MAKALAH MENANGANI PERILAKU SYIRIK DALAM

MAKALAH
MENANGANI PERILAKU SYIRIK DALAM BIDANG REJEKI
DENGAN TAUHID
Diajukan untuk memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam dan Etika

Disusun oleh:

Nimah Sakinah (1401164266)

MB-40-11
TELKOM UNIVERSITY
Jalan Telekomunikasi No.1 Telepon (022) 7564 108
2016/2017

DAFTAR ISI
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1. 3 Tujuan.................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................................3
2.1 Pengertian Tauhid dan Ilmu Tauhid....................................................................3
2.2 Pembagian Tauhid..............................................................................................5
2.3 Sebab-Sebab Penyimpangan Tauhid....................................................................9
2.4 Cara-Cara Penanggulangan Penyimpangan Tauhid...........................................11
BAB III........................................................................................................................12
PENUTUP...................................................................................................................12
3.1 Simpulan............................................................................................................12
3.2 Saran..................................................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Manusia berdasarkan fitrah dan akal sehat pasti mengakui bahwa Allah itu
Esa, tidak bersekutu istilah ini yang disebut Tauhid. Tauhid adalah kunci dari makna
hidup, bahkan manusia dan jin diciptakan hanya untuk bertauhid kepada Allah semata
seperti yang telah dijelaskan dalam Firman Allah melalui (QS. Al-Ikhlas:1-4 ) yang
sudah jelas jika Allah adalah satu dan kita wajib beribadah kepada Allah SWT serta
janganlah menyutukan-Nya. Pembahasan mengenai Tauhid merupakan hal yang

paling urgen dalam Agama Islam, dimana Tauhid mengambil peranan penting dalam
membentuk pribadi-pribadi yang tangguh, selain juga sebagai inti atau akar daripada
‘Aqidah Islamiyah.
Namun rupanya saat ini pembahasan masalah 'Aqidah menjadi sesuatu yang
terkesampingkan dalam kehidupan, kencenderungan masyarakat yang hedonis
dengan persaingan hidup yang begitu ketat, sehingga urusan-urusan dunia menjadi
suatu hal yang menyita perhatian manusia daripada hal-hal lainnya, termasuk masalah
keberagamaan, sehingga kita dapatkan banyak sekali penyimpangan demi
penyimpangan yang terjadi di tengah-tengah umat Islam, dengan keadaan yang
semakin hari semakin buruk ini rupanya lambat laun akan menyadarkan kita semua
akan pentingnya peran agama Islam sebagai agama paripurna yang tidak mengatur
urusan ukhrawi saja, namun juga dalam mengatur urusan-urusan duniawi, yang
menjadikan 'aqidah sebagai landasan berfikirnya.

1

1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas masalah dari latar belakang tersebut, maka
dibuatlah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Tauhid dan Ilmu Tauhid?

2. Apa saja pembagian Tauhid itu?
3. Apa yang menjadi penyebab dalam penyimpangan Tauhid?
4. Bagaimana cara menanggulangi penyimpangan Tauhid?
1. 3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka diambil beberapa tujuan diantaranya
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Tauhid serta Ilmunya.
2. Untuk mengetahui ada berapa pembagian Tauhid serta penjelasan
nya.
3. Untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab penyimpangan
Tauhid.
4. Untuk mengetahui cara menanggulangi penyimpangan Tauhid.

2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tauhid dan Ilmu Tauhid
Tauhid merupakan masdar/kata benda dari kata yang berasal dari bahasa arab

