Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat

(1)

KUALITAS TANAH PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG

PILIH TANAM JALUR DI AREAL IUPHHK-HA PT. SUKA

JAYA MAKMUR KALIMANTAN BARAT

AKBAR HIDAYAT

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Akbar Hidayat NIM E44090013


(4)

ABSTRAK

AKBAR HIDAYAT. Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat. Dibimbing oleh PRIJANTO PAMOENGKAS.

Sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) merupakan salah satu upaya pengelolaan hutan alam untuk mencapai keberlanjutan fungsi produksi, ekologi dan sosial. Kegiatan pengelolaan hutan alam dapat menyebabkan perubahan lingkungan salah satunya adalah perubahan kualitas tanah. Pengujian kualitas tanah diperlukan untuk mengetahui pengaruh penerapan sistem silvikultur TPTJ terhadap kualitas tanah. Sampel tanah pada penelitian ini diambil pada kedalaman 0–20 cm dengan dua metode yaitu pengambilan sampel tanah terganggu dan sampel tanah utuh. Sampel tanah diambil di jalur tanam dan di areal buffer zone sebagai gambaran kualitas tanah pada hutan alam primer. Sampel tanah dianalisis di laboratorium dan hasilnya dimasukkan ke dalam persamaan yang digunakan. Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan kualitas tanah pada areal yang diterapkan TPTJ tergolong dalam kategori sedang yaitu pada kisaran 4.416–5.927 dan pada areal buffer zone kualitas tanah yang diperoleh yaitu 4.191 yang juga tergolong sedang. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kualitas tanah antara buffer zone dengan areal TPTJ.

Kata kunci: kualitas tanah, sistem silvikultur, TPTJ

ABSTRACT

AKBAR HIDAYAT. Soil Quality on Selective Cutting Row Planting (TPTJ) System at IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Area in West Kalimantan. Supervised by PRIJANTO PAMOENGKAS.

Selective cutting and line planting system (TPTJ) is one of natural forest management to reach sustainability function of production, ecology and social. Forest management activity can cause environmental changing such as soil quality. Soil quality test is needed to find out the influence of silvicultural system (TPTJ) due to soil quality. Soil samples of this research are taken at 0-20 cm depth with two methods, undisturbed soil sample and disturbed soil sample. Soil samples are taken at planting line area and buffer zone which assumed as primary forest. Soil samples are analyzed at laboratory and their result are quantified with a given equation formula. The result is showed that soil quality on area which is implemented TPTJ system is rated as medium (4.416–5.927). The result of soil quality on buffer zone also rated as medium (4.191). It can be concluded that there is no different of soil quality both in buffer zone and area which implemented TPTJ system.

Keywords: selective cutting and line planting system, soil quality, silviculture system


(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menenyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(6)

(7)

KUALITAS TANAH PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG

PILIH TANAM JALUR DI AREAL IUPHHK-HA PT. SUKA

JAYA MAKMUR KALIMANTAN BARAT

AKBAR HIDAYAT

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013


(8)

(9)

ludul Skripsi : Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam lalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka laya Makmur Kalimantan Barat

Nama : Akbar Hidayat

NIM : E44090013

Disetujui oleh

Dr Ir Prijanto Pamoengkas, MScF Pembimbing

Diketahui oleh

MS Ketua Departemen


(10)

Judul Skripsi : Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat Nama : Akbar Hidayat

NIM : E44090013

Disetujui oleh

Dr Ir Prijanto Pamoengkas, MScF Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen


(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini yaitu kualitas tanah, dengan judul Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2013 sampai Juni 2013.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Prijanto Pamoengkas, MScF selaku pembimbing. Selain itu, ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Purnomo Sidi, Amd dan Bapak Ade Taufik Rahman, Amd dari bagian TPTJ PT. Suka Jaya Makmur beserta semua staf yang telah membantu selama pengumpulan data di lapangan. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, dan seluruh keluarga, atas doa, kasih sayang serta dukungannya, serta semua rekan-rekan Silvikultur 46, Fahutan 46, DPM/MPM KM 2012/2013, atas doa, dukungan, dan kebersamaannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013


(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE PENELITIAN 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat dan Bahan 2

Pemilihan Plot 3

Metode Pengambilan Sampel Tanah 3

Analisis Tanah di Laboratorium 4

Metode Penentuan Kualitas Tanah 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5

Hasil 6

Pembahasan 9

SIMPULAN DAN SARAN 12

DAFTAR PUSTAKA 13


(13)

DAFTAR TABEL

1 Parameter yang diamati dalam penelitian dan metode analisisnya 4 2 Kategori batas ambang nilai kualitas tanah 4 3 Pembagian fungsi hutan areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur 5 4 Luas areal berdasarkan kelas kelerengan di PT. Suka Jaya Makmur 6 5 Hasil analisis sifat fisik tanah pada plot penelitian 7 6 Hasil analisis sifat kimia tanah pada plot penelitian 7 7 Hasil analisis sifat biologi tanah pada plot penelitian 8 8 Hasil analisis nilai kualitas tanah dan kategorinya 8

DAFTAR GAMBAR

1 Layout pengambilan sampel tanah 3

2 Peta areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur 5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Skoring untuk setiap sifat tanah 14

2 Data ketebalan serasah pada setiap plot penelitian 16


(14)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan memiliki fungsi yang sangat strategis dalam kehidupan manusia. Berdasarkan fungsinya, hutan dikelompokkan menjadi hutan lindung, hutan konservasi, dan hutan produksi. Hutan dalam fungsi produksinya memungkinkan hutan dimanfaatkan untuk memberikan keuntungan secara ekonomi. Pengelolaan hutan yang telah dilakukan selama ini banyak memberikan dampak negatif bagi keberlanjutan hutan juga bagi lingkungan dan sosial. Hal ini memberikan tantangan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan untuk dapat mengelola dan memanfaatkan hutan secara lebih bijak, supaya keberadaan hutan dengan semua fungsinya dapat dipertahakan. Pemegang hak penguasaan hutan menjadi salah satu sorotan utama penyebab terjadinya kerusakan hutan di Indonesia di samping penyebab-penyebab lainnya. Pengelolaan hutan kedepannya harus memperhatikan aspek kelestarian, tidak hanya kelestarian produksi, tapi juga kelestarian ekologi dan sosial untuk mengatasi hal-hal tersebut.

