Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Tindakan Ibu Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2011

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN

TINDAKAN IBU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA

DI KELURAHAN TANJUNG SARI TAHUN 2011

Oleh :

TAMI FEDIANI

080100160

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN

TINDAKAN IBU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA

DI KELURAHAN TANJUNG SARI TAHUN 2011

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

TAMI FEDIANI

NIM: 080100160

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN TINDAKAN IBU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA

DI KELURAHAN TANJUNG SARI TAHUN 2011

Nama : Tami Fediani NIM : 080100160

Pembimbing Penguji I

(dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes) (dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M.Med.Ed) NIP: 19690609 199903 2 001 NIP: 19741019 200112 2 001

Penguji II

(dr. Juliandi Harahap, MA) NIP: 19700702 199802 1 001

Medan, 9 Januari 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Diare merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada anak di seluruh dunia. Setiap tahunnya sekitar 2 miliar kasus diare terjadi dengan kematian 1.5 juta pertahunnya. Di Provinsi Sumatera Utara, diare merupakan penyakit kedua penyebab kunjungan terbanyak ke puskesmas, dimana Case Fatality Rate nya sebesar 4.78%. Diare memerlukan penanganan yang cepat dan tepat, karena itulah pengetahuan keluarga terutama ibu mengenai diare sangat penting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan tindakan ibu terhadap kejadian diare pada balita di Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2011.

Metode penelitian ini bersifat analitik dengan besar sampel sebanyak 100 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-November 2011 dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang (48%) dengan sebagian besar berpendidikan SMA (48%). Didapatkan mayoritas tindakan termasuk dalam kategori baik (58%). Didapati hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan tindakan ibu terhadap kejadian diare pada balita dengan hasil p value chi square 0.0001 (<0.05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu sedang, tindakan ibu baik, dan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan tindakan ibu. Diharapkan dari hasil penelitian ini, pemerintah dan puskesmas dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan dengan metode yang lebih efektif.


(5)

ABSTRACT

Diarrhea is one of the major causes of mortality and morbidity in children worldwide. Each year about 2 billion cases of diarrhea occur with 1.5 million deaths annually. In North Sumatra, diarrheal disease is the second largest cause of visits to a health center, where its Case Fatality Rate is 4.78%. Diarrhea requiring fast and precise handling, that’s why the family especially the mother's knowledge about diarrhea is very important. The objective of this study was to determine the relationship between the mother's knowledge and the mother’s practice about incidence of diarrhea in toddlers Kelurahan Tanjung Sari in 2011.

This research method is analytic, with a sample size of 100 people. This research was conducted from October until November 2011 and data were collected using a questionnaire. The results of this study indicate the majority of respondents currently have moderate level of knowledge (48%) with mostly high school educated (48%). Most of the practice level of respondents are good practice category (58%). There was a significant association between mother’s level of knowledge with mother’s level of practice on the incidence of diarrhea in toddler with the results of chi-square p value 0.0001 (<0.05). The conclusions of this study are the mother’s level of knowledge was moderate, the mother’s level of practice was good, and there was a relationship between the level of knowledge of mothers with maternal practice. Hence, from the results of this research, government and community health centers should increase the society’s level of knowledge through counseling with a more effective method.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul

”Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Tindakan Ibu terhadap KEjadian Diare pada Balita di Kelurahan Tanjung Sari tahun 2011” .

Karya tulis ilmiah ini merupakan syarat dalam menyelesaikan pendidikan sarjana kedokteran di Universitas Sumatera Utara. Dengan selesainya karya tulis ilmiah ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing yang dengan tulus meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, motivasi dan semangat sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.

3. Ibu dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M.MED.Ed selaku Dosen Penguji I dan Bapak dr. Juliandi Harahap, MA, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan-masukan untuk penyempurnaan penulisan karya tulis ini.

4. Bapak dr. Lambok Siahaan, MKT selaku penasehat akademik yang telah memberi motivasi dan bantuan selama penulis mengikuti pendidikan dokter di Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh Dosen dan pegawai di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara untuk semua jasa-jasanya dalam memberikan bantuan selama perkuliahan.

6. Seluruh staf dan pegawai Kantor Kelurahan Tanjung Sari dan Puskesmas Pembantu Tanjung Sari yang sangat kooperatif sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

7. Rasa hormat, sayang dan terimakasih yang tak terhingga penulis hantarkan kepada ayahanda dan ibunda tercinta, Hariadi, SST. MT dan Octaviana Said. Berkat doa dan dukungan yang tak terbatas dari beliau penulis dapat


(7)

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik. Semoga Allah SWT senantiasa selalu memberkahi dan memberi kesehatan kepada keduanya

8. Muhammad Rafli Karta Rosandi, S.St, sebagai abang, Dini Feduyasih S.Ked sebagai kakak, dan Tiya Mulani, sebagai adik yang selalu memberi bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ini.

9. Keluarga besar paman Ermansyah Said dan bude Desniarti Said yang telah membantu selama penulis menjalani perkuliahan di Medan.

10. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu mendukung selama ini yaitu Rizal, Tical, Nana, Ade, Acit, Ichan, Febrine, dan teman-teman stambuk 2008 yang lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu. Terimakasih untuk persahabatan dan dukungannya kepada penulis.

Penulis menyadari pada penelitian ini terdapat banyak kekurangan dan penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini akan bermanfaat bagi semua pihak demi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Desember 2011


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Diare ... 4

2.1.1. Definisi ... 4

2.1.2. Etiologi ... 4

2.1.3. Cara Penularan dan Faktor Risiko ... 5

2.1.4. Klasifikasi ... 6

2.1.5. Patofisiologi ... 6

2.1.6. Manifestasi Klinis ... 8

2.1.7. Diagnosis ... 8

2.1.8. Penatalaksanaan ... 11

2.1.9. Pencegahan ... 14

2.2. Pengetahuan ... 19

2.2.1. Pengertian Pengetahuan ... 19

2.2.2. Tingkatan Pengetahuan ... 20

2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 21

2.3. Tindakan ... 22

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 24

3.1. Kerangka Konsep ... 24

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 25

3.3. Hipotesis ... 25


(9)

4.1. Jenis Penelitian ... 26

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 26

4.3. Populasi dan Sampel ... 26

4.3.1. Populasi ... 26

4.3.2. Sampel ... 26

4.3.3. Besar Sampel ... 27

4.4. Instrumen Penelitian ... 28

4.4.1. Pengukuran Pengetahuan ... 28

4.4.2. Pengukuran Tindakan ... 28

4.5. Teknik Pengumpulan Data ... 28

4.5.1. Data Primer ... 28

4.5.2. Data Sekunder ... 29

4.5.3. Uji Validitas dan Relibilitas ... 29

4.6. Pengolahan dan Analisa Data... 29

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

5.1. Hasil Penelitian ... 32

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 32

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 33

5.1.3 Pengetahuan Responden ... 35

5.1.4. Tindakan Responden ... 36

5.1.5. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan ... 38

5.2. Pembahasan ... 40

5.2.1. Karakteristik Responden ... 40

5.2.2. Pengetahuan... 41

5.2.3 Tindakan ... 42

5.2.4. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan ... 44

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

6.1. Kesimpulan ... 46

6.2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995 10

Tabel 2.2. Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur 12

Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Cara Ukur, dan Skala

24

Tabel 4.1. Chi square Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Tindakan Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita

