PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian Aspek Vegetasi dan Kualitas Tanah Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di Areal HPH PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah)

1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tepung ikan merupakan salah satu bahan baku dalam pembuatan pakan ikan dan merupakan sumber protein utama, karena tepung ikan mengandung keseimbangan Asam Amino Esensial AAE yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan ikan. Namun demikian penggunaan tepung ikan sebagai sumber protein untuk budidaya pada masa mendatang mulai terbatas Skjærvik et al., 2006. Karena itu sangat penting untuk menemukan sumber protein alternatif untuk mengurangi penggunaan tepung ikan dalam pakan ikan. Sumber protein alternatif yang secara intensif dipelajari dan diteliti adalah sumber protein nabati dari tepung kedelai Chou et al., 2004. Tepung bungkil kedelai memiliki kandungan protein dan komposisi asam amino esensial yang lebih baik dibandingkan protein nabati lainnya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ikan Pongmaneerat dan Watanabe, 1992. Dalam penggunaan sumber bahan baku nabati, seperti tepung bungkil kedelai, dalam bahan pakan ikan, ada beberapa kekurangan. Menurut Wilson dan Poe 1985 serta Pongmaneerat dan Watanabe 1992, pembatas utama dalam penggunaan tepung bungkil kedelai adalah rendahnya kandungan asam amino esensial seperti metionin serta keberadaan faktor-faktor anti nutrien seperti tripsin inhibitor, asam fitat dan saponin. Selanjutnya menurut Lim dan Akiyama 1992, bungkil kedelai mengandung 31 karbohidrat yang terdiri dari 10 oligosakarida 5 sukrosa, 4 stacchiosa, 1 raffinosa, 1 starch dan 20 senyawa non- starch polisakarida. Senyawa non-starch polisakarida yang mengandung sellulosa, hemisellulosa dan pektin serta senyawa oligosakarida seperti stacchiosa dan raffinosa adalah komponen yang sukar dicerna dan diserap oleh hewan monogastrik. Beberapa penelitian berhasil mengurangi penggunaan tepung ikan dengan cara substitusi menggunakan sumber protein nabati yang berasal dari tepung bungkil kedelai, misalnya pada ikan gurame Osphronemus gouramy dengan ukuran awal 25g yang diberi pakan yang mengandung 50 tepung bungkil kedelai sebagai penyumbang protein pakan dengan kadar protein 32 2 menghasilkan pertumbuhan, efisiensi pakan, retensi protein dan retensi lemak terbaik untuk ikan gurame, sedangkan penambahan tepung bungkil kedelai sampai 75 sebagai penyumbang protein pakan menghasilkan pertumbuhan yang rendah. Hal ini disebabkan kekurangan asam amino pembatas yaitu arginin Suprayudi et al., 1999. Penelitian pada jenis ikan yang sama ukuran awal 0,5g, yang diberi pakan yang mengandung 25 tepung bungkil kedelai sebagai penyumbang protein pakan dengan kadar protein 40,77 dan rasio energi-protein 8,0 kkalg menghasilkan persentase pertambahan bobot akhir ikan gurame tertinggi 53g, retensi protein, dan efisiensi pakan yang tinggi. Peningkatan tepung bungkil kedelai dalam pakan lebih dari 25 akan menurunkan nilai kecernaan protein pakan, palatabilitas, dan konsumsi pakan Suprayudi et al., 2003. Pada ikan baung Mystus nemurus ukuran awal 7,5g yang diberikan pakan dengan kadar protein 35, lemak 10 dan rasio energi-protein 8 kkal DEg yang mengandung 25 tepung bungkil kedelai sebagai penyumbang protein pakan menghasilkan laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, retensi protein dan lemak yang baik. Penambahan tepung bungkil kedelai sampai 50 menghasilkan laju pertumbuhan dan efisiensi pakan yang rendah, namun jika pakan yang mengandung 50 dan 75 tepung bungkil kedelai sebagai penyumbang protein pakan ditambahkan metionin dan triptofan, akan menghasilkan laju pertumbuhan harian, dan efisiensi pakan yang sama dengan pakan yang mengandung 25 tepung bungkil kedelai Pebriyadi, 2004. Berdasarkan data penelitian di atas dapat diketahui bahwa kemampuan setiap spesies untuk memanfaatkan protein dari sumber protein tepung bungkil kedelai ternyata berbeda-beda. Menurut Elavogan dan Shim 2000 pemanfaatan tepung bungkil kedelai sebagai sumber protein dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kualitas dan proses pembuatan tepung bungkil kedelai, bahan yang digunakan dalam formulasi, perbedaan spesies ikan, ukuran ikan dan sistem budidaya. Berdasarkan penelitian yang ada perlu juga untuk mengetahui tentang penggunaan tepung bungkil kedelai dalam upaya menggantikan tepung ikan dalam pakan benih ikan patin. Penelitian penggunaan tepung bungkil kedelai pada ikan patin belum dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk 3 menentukan besarnya penggantian tepung ikan oleh tepung bungkil kedelai terhadap kecernaan dan kinerja pertumbuhan benih ikan patin.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menentukan besarnya penggantian tertinggi tepung ikan oleh tepung bungkil kedelai dengan penambahan metionin. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebututuhan Nutrien Ikan Patin

Dokumen yang terkait

Perubahan sifat fisik dan kimia tanah dalam pelaksanaan sistem tebang pilih tanam jalur (TPTJ) di HPHTI PT. Sari Bumi Kusuma Unit S.Seruyan, Kalimantan Tengah

0 12 59

Dampak pemanenan kayu dan perlakuan silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) terhadap potensi kandungan karbon dalam vegetasi hutan alam tropika: studi kasus di areal IUPHHK PT Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah

0 23 187

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq) Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di Areal IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah)

1 15 5

Kualitas Tanah pada Areal Tebang Pilih Tanam Jalur di IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma Provinsi Kalimantan Tengah

0 6 5

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Kualitas tanah pada sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur(TPTJ) di areal kerja IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma provinsi Kalimantan Tengah

1 14 77

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Kondisi Vegetasi Pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur Di Kalimantan Tengah

8 55 134

Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat

0 6 30