BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN STRES

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN STRES

Stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Stres juga didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan subyek ( Hager 1999 ).

Menurut Rice, seseorang dapat dikategorikan mengalami stress kerja jika, urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi penyebab stres kerja.

Stres adalah pengalaman subyektif yang dapat dievaluasi secara obyektif. Mengalami stres adalah bagian dari kehidupan manusia. Stres dapat disebabkan oleh atau menimbulkan penderitaan, atau dapat pula menyertai kegembiraan (Corwin, 2001:230).

Stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Stres adalah persepsi kita terhadap situasi atau kondisi di dalam lingkungan kita sendiri (National Safety Council, 2004:2).

Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta mengungkapkan bahwa stress merupakan penyakit yang pernah diderita nyaris oleh semua pekerja. Pertemuan dengan klien, presentasi, meeting, dan sebagainya merupakan beberapa hal yang kerap memicu stres. Lebih jauh, dampak stres berakibat pada menurunnya kondisi tubuh, seperti sakit kepala, migrain, alergi, dan lain-lain. Secara psikologis stres dapat menyebabkan insomnia, pemurung, dan sulit konsentrasi (Disnakertrans DKI, 2004).


(2)

2.2 PENGERTIAN BEBAN KERJA

Beban kerja adalah keseluruhan waktu yang digunakan oleh pegawai dalam melakukan aktivitas atau kegiatan selama jam kerja( Groenewegen dan Hutten, 1991). Beban kerja merupakan volume kerja dari suatu unit (Gillies, 1989). Jadi beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan. (Marquis dan Huston).

Pengertian beban kerja dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu secara subyektif dan secara obyektif. Beban kerja secara obyektif adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Beban kerja subyektif adalah ukuran yang dipakai seseorang terhadap pertanyaan tentang beban kerja yang diajukan, tentang perasaan kelebihan jam kerja, ukuran dan tekanan pekerjaan dan kepuasan kerja. ( Groenewegen dan Hutten, 1991)

Menurut Schultz (1988), Beban kerja dibedakan menjadi dua yaitu beban kerja kwantitatif dan kwalitatif. Beban kerja kwantitatif menunjukkan adanya jumlah pekerjaan yang besar yang harus dilakukan pada satuan waktu.misalnya jam kerja yang tinggi, derajat tanggung jawab yang besar, tekanan kerja sehari- hari dan sebagainya. Sementara beban kerja kwalitatif terjadi apabila pekerjaan yang dihadap terlalu sulit.

2.3 PENGERTIAN KONDISI KERJA

Menurut Stewart and Stewart, 1983: 53 : Kondisi Kerja adalah Working condition can be defined as series of conditions of the working environment in which become the working place of the employee who works there. yang kurang lebih dapat diartikan

kondisi kerja

sebagai serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan kerja dari suatu perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang bekerja didalam lingkungan tersebut. Yang dimaksud disini adalah kondisi kerja yang baik yaitu nyaman dan mendukung pekerja untuk dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik. Meliputi segala sesuatu yang ada di lingkungan karyawan yang dapat mempengaruhi kinerja, serta keselamatan dan keamanan kerja, temperatur, kelambapan, ventilasi, penerangan, kebersihan dan lain–lain.


(3)

Menurut Newstrom (1996:469) Work condition relates to the scheduling of work-the length of work days and work-the time of day (or night) during which people work. yang kurang lebih berarti bahwa kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan dari pekerjaan, lamanya bekerja dalam hari dan dalam waktu sehari atau malam selama

orang-orang bekerja.

Oleh sebab itu kondisi kerja yang terdiri dari faktor-faktor seperti kondisi fisik, kondisi psikologis, dan kondisi sementara dari lingkungan kerja, harus diperhatikan agar para pekerja dapat merasa nyaman dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.

2.4 PENYEBAB STRES

Banyak sekali faktor di dalam perusahaan atau organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam suatu kurun waktu yang terbatas, beban kerja yang berlebihan, seorang pimpinan yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan merupakan beberapa contoh penyebab stres.