Pengembangan sistem silvikultur dalam pengelolaan hutan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengelolaan hutan yang lestari. Penerapan sistem silvikultur yang tepat dapat menjaga kelestarian produksi kayu, serta kelestarian lingkungan. Beberapa sistem silvikultur yang telah dikembangkan untuk tujuan tersebut adalah tebang pilih indonesia (TPI), tebang habis permudaan (THP) baik permudaan alami ataupun permudaan buatan, tebang pilih tanam jalur (TPTJ), dan tebang rumpang. Pemilihan sistem yang digunakan tentunya berdasarkan beberapa pertimbangan yang disesuaikan dengan keadaan lokasi pengelolaan.

Sistem tebang pilih tanam jalur (TPTJ) merupakan sistem pengelolaan hutan alam produksi yang dilaksanakan dalam bentuk adanya jalur tanam dan jalur antara. Jalur tanam merupakan jalur bersih dengan lebar awal yaitu 3 m. Jalur antara terdapat di antara jalur tanam yang komposisi jenisnya masih dipertahankan sesuai komposisi jenis hutan alam sebelumnya dengan lebar 17 m.

Penebangan di dalam sistem TPTJ merupakan salah satu kegiatan utama dalam pengelolaan hutan produksi. Kegiatan penebangan yang dilakukan akan menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hutan. Penebangan yang dilakukan pada hutan produksi dapat menyebabkan terjadinya kerusakan, mulai dari berkurang dan berubahnya komposisi di dalam tegakan hutan, kerusakan tegakan tinggal, sampai pada kerusakan ekosistem, seperti kerusakan tanah, siklus hidrologi, dan sebagainya. Selain penebangan yang dilakukan pada produksi sebelumnya, pembuatan jalur tanam yang dilakukan dengan cara penebangan pohon-pohon, akan menyebabkan semakin luasnya areal yang terbuka, sehingga menyebabkan besarnya cahaya matahari yang masuk kedalam tegakan hutan. Besarnya cahaya yang masuk dan sampai ke permukaan tanah dapat mempengaruhi perubahan bahan organik ataupun sifat-sifat tanah lainnya pada areal yang dikelola sehingga mempengaruhi kualitas tanah. Analisis kualitas tanah perlu diadakan pada penerapan sistem silvikultur untuk mengetahui keberhasilan sistem yang diterapkan dalam mempertahankan kualitas tanah.


(15)

2

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kualitas tanah pada jalur tanam dalam sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) di areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu memberikan data kuantitatif mengenai kualitas tanah pada areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur yang dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam perencanaan dan pengembangan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) pada areal tersebut ke depannya.

2 METODE PENELITIAN

2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) di areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013.

2.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis, kantong plastik berukuran 1 kg, ring tanah, bor tanah, kamera, cangkul, timbangan, meteran, dan kertas label. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampel tanah yang terdiri dari 250 g sampel tanah terganggu dan sampel tanah utuh yang diambil pada jalur tanam.

2.3 Pemilihan Plot

Plot dipilih berdasarkan kesamaan umur tanaman dan dapat memberikan keterwakilan terhadap areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur, dengan ukuran plot 100 m x 100 m. Jumlah plot yang dijadikan plot penelitian yaitu sebanyak 8 plot pada jalur tanam dan 1 plot yang ditempatkan pada kawasan buffer zone sebagai gambaran hutan primer.


(16)

2.4 Metode Pengambilan Sampel Tanah

Sampel tanah diambil dalam dua bentuk sampel, yaitu sampel tanah utuh dan sampel tanah terganggu. Sampel tanah utuh digunakan untuk menentukan sifat fisik tanah seperti bobot isi, sedangkan sampel tanah terganggu digunakan untuk menentukan sifat fisik seperti stabilitas agregat, serta sifat-sifat tanah lainnya yaitu sifat kimia dan sifat biologi.

Pengambilan sampel tanah utuh yaitu dengan menggunakan ring tanah, sedangkan pengambilan sampel tanah terganggu menggunakan bor tanah. Pengambilan sampel tanah utuh dilakukan pada jalur tanam dengan jumlah titik pengambilan sampel yaitu 3 titik yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat mewakili plot yang dipilih. Untuk sampel tanah terganggu juga diambil dari 3 titik yang sama, kemudian tanah dari ketiga titik tersebut dicampur (metode komposit) dan diambil seberat 250 g yang dimasukkan ke dalam kantong plastik 1 kg untuk dianalisis. Pengambilan sampel tanah ini dilakukan pada kedalaman 0– 20 cm. Dari kedua jenis sampel tanah tersebut akan diperoleh sampel tanah masing-masing yaitu, sampel tanah utuh 1 sampel tanah x 9 plot = 9 sampel tanah, dan sampel tanah terganggu 1 sampel tanah x 9 plot = 9 sampel tanah, sehingga total sampel tanah yang diperoleh sebanyak 18 sampel tanah. Lay out pengambilan sampel tanah pada setiap plot contoh dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Lay out pengambilan sampel tanah ( titik pengambilan sampel tanah)

100 m

100

m

Jalur antara (17 m) Jalur tanam (3 m)


(17)

4

2.5 Analisis Tanah di Laboratorium

Analisis tanah di laboratorium dilakukan untuk mengetahui nilai dari beberapa sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi tanah. Analisis tanah dilakukan di laboratorium tanah Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB. Parameter yang diamati dalam penelitian ini beserta metode analisisnya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Parameter yang diamati dalam penelitian dan metode analisisnya Indikator Sifat tanah Metode analisis