29

Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan umur 32 Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan tingkat

pendidikan

33

Tabel 5.3. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan 33 Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan persentasi pengetahuan

responden tiap pertanyaan pengetahuan mengenai diare pada balita

34

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi dan persentasi tingkat pengetahuan responden mengenai diare pada balita di Kelurahan Tanjung Sari

35

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi dan persentasi tindakan responden tiap pernyataan tindakan mengenai diare pada balita

36

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi dan persentasi tingkat tindakan responden mengenai diare pada balita di Kelurahan Tanjung Sari

37

Tabel 5.8. Data hubungan pengetahuan dengan tindakan ibu terhadap diare pada balita di Kelurahan Tanjung Sari tahun 2011


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran 1 Riwayat Hidup Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Informed Consent

Lampiran 4 Surat Izin dan Surat Tanda Selesai Penelitian Lampiran 5 Ethical Clearance

Lampiran 6 Data Induk Lampiran 7 Output SPSS


(13)

ABSTRAK

Diare merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada anak di seluruh dunia. Setiap tahunnya sekitar 2 miliar kasus diare terjadi dengan kematian 1.5 juta pertahunnya. Di Provinsi Sumatera Utara, diare merupakan penyakit kedua penyebab kunjungan terbanyak ke puskesmas, dimana Case Fatality Rate nya sebesar 4.78%. Diare memerlukan penanganan yang cepat dan tepat, karena itulah pengetahuan keluarga terutama ibu mengenai diare sangat penting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan tindakan ibu terhadap kejadian diare pada balita di Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2011.

Metode penelitian ini bersifat analitik dengan besar sampel sebanyak 100 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-November 2011 dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang (48%) dengan sebagian besar berpendidikan SMA (48%). Didapatkan mayoritas tindakan termasuk dalam kategori baik (58%). Didapati hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan tindakan ibu terhadap kejadian diare pada balita dengan hasil p value chi square 0.0001 (<0.05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu sedang, tindakan ibu baik, dan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan tindakan ibu. Diharapkan dari hasil penelitian ini, pemerintah dan puskesmas dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan dengan metode yang lebih efektif.


(14)

ABSTRACT

Diarrhea is one of the major causes of mortality and morbidity in children worldwide. Each year about 2 billion cases of diarrhea occur with 1.5 million deaths annually. In North Sumatra, diarrheal disease is the second largest cause of visits to a health center, where its Case Fatality Rate is 4.78%. Diarrhea requiring fast and precise handling, that’s why the family especially the mother's knowledge about diarrhea is very important. The objective of this study was to determine the relationship between the mother's knowledge and the mother’s practice about incidence of diarrhea in toddlers Kelurahan Tanjung Sari in 2011.

This research method is analytic, with a sample size of 100 people. This research was conducted from October until November 2011 and data were collected using a questionnaire. The results of this study indicate the majority of respondents currently have moderate level of knowledge (48%) with mostly high school educated (48%). Most of the practice level of respondents are good practice category (58%). There was a significant association between mother’s level of knowledge with mother’s level of practice on the incidence of diarrhea in toddler with the results of chi-square p value 0.0001 (<0.05). The conclusions of this study are the mother’s level of knowledge was moderate, the mother’s level of practice was good, and there was a relationship between the level of knowledge of mothers with maternal practice. Hence, from the results of this research, government and community health centers should increase the society’s level of knowledge through counseling with a more effective method.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Menurut data World Health

Organization (WHO) pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada

anak dibawah 5 tahun.

Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).

Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan angka kematian akibat diare adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7% dengan jumlah penderita diare adalah 3.661 orang. Untuk tahun 2006, penderita diare di Indonesia adalah 10.280 orang dengan angka kematian 2.5%.

Sementara dari data Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Utara tahun 2008, diare menduduki urutan kedua dari sepuluh penyebab terbanyak kunjungan ke puskesmas setelah Influenza dengan tingkat kematian pada penyakit diare mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2008 Case Fatality Rate (CFR) akibat diare sebesar 4.78% dengan 10 penderita meninggal dari 209 kasus. Angka ini naik dari tahun sebelumnya yaitu dengan CFR 1.31% dengan 4 penderita meninggal dari 304 kasus.

Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goals/ MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi


(16)

Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Kemenkes, 2011).

Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya kematian, malnutrisi, ataupun kesembuhan pada pasien penderita diare. Pada balita, kejadian diare lebih berbahaya dibanding pada orang dewasa dikarenakan komposisi tubuh balita yang lebih banyak mengandung air dibanding dewasa. Jika terjadi diare, balita lebih rentan mengalami dehidrasi dan komplikasi lainnya yang dapat merujuk pada malnutrisi ataupun kematian.

Faktor ibu berperan sangat penting dalam kejadian diare pada balita. Ibu adalah sosok yang paling dekat dengan balita. Jika balita terserang diare maka tindakan-tindakan yang ibu ambil akan menentukan perjalanan penyakitnya. Tindakan tersebut dipengaruhi berbagai hal, salah satunya adalah pengetahuan.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan ibu mengenai diare meliputi pengertian, penyebab, gejala klinis, pencegahan, dan cara penanganan yang tepat dari penyakit diare pada balita berperan penting dalam penurunan angka kematian dan pencegahan kejadian diare serta malnutrisi pada anak. Pada penelitian sebelumnya oleh Pujiastuti (2003) di Karanganyar didapati adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan sikap ibu, dan juga antara pengetahuan ibu dengan tindakan ibu terhadap pencegahan diare pada balita.

Dengan keadaan ini penulis tertarik untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan tindakan ibu terhadap kejadian diare pada balita di Kelurahan Tanjung Sari tahun 2011.


(17)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat masalah atau pertanyaan yaitu ;

Apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan tindakan ibu terhadap kejadian diare pada balita di Kelurahan Tanjung Sari tahun 2011?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum:

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan tindakan ibu terhadap kejadian diare pada balita di Kelurahan Tanjung Sari tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus:

a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap kejadian diare pada balita di Kelurahan Tanjung Sari tahun 2011.

b. Mengetahui tindakan yang dilakukan ibu terhadap kejadian diare pada balita di Kelurahan Tanjung Sari tahun 2011.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu :

a. Sebagai pengalaman yang sangat berharga sekaligus tambahan pengetahuan bagi penulis.

b. Dapat menjadi masukan bagi puskesmas Tanjung Sari untuk evaluasi dalam promosi kesehatan mengenai diare pada masyarakat.

c. Dapat memacu masyarakat khususnya para ibu untuk lebih meningkatkan pengetahuan mengenai diare agar dapat melakukan tindakan yang benar jika terjadi diare.

d. Sebagai informasi tambahan untuk instansi dan mahasiswa yang akan melakukan penelitian lainnya.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diare 2.1.1. Definisi

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).

Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.

Sedangkan menurut Boyle (2000), diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3 tahun, yang volume tinjanya sudah sama dengan orang dewasa, volume >200 g/kg/24 jam disebut diare. Frekuensi dan konsistensi bukan merupakan indikator untuk volume tinja.

2.1.2. Etiologi

Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:

1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas

2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus

3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis

4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.


(19)

(Simadibrata, 2006).

2.1.3. Cara Penularan dan Faktor Risiko

Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).

Faktor risiko terjadinya diare adalah: 1. Faktor perilaku

2. Faktor lingkungan Faktor perilaku antara lain:

a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare

karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu

c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak

d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis Faktor lingkungan antara lain:

a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK)

b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk

Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak (Kemenkes RI, 2011).


(20)

2.1.4. Klasifikasi

Terdapat beberapa pembagian diare: 1. Berdasarkan lamanya diare:

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.

b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.

(Suraatmaja, 2007).

2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik: a. Diare sekresi (secretory diarrhea) b. Diare osmotic (osmotic diarrhea) (Suraatmaja, 2007)

2.1.5. Patofisiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah ini: 1. Diare sekretorik

Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum (Simadibrata, 2006).

2. Diare osmotik

Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa (Simadibrata, 2006).


(21)

3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak

Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati (Simadibrata, 2006).

4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit

Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA+K+ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal (Simadibrata, 2006).

5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal

Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid (Simadibrata, 2006).

6. Gangguan permeabilitas usus

Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus (Simadibrata, 2006).

7. Diare inflamasi

Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik (Juffrie, 2010).


(22)

Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan oleh bakteri tersebut (Simadibrata, 2006).

2.1.6 Manifestasi klinis

Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).

2.1.7. Diagnosis 1. Anamnesis

Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas, yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering,


(23)

malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum, pathogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon lebih mengarah ke invasif. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang dihasilkan (Simadibrata, 2006).

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah (Juffrie, 2010).

Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi (Juffrie, 2010).

Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan menggunakan criteria WHO, Skor Maurice King, dan lain-lain (Juffrie, 2010).

Tabel 2.1 Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995

Penilaian A B C

Lihat:


(24)

tidak sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering

Air mata Ada Tidak ada

Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering Rasa haus Minum biasa tidak

haus

*haus, ingin minum banyak

*malas minum atau tidak bisa minum Periksa: turgor

kulit

Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat lambat

Hasil pemeriksaan: Tanpa Dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang Bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain

Dehidrasi berat Bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain

Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C Sumber: Juffrie, 2010.

Cara membaca tabel untuk menentukan kesimpulan derajat dehidrasi : a. Baca tabel penilaian derajat dehidrasi dari kolom kanan ke kiri (C ke A)

b. Kesimpulan derajat dehidrasi penderita ditentukan dari adanya 1 gejala kunci (yang diberi tanda bintang) ditambah minimal 1 gejala yang lain (minimal 1 gejala) pada kolom yang sama.

3. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan, Hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat (Juffrie, 2010).

Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik dapat dilakukan untuk menentukan diagnosa yang pasti. Secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lender, pus, lemak, dan lain-lain. Pemeriksaan mikroskopik melihat ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur cacing, parasit, bakteri, dan lain-lain (Hadi, 2002).


(25)

2.1.8. Penatalaksanaan

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:

1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah 2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut 3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan 4. Antibiotik Selektif

5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

1. Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).

a. Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret


(26)

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

c. Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.

(Kemenkes RI, 2011)

Tabel 2.2. Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur

Umur

Jumlah oralit yang diberikan tiap BAB

Jumlah oralit yang disediakan di rumah

< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus) 1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4 bungkus) > 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus) Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari

Sumber: Depkes RI, 2006

Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti (Juffrie, 2010).

2. Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga


(27)

berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada balita:

a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare(Kemenkes RI, 2011).

3. Pemberian ASI/makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI, 2011).

4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011).


(28)

Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).

5. Pemberian Nasihat

Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:

1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah

2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

a. Diare lebih sering b. Muntah berulang c. Sangat haus

d. Makan/minum sedikit e. Timbul demam f. Tinja berdarah

g. Tidak membaik dalam 3 hari.

2.1.9. Pencegahan

Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006) adalah sebagai berikut:

1. Pemberian ASI

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora


(29)

usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare (Depkes RI, 2006).

Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Depkes RI, 2006).

2. Pemberian Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian (Depkes RI, 2006).

Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik yaitu :

a) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih sering (4 kali sehari) setelah anak berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4-6 kali sehari dan meneruskan pemberian ASI bila mungkin.

b) Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang–kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya. Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta menyuapi anak dengan sendok yang bersih.


(30)

c) Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak

(Depkes RI, 2006)

3. Menggunakan air bersih yang cukup

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2006).

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006).

Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Depkes RI, 2006).

Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:

a) Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.

b) Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber.

c) Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.

d) Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan. (Depkes RI, 2006)


(31)

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006).

5. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga harus buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006).

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

b) Bersihkan jamban secara teratur.

c) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki.

(Depkes RI, 2006)

6. Membuang Tinja Bayi yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang harus diperhatikan:

a) Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.


(32)

b) Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam kakus.

c) Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya (Depkes RI, 2006)

7. Pemberian Imunisasi Campak

Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006).

Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio (Depkes RI, 2006).

Pencegahan terhadap diare atau pencarian terhadap pengobatan diare pada balita termasuk dalam perilaku kesehatan. Adapun perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan (health seeking behavior)


(33)

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.

Untuk menilai baik atau tidaknya perilaku kesehatan seseorang, dapat dinilai dari domain-domain perilaku. Domain-domain tersebut adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dalam penelitian ini domain sikap tidak dinilai, karena merupakan perilaku tertutup (convert behavior). Perilaku tertutup merupakan persepsi seseorang terhadap suatu stimulus, yang mana persepsi ini tidak dapat diamati secara jelas. Sementara tindakan termasuk perilaku terbuka, yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Hal ini dapat secara jelas diamati oleh orang lain (Notoadmodjo, 2003).

2.2. Pengetahuan

2.2.1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).

2.2.2. Tingkatan pengetahuan

Ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yakni : 1. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)


(34)

terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemempuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menybutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

3. Menerapkan (application)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang nyata.

4. Analisa (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke dalam komponen–komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesa (Synthesis)

Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagia –bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulas –formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemempuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian–penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan criteria–criteria yang telah ada.


(35)

2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

3. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

4. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

5. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

6. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.