Stressor adalah setiap faktor yang menimbulkan stress atau mengganggu keseimbangan. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan terjadinya stress kerja, mulai dari perubahan ekonomi sampai pada kemajuan teknologi yang sangat cepat. Penyebab penting yang menyebabkan pekerja stres bukan hanya karena waktu yang dihabiskan di tempat kerja atau di sekitarnya. Penyebab lainnya dapat dikelompokkan dalam dua, yaitu stressor internal dan stressor eksternal ( Werner, 1993, hlm. 15 )


(4)

Stressor dapat terjadi dengan berbagai bentuk dan kategori. Dapat bersifat fisik, fisiologis dan psikososial

a. Stressor Fisik

Dapat berupa :

1) Paparan suhu dingin 2) Paparan udara panas

3) Paparan agens kimia / radiasi 4) Jenis kelamin

5) Usia 6) Pendidikan b. Stressor Psikologi

Dapat berupa : 1) Karena penyakit 2) Akibat reaksi emosi 3) Takut akan kegagalan c. Stressor Sosial Cultural

1) Keyakinan / agama 2) Ras

3) Budaya 4) Perkawinan 5) Pekerjaan

2.4.2 Stressor Eksternal

a. Kondisi dan situasi pekerjaan

1) Penataan ruang kerja yang tidak terstruktur

2) Sistem penerangan baik yang terlalu terang ataupun remang-

remang


(5)

4) Rutinitas, tidak ada refresing / penyegaran

b. Pekerjaannya

1) Tingkat beban kerja

a) Banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan

b) Beragamnya jenis pekerjaan yang harus dikerjakan

2) Tuntutan kerja

a) Tuntutan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang

berkualitas

b) Tuntutan klien / keluarga klien terhadap pelayanan yang

cepat dan tepat

3) Jadwal kerja

a) Pengaturan komposisi tenaga yang tidak seimbang

b) Pengaturan jadwal kerja yang tidak konsisten

c. Kinerja seperti status pekerjaan dan karir yang tidak jelas

1) Ketidakjelasan peran

a) Ketidakjelasan dalam pembagian tugas

b) Ketidakjelasan uraian tugas

2) Promosi kejabatan yang lebih rendah dari kemampuannya atau

sebaliknya

a) Tidak ada promosi jenjang karier

b) Kurangnya tranparansi dalam penilaian kinerja d. Hubungan interpersonal


(6)

1) Sistem dukungan sosial yang buruk a) Tidak ada budaya reward dan panisme

b) Selalu melihat hanya dari sisi kekurangan tanpa mau memperhitungkan kelebihannya

2) Kurangnya perhatian manajemen terhadap karyawan

a) Membuat suatu kebijakan yang tanpa mau mendengarkan masukan dari karyawan

b) Kurangnya acara kebersamaan 3) Persaingan

a) Tidak mau mengajari kepada perawat-perawat yang baru b) Kurangnya koordinasi antar unit

2.5 STRES DAN ADAPTASI

Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespons terhadap stres. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu , keluarga, atau komunitas terhadap stres.

Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis, memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.

Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organism. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan reflex, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping, dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi ( Floyd & Brookman, 1992 ). Stressor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam, atau berjangka panjang, seperti paralisis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi secara optimal, seseorang harus mampu berespon terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respon aktif dari seluruh individu.


(7)

Seperti halnya individu, kelompok keluarga mungkin harus beradaptasi terhadap stressor. Adaptasi keluarga adalah proses dimana keluarga mempertahankan keseimbangan sehingga keluarga dapat memenuhi tujuan dan tugasnya, mengatasi stres, dan meningkatkan pertumbuhan dari anggota individual. Agar keluarga berhasil beradaptasi , terampil berkomunikasi baik, saling menghormati antara anggota keluarga, sumber adaptasi yang adekuat, dan pengalaman dahulu dengan stressor harus dimiliki ( Haber, 1990; Fox, 1991 ).

Dimensi adaptasi, Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji adaptasi klien terhadap stres, perawat harus mempertimbangkan individu secara menyeluruh.

Respon terhadap stres, individu secara keseluruhan terlibat dalam merespon dan mengadaptasi stress. Namun demikian, sebagian besar dari riset tentang stresberfokus pada respon psikologi atau emosional dan fisiologis, meski dimensi ini saling tumpang tindih dan berinteraksi dengan dimensi lain.

Ketika terjadi stres, seseorang menggunakan energi fisiologis dan psikologis untuk berespon mengadaptasi. Besarnya energi yang dibutuhkan dan keefektifan dari upaya untuk mengadaptasi bergantung pada intensitas, cakupan, dan durasi stressor dan besarnya stressor lainnya. Respon stres adalah adaptif dan protektif, dan karakteristik dari respon ini adalah hasil dari respon neuroendokrin yang terintegras.