yaitu “wahhada-yuwahhidu-tauhiidan” yang artinya menunggalkan sesuatu atau
keesaan. Yang dimaksud disini adalah mempercayai bahwa Allah itu esa. Sedangkan
secara istilah ilmu Tauhid ialah ilmu yang membahas segala kepercayaankepercayaan yang diambil dari dalil dalil keyakinan dan hukum-hukum di dalam
Islam termasuk hukum mempercayakan Allah itu esa.
Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satusatunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil
Ushul, 39). Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang
dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orangorang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid
hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja
Menurut Syeh M, Abduh, ilmu tauhid (ilmu kalam) ialah ilmu yang
membicarakan tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat
yang boleh ada pada-Nya; membicarakan tentang Rosul, untuk menetapkan keutusan
mereka, sifat-sifat yang boleh dipertautkan kepada mereka, dan sifat-sifat yang tidak
mungkin terdapat pada mereka. (Hanafi, 2003: 2). Ilmu tauhid adalah sumber semua
ilmu-ilmu keislaman, sekaligus yang terpenting dan paling utama. Allah SWT
berfirman:
‫فَا ْعلَ ْم أَناهُ َل إإلَهَ إإ ال ا‬
ُ‫ا‬
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq)
melainkan Allah.” (QS. Muhammad: 19)


3

Seandainya ada orang tidak mempercayai keesaan Allah atau mengingkari
perkara-perkara yang menjadi dasar ilmu tauhid, maka orang itu dikatagorikan bukan
muslim dan digelari kafir. Begitu pula halnya, seandainya seorang muslim menukar
kepercayaannya dari mempercayai keesaan Allah, maka kedudukannya juga sama
adalah kafir.
Perkara dasar yang wajib dipercayai dalam ilmu tauhid ialah perkara yang
dalilnya atau buktinya cukup terang dan kuat yang terdapat di dalam Al Quran atau
Hadis yang shahih. Perkara ini tidak boleh dita’wil atau ditukar maknanya yang asli
dengan makna yang lain.
Ilmu Tauhid juga mempunyai penamaan atau nama lain, diantaranya sebagai
berikut :
 Ilmu ‘Aqa’id: ‘Aqdun artinya tali atau pengikat. ‘Aqa’id adalah bentuk
jama’ dari ‘Aqdun. Disebut ‘Aqa’id, karena didalamnya mempelajari
tentang keimanan yang mengikat hati seseorang dengan Allah, baik
meyakini wujud-Nya, ke-Esaan-Nya atau kekuasaan-Nya.
 Ilmu Kalam: kalam artinya pembicaraan. Disebut ilmu kalam, karena
dalam


ilmu

ini

banyak

membutuhkan

diskusi,

pembahasan,

keterangan-keterangan dan hujjah (alasan) yang lebih banyak dari ilmu
lain.
 Ilmu Ushuluddin: Ushuluddin artinya pokok-pokok agama. Disebut
Ilmu Ushuluddin, karena didalamnya membahas prinsip-prinsip ajaran
agama, sedang ilmu yang lainnya disebut furu’ad-Din (cabang-cabang
agama), yang harus berpijak diatas ushuluddin.
 Ilmu Ma’rifat: ma’rifat artinya pengetahuan. Disebut ilmu ma’rifat,
karena didalamnya mengandung bimbingan dan arahan kepada kepada

umat manusia untuk mengenal khaliqnya. (Zakaria 2008:1)

4

2.2 Pembagian Tauhid
Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama
sejak dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa ada tauhid terbagi
menjadi 3:
1. Tauhid Rububiyah
2. Tauhid Uluhiyah
3. Tauhid Al Asma Was Shifat
Tauhid Rububiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian
yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah
Ta’ala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang mengatur
dan mengubah keadaan mereka. (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17). Meyakini
Rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam
semesta, misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh Allah, Allah
lah yang memberikan rizqi, Allah yang mendatangkan badai dan hujan, Allah
menggerakan bintang-bintang, dll. Di nyatakan dalam Al Qur’an:


“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan
mengadakan gelap dan terang namun orang-orang yang kafr
mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka” (QS. Al
An’am: 1)
Dan perhatikanlah baik-baik, Tauhid Rububiyyah ini diyakini
semua orang baik mukmin, maupun kafr, sejak dahulu hingga
sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah kepada Allah.
Hal ini dikhabarkan dalam Al Qur’an:

5

“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang
kafr jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan mereka’’, niscaya
mereka akan menjawab ‘Allah’ maka betapakah mereka (dapat)
dipalingkan (dari jalan yang benar)”. (QS. Az Zukhruf: 87)