Sifat fisik Bobot isi Ring soil sample Stabilitas agregat Wet sieving Sifat kimia C-organik Walkey-Black

N-total Kjedahl

Sifat biologi C-biomassa mic Fumigasi ekstraksi

2.6 Metode Penentuan Kualitas Tanah

Penentuan kualitas tanah ditentukan berdasarkan hasil analisis laboratorium untuk parameter yang akan digunakan dalam persamaan perhitungan nilai kualitas tanah yang dikembangkan oleh Pamoengkas (2006). Persamaannya yaitu,

Nilai kualitas tanah = (0.075 x nilai skor bobot isi) + (0.121 x nilai skor stabilitas agregat) + (0.268 x nilai skor C-organik) + (0.234 x nilai skor N-total) + (0.362 x nilai skor C-biomassa mic)

Nilai skoring untuk setiap sifat tanah yang digunakan dalam persamaan diatas berdasarkan pada Pamoengkas (2006) (disajikan pada Lampiran 1). Hasil dari perhitungan nilai kualitas tanah tersebut, kemudian dikelompokkan ke dalam kategori-kategori yang ditentukan berdasarkan batas ambang yang disajikan pada Tabel 2 (Pamoengkas 2006).

Tabel 2 Kategori batas ambang nilai kualitas tanah

Kelompok nilai Kategori

8.0–10.0 Sangat baik

6.0–7.9 Baik

4.0–5.9 Sedang

2.0–3.9 Rendah


(18)

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 3.1.1 Luas Areal IUPHHK-HA dan Letak Geografis

Luas areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur berdasarkan Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan No. 106/KPTS-II/2000 tanggal 29 Desember 2000, yaitu 171 340 ha, dengan pembagian fungsi areal serta tutupan lahan seperti yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Pembagian fungsi hutan areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur*

No Penutupan lahan Fungsi hutan (ha) Buffer zone & HL (ha)

Jumlah

(ha) %

HPT HP

1 Hutan primer 2 474 25 320 3 180 31 174 18.19 2 Bekas tebangan 13 826 105 746 6 807 126 379 73.76 3 Non hutan 1 475 2 950 - 4 425 2.58 4 Tertutup awan 1 569 7 420 373 9 362 5.47

Jumlah 171 340 100.00

*

Sumber: Rencana Kerja Umum PT. Suka Jaya Makmur (2011).

Secara geografis areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur terletak di

antara 110˚20’ BT–111˚20’ BT dan 01˚20’ LS–01˚55’ LS, sedangkan berdasarkan

batas persekutuan, PT. Suka Jaya Makmur sebelah Utara berbatasan dengan IUPHHK-HA PT. Wanasokan Hasilindo, sebelah Timur berbatasan dengan Hutan Lindung dan Hutan Negara, sebelah Selatan berbatasan dengan IUPHHK-HA PT. Wanakayu Batuputih, dan sebelah Barat berbatasan dengan IUPHHK-HA PT. Tri Eka Sari dan PT. Kawedar Mukti (RKU PT. SJM 2011). Areal PT. Suka Jaya Makmur dapat dilihat pada Gambar 2.


(19)

6

3.1.2 Topografi, Geologi, dan Iklim

Topografi areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur tergolong beragam, mulai dari datar hingga sangat curam. Namun secara umum topografi areal ini bergelombang. Luas areal untuk masing-masing kelas kelerengan disajikan pada Tabel 4. Areal ini berada pada ketinggian minimum 300 m dpl dan maksimum 700 m dpl, dengan ketinggian rata-rata 500 m dpl.

Tabel 4 Luas areal berdasarkan kelas kelerengan di PT. Suka Jaya Makmur* Klasifikasi Kelerengan (%) Luas (ha) %

Datar 0-8 35 726.02 20.85

Landai 8-15 26 883.34 15.69

Bergelombang 15-25 65 744.38 38.72

Curam 25-40 35 529.57 20.74

Sangat curam > 40 7 456.69 4.00

Jumlah 171 340.00 100.00

*

Sumber: RKU PT. Suka Jaya Makmur (2011).

Peta geologi Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan bahwa batuan yang terdapat di areal PT. Suka Jaya Makmur yaitu Efusif, Intrusif dan Plutonik asam serta Intrusif dan Plutonik basa. Semua formasi batuan tersebut mengandung sedikit kadar magnetik yang merupakan peleburan dari sisa-sisa gunung berapi. Berdasarkan peta tanah Kalimantan Barat, hampir seluruh areal PT. Suka Jaya Makmur memiliki jenis tanah podsolik merah kuning. Untuk kondisi iklim, areal PT. Suka Jaya Makmur termasuk tipe iklim A berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, dengan curah hujan rata-rata tahunan antara 1500–3000 mm/tahun (RKU PT. Suka Jaya Makmur 2011).

3.2 Hasil

3.2.1 Sifat Fisik Tanah pada Areal TPTJ

Hasil analisis sifat fisik tanah pada areal TPTJ PT. Suka Jaya Makmur pada RKT 2005–2012 dan pada buffer zone disajikan pada Tabel 5. Sifat fisik tanah yang menjadi parameter pengamatan yaitu stabilitas agregat dan bobot isi.

Tabel 5 menunjukkan nilai stabilitas agregat dan bobot isi yang tidak berbeda nyata antar tahun tanam, atau dengan kata lain perbedaan umur tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap stabilitas agregat dan bobot isi tanah. Tabel 5 juga menunjukkan tidak adanya perbedaan nilai stabilitas agregat dan bobot isi yang begitu besar antara areal yang diterapkan sistem TPTJ dengan areal buffer zone.


(20)

Tabel 5 Hasil analisis sifat fisik tanah pada plot penelitian Tegakan Stabilitas

agregat (%) Keterangan*

Bobot isi (g/cm3)

2005 67.23 Agak stabil 0.93

2006 53.78 Tidak stabil 1.22 2007 57.62 Tidak stabil 1.09

2008 72.25 Agak stabil 1.04

2009 69.05 Agak stabil 1.21

2010 65.12 Agak stabil 1.38

2011 70.16 Agak stabil 1.31

2012 66.31 Agak stabil 1.32

Buffer zone 54.58 Tidak stabil 1.25 *Sumber: Hardjowigeno (2007).