(36)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Pengetahuan merupakan komponen penting yang menentukan perilaku seseorang. Pengetahuan dapat terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Selain pengetahuan, ada faktor-faktor lain yang menentukan tindakan seseorang. Menurut teori Lawrence Green dalam Notoadmodjo (2007) ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok. Faktor pertama adalah faktor yang mempermudah (predisposing factor) yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain dalam individu atau masyarakat. Faktor kedua adalah faktor pendukung (enabling factor) antara lain umur, status sosial ekonomi, pendidikan, dan sumber daya manusia. Adapun faktor ketiga adalah pendorong (reinforcing factor), yaitu faktor yang memperkuat


(37)

perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan adanya sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan.


(38)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Variabel Independen: Variabel Dependen:

Gambar 3.1. Skema Kerangka Konsep Penelitian

Tingkat pengetahuan ibu mengenai diare pada balita

Tindakan ibu terhadap kejadian diare pada balita


(39)

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Cara Ukur, dan Skala

No Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Cara Ukur

Hasil Ukur Skala

1. Pengetahuan ibu tentang diare pada balita Segala sesuatu yang diketahui ibu mengenai diare pada balita meliputi: pengertian, penyebab, gejala klinis, pengobatan, komplikasi, dan pencegahan

Kuesioner Angket 1. Baik 2. Sedang 3. Kurang

Ordinal

2. Tindakan ibu terhadap kejadian diare pada balita Segala sesuatu yang telah dilakukan ibu sehubungan dengan

kejadian diare pada balita

Kuesioner Angket 1. Baik 2. Sedang 3. Kurang

Ordinal

3.3. Hipotesis alternatif (Ha)

Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan tindakan ibu terhadap kejadian diare pada balita di Kelurahan Tanjung Sari tahun 2011.


(40)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain penelitian

cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari

adanya suatu dinamika korelasi (hubungan) antara faktor resiko dan efek. Dilakukan dengan menggunakan pendekatan observasi dan pengumpulan data sekaligus pada satu saat. Tiap subyek penelitian hanya satu kali saja dilakukan observasi (Imron, 2010).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Kelurahan Tanjung Sari. Alasan pemilihan tempat penelitian adalah karena diare merupakan penyakit urutan keempat dalam sepuluh penyakit terbesar yang menyebabkan masyarakat mendatangi puskesmas pembantu Tanjung Sari pada tahun 2010, dan juga belum pernah dilakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan dan tindakan ibu disana sebelumnya. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Oktober-November tahun 2011.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak balita yang tinggal di Kelurahan Tanjung Sari.

4.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling, yaitu metode penarikan sampel dimana masing-masing subyek atau unit populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel (Wahyuni, 2011).


(41)

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita dan tinggal di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah jika tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian ini.

4.3.3. Besar sampel

Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Uji Hipotesis Satu Populasi, sebagai berikut:

Keterangan:

n = besar sampel minimum

Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu (1.96) Z1- = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu (0.84) P0 = proporsi di populasi (0.5)

Pa = perkiraan proporsi di populasi (0.65)

Pa-P0 = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi (0,15)

Maka besar sampel pada penelitian ini adalah :

(dibulatkan)

4.4. Instrumen Penelitian 4.4.1. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan ibu mengenai diare pada balita berdasarkan jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrument yang digunakan berupa


(42)

kuesioner.Setiap jawaban benar dari responden akan diberi nilai 1, dan jika jawaban responden salah akan diberikan nilai 0.

Selanjutnya tingkat pengetahuan responden diukur dengan menggunakan skala pengukuran sebagai berikut:

1. Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total nilai kuesioner pengetahuan.

2. Sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total nilai kuesioner pengetahuan.

3. Kurang, bila jawaban responden benar < 40% dari total nilai kuesioner pengetahuan.

4.4.2 Pengukuran tindakan

Pengukuran tindakan ibu terhadap kejadian diare pada balita berdasarkan jawaban dari pernyataan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner.Setiap jawaban benar dari responden akan diberi nilai 1, dan jika jawaban responden salah akan diberikan nilai 0.

Selanjutnya tindakan responden diukur dengan menggunakan skala pengukuran sebagai berikut:

1. Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total nilai kuesioner tindakan. 2. Sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total nilai kuesioner

tindakan.

3. Kurang, bila jawaban responden benar < 40% dari total nilai kuesioner tindakan

4.5 Teknik Pengumpulan Data 4.5.1. Data Primer

Data primer adalah data dari jawaban kuesioner yang diisi oleh sampel penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan metode angket.


(43)

4.5.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari Kantor Kelurahan Tanjung Sari dan Kantor Puskesmas Pembantu Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang yang berhubungan dengan data ibu yang memiliki balita di daerah penelitian.

4.5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Adapun teknik korelasi yang biasa dipakai adalah teknik korelasi product moment. Pertanyaan disebut valid apabila nilai dari r hitung lebih besar daripada r tabel.

Reliabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Pertanyaan yang telah diuji validitasnya, akan dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Pada uji reabilitas pertanyaan disebut reliabel jika nilai r>0.60.

Pada penelitian ini uji validitas dan reliabilitas terhadap pertanyaan kuesioner yang dipakai akan menggunakan aplikasi SPSS 17.0.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. Tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa. Tahap ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program computer dengan menggunakan program SPSS versi 17.0. Tahap keempat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Tahap kelima saving yaitu menyimpan data yang sudah di cek untuk kemudian dianalisa.


(44)

Data selanjutnya dianalisa secara bertahap yaitu: 1) Analisa Univariat

Analisa data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentasi tiap variabel yang diteliti. Data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan persentasinya.

2) Analisa Bivariat (Uji Hipotesis)

Uji Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji chi square, yaitu membandingkan frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan (Wahyuni, 2011). Berikut adalah tabel chi square pada penelitian ini:

Tabel 4.1. Chi square Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Tindakan Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita

Pengetahuan Tindakan Total

Baik Sedang Kurang

Baik a b c a+b+c

Sedang d e f d+e+f

Kurang g h i g+h+i

Total a+d+g b+e+h c+f+i a+b+c+d+ e+f+g+h+i

Rumus yang digunakan adalah: =

Keterangan:

O = frekuensi observasi E = frekuensi harapan Ʃ = sigma

X2 = chi square


(45)

Keterangan : b = baris k = kolom

Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel pada derajat

kemaknaan 95% (α=0.05). Apabila p value <0.05 maka Ho ditolak dan apabila p

value>0.05 maka Ho gagal ditolak.


(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang selama bulan Oktober hingga November tahun 2011. Responden pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita dan bertempat tinggal di kelurahan Tanjung Sari. Penelitian ini diikuti oleh 100 orang ibu yang telah bersedia mengikuti penelitian dan menjawab dengan lengkap seluruh pertanyaan dan pernyataan yang tertuang di kuesioner. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jenis penelitian analitik. Proses pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat, tanpa dibawa pulang ke rumah. Kemudian kuesioner dikumpulkan dan selanjutnya dianalisa, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Ditinjau dari letak geografisnya, Kelurahan Tanjung Sari termasuk di dalam Kecamatan Medan Selayang Kota Medan dengan luas wilayah ±520 km2 dan memiliki 14 lingkungan. Secara geografis kelurahan ini dibatasi oleh wilayah-wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Asam Kumbang Tanjung Selamat. b. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Medan Selayang I dan Medan

Selayang II.

c. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Rejo.

d. Sebelah selatan berbatasan dengan Simpang Selayang dan Sempakata.