“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang
kafr jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan langit dan bumi serta
menjalankan


matahari

juga

bulan’’,

niscaya

mereka

akan

menjawab ‘Allah’ maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari
jalan yang benar)”. (QS. Al Ankabut 61)
Oleh

karena

itu


kita

dapati

ayahanda

dari

Rasulullah

Shallallahu’alaihi Wasallam bernama Abdullah, yang artinya hamba
Allah. Padahal ketika Abdullah diberi nama demikian, Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam tentunya belum lahir. Adapun yang
tidak mengimani rububiyah Allah adalah kaum komunis atheis.
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berkata: “Orang-orang komunis
tidak mengakui adanya Tuhan. Dengan keyakinan mereka yang
demikian, berarti mereka lebih kufur daripada orang-orang kafr
jahiliyah” (Lihat Minhaj Firqotin Najiyyah).
Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala
bentuk peribadahan baik yang zhahir maupun batin (Al Jadid Syarh

Kitab Tauhid, 17). Dalilnya:

6

“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada
Engkaulah Kami meminta pertolongan” (Q.S Al Fatihah: 5)
Sedangkan makna ibadah adalah semua hal yang dicintai
oleh Allah baik berupa

perkataan maupun perbuatan. Yang

dimaksud dengan hal yang dicintai Allah yaitu segala sesuatu yang
telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang
dijanjikan balasan kebaikan bila melakukannya. Seperti shalat,
puasa, bershodaqoh, menyembelih. Termasuk ibadah juga berdoa,
cinta, bertawakkal, istighotsah dan isti’anah. Maka seorang yang
bertauhid uluhiyah hanya meyerahkan semua ibadah ini kepada
Allah semata, dan tidak kepada yang lain. Sedangkan orang kafr
jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga memohon,
berdoa, beristighotsah kepada selain Allah. Dan inilah yang
diperangi Rasulullah, ini juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul
seluruhnya,

mendakwahkan

Tauhid

Uluhiyyah.

Allah

Ta’ala

berfrman:

”Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang

7

telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi
dan

perhatikanlah

bagaimana

kesudahan

orang-orang

yang

mendustakan (Rasul-Rasul).” (Q.S An-Nahl: 36)
Syaikh DR. Shalih Al Fauzan berkata: “Dari tiga bagian tauhid
ini yang paling ditekankan adalah Tauhid Uluhiyah. Karena ini
adalah misi dakwah para rasul, dan alasan diturunkannya kitabkitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah. Semua itu
adalah

agar

hanya

Allah

saja

yang

disembah,

dan

agar

penghambaan kepada selain-Nya ditinggalkan” (Lihat Syarh Aqidah
Ath Thahawiyah).
Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah mentauhidkan Allah
Ta’ala dalam penetapan nama dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan
yang Ia tetapkan bagi diri-Nya dalam Al Qur’an dan Hadits
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Cara bertauhid Asma wa
Sifat Allah ialah dengan menetapkan nama dan sifat Allah sesuai
yang Allah tetapkan bagi diri-Nya dan menafkan nama dan sifat
yang Allah nafkan dari diri-Nya, dengan tanpa tahrif, tanpa ta’thil
dan tanpa takyif (Lihat Syarh Tsalatsatil Ushul). Allah Ta’ala
berfrman yang artinya:

“Hanya milik Allah Asmaa-ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut Asmaa-ul Husna itu dan tinggalkanlah orangorang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) namanama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa
yang telah mereka kerjakan” (Q.S Al-A’Raf: 180)

8

Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang
nama atau sifat Allah dari makna zhahir-nya menjadi makna lain
yang

batil.