2.6 GEJALA STRES

Untuk mengetahui seseorang mengalami stres atau depresi, adalah dengan melakukan pengamatan gejala, baik fisik maupun psikis selama dua minggu (Mudjaddid, Diffy: 2005). Ada sekitar 23 gejala stres dimana apabila seseorang telah memiliki lebih dari lima gejala ini bisa dikategorikan terkena stres sehingga memerlukan penanganan lebih lanjut Stres diketahui merupakan penyebab kedua terbesar sakit di tempat kerja. Lebih dari lima karyawan dari sebuah perusahaan menderita stres yang berujung


(8)

timbulnya penyakit seperti migrain dan jantung. Olahraga, konsultasi dan pengobatan medis adalah cara yang disarankan dokter untuk mengobati stres.

Berikut 23 gejala stres :

2.6.1 Merasa berkeringat atau sering menggigil 2.6.2 Jantung berdebar

2.6.3 Pergi ke toilet lebih sering dari biasanya 2.6.4 Merasa sakit di perut

2.6.5 Mulut menjadi kering 2.6.6 Mudah capai

2.6.7 Mengalami sakit yang tidak biasa 2.6.8 Lebih banyak merokok dan minum 2.6.9 Mudah lelah dalam bekerja

2.6.10 Sakit kepala

2.6.11 Tidak memiliki waktu untuk menjalankan hobi apapun 2.6.12 Mudah tersinggung

2.6.13 Selalu berpikir tidak bisa mengatasi apapun

2.6.14 Kehilangan selera makan, kesenangan ataupun seks 2.6.15 Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit

2.6.16 Kehilangan rasa humor

2.6.17 Tidak tertarik terhadap penampilan diri 2.6.18 Tidak tertarik pada orang

2.6.19 Merasa segala sesuatu tidak berguna 2.6.20 Selalu dirundung kesedihan

2.6.21 Pelupa

2.6.22 Tidak bergairah

2.6.23 Sulit tidur, tidur tidak tenang dan mudah terganggu

Akibat stres tergantung dari reaksi seseorang terhadap stres. Umumnya stres yang berlarut-larut menimbulkan perasaan cemas, takut, tertekan, kehilangan rasa aman, harga diri terancam, gelisah, keluar keringat dingin, jantung sering berdebar-debar, pusing, sulit


(9)

atau suka makan dan sulit tidur). Kecemasan yang berat dan berlangsung lama akan menurunkan kemampuan dan efisiensi seseorang dalam menjalankan fungsi-fungsi hidupnya dan pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai macam gangguan jiwa (Ninik Handayani, 2003).

Stres mempengaruhi baik pada tubuh fisik maupun proses mental kita, dan nantinya keduanya akan mempengaruhi bagaimana kita berperilaku di bawah tekanan yang berat, dan mempengaruhi tingkatan dimana kita bisa melanjutkan peran kita, di rumah dan di tempat kerja, secara efektif dan efisien (Lesley Towner, 2002: 26)

2.7 JENIS PEKERJAAN YANG MENYEBABKAN STRES

Semua pekerjaan dapat menambah ketegangan, tetapi ada beberapa pekerjaan yang tampaknya lebih dapat menyebabkan stress dibandingkan dengan pekerjaan lain. Berikut adalah pekerjaan yang dianggap paling dapat membuat stress :

2.7.1 Pegawai Pos 2.7.2 Jurnalis 2.7.3 Pilot pesawat

2.7.4 Manajer tingkat menengah 2.7.5 Sekretaris

2.7.6 Polisi

2.7.7 Petugas medis 2.7.8 Perawat

2.7.9 Petugas customer service 2.7.10 Pelayan

2.7.11 Guru dalam kota 2.7.12 Pemadam kebakaran


(10)

2.8 MANAJEMEN STRES

Manajemen stres adalah kemampuan untuk mengendalikan diri ketika situasi, orang-orang, dan kejadian-kejadian yang ada member tuntutan yang berlebihan. Tidak ada seorangpun yang bisa menghindarkan diri dari stres. Namun, stres bisa dikelola sehingga justru mendatangkan nilai positif bagi seseorang. Stres tidak dapat dihilangkan sama sekali karena dia membantu kelangsungan hidup dan memberikan dinamika hidup ( Mudjaddid, Diffy : 2005 ).

