Dari hasil pengetahuan didapati hanya 33 responden mengetahui bahwa tidak perlu dilakukan pemberian obat anti diare pada balita. Obat-obatan anti diare tidak boleh
diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal
Kemenkes, 2011. Disamping itu meskipun angka kematian akibat diare makin menurun, namun komplikasi diare yang dapat menimbulkan kematian masih sering
terjadi. Adapun komplikasi yang berbahaya bagi balita adalah dehidrasi. Dehidrasi yang berat merupakan penyebab utama kematian pada balita penderita diare Depkes
RI, 2006. Sebanyak 74 responden 74 mengetahui komplikasi diare adalah dehidrasikekurangan cairan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu mengenai diare pada balita di Kelurahan Tanjung Sari sebagian besar memiliki pengetahuan sedang sebanyak 48
orang 48. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Assiddiqi 2009 di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru tentang penanganan awal diare
pada balita yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu mayoritas berpengetahuan sedang. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Nurrokhim 2007 di Kabupaten
Sukoharjo dimana 47.80 respondennya berpengetahuan cukup. Menurut Notoadmodjo 2003, bahwa pengetahuan seseorang biasanya dipengaruhi berbagai
faktor, antara lain pengalaman, pendidikan, keyakinan, dan penghasilan. Menurut asumsi peneliti, pengetahuan ibu dalam penelitian ini dikategorikan cukup salah
satunya dipengaruhi faktor pendidikan, dimana sebagian besar responden adalah berpendidikan SMA.
5.2.3. Tindakan
Dari hasil penelitian, sebanyak 77 responden 77 melakukan pemberian oralit pada balita yang sedang diare. Oralit merupakan cairan terbaik bagi penderitadiare untuk
mengganti cairan yang hilang Kemenkes RI, 2011. Adapun 83 responden melakukan pemberian cairan tambahan lainnya jika oralit tidak tersedia, antara lain
larutan gula-garam, air tajin, dan kuah sayur.
Universitas Sumatera Utara
Tindakan yang masih salah dalam masyarakat salah satunya adalah pemberian obat- obatan anti diare. Pemberian obat anti diare tidak dianjurkan, karena terbukti tidak
bermanfaat bahkan memiliki efek samping yang berbahaya Kemenkes RI, 2011. Dalam penelitian ini sebanyak 44 responden tidak memberikan obat anti diare pada
balita, sementara sebagian lainnya 56 memberikan obat anti diare. Sebagian besar responden melakukan tindakan yang benar mengenai pemberian
makanan dan minuman pada balita yang mengalami diare. Pemberian makanan selama diare tidak boleh dikurangi, bahkan diberi lebih banyak dalam porsi yang
kecil namun sering, yang bertujuan mempercepat penyembuhan Kemenkes RI, 2011. Sebanyak 66 responden tidak mengurangi porsi makanan pada balita.
Adapun pemberian cairan termasuk air putih yang telah dimasak diperlukan dalam jumlah yang banyak untuk mengganti cairan yang hilang. Sebanyak 79 responden
melakukan tindakan yang benar mengenai pemberian air putih yang lebih banyak. Langkah keempat dalam program Lintas Diare adalah pemberian antibiotika hanya
atas indikasi. Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada
penderita diare dengan darah Kemenkes RI, 2011. Sebanyak 66 responden melakukan tindakan yang benar, yaitu tidak memberikan antibiotika tanpa resep
dokter. Sebanyak 79 responden melakukan tindakan yang benar yaitu mendatangi pusat
kesehatan jika anak menunjukkan gejala dehidrasi antara lain terlihat lesu dan tidak mau minum. Bila balita tidak bisa minum, harus segera dibawa ke sarana kesehatan
untuk mendapat pertolongan cairan melalui infuse Kemenkes RI, 2011. Sementara itu sebanyak 80 responden melakukan tindakan pencegahan diare, yaitu mencuci
botol susudot dengan air sabun sebelum digunakan, dan 81 responden mencuci tangan sebelum memberi makan balita. Kebiasaan mencuci tangan memiliki peranan
penting dalam pemutusan penularan diare Depkes RI, 2006. Pemberian makanan kaya kalsium misalnya pisang, buah segar, atau air kelapa hijau
dapat membantu mempercepat proses penyembuhan balita saat diare. Sebanyak 80
Universitas Sumatera Utara
responden melakukan tindakan yang benar dalam memberikan makanan kaya kalsium pada balita yang mengalami diare.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan ibu mengenai diare pada balita di Kelurahan Tanjung Sari sebagian besar memiliki tindakan baik. Hal ini dapat dilihat
di tabel 5.7. dimana jumlah responden dengan kategori tindakan baik sebanyak 58 orang 58. Hal ini berbeda dengan penelitian Pujiastuti 2003 dimana mayoritas
tindakan responden pada penelitian tersebut adalah kurang yaitu sebanyak 49.8.
5.2.4. Hubungan Pengetahuan dan Tindakan