90,68±0,01
a
89,49±0,14
b
89,95±0,19
b
86,60±0,3
c
Kecernaan Total
83,33±0
a
83,31±0,04
a
81,65±0,24
b
82,91±0,21
a
79,96±0,51
c
Keterangan : 1 data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13,14, 15 dan 16 2 angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata
p0,05 pada uji lanjut Duncan
Pemberian metionin dalam pakan dengan 50, 75 dan 100 tepung bungkil kedelai tidak dapat meningkatkan retensi protein Lampiran 19.
Sedangkan retensi lemak meningkat pada ikan yang diberi pakan dengan 75 tepung bungkil kedelai pada perlakuan C dan D Lampiran 20.
Selanjutnya pertumbuhan relatif menurun sejalan dengan bertambahnya tepung bungkil kedelai dari 50 sampai 100 Lampiran 21. Ini menunjukkan
20 juga, bahwa pertumbuhan tidak dipengaruhi oleh penambahan metionin dalam
pakan. Efisiensi pakan menurun sejalan dengan peningkatan persentase tepung
bungkil kedelai dalam pakan dan penambahan metionin tidak meningkatkan efisiensi pakan Lampiran 22. Tabel 7 menyajikan komposisi proksimat tubuh
dan daging ikan patin. Kecernaan protein dan kecernaan total pakan menurun sejalan dengan
meningkatnya persentase tepung bungkil kedelai dalam pakan dari 50 sampai 100 Lampiran 23 dan 24.
Tabel 7. Komposisi proksimat tubuh dan daging ikan patin bobot basah
1
protein tepung bungkil kedelai : protein tepung ikan Parameter Awal
A 50 : 50
B 50 : 50 +
Metionin C
75 : 25 D
75 : 25 + Metionin
E 100 : 0 +
Metionin Tubuh :
Protein Lemak
Abu Air
13,78 2,32
3,12 79,67
15,08±0,36
b
7,38±0,63
b
3,42±0,41
a
73,09±0,24
ab
15,23±0,26
b
8,07±0,19
a
2,78±0,15
ab
73,82±0,43
b
15,70±0,53
a
7,84±0,48
a
2,88±0,02
ab
73,2±0,57
ab
15,83±0,32
a
7,42±0,54
b
3,09±0,3
b
73,89±0,94
b
14,94±0,59
ab
7,17±0,43
b
2,83±0,54
ab
74,58±0,96
a
Daging : Protein
Lemak Abu
Air 15,87
2,07 1,41
80,30 16,08±0,45
a
3,49±0,55
ab
1,15±0,13
a
78,59±0,63
b
15,91±0,84
b
3,01±0,56
ab
1,15±0,02
a
79,02±1,22
ab
15,8±0,77
b
3,9±1,12
a
1,19±0,08
a
78,72±0,83
b
16,28±0,48
a
2,39±0,56
b
1,1±0,17
a
79,97±0,31
a
15,65±0,47
b
2,06±0,31
b
1,18±0,1
a
80,19±0,27
a
Keterangan : 1 data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12 2 angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata
p0,05 pada uji lanjut Duncan
Tabel 7 memperlihatkan protein dan lemak tubuh pada setiap pakan adalah sama, demikian juga pada protein daging. Sedangkan lemak daging tertinggi
dicapai oleh pakan C 75 TBK : 25 TI Lampiran 26 – 33. Sebagai data tambahan dilakukan pula pengamatan terhadap ekskresi
amonia yang disajikan Tabel 8. Pada Tabel 8 terlihat bahwa ekskresi amonia tertinggi dicapai oleh perlakuan E 100 TBK + metionin Lampiran 25.
21 Tabel 8. Rata-rata ekskresi amonia mgNH
3
g
1
protein bungkil kedelai : protein tepung ikan Parameter
A 50 : 50
B 50 : 50 +
Metionin C
75 : 25 D
75 : 25 + Metionin
E 100 : 0 +
Metionin Ekskreasi
amonia 0,12±0,013
a
0,14±0,014
a
0,14±0,007
a
0,15±0,016
a
0,22±0,001
b
Keterangan : 1 data selengkapnya dapat di lihat pada Lampiran 17
4.2 Pembahasan