Strategi-strategi yang termasuk dalam manajemen stres adalah : 2.8.1 Lebih memperhatikan lingkungan sekitar

Melihat mungkin ada sesuatu yang benar-benar dapat diubah atau dikendalikan dalam situasi tersebut.

2.8.2 Menjauhkan diri dari situasi-situasi yang menekan

Memberi diri kesempatan untuk beristirahat biarpun hanya untuk beberapa saat setiap hari.

2.8.3 Lebih baik tidak mempermasalahkan hal-hal yang sepele

Mencoba untuk memprioritaskan beberapa hal yang benar-benar penting dan membiarkan yang lainnya mengikuti.

2.8.4 Secara selektif merubah cara bereaksi

Tapi jangan terlalu banyak sekaligus. Berfokus pada satu masalah dan mengendalikan reaksi terhadap hal ini.

2.8.5 Menghindari reaksi yang berlebihan

Mengapa harus membenci jika sedikit tidak suka sudah cukup? Mengapa harus merasa bingung jika cukup dengan hanya merasa gugup? Mengapa harus


(11)

mengamuk jika marah saja sudah cukup? Mengapa harus depresi ketika cukup dengan merasa sedih?

2.8.6 Tidur secukupnya

Kurang istirahat hanya akan memperburuk stres. 2.8.7 Menghindari pengobatan diri sendiri

Alkohol dan obat-obatan dapat menyembunyikan stres. Namun tidak dapat membantu memecahkan masalah.

2.8.8 Belajar merupakan cara terbaik untuk merelaksasikan diri

Meditasi dan latihan pernafasan telah terbukti efektif dalam mengendalikan stres. Senam ringan selama 5 sampai 10 menit juga merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi stres di tempat kerja. Selain itu berlatihlah untuk menjernihkan pikiran dari pikiran-pikiran yang mengganggu.

2.8.9 Menentukan tujuan yang realistis bagi diri sendiri

Dengan mengurangi jumlah kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup, akan dapat mengurangi beban yang berlebihan.

2.8.10 Jangan membebani diri secara berlebihan

Dengan mengeluh mengenai seluruh beban kerja. Tangani setiap tugas sebagaimana mestinya, atau tangani secara selektif dengan memperhatikan beberapa prioritas.

2.8.11 Merubah cara pandang

Belajar untuk mengendalikan stres. Meningkatkan reaksi tubuh dan membuat pengaturan diri terhadap stres.

2.8.12 Melakukan sesuatu untuk orang lain

Untuk melepaskan pikiran dari masalah sendiri. 2.8.13 Menghindari stres


(12)

2.8.14 Meningkatkan ketahanan diri

Yang harus digaris bawahi dari manajemen stres adalah saya membuat diri saya sendiri sedih .

2.8.15 Mencoba untuk memanfaatkan stres

Jika tidak dapat melawan apa yang mengganggu, dan tidak dapat menghindar darinya, berjalanlah seiring dengannya dan cobalah untuk memanfaatkannya secara produktif.

2.8.16 Mencoba untuk menjadi seseorang yang positif

Tanamkan pada diri bahwa kita dapat mengatasi segala sesuatu dengan baik daripada hanya memikirkan betapa buruknya segala sesuatu yang terjadi. Stres sebenarnya dapat membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan tidak terlalu kompleks. Stres dapat menyebabkan peningkatan glukosa yang menuju otak, yang memberikan energi lebih peda neuron. Hal ini sebaliknya, meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan. Di sisi lain, jika stres terjadi secara terus menerus, dapat menghambat pengiriman glukosa dan mengganggu ingatan.

2.9 KONSEP PERAWAT

2.9.1 Tenaga Perawat

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan ( Undang Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 ). Seorang perawat dikatakan professional jika memiliki ilmu penegtahuan, ketrampilan keperawatan professional serta memiliki sikap professional sesuai kode etik profesi.


(13)

Yang dimaksud dengan ketrampilan professional keperawatan bukan sekedar terampil dalam melakukan prosedur keperawatan, tetapi mencakup keterampilan interpersonal, keterampilan intelektual dan keterampilan tehnikal (Husein ( 1994 ).

a. Asuhan Keperawatan

Dalam lokakarya Perawat Nasional tahun 1983 dirumuskan bahwa asuhan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio – psiko – sosial – spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Pelayanan keperawatan berupa bantuan, diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. Tujuan asuhan keperawatan ini adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat secara keseluruhan serta meningkatkan kemampuan dalam upaya memelihara kesehatannya, sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien/klien menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien ( individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ) yang logis sistematis dan teratur ( Budi Ana Keliat, 1993 ). Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus mempunyai keterampilan dan kemampuan yang baik dalam menjalankan profesinya, biasanya seorang perawat yang kurang terampil dan professional akan lebih mudah mengalami stres.