3.2.2 Sifat Kimia Tanah pada Areal TPTJ

Kandungan C-organik dan N-total diukur sebagai indikasi adanya bahan organik tanah. Hasil analisis sifat kimia tanah pada areal TPTJ PT. Suka Jaya Makmur pada RKT 2005–2012 dan pada buffer zone disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil analisis sifat kimia tanah pada plot penelitian Tegakan C-organik

(%) Keterangan*

N-total

(%) Keterangan*

2005 1.20 Rendah 0.11 Rendah

2006 1.28 Rendah 0.12 Rendah

2007 1.00 Rendah 0.10 Rendah

2008 1.28 Rendah 0.12 Rendah

2009 2.80 Sedang 0.20 Rendah

2010 2.56 Sedang 0.19 Rendah

2011 1.36 Rendah 0.12 Rendah

2012 1.56 Rendah 0.13 Rendah

Buffer zone 1.00 Rendah 0.10 Rendah *Sumber: Hardjowigeno (2007).

Tabel 6 menunjukkan bahwa penerapan sistem silvikultur TPTJ secara umum tidak berpengaruh nyata terhadap C-organik dan N-total tanah. Hal ini dapat dilihat dari nilai kedua sifat kimia tersebut yang relatif stabil.

3.2.3 Sifat Biologi Tanah pada Areal TPTJ

Hasil analisis sifat biologi tanah pada areal TPTJ PT. Suka Jaya Makmur pada RKT 2005–2012 dan pada buffer zone disajikan pada Tabel 7. Sifat biologi tanah yang menjadi parameter pengamatan yaitu C-biomassa microorganisme.


(21)

8

Tabel 7 Hasil analisis sifat biologi tanah pada plot penelitian

Tegakan C-biomassa mic (mg/kg)

2005 741.49

2006 812.78

2007 676.37

2008 800.45

2009 825.89

2010 815.76

2011 813.67

2012 820.45

Buffer zone 650.89

Tabel 7 menunjukkan bahwa perbedaan umur tanaman tidak memiliki perbedaan nilai C-biomassa mic yang terlalu besar. Nilai C-biomassa mic terbesar terdapat pada tegakan 2009 sebesar 825.89 mg/kg, dan nilai terendah terdapat pada plot buffer zone sebesar 650.89 mg/kg.

3.2.4 Nilai Kualitas Tanah

Penentuan nilai kualitas tanah menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Pamoengkas (2006). Kemudian kategori nilai kualitas tanah ditentukan berdasarkan pada nilai batas ambang yang disajikan pada Tabel 2. Hasil perhitungan nilai kualitas tanah dan pengelompokan kategorinya disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil analisis nilai kualitas tanah dan kategorinya Tegakan Nilai kualitas tanah Kategori

2005 5.38 Sedang

2006 5.04 Sedang

2007 4.42 Sedang

2008 5.31 Sedang

2009 5.93 Sedang

2010 5.70 Sedang

2011 4.74 Sedang

2012 5.28 Sedang

Buffer zone 4.19 Sedang

Hasil perhitungan nilai kualitas tanah yang disajikan pada Tabel 8 menunjukkan bahwa kategori kualitas tanah pada semua plot penelitian tegolong ke dalam kelas sedang. Tabel 8 juga memperlihatkan tidak adanya perbedaan antara kualitas tanah pada areal TPTJ dengan areal buffer zone.


(22)

3.3 Pembahasan

Penilaian terhadap kualitas tanah menjadi hal yang penting dalam kegiatan pengelolaan hutan. Hal ini diperlukan untuk menentukan sistem pengelolaan yang tepat untuk menjamin adanya keberlanjutan hasil untuk saat ini dan masa depan. Pengelolaan hutan yang dilakukan pada satu kawasan hutan akan mempengaruhi atau merubah karakteristik dari sifat tanah (Wasis 2005). Deteksi perubahan dari sifat tanah ini adalah hal penting dalam evaluasi kinerja kelestarian pengelolaan (Aminudin 2012).

Perubahan kualitas tanah merupakan respon dari suatu jenis tanah terhadap tindakan pengelolaan yang dilakukan pada areal tanah tersebut (Handayani 2001). Dengan kata lain, penggunaan lahan akan dapat dikatakan lestari apabila kualitas tanah dapat dipertahankan atau ditingkatkan (Aminudin 2012). Perubahan dari kualitas tanah dapat dilihat dari sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi tanah.

Sifat fisik tanah merupakan salah satu bentuk sifat morfologi tanah yang secara umum penilaiannya dapat dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan (Hardjowigeno 2007). Sifat fisik tanah yang digunakan untuk menentukan nilai kualitas tanah dalam penelitian ini yaitu stabilitas agregat dan bobot isi. Stabilitas agregat yang diperoleh dari hasil analisis yang terdapat di Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai stabilitas agregat berkisar antara 53.78– 72.25%, atau dikategorikan ke dalam kelas tidak stabil hingga agak stabil. Hal ini dapat disebabkan oleh bentuk kontur yang bergelombang, curah hujan yang tinggi serta tutupan vegetasi pada areal tersebut (Murti 2011). Notohadiprawiro (2006) menyatakan bahwa tanah podsolik merah kuning merupakan jenis tanah yang memiliki kemampuan mengikat air yang rendah. Apabila dihubungkan dengan tiga faktor sebelumnya maka akan menyebabkan tingginya laju aliran permukaan (run off) sehingga mempengaruhi perkembangan stabilitas agregat, di antaranya yaitu kehilangan lapisan atas (lapisan organik) serta liat (inorganik) tanah yang berfungsi sebagai perakat, serta menyebabkan terjadinya perubahan tekstur tanah (Hardjowigeno 2007).