Sebagian besar tanah di Kelurahan Tanjung Sari digunakan untuk lahan pemukiman, yaitu sekitar 50% dari seluruh luas lahannya. Selain itu lahannya dipergunakan sebagai area perkantoran, area perumahan, sekolah, dan area perladangan/pertanian.


(47)

Jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Sari pada tahun 2009 adalah 10.864 jiwa, dimana sebagian besar adalah warga berusia 13-18 tahun dan usia 19 tahun keatas. Ditinjau dari tingkat pendidikannya, warga Kelurahan Tanjung Sari termasuk berpendidikan sedang, dimana rata-rata warganya berpendidikan SMP, SMA, dan sarjana. Sebagian besar penduduk Kelurahan Tanjung Sari bekerja sebagai karyawan atau pegawai negeri sipil, dan hanya sebagian kecil yang bekerja sebagai petani.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik dapat dibagi menurut usia, pendidikan, dan pekerjaan ibu. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel yang ada di bawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Responden berdasarkan Umur

Umur Responden (tahun) Frekuensi (orang) %

<21 4 4

21-25 11 11

26-30 37 37

31-35 28 28

>35 20 20

Total 100 100

Dari tabel 5.1. tentang distribusi responden berdasarkan umur diketahui bahwa responden dengan kelompok usia <21 tahun adalah sebanyak 4 orang (4%), kelompok usia 21-25 tahun adalah sebanyak 11 orang (11%), kelompok usia 26-30 tahun sebanyak 37 orang (37%), kelompok usia 31-35 tahun sebanyak 28 orang (28%), dan kelompok usia >35 tahun adalah sebanyak 20 orang (20%). Dari data ini didapati mayoritas kelompok usia pada penelitian ini adalah kelompok usia 26-30 tahun dan minoritas adalah kelompok usia <21 tahun.


(48)

Tingkat Pendidikan Frekuensi (orang) %

SD 4 4

SMP/sederajat 30 30

SMA/sederajat 48 48

PT 18 18

Total 100 100

Dari tabel 5.2. tentang distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan diketahui bahwa responden dengan pendidikan SD adalah sebanyak 4 orang (4%), pendidikan SMP/sederajat adalah sebanyak 30 orang (30%), pendidikan SMA/sederajat adalah sebanyak 48 orang (48%), dan pendidikan Perguruan Tinggi (PT) adalah sebanyak 18 orang (18%). Dari data ini didapati mayoritas tingkat pendidikan responden pada penelitian ini SMA/sederajat dan minoritas adalah tingkat pendidikan SD.

Tabel 5.3. Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan n (orang) %

IRT 86 86

Swasta 5 5

Wirausaha 3 3

PNS 2 2

Lain-lain 4 4

Total 100 100

Dari tabel 5.3. tentang distribusi responden berdasarkan pekerjaan diketahui sebanyak 86 orang (86%) responden adalah ibu rumah tangga. Responden yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 5 orang (5%). Responden yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 2 orang (2%), dan pekerjaan lainnya sebanyak 4 orang (4%).

5.1.3. Pengetahuan Responden

Pada penelitian ini, pengetahuan ibu dinilai berdasarkan 10 pertanyaan yang mencakup pengetahuan mengenai diare pada balita. Sebelumnya telah dilakukan uji


(49)

validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner pengetahuan dimana dari 14 pertanyaan, didapati 10 pertanyaan yang valid dan reliabel. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban angket responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada table 5.4. di bawah ini.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden Tiap Pertanyaan Pengetahuan Mengenai Diare pada Balita

No Pertanyaan Pengetahuan

Benar (skor 1)

Salah (skor 0)

n % n %

1. Definisi diare 60 60 40 40

2. Etiologi diare 43 43 57 57

3. Faktor resiko penularan diare 57 57 43 43 4. Gejala klinis pada anak diare 90 90 10 10 5. Penanganan awal diare 27 27 73 73 6. Cara pemberian makanan pada anak diare 71 71 29 29 7. Cairan atau makanan yang paling baik

diberikan pada anak diare 85 85 15 15 8. Pemberian cairan pada anak yang muntah 71 71 29 29 9. Pemberian obat penghenti diare pada anak 33 33 67 67 10. Komplikasi diare pada anak 74 74 26 26

Berdasarkan tabel 5.4. pertanyaan yang paling banyak dijawab responden dengan jawaban benar adalah pertanyaan nomor 4 dan 6, yaitu apakah gejala klinis anak/balita yang menderita diare sebanyak 90 responden (90%) dan apakah makanan/cairan yang paling baik diberikan pada anak yang sedang diare sebanyak 85 responden (85%). Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh reponden adalah pertanyaan nomor 5 yaitu: apakah tindakan awal yang dilakukan pada balita yang diare, dimana pertanyaan tersebut dijawab salah oleh 73 responden (73%).


(50)

Berdasarkan hasil diatas maka tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Tanjung Sari dapat dikategorikan pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Diare pada Balita di Kelurahan Tanjung Sari

Pengetahuan n (orang) Persen (%)

Baik 34 34

Sedang 48 48

Kurang 18 18

Total 100 100

Berdasarkan tabel 5.5. dapat diketahui bahwa pengetahuan responden mengenai diare pada balita sebagian besar memiliki pengetahuan sedang dengan jumlah responden 48 orang (48%), lalu diikuti pengetahuan baik sebanyak 34 orang (34%), dan yang terkecil adalah responden dengan pengetahuan kurang yaitu 18 orang (18%).

5.1.4. Tindakan Responden

Pada penelitian ini, tindakan ibu dinilai berdasarkan 10 pernyataan yang mencakup tindakan mengenai diare pada balita. Sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner pengetahuan dimana dari 12 pernyataan, didapati 10 pernyataan yang valid dan reliabel. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban angket responden pada variabel tindakan dapat dilihat pada table 5.6. di bawah ini.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tindakan Responden Tiap Pernyataan Tindakan Mengenai Diare pada Balita

No Pernyataan Tindakan

Benar (skor 1)

Salah (skor 0)


(51)

1. Pemberian oralit pada balita diare 77 77 23 23 2. Pemberian cairan tambahan lainnya 83 83 17 17 3. Tidak memberikan obat-obatan penghenti

diare

44 44 56 56

4. Tidak mengurangi porsi makanan pada balita yang sedang diare

61 61 39 39

5. Pemberian air putih yang lebih banyak 76 76 24 24 6. Tidak memberikan antibiotika pada balita

tanpa resep dokter

66 66 34 34

7. Mengunjungi pusat kesehatan jika anak

terlihat dehidrasi 79 79 21 21 8. Tindakan ibu mencuci botol susu/dot

sebelum digunakan

80 80 20 20

9. Tindakan ibu mencuci tangan sebelum menyuapi balita

81 81 19 19

10. Pemberian makanan kaya kalsium untuk mempercepat penyembuhan

80 80 20 20

Berdasarkan tabel 5.6. pernyataan tindakan yang paling banyak dijawab responden dengan jawaban benar adalah pernyataan nomor 2 dan 9, yaitu tindakan memberi cairan tambahan lain seperti larutan gula-garam pada balita yang diare sebanyak 83 responden (83%) dan tindakan ibu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum menyuapi anak sebanyak 81 responden (81%). Sedangkan pernyataan yang paling banyak dijawab salah oleh reponden adalah pertanyaan nomor 3 yaitu tindakan memberikan obat penghenti diare pada balita, dimana pertanyaan tersebut dijawab salah oleh 56 responden (56%).