(14)

Kelompok kerja Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesian di tahun 2001 merumuskan kompetensi yang harus dicapai oleh perawat professional adalah sebagai berikut :

1) Menunjukkan landasan pengetahuan yang memadai untuk praktek yang aman.

2) Berfungsi sesuai dengan peraturan / undang-undang ketentuan lain yang mempengaruhi praktek keperawatan.

3) Memelihara lingkungan fisik dan psykososial untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan dan kesehatan yang optimal.

4) Mengenal kemampuan diri sendiri dan tingkat kompetensi professional. 5) Melaksanakan pengkajian keperawatan secara komprehensif dan akurat

pada individu dan kelompok diberbagai tatanan.

6) Merumuskan kewenangan keperawatan melalui konsultasi dengan individu/kelompok dengan memperhitungkan regimen terapeutik anggota lainnya dari tim kesehatan.

7) Melaksanakan asuhan keperawatan yang direncanakan.

8) Mengevaluasi perkembangan terhadap hasil yang diharapkan dan meninjau kembali sesuai data evaluasi.

9) Bertindak untuk meningkatkan martabat dan integritas individu dan kelompok.

10) Membantu individu atau kelompok membuat keputusan berdasarkan informasi yang dimiliki.

c. Hak-Hak Perawat

Perawat mempunyai hak yang sama yang umumnya diberikan oleh masyarakat pada semua orang. Tetapi disamping itu, umumnya disepakai bahwa para perawat juga mempunyai hak professional, hak professional perawat Claire Fagin ( 1975 ) adalah sebagai berikut :

1) Hak memperoleh martabat dalam rangka mengekspresikan dan meningkatkan dirinya melalui penggunaan kemampuan khususnya dan sesuai dengan latar belakang pendidikannya.


(15)

2) Hak memperoleh pengakuan sehubungan dengan konstribusinya melalui ketetapan yang diberikan lingkungan untuk praktek yang dijalankan serta imbalan ekonomi sehubungan dengan profesinya.

3) Hak memdapatkan lingkungan kerja dengan stress fisik dan emosional serta resiko kerja yang seminimal mungkin.

4) Hak untuk melakukan praktek-praktek profesi dalam batas-batas hukum yang berlaku.

5) Hak menetapkan standar yang bermutu dalam perawatan yang dilakukan. 6) Hak berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan yang berpengaruh terhadap

perawatan.

7) Hak untuk berpartisipasi dalam organisasi sosial dan politik yang mewakili perawat dalam meningkatkan asuhan kesehatan.

d. Kewajiban Perawat

Iswani ( 2000 ) dalam Etika Keperawatan yang menyatakan kewajiban perawat sebagai berikut :

1) Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan. 2) Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai

dengan standar profesi dan batas-batas kegunaannya. 3) Perawat wajib menghormati hak-hak pasien/klien.

4) Perawat wajib merujuk pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, bila yang bersangkutan tidak dapat mengatasinya sendiri.

5) Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk berhubungan dengan keluarganya, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan atau standar profesi yang ada.

6) Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama atau kepercayaan masing-masing sepanjang tidak mengganggu pasien yang lain.

7) Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan terkait lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada pasien.


(16)

8) Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan atau keluarganya sesuai dengan batas kemampuannya.

9) Perawat wajib meningkatkan mutu pelayanan keperawatannya sesuai dengan standar profesi keperawatan demi kepuasan pasien.

10) Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan berkesinambungan.

11) Perawat wajib mengikuti perkembangan IPTEK keperawatan atau kesehatan secara terus menerus.

12) Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai dengan batas-batas kewenangannya.

13) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, kecuali jika diminta keterangan oleh pihak yang berwenang.

14) Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat kerja.