Sebagai

misalnya

kata

‘istiwa’

yang

artinya

‘bersemayam’ dipalingkan menjadi ‘menguasai’
Ta’thil adalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat
Allah. Sebagaimana sebagian orang yang menolak bahwa Allah
berada di atas langit dan mereka berkata Allah berada di manamana.
Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal
Allah sama sekali tidak serupa dengan makhluknya, sehingga tidak
ada makhluk yang mampu menggambarkan hakikat wujudnya.
Misalnya sebagian orang berusaha menggambarkan bentuk tangan
Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-lain.
Adapun penyimpangan lain dalam tauhid asma wa sifat Allah adalah
tasybih dan tafwidh.
Tasybih adalah menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat
makhluk-Nya. Padahal Allah berfrman yang artinya:

“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu
dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang
ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang
biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan
Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat”. (Q.S AsySyura: 11)

9

Kemudian tafwidh, yaitu tidak menolak nama atau sifat Allah
namun enggan menetapkan maknanya. Misalnya sebagian orang
yang berkata ‘Allah Ta’ala memang ber-istiwa di atas ‘Arsy namun
kita tidak tahu maknanya. Makna istiwa kita serahkan kepada
Allah’. Pemahaman ini tidak benar karena Allah Ta’ala telah
mengabarkan sifat-sifatNya dalam Qur’an dan Sunnah agar hambahamba-Nya mengetahui. Dan Allah telah mengabarkannya dengan
bahasa Arab yang jelas dipahami. Maka jika kita berpemahaman
tafwidh

maka

sama

dengan

menganggap

perbuatan

Allah

mengabarkan sifat-sifatNya dalam Al Qur’an adalah sia-sia karena
tidak dapat dipahami oleh hamba-Nya.

2.3 Sebab-Sebab Penyimpangan Tauhid
Penyimpangan dari tauhid yang benar merupakan kunci dari
kehancuran. Tanpa tauhid yang benar, seseorang akan menjadi
mangsa dari persangkaan dan keragu-raguan yang lama kelamaan
menumpuk dan menghalangi dari pandangan yang benar terhadap
jalan hidup kebahagiaan, sehingga hidupnya akan terasa sempit
dan ia ingin terbebas dari kesempitan itu melalui penyimpangan
tauhid.
Berikut adalah contoh kasus dari penyimpangan Tauhid
Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah, dan Tauhid Al-Asma was Sifat:
Penyimpangan Dalam Tauhid Rububiyyah
Penyimpangan

dalam

Tauhid

Rububiyyah

yaitu

dengan

meyakini adanya yang menciptakan, menguasai, dan mengatur
alam semesta ini selain Allah Azza wa Jalla dalam hal yang hanya
dimampui oleh Allah Azza wa Jalla.

10

Seperti keyakinan bahwa penguasa dan pengatur Laut
Selatan adalah Nyi Roro Kidul. Ini suatu keyakinan yang bathil.
Barangsiapa meyakini bahwa penguasa dan pengatur laut selatan
adalah Nyi Roro Kidul maka dia telah berbuat syirik (menyekutukan
Allah Azza wa Jalla) dalam Rububiyyah-Nya. Karena hanya Allah-lah
Yang Menguasai dan Mengatur alam semesta ini. Begitu juga
barangsiapa meyakini bahwa yang mengatur padi-padian adalah
Dewi Sri, berarti ia telah syirik dalam hal Rububiyyah-Nya, karena
hanya Allah-lah Yang Maha Menciptakan dan Mengatur alam
semesta ini.
Meyakini bahwa benda tertentu bisa memberi perlindungan
dan pertolongan terhadap dirinya seperti jimat, keris, cincin, batu,
pohon, dan lain-lain. Serta keyakinan bahwa sebagian para wali bisa
memberi rizki, dan bisa pula memberi barokah, juga termasuk
kesyirikan dalam Rububiyyah-Nya
Penyimpangan-penyimpangan dalam Tauhid Uluhiyyah.
Penyimpangan

dalam

tauhid

jenis

ini

yaitu

dengan

memalingkan ibadah kepada selain Allah Azza wa Jalla seperti
berdoa kepada kuburan atau ahli kubur, meminta pertolongan
kepada

jin,

meminta

barokah

kepada

orang

tertentu,

menyandarkan nasibnya (bertawakkal) kepada benda tertentu,
seperti batu, jimat, cincin, keris, dan semacamnya. Karena do’a dan
tawakkal termasuk ibadah, maka harus ditujukan hanya kepada
Allah Azza wa Jalla semata.