Sifat fisik tanah selanjutnya yang menjadi pengamatan yaitu bobot isi. Menurut Hardjowigeno (2007), bobot isi merupakan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Pada umumnya nilai bobot isi berkisar antara 1.1–1.6 g/cm³ dan beberapa jenis tanah memiliki nilai kurang dari 0.90 g/cm³ misalnya tanah andosol, bahkan ada yang kurang dari 0.10 g/cm³ misalnya tanah gambut (Hardjowigeno 2007). Menurut Soepardi (1983) bobot isi untuk tanah-tanah didaerah tropis berkisar antara 1–1.6 g/cm³. Tabel 5 menunjukkan hasil analisis sifat fisik tanah untuk bobot isi berkisar antara 0.90–1.38 g/cm³. Nilai tersebut masih tergolong normal untuk bobot isi tanah didaerah tropis. Hasil analisis menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda antara yang terdapat pada sistem TPTJ dengan yang terdapat pada buffer zone. Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan sistem silvikultur TPTJ pada areal hutan tidak merubah sifat fisik tanah untuk bobot isi.

Sifat tanah lainnya yang digunakan untuk menentukan kualitas tanah pada areal ini yaitu sifat kimia. Sifat kimia tanah yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kualitas tanah yaitu C-organik dan N-total. Kandungan bahan organik tanah menjadi salah satu penentu keberhasilan dalam kegiatan budidaya, baik dibidang kehutanan ataupun pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik


(23)

10

tanah akan mempengaruhi sifat kimia, sifat fisik, maupun sifat biologi dari tanah tersebut. Penetapan kandungan bahan organik tanah ini dilakukan melalui pengukuran kandungan C-organiknya (Arianto 2008). Kandungan bahan organik tanah dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2%, hal ini bertujuan supaya kandungan bahan organik dalam tanah tidak berkurang seiring berjalannya waktu akibat adanya proses dekomposisi mineralisasi yang menyebabkan diperlukannya penambahan bahan organik mutlak setiap tahunnya (Musthofa 2007). Supardi (1983) menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam tanah selalu lebih banyak berada didalam tanah, namun seringkali kadar bahan organik pada lapisan olah dalam keadaan kritis. Hal ini menyebabkan dalam pengelolaan diperlukan tindakan supaya kadar bahan organik ini dapat dipertahankan dengan baik.

Tabel 6 menunjukkan nilai C-organik dan N-total yang didapatkan pada plot penelitian. Dari tabel terlihat bahwasa nilai C-organik tergolong rendah sampai sedang atau berkisar antara 1.00–2.80%, sedangkan nilai N-total semuanya tergolong rendah dengan kisaran nilai antara 0.10–0.20% dengan perbedaan nilai antar plot pengamatan kecil. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai C-organik dan N-total pada tanaman berumur 3 tahun hingga tanaman umur 4 tahun, dan kembali menurun pada tanaman umur 5 tahun hingga tanaman berumur 8 tahun. Perbedaan nilai C-organik tanah pada plot tanaman berumur 3 dan 4 tahun bisa disebabkan ketebalan serasah pada kedua plot tersebut lebih tinggi dibadingkan dengan plot yang lainnya (disajikan pada Lampiran 2). Hal ini menyebabkan bahan organik tanah pada lokasi tersebut lebih banyak. Perbedaan yang kecil antara C-organik dan N-total pada setiap plot disebabkan oleh perbedaan tutupan tajuk antar plot yang dapat mempengaruhi kondisi iklim mikro pada plot tersebut. Kondisi tajuk ini juga berpengaruh terhadap aliran permukaan, dengan tingkat curah hujan yang tinggi pada kondisi tajuk yang lebih terbuka dapat menyebabkan bahan organik tercuci dan terdistribusi secara tidak merata (Notohadiprawiro 2006).

Sifat biologi tanah yang menjadi parameter dalam menentukan kualitas tanah dalam penelitian ini yaitu C-biomassa mikroorganisme. Keberadaan mikroorganisme dalam tanah menjadi salah satu faktor penting karena berperan dalam siklus hara tanah dan mempengaruhi stabilitas tanah (Pamoengkas 2006). Kandeler and Murer (1993) bahkan menyatakan bahwa mikroorganisme tanah memiliki korelasi yang positif terhadap stabilitas agregat tanah. Keberadaan mikroorganisme tanah itu sendiri dipengaruhi oleh bahan organik tanah yang dalam hal ini berfungsi sebagai bahan makanan bagi mikroorganisme (Hardjowigeno 2007). Nilai C-mic ini juga dapat dijadikan indikator perubahan lingkungan dalam jangka pendek, hal ini dikarenakan respon C-mic terhadap perubahan bahan organik tanah lebih besar bahkan dibadingkan dengan C-organik (Pamoengkas 2006).

Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai C-mic berkisar dari 650.89 mg/kg sampai 825.89 mg/kg. Nilai-nilai tersebut dapat digolongkan dalam kategori tinggi. Tingginya nilai C-biomassa mic ini dipengaruhi oleh adanya aktivitas mikroorganisme tanah yang juga tinggi. Mikroorganisme tanah berperan dalam proses perombakan bahan organik yang jatuh kepermukaan tanah, yang akan menyebabkan meningkatnya aktivitas mikroorganisme tanah (Gregorich et al.


(24)

1997). Hal tersebut menjadi salah satu faktor tingginya nilai C-mic pada plot penelitian.