(52)

Penilaian tindakan dibagi atas 3 kategori, yaitu baik, kurang, dan sedang. Berdasarkan hasil diatas maka sikap responden ibu di kelurahan Tanjung Sari dapat dikategorikan dalam tabel 5.7. dibawah ini.

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Tindakan Responden Mengenai Diare pada Balita di Kelurahan Tanjung Sari

Tindakan n (orang) Persen (%)

Baik 58 58

Sedang 30 30

Kurang 12 12

Total 100 100

Dari tabel 5.7. diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan tindakan yang dikategorikan baik yaitu sebanyak 58 responden (58%), diikuti responden dengan kategori tindakan sedang, yaitu sebanyak 30%.

5.1.5. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan

Data hubungan pengetahuan dengan tindakan ibu terhadap diare pada balita di Kelurahan Tanjung Sari dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :


(53)

Tabel 5.8. Data Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Ibu terhadap Diare pada Balita di Kelurahan Tanjung Sari tahun 2011

Pengetahuan

Tindakan

Total

Baik Sedang &

Kurang

n % n % n %

Baik 23 67.6 11 32.4 34 100 Sedang 32 66.7 16 33.3 48 100 Kurang 3 16.7 15 83.3 18 100 Total 58 58 42 42 100 100

X2= 15,4 df= 2 p value= 0.0001

Pada awal penelitian, variabel pengetahuan dan tindakan masing-masing dikategorikan menjadi 3 kelompok, yaitu kategori baik, sedang, dan kurang. Setelah dilakukan input data, didapati tabel chi square 3x3 tidak memenuhi syarat, dimana terdapat lebih dari 20% cell (2 cell) yang memiliki nilai ekspektasi <5. Sehingga dilakukan penggabungan kategori pada variabel tindakan menjadi 2 kategori, yaitu kategori baik dan kategori sedang & kurang. Setelah dilakukan penggabungan kategori, tidak didapati lagi cell yang tidak memenuhi syarat chi square. Oleh sebab itu, untuk keperluan analisis data seterusnya, variabel tindakan yang digunakan pada penelitian ini diubah menjadi 2 kategori, yaitu kategori baik, dan kategori sedang & kurang.

Berdasarkan tabel 5.8. terlihat bahwa responden dengan kategori pengetahuan baik sebagian besar diantaranya yaitu 23 orang memiliki tindakan kategori baik, dan 11 orang memiliki tindakan kategori sedang & kurang. Sementara kategori pengetahuan sedang, sebagian besar yaitu 32 orang diantaranya memiliki tindakan yang baik, dan 16 orang memiliki tindakan kategori sedang & kurang. Untuk kategori pengetahuan kurang, sebagian besar memiliki tindakan kategori sedang & kurang yaitu 15 orang, dan 3 orang memiliki tindakan kategori baik.


(54)

Berdasarkan perhitungan sebelumnya, hasil analisis lebih lanjut ditemukan p value <0.05. Dengan membandingkan antara p value dengan 0.05 maka diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tindakan ibu terhadap Diare pada Balita di Kelurahan Tanjung Sari tahun 2011.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian seperti yang ditunjukkan pada table 5.1. diketahui bahwa responden yang mengikuti penelitian ini mayoritas berusia 26-30 tahun, yaitu sebanyak 37%. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Assiddiqi (2009) mengenai tingkat pengetahuan ibu terhadap penanganan awal diare di kelurahan Padang Bulan, dimana mayoritas respondennya adalah kelompok usia 21-25 (47.9%). Dari tabel 5.2. terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (86%). Hal ini sejalan dengan penelitian Assiddiqi (2009) dimana mayoritas respondennya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Namun hal ini berbeda dengan penelitian Pujiastuti (2003) di Kabupaten Karanganyar, dimana 62.7% responden bekerja sebagai buruh tani. Menurut asumsi peneliti, hal ini terjadi karena perbedaan letak geografis dan perbedaan budaya di masing-masing daerah.

Untuk karakteristik pendidikan responden, pada penelitian ini didapati mayoritas ibu berpendidikan SMA/sederajat. Hal ini berbeda dari penelitian Nurrokhim (2007) di kabupaten Sukoharjo dimana sebanyak 63.7% respondennya berpendidikan SMP/sederajat.

Adapun pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan perilaku kesehatan seseorang. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam pemberian respon terhadap sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang akan mereka dapatkan (Notoatmodjo, 2007).


(55)

5.2.2. Pengetahuan

Dari hasil pengetahuan diperoleh sebanyak 60 responden (60%) telah memiliki pengetahuan yang baik bahwa batasan pengertian diare adalah pengeluaran tinja dengan konsistensi yang lebih cair dari biasanya dan terjadi lebih dari 3 kali dalam 24 jam (Juffrie, 2010). Dari 100 responden, didapati hanya 43 responden (43%) yang mengetahui etiologi diare secara tepat, dimana diare dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, parasit, dan penyebab non infeksi seperti alergi, makanan yang mengiritasi usus, dan imunodefisiensi (Simadibrata, 2006). Sementara 57% sisanya menjawab tidak tepat mengenai etiologi diare, antara lain masuk angin dan terlambat makan.

Faktor resiko penularan diare diantaranya adalah melalui fluid atau kontaminasi mikroorganisme dalam air minum yang tidak bersih/tidak dimasak, dan melalui

finger atau jari tangan dan kuku yang kotor (Kemenkes RI, 2011). Sebanyak 57%

responden mengetahui faktor resiko diare dengan baik. Disamping itu 90% responden mengetahui gejala awal balita yang menderita diare dengan benar. Adapun gejala awal diare adalah rasa sakit di bagian perut, kadang-kadang mual atau muntah, dan tinjanya lebih cair dari biasa (Juffrie, 2010).