11

Penyimpangan dalam tauhid Al-Asma’ wa Ash Shifat:
 Tidak meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla mempunyai
sifat-sifat

yang

sempurna

tersebut.

Padahal

telah

disebutkan dalam Al-Qur’an atau dalam hadits Nabi
Shalallahu ‘alaihi wa Sallam yang shahih.
 Menyerupakan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla dengan
sifat-sifat makhluk-Nya. Padahal Allah Azza wa Jalla
telah berfman (artinya):”Tidak ada sesuatupun yang
menyerupai Allah dan Dia Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (Q.S Asy Syura: 11).
 Menyelewengkan atau menta’wil makna Al-Asma’ul
Husna, yang berujung pada peniadaan sifat-sifat Allah
Azza wa Jalla.
 Menentukan cara dari sifat-sifat Allah Azza wa Jalla,
yang bermuara pada penyerupaan dengan makhlukNya.

2.4 Cara-Cara Penanggulangan Penyimpangan Tauhid
Cara

menanggulangi

kasus

dari

penyimpangan

diatas

teringkas poin-poin sebagai berikut:
 Kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah untuk
mengambil aqidah sholeh.
 Mengkaji aqidah golongan sesat dan mengenal syubhatsyubhat

mereka

untuk

waspada

dan

membantah

mereka serta membentengi diri kita dari golongan sesat
tersebut.
 Memberi perhatian pada pengajaran aqidah sholeh,
aqidah salaf, diberbagai jenjang pendidikan

12

 Menetapkan
materi

kitab-kitab

pelajaran

salaf

yang

sehingga

bersih

sebagai

kitab-kitab

yang

berdakwah

untuk

menyeleweng harus dijauhkan.
 Menyebarkan

para

Da’I

dan

meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan
aqidah salaf serta menjawab dan menolak seluruh
aqidah batil
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Tauhid sebagai pondasi agama mempunyai pengertian yang membahas
tentang segala kepercayaan-kepercayaan yang diambil dari dalil-dalil keyakinan dan
hukum-hukum di dalam Islam termasuk hukum mempercayakan Allah itu esa. Kita
sebagai muslim tidak boleh menyekutukan Allah dalam Rububiyah (ketuhanan),
Uluhiyah (ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.karena kalau kita menyekutukan Allah sama
sama saja kita menghancurkan agama kita sendiri. Selain itu, karena Allah merupakan
Dzat yang maha Esa, maka kita tidak boleh meminta pertolongan untuk mencari
rezeki, menyelamatkan dari mara bahaya kepada jin, kuburan, ataupun benda
keramat.
Apabila kita meminta bantuan kepada jin, jin juga merupakan hamba Allah
yang diciptakan semata-mata hanya untuk menyembah Allah dan apabila kita
menyembah kepada selain Allah maka kita telah menjadi orang yang Musyrik.Tauhid
merupakan kewajiban utama dan pertama yang diperintahkan oleh Allah SWT. Oleh
karena itu, sangatlah penting bagi kita kaum muslim untuk mengerti hakekat dan
kedudukan tauhid. Hakekat tauhid adalah mengesakan Allah.

13

3.2 Saran
Dari zaman ke zaman, banyak orang yang melenceng dari ajaran tauhid
tersebut karena ketidakpahaman tentang mempelajari ilmu tauhid. Maka dari itu, kita
sebaiknya memperdalam ilmu agama terutama dalam ilmu tauhid, dan kita juga harus
mengamalkan nya di kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

http://hamkaqolbu.blogspot.co.id/2013/03/makalah-ilmu-tauhid.html
http://orgawam.wordpress.com/2012/11/07/definisi-tauhid-dan-ilmu-tauhid/
http://www.mediapustaka.com/2014/08/makalah-agama-islam-aqidah-tauhid.html
http://buletin-alilmu.net/2010/06/03/pembagian-tauhid-dan-penyimpanganpenyimpangannya/

14