Tabel 7 juga memperlihatkan bahwa nilai C-mic pada plot tahun 2005 dan 2007 memiliki nilai yang sangat mendekati nilai C-mic pada plot buffer zone, sedangkan pada plot penelitian yang lainnya nilai C-mic lebih tinggi. Adanya fluktuasi atau perbedaan nilai C-mic antar plot ini dipengaruhi oleh sifat dan aktivitas mikroorganisme itu sendiri. Aktivitas mikroorganisme dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya misalnya, aktivitas mikroorganime pada kondisi yang kering atau panas akan berbeda dengan aktivitas mikroorganisme pada kondisi lingkungan lembab ataupun basah (Gregorich et al. 1997). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan antara aktivitas mikroorganisme antara sebelum dan setelah terjadinya hujan. Untuk hasil pada plot penelitian diperoleh nilai C-mic untuk plot pada areal buffer zone lebih rendah dibandingkan dengan pada plot TPTJ. Hal ini dikarenakan aktivitas mikroorganisme lebih besar pada areal yang mengalami gangguan seperti keterbukaan tajuk dan sebagainya. Pada areal TPTJ kegiatan penebangan dan penyiapan lahan menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan pada ekosistem hutan tersebut sehingga aktivitas mikroorganisme lebih tinggi, dibandingkan dengan areal buffer zone yang sudah mulai mendekati kondisi stabil. Hal ini menyebabkan nilai C-mic untuk plot TPTJ lebih tinggi dibandingkan dengan plot pada buffer zone.

Faktor lain penyebab adanya perbedaan nilai C-mic pada setiap plot yaitu penutupan tajuk. Areal dengan penutupan tajuk yang lebih rapat pada umumnya akan memiliki nilai C-mic yang lebih tinggi daripada areal yang kondisi tajuknya lebih terbuka. Hal ini dikarenakan pada areal yang memiliki penutupan tajuk lebih rapat terdapat substrat atau bahan organik segar lebih banyak dibadingkan dengan pada tajuk yang lebih terbuka (Pamoengkas 2006).

Nilai kualitas tanah pada setiap plot yang disajikan pada Tabel 8 menunjukkan adanya fluktuasi nilai kualitas tanah antar plot penelitian. Namun saat dikategorikan ke dalam batas ambang nilai kualitas tanah yang dikembangkan oleh Pamoengkas (2006), nilai kualitas tanah pada semua plot tergolong sedang. Hasil ini menunjukan tidak adanya perubahan kualitas tanah pada areal yang diterapkan sistem silvikultur TPTJ dengan kualitas tanah pada buffer zone yang diasumsikan memiliki kondisi yang sama dengan hutan alam primer. Sedikit berbeda dengan hasil yang diperoleh Murti (2011) dengan menggunakan persamaan yang sama namun pada areal TPTJ yang berbeda. Murti (2011) memperoleh hasil yang memperlihatkan adanya peningkatan nilai kualitas tanah pada areal yang diterapkan sistem TPTJ dibandingkan dengan kualitas tanah pada hutan alam.

Nilai kualitas tanah yang tergolong sedang pada areal yang diterapkan sistem TPTJ dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain yaitu intensitas penebangan yang sebelumnya dilakukan di areal tersebut. Kualitas tanah pada areal TPTJ yang penerapannya dilaksanakan di areal bekas tebangan atau logged over area (LoA), tentunya dipengaruhi oleh intensitas penebangan yang pernah dilakukan pada areal tersebut. Rendahnya intensitas penebangan ini bisa jadi salah satu faktor kenapa kualitas tanah yang diperoleh tergolong sedang dan tidak berbeda dengan kualitas tanah pada areal buffer zone.

Faktor lain yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas tanah yaitu potensi tegakan pada areal tersebut. Hal ini dikarenakan besar atau kecilnya


(25)

12

intensitas penebangan dipengaruhi oleh besar atau kecilnya potensi tegakan pada areal tersebut. Kondisi tegakan yang potensinya tidak terlalu besar tentunya membuat kegiatan penebangan pada areal tersebut juga tidak terlalu tinggi, sehingga dampak yang ditimbulkan tidak terlalu mempengaruhi atau menimbulkan kerusakan pada tanah. Hal tersebut tentunya juga akan mempengaruhi keterbukaan areal yang ditimbulkan. Tidak terlalu besarnya keterbukaan yang terjadi menyebabkan perubahan pada sifat ataupun kualitas tanah tidak signifikan. Faktor lain yang mungkin juga mempengaruhi yaitu kondisi lingkungan yang menyebabkan terjadinya pemulihan sifat kimia tanah. Faktor-faktor tersebut menyebabkan nilai kualitas tanah yang diperoleh sama dengan nilai kualitas tanah pada areal buffer zone.

4 SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Kualitas tanah pada areal IUPPHK-HA PT. Suka Jaya Makmur dengan penerapan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) tergolong sedang. Tidak ada perbedaan antara kualitas tanah pada areal yang diterapkan TPTJ dengan kualitas tanah pada buffer zone yang memliki kondisi dan keadaan yang sama dengan hutan alam primer.

4.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian yang serupa pada lokasi yang berbeda untuk lebih mengetahui bagaimana pengaruh penerapan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) terhadap kualitas tanah.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin I. 2012. Perkembangan tegakan pada hutan alam produksi dalam sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) [disertasi]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Arianto CI. 2008. Perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah pada hutan alam yang diubah menjadi perkebunan kelapa sawit [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Gregorich EG, Carter MR, Doran JW, Pankhurst CE, Dwyer LM. 1997. Biological attributes of soil quality. Di dalam: Gregorich EG, Carter MR, editor. Soil Quality for Crop Production and Ecosystem Health. Amsterdam (NL): Elsevier. hlm 81-113.

Handayani IP. 2001. Comparison of soil quality in cultivated fields and grassland. Jurnal Tanah Tropika 12:135-143.

Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.

Kandeler E, Murer E. 1993. Aggregate stability and soil microbial processes in a soil with different cultivation. Geoderma 56:503-513.

Murti AP. 2011. Kualitas tanah pada sistem tebang pilih tanam jalur (TPTJ) di areal kerja IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma Provinsi Kalimantan Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Musthofa A. 2007. Perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah pada hutan alam yang diubah menjadi lahan pertanian di kawasan Taman Nasional Gunung Lauser [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Notohadiprawiro T. 2006. Ultisol, fakta dan implikasi pertanian [internet]. [diunduh 2013 Jun 28]. Tersedia pada: http://ugm.ac.id/files/-notohadiprawiro/hDXa17zA/ilmutanah%20htn%lind.html.