Penanganan awal diare terdiri dari Lintas Diare, dimana langkah pertama adalah melakukan rehidrasi dengan oralit atau cairan tambahan (Kemenkes, 2011). Dari 100 responden, hanya 27 responden (27%) yang mengetahui penanganan awal dengan benar. Selain itu langkah ketiga pada Lintas Diare adalah melanjutkan ASI dan makanan pada balita yang diare. Beri makanan yang lebih lunak secara perlahan dengan frekuensi yang lebih sering (Kemenkes, 2011). Sebanyak 71 responden (71%) mengetahui cara pemberian makanan dengan baik.

Sebanyak 85% responden mengetahui cairan yang paling baik digunakan adalah oralit. Disamping itu 71 responden (71%) mengetahui bahwa cara pemberian cairan oralit pada balita yang muntah adalah dihentikan sejenak, kemudian pemberian dilanjutkan secara perlahan (Depkes RI, 2006).


(56)

Dari hasil pengetahuan didapati hanya 33% responden mengetahui bahwa tidak perlu dilakukan pemberian obat anti diare pada balita. Obat-obatan anti diare tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal (Kemenkes, 2011). Disamping itu meskipun angka kematian akibat diare makin menurun, namun komplikasi diare yang dapat menimbulkan kematian masih sering terjadi. Adapun komplikasi yang berbahaya bagi balita adalah dehidrasi. Dehidrasi yang berat merupakan penyebab utama kematian pada balita penderita diare (Depkes RI, 2006). Sebanyak 74 responden (74%) mengetahui komplikasi diare adalah dehidrasi/kekurangan cairan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu mengenai diare pada balita di Kelurahan Tanjung Sari sebagian besar memiliki pengetahuan sedang sebanyak 48 orang (48%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Assiddiqi (2009) di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru tentang penanganan awal diare pada balita yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu mayoritas berpengetahuan sedang. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Nurrokhim (2007) di Kabupaten Sukoharjo dimana 47.80% respondennya berpengetahuan cukup. Menurut Notoadmodjo (2003), bahwa pengetahuan seseorang biasanya dipengaruhi berbagai faktor, antara lain pengalaman, pendidikan, keyakinan, dan penghasilan. Menurut asumsi peneliti, pengetahuan ibu dalam penelitian ini dikategorikan cukup salah satunya dipengaruhi faktor pendidikan, dimana sebagian besar responden adalah berpendidikan SMA.

5.2.3. Tindakan

Dari hasil penelitian, sebanyak 77 responden (77%) melakukan pemberian oralit pada balita yang sedang diare. Oralit merupakan cairan terbaik bagi penderitadiare untuk mengganti cairan yang hilang (Kemenkes RI, 2011). Adapun 83% responden melakukan pemberian cairan tambahan lainnya jika oralit tidak tersedia, antara lain larutan gula-garam, air tajin, dan kuah sayur.


(57)

Tindakan yang masih salah dalam masyarakat salah satunya adalah pemberian obat-obatan anti diare. Pemberian obat anti diare tidak dianjurkan, karena terbukti tidak bermanfaat bahkan memiliki efek samping yang berbahaya (Kemenkes RI, 2011). Dalam penelitian ini sebanyak 44% responden tidak memberikan obat anti diare pada balita, sementara sebagian lainnya (56%) memberikan obat anti diare.

Sebagian besar responden melakukan tindakan yang benar mengenai pemberian makanan dan minuman pada balita yang mengalami diare. Pemberian makanan selama diare tidak boleh dikurangi, bahkan diberi lebih banyak dalam porsi yang kecil namun sering, yang bertujuan mempercepat penyembuhan (Kemenkes RI, 2011). Sebanyak 66% responden tidak mengurangi porsi makanan pada balita. Adapun pemberian cairan termasuk air putih yang telah dimasak diperlukan dalam jumlah yang banyak untuk mengganti cairan yang hilang. Sebanyak 79% responden melakukan tindakan yang benar mengenai pemberian air putih yang lebih banyak. Langkah keempat dalam program Lintas Diare adalah pemberian antibiotika hanya atas indikasi. Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (Kemenkes RI, 2011). Sebanyak 66% responden melakukan tindakan yang benar, yaitu tidak memberikan antibiotika tanpa resep dokter.

Sebanyak 79% responden melakukan tindakan yang benar yaitu mendatangi pusat kesehatan jika anak menunjukkan gejala dehidrasi antara lain terlihat lesu dan tidak mau minum. Bila balita tidak bisa minum, harus segera dibawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infuse (Kemenkes RI, 2011). Sementara itu sebanyak 80% responden melakukan tindakan pencegahan diare, yaitu mencuci botol susu/dot dengan air sabun sebelum digunakan, dan 81% responden mencuci tangan sebelum memberi makan balita. Kebiasaan mencuci tangan memiliki peranan penting dalam pemutusan penularan diare (Depkes RI, 2006).

Pemberian makanan kaya kalsium misalnya pisang, buah segar, atau air kelapa hijau dapat membantu mempercepat proses penyembuhan balita saat diare. Sebanyak 80%


(58)

responden melakukan tindakan yang benar dalam memberikan makanan kaya kalsium pada balita yang mengalami diare.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan ibu mengenai diare pada balita di Kelurahan Tanjung Sari sebagian besar memiliki tindakan baik. Hal ini dapat dilihat di tabel 5.7. dimana jumlah responden dengan kategori tindakan baik sebanyak 58 orang (58%). Hal ini berbeda dengan penelitian Pujiastuti (2003) dimana mayoritas tindakan responden pada penelitian tersebut adalah kurang yaitu sebanyak 49.8%.

5.2.4. Hubungan Pengetahuan dan Tindakan

Dari tabel 5.8. terlihat dari 34 responden yang memiliki pengetahuan baik, 67.6% nya memiliki tindakan yang baik terhadap diare. Untuk responden dengan tingkat pengetahuan sedang yaitu 48 orang, sebagian besar memiliki tindakan yang baik terhadap diare pada balita (66.7%). Sementara responden dengan pengetahuan yang kurang, sebagian besar memiliki tindakan yang sedang & kurang terhadap diare pada balita (83.3%). Dari data ini dapat terlihat bahwa semakin baik pengetahuan ibu terhadap diare, semakin baik tindakannya tehadap diare. Sebaliknya semakin rendah tingkat pengetahuan ibu mengenai diare, semakin kurang tindakannya.

Hasil uji statistik Chi-Square pada α 0.05 menunjukkan p value <0.05 yang berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan ibu terhadap kejadian diare pada balita.

Hasil ini sejalan dengan yang dikemukakan Notoatmodjo (2003) dimana pengetahuan merupakan komponen penting yang menentukan perilaku seseorang. Pengetahuan dapat terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Hal ini juga sesuai dengan teori Lawrence Green dalam Notoadmodjo (2007) dimana ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok. Adapun pengetahuan termasuk dalam faktor yang mempermudah (predisposing factor).


(59)

Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Pujiastuti (2003) dimana terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan tindakan ibu terhadap pencegahan diare pada balita di Karanganyar.