Pamoengkas P. 2006. Kajian aspek vegetasi dan kualitas tanah sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur: studi kasus di areal HPH PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah [disertasi]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

[RKUPTSJM] Rencana Kerja Usaha PT. Suka Jaya Makmur. 2011. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi Berdasarkan IHMB Periode 2005 s/d 2014. Ketapang (ID): PT. Suka Jaya Makmur.

Supardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wasis B. 2005. Kajian perbandingan kualitas tempat tumbuh antara rotasi pertama

dan rotasi kedua pada hutan tanaman Acacia mangium Willd.: studi kasus di HTI Musi Hutan Persada, Provinsi Sumatera Selatan [disertasi]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.


(27)

14

Lampiran 1 Skoring untuk setiap sifat tanah Skoring nilai bobot isi

Bobot isi Skor

< 1.00 10

1.01-1.14 9

1.15-1.19 8

1.20-1.24 7

1.25-1.29 6

1.30-1.34 5

1.35-1.39 4

1.40-1.44 3

1.45-1.49 2

1.50-1.54 1

>1.55 0

Skoring stabilitas agregat

Skoring nilai C-organik

C-organik Skor

> 5.00 10

4.55-4.99 9

4.11-4.54 8

3.68-4.10 7

3.25-3.67 6

2.82-3.24 5

2.39-2.81 4

1.96-2.38 3

1.53-1.95 2

1.10-1.52 1

<1.00 0

Stabilitas agregat Skor

> 200.0 10

181.8-199.0 9

164.2-181.7 8

146.6-164.1 7

129.0-146.5 6

111.4-128.9 5

93.8-111.3 4

76.2-93.7 3

58.6-76.1 2

41.0-58.5 1


(28)

Skoring nilai N-total

N-total Skor

>0.75 10

0.67-0.74 9

0.60-0.66 8

0.53-0.59 7

0.46-0.52 6

0.39-0.45 5

0.32-0.38 4

0.25-0.31 3

0.18-0.24 2

0.11-0.17 1

<0.10 0

Skoring nilai C-biomassa mic

C-biomassa mic Skoring

>491.0 10

458.2-490.0 9

425.8-458.1 8

394.4-425.7 7

361.0-394.3 6

328.6-360.9 5

296.2-328.5 4

263.8-296.1 3

231.4-263.7 2

199.0-231.3 1


(29)

16

Lampiran 2 Data ketebalan serasah pada setiap plot penelitian Plot Titik Tebal serasah (cm)

2005

1 2.50

2 4.00

3 3.00

Rata-rata 3.17

2006

1 3.00

2 4.00

3 5.30

Rata-rata 4.10

2007

1 1.00

2 2.50

3 4.00

Rata-rata 2.50

2008

1 6.00

2 2.00

3 4.00

Rata-rata 4.00

2009

1 7.00

2 9.00

3 6.00

Rata-rata 7.30

2010

1 5.00

2 4.50

3 6.00

Rata-rata 5.17

2011

1 5.00

2 4.50

3 3.00

Rata-rata 4.17

2012

1 3.00

2 5.00

3 7.00

Rata-rata 5.00

BZ

1 6.00

2 2.00

3 1.50


(30)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Malintang, Batusangkar pada tanggal 19 Juni 1991 dari ayah Bujang dan ibu Safrida Yenti. Penulis adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Salimpaung dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum matakuliah silvikultur pada tahun ajaran 2012/2013 dan 2013/2014, asisten praktikum pengaruh hutan pada tahun ajaran 2013/2014, asisten praktikum pemantauan kesehatan hutan pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga aktif dalam organisasi dan kepanitian, diantaranya anggota Komisi II DPM Fahutan, anggota Tree Grower Community, ketua Komisi II DPM KM IPB sekaligus sebagai anggota BP III MPM KM IPB, anggota kepanitian TGC in Action, ketua pelaksana kegiatan EksFloraSI yang diadakan TGC, anggota komisi pemilihan raya wilayah Fahutan, dan ketua panitia pengawas pemira KM IPB. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Sancang Timur dan Papandayan, dan Praktik Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat serta lokasi lainnya pada tahun 2012.


(1)

intensitas penebangan dipengaruhi oleh besar atau kecilnya potensi tegakan pada areal tersebut. Kondisi tegakan yang potensinya tidak terlalu besar tentunya membuat kegiatan penebangan pada areal tersebut juga tidak terlalu tinggi, sehingga dampak yang ditimbulkan tidak terlalu mempengaruhi atau menimbulkan kerusakan pada tanah. Hal tersebut tentunya juga akan mempengaruhi keterbukaan areal yang ditimbulkan. Tidak terlalu besarnya keterbukaan yang terjadi menyebabkan perubahan pada sifat ataupun kualitas tanah tidak signifikan. Faktor lain yang mungkin juga mempengaruhi yaitu kondisi lingkungan yang menyebabkan terjadinya pemulihan sifat kimia tanah. Faktor-faktor tersebut menyebabkan nilai kualitas tanah yang diperoleh sama dengan nilai kualitas tanah pada areal buffer zone.

4 SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Kualitas tanah pada areal IUPPHK-HA PT. Suka Jaya Makmur dengan penerapan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) tergolong sedang. Tidak ada perbedaan antara kualitas tanah pada areal yang diterapkan TPTJ dengan kualitas tanah pada buffer zone yang memliki kondisi dan keadaan yang sama dengan hutan alam primer.

4.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian yang serupa pada lokasi yang berbeda untuk lebih mengetahui bagaimana pengaruh penerapan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) terhadap kualitas tanah.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin I. 2012. Perkembangan tegakan pada hutan alam produksi dalam sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) [disertasi]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Arianto CI. 2008. Perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah pada hutan alam yang diubah menjadi perkebunan kelapa sawit [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Gregorich EG, Carter MR, Doran JW, Pankhurst CE, Dwyer LM. 1997. Biological attributes of soil quality. Di dalam: Gregorich EG, Carter MR, editor. Soil Quality for Crop Production and Ecosystem Health. Amsterdam (NL): Elsevier. hlm 81-113.

Handayani IP. 2001. Comparison of soil quality in cultivated fields and grassland. Jurnal Tanah Tropika 12:135-143.

Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.

Kandeler E, Murer E. 1993. Aggregate stability and soil microbial processes in a soil with different cultivation. Geoderma 56:503-513.

Murti AP. 2011. Kualitas tanah pada sistem tebang pilih tanam jalur (TPTJ) di areal kerja IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma Provinsi Kalimantan Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Musthofa A. 2007. Perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah pada hutan alam yang diubah menjadi lahan pertanian di kawasan Taman Nasional Gunung Lauser [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Notohadiprawiro T. 2006. Ultisol, fakta dan implikasi pertanian [internet]. [diunduh 2013 Jun 28]. Tersedia pada: http://ugm.ac.id/files/-notohadiprawiro/hDXa17zA/ilmutanah%20htn%lind.html.

Pamoengkas P. 2006. Kajian aspek vegetasi dan kualitas tanah sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur: studi kasus di areal HPH PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah [disertasi]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

[RKUPTSJM] Rencana Kerja Usaha PT. Suka Jaya Makmur. 2011. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi Berdasarkan IHMB Periode 2005 s/d 2014. Ketapang (ID): PT. Suka Jaya Makmur.

Supardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wasis B. 2005. Kajian perbandingan kualitas tempat tumbuh antara rotasi pertama

dan rotasi kedua pada hutan tanaman Acacia mangium Willd.: studi kasus di HTI Musi Hutan Persada, Provinsi Sumatera Selatan [disertasi]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.


(3)

Lampiran 1 Skoring untuk setiap sifat tanah Skoring nilai bobot isi

Bobot isi Skor

< 1.00 10

1.01-1.14 9

1.15-1.19 8

1.20-1.24 7

1.25-1.29 6

1.30-1.34 5

1.35-1.39 4

1.40-1.44 3

1.45-1.49 2

1.50-1.54 1

>1.55 0

Skoring stabilitas agregat

Skoring nilai C-organik

C-organik Skor

> 5.00 10

4.55-4.99 9

4.11-4.54 8

3.68-4.10 7

3.25-3.67 6

2.82-3.24 5

2.39-2.81 4

1.96-2.38 3

1.53-1.95 2

1.10-1.52 1

<1.00 0

Stabilitas agregat Skor

> 200.0 10

181.8-199.0 9

164.2-181.7 8

146.6-164.1 7

129.0-146.5 6

111.4-128.9 5

93.8-111.3 4

76.2-93.7 3

58.6-76.1 2

41.0-58.5 1


(4)

Skoring nilai N-total

N-total Skor

>0.75 10

0.67-0.74 9

0.60-0.66 8

0.53-0.59 7

0.46-0.52 6

0.39-0.45 5

0.32-0.38 4

0.25-0.31 3

0.18-0.24 2

0.11-0.17 1

<0.10 0

Skoring nilai C-biomassa mic

C-biomassa mic Skoring

>491.0 10

458.2-490.0 9

425.8-458.1 8

394.4-425.7 7

361.0-394.3 6

328.6-360.9 5

296.2-328.5 4

263.8-296.1 3

231.4-263.7 2

199.0-231.3 1


(5)

Lampiran 2 Data ketebalan serasah pada setiap plot penelitian Plot Titik Tebal serasah (cm)

2005

1 2.50

2 4.00

3 3.00

Rata-rata 3.17

2006

1 3.00

2 4.00

3 5.30

Rata-rata 4.10

2007

1 1.00

2 2.50

3 4.00

Rata-rata 2.50

2008

1 6.00

2 2.00

3 4.00

Rata-rata 4.00

2009

1 7.00

2 9.00

3 6.00

Rata-rata 7.30

2010

1 5.00

2 4.50

3 6.00

Rata-rata 5.17

2011

1 5.00

2 4.50

3 3.00

Rata-rata 4.17

2012

1 3.00

2 5.00

3 7.00

Rata-rata 5.00

BZ

1 6.00

2 2.00

3 1.50


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Malintang, Batusangkar pada tanggal 19 Juni 1991 dari ayah Bujang dan ibu Safrida Yenti. Penulis adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Salimpaung dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum matakuliah silvikultur pada tahun ajaran 2012/2013 dan 2013/2014, asisten praktikum pengaruh hutan pada tahun ajaran 2013/2014, asisten praktikum pemantauan kesehatan hutan pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga aktif dalam organisasi dan kepanitian, diantaranya anggota Komisi II DPM Fahutan, anggota Tree Grower Community, ketua Komisi II DPM KM IPB sekaligus sebagai anggota BP III MPM KM IPB, anggota kepanitian TGC in Action, ketua pelaksana kegiatan EksFloraSI yang diadakan TGC, anggota komisi pemilihan raya wilayah Fahutan, dan ketua panitia pengawas pemira KM IPB. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Sancang Timur dan Papandayan, dan Praktik Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat serta lokasi lainnya pada tahun 2012.


Dokumen yang terkait

Komposisi dan Struktur Tegakan pada Areal Bekas Tebangan Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat)

3 21 271

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Pertumbuhan Tanaman Shorea leprosula Miq dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat)

1 9 81

Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq) Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di Areal IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah)

1 15 5

Kualitas Tanah pada Areal Tebang Pilih Tanam Jalur di IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma Provinsi Kalimantan Tengah

0 6 5

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Kualitas tanah pada sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur(TPTJ) di areal kerja IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma provinsi Kalimantan Tengah

1 14 77

Kondisi Vegetasi Pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur Di Kalimantan Tengah

8 55 134

Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah

1 21 29

Komposisi Functional Species Group pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Area IUPHHK-HA PT Sarpatim, Kalimantan Tengah

0 12 37