(60)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan, yaitu :

a) Pengetahuan responden terhadap diare pada balita yang terbanyak pada kategori sedang, yaitu sebanyak 48 responden (48%), sedangkan pada kategori baik adalah sebanyak 34 responden (34%), dan pada kategori kurang hanya sebanyak 18 responden (18%).

b) Tindakan responden terhadap diare pada balita yang terbanyak pada kategori baik, yaitu sebanyak 58 responden (58%), sedangkan pada kategori sedang & kurang sebanyak 42 responden (42%).

c) Secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tindakan ibu terhadap diare pada balita dengan uji chi-square dengan derajat

kemaknaan (α = 0.05) diperoleh p value <0.05. 6.2. Saran

Beberapa saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:

a) Masukan kepada puskesmas pembantu Tanjung Sari, agar melakukan kegiatan-kegiatan di lingkungan kerja puskesmas yang bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai diare terutama pada balita sehingga tindakan terhadap diare bisa terstimulus dengan baik dalam penanganannya maupun pencegahan terhadap diare. Metode yang digunakan mungkin bisa dari pemberian penyuluhan melalui film pendek, pemasangan poster, pembagian

leaflet, atau perlombaan dengan tema diare. Dengan pengetahuan yang baik,


(61)

b) Saran kepada masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki anak balita untuk lebih menambah wawasan mengenai diare, terutama mengenai pencegahan diare dan pola hidup bersih dan sehat, agar terhindar dari penyakit diare dan malnutrisi yang disebabkan diare.

c) Saran kepada peneliti selanjutnya adalah melakukan penelitian tentang peran ibu terhadap diare pada balita secara lebih mendalam, antara lain faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ibu terhadap diare misalnya faktor norma sosial, status sosial ekonomi, dan unsur lain dalam individu atau. Dengan diketahuinya pengaruh berbagai faktor tersebut terhadap tindakan ibu, diharapkan perilaku kesehatan dalam masyarakat mengenai diare dapat semakin baik dan dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat diare pada balita.


(1)

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN

Saya yang bernama Tami Fediani adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Tindakan Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2011”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan tindakan ibu terhadap kejadian diare pada balita.

Untuk keperluan tersebut saya memohon kepada ibu untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini dengan menjawab pertanyaan yang akan diberikan selama kurang lebih 10 menit. Diharapkan agar ibu menjawab pertanyaan dengan jujur. Identitas pribadi ibu sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang ibu berikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Jika terdapat hal-hal yang tidak dimengerti mengenai penelitian ini ibu dapat bertanya langsung kepada saya atau dapat juga menghubungi nomor telepon 081365606808. Atau jika ibu ingin lebih memastikan kebenaran dan keabsahan dari penelitian ini, ibu dapat menghubungi dosen pembimbing penelitian saya yaitu dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes di nomor telepon 081263634090.

Adapun peranan ibu dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya mengenai diare. Jika ibu bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, silahkan menandatangani surat persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan. Atas perhatian dan kesediaan ibu berpartisipasi dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih.

Medan, 17 Oktober 2011 Peneliti,


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini,

Nama :

Alamat :

No.telp :

menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bernama Tami Fediani, dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Tindakan Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2011”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan keluarga saya. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Medan, 2011

Responden,


(3)

Lampiran 7

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 4 4.0 4.0 4.0

SMP 30 30.0 30.0 34.0

SMA 48 48.0 48.0 82.0

PT 18 18.0 18.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

kelompok umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <21 4 4.0 4.0 4.0

21-25 11 11.0 11.0 15.0

26-30 37 37.0 37.0 52.0

31-35 28 28.0 28.0 80.0

>35 20 20.0 20.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid IRT 86 86.0 86.0 86.0

Swasta 5 5.0 5.0 91.0

Wirausaha 3 3.0 3.0 94.0

PNS 2 2.0 2.0 96.0

lain-lain 4 4.0 4.0 100.0


(4)

kategori pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 34 34.0 34.0 34.0

Sedang 48 48.0 48.0 82.0

Kurang 18 18.0 18.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

kategori tindakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 58 58.0 58.0 58.0

sedang & kurang 42 42.0 42.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Kategori Pengetahuan * kategori tindakan Crosstabulation kategori tindakan

Total baik sedang & kurang

Kategori Pengetahuan Baik Count 23 11 34

Expected Count 19.7 14.3 34.0

Sedang Count 32 16 48

Expected Count 27.8 20.2 48.0

Kurang Count 3 15 18

Expected Count 10.4 7.6 18.0

Total Count 58 42 100

Expected Count 58.0 42.0 100.0

Asymp. Sig. (2-Chi-Square Tests


(5)

Pearson Chi-Square 15.403a 2 .000

Likelihood Ratio 15.927 2 .000

Linear-by-Linear Association 9.446 1 .002

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,56.

HASIL UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS PENELITIAN Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Skor Alpha Cronbach

Status

Pengetahuan 1 0.629 Valid 0.806 Reliabel

2 0.650 Valid 0.804 Reliabel

3 0.446 Valid 0.837 Reliabel

4 0.481 Valid 0.840 Reliabel

5 0.651 Valid 0.816 Reliabel

6 0.481 Valid 0.840 Reliabel

7 0.718 Valid 0.810 Reliabel

8 0.620 Valid 0.816 Reliabel

9 0.440 Tidak

Valid

10 0.712 Valid 0.808 Reliabel

11 0.025 Tidak

Valid

12 0.650 Valid 0.804 Reliabel

13 0.350 Tidak

Valid

14 0.283 Tidak


(6)

Variabel Nomor Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Skor Alpha Cronbach

Status

Tindakan 1 0.686 Valid 0.693 Reliabel

2 0.559 Valid 0.705 Reliabel

3 0.602 Valid 0.704 Reliabel

4 0.549 Valid 0.708 Reliabel

5 0.429 Tidak

Valid

6 0.559 Valid 0.705 Reliabel

7 0.686 Valid 0.693 Reliabel

8 0.285 Tidak

Valid

9 0.497 Valid 0.707 Reliabel

10 0.539 Valid 0.705 Reliabel

11 0.603 Valid 0.703 Reliabel


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENATALAKSANAAN DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan Diare dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pucangsawit surakarta.

0 2 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENATALAKSANAAN DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan Diare dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pucangsawit surakarta.

0 3 13

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Usia 2 Bulan-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Usia 2 Bulan-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas

0 2 13

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DANPERILAKU IBU MENCUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dan Perilaku Ibu Mencuci Tangan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pucangsawit Surakarta.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DANPERILAKU IBU MENCUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dan Perilaku Ibu Mencuci Tangan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pucangsawit Surakarta.

0 2 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 2-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Karanganyar Kabupaten K

0 3 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 2-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Karanganyar Kabupaten K

0 3 17

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN PENANGANAN DIARE PADA BALITA SELAMA Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Penanganan Diare Pada Balita Selama Di Rumah Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit Islam Surakarta.

0 2 15

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG SANITASI MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

0 1 8