Pekerja rumah sakit yang terbanyak adalah perawat, terdapat sekitar 60% dari tenaga kesehatan rumah sakit. Perawat merupakan salah satu jenis pekerja kesehatan yang selalu ada di setiap rumah sakit dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. Perawat adalah profesi pekerjaan yang mengkhususkan diri pada upaya penanganan perawatan pasien atau asuhan kepada pasien dengan beban kerja yang berlebihan serta tugas tambahan dan sering melakukan kegiatan yang bukan fungsinya. Tenaga keperawatan di rumah sakit memberi pelayanan kepada pasien selama 24 jam terus menerus. e. Perilaku Perawat Sebagai Individu

Perawat sebagai individu mempunyai watak, temperamen, sifat dan kepribadian yang berbeda-beda. Sifat, watak, temperamen dan kepribadian setiap perawat berinteraksi dalam sebuah rumah sakit akan mempengaruhi seseorang dalam pekerjaannya. Isu-isu tentang keluarga, krisis kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan pribadi dan organisasi yang bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan rumah sakit, semuanya dapat merupakan tekanan pada perawat dalam pekerjaannya


(17)

sehingga akan menyebabkan seseorang perawat menjadi stres dalam pekerjaannya ( Munandar, 2004 ). Seorang perawat yang mengalami stres dalam pekerjaan ditentukan pula oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya sebagai penuh stres. Dengan demikian , faktor-faktor dalam diri individu berfungsi sebagai faktor pengaruh antara rangsang dari lingkungan yang merupakan pembangkit stres potensial dengan individu. 2.9.2 Perawat Unit Kritikal

Menurut Musliha,( 2010 ) perawat unit kritikal yaitu semua perawat yang bekerja di unit dimana dalam kegiatannya tidak hanya menangani keperawatan pada lingkungan yang khusus atau peralatan khusus namun lebih pada proses pengambilan keputusan dan kemauan untuk mengambil keputusan oleh perawat. Untuk mencapai hal tersebut maka seorang perawat yang bertugas di bagian kekritisan haruslah memiliki kemampuan:

a. Pengetahuan mengenai fisiologi dan patofisiologi tubuh. b. Proses keperawatan.

c. Dasar pengetahuan untuk dapat menginterpretasikan dan dapat berespon terhadap masalah-masalah klinis dengan ketrampilan yang tinggi.

Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan keperawatan yang diberikan kepada individu, keluarga/orang terdekat dan masyarakat yang diperkirakan atau sedang mengalami keadaan yang mengancam kehidupan dan terjadi secara mendadak dalam suatu lingkungan yang tidak dapat dikendalikan. Dalam keperawatan kegawatan ada 2 istilah yang biasa digunakan yaitu :

a. Intensive nursing / perawatan intensif merupakan proses keperawatan yang memerlukan pemantauan terus menerus.

b. Critical care/perawatan kritis dimana pasien berada dalam keadaan gawat.

Kedua jenis perawatan ini memerlukan ; a. Ruangan yang khusus


(18)

b. Alat / fasilitas khusus c. Tenaga yang terlatih

Cakupan keperawatan gawat darurat meliputi penetapan diagnosis keperawatan dan manajemen respon pasien / keluarganya terhadap kondisi kesehatan yang terjadi mendadak. Pelayanan keperawatan gawat darurat tidak terjadwal dan biasanya dilaksanakan diruang gawat darurat ( emergency ) dan ruang keperawatan kritikal ( ICU ).

Tujuan utama dari penanganan keadaan darurat adalah : a. Mempertahankan kehidupan

b. Mencegah kerusakan sebelum tindakan / perawatan selanjutnya c. Menyembuhkan pasien pada kondisi yang berguna bagi kehidupan

2.9.3 Peran dan Fungsi Perawat Dalam Pelayanan Gawat Darurat Menurut Gartinah, adalah :

a. Melakukan triage

b. Memberikan asuhan keperawatan kepada semua pasien gawat darurat dengan berbagai kondisi dan berbagai usia

c. Mengatur waktu secara efisien

d. Memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarganya e. Memfasilitasi dukungan spiritual

f. Mengkoordinasikan berbagai pemeriksaan diagnostic dan memberikan pelayanan secara multidisiplin

g. Mendokumentasikan dan mengkomunikasikan informasi tentang pelayanan yang telah diberikan dan kebutuhan tindak lanjut

h. Memfasilitasi rujukan dalam rangka menyelesaikan masalah kegawat daruratan

i. Membantu individu beradaptasi terhadap kegiatan hidup sehari-hari j. Memfasilitasi tindaklanjut perawatan


(19)

l. Mengkoordinasikan dan melaporkan setiap terdapat KLB

2.9.4 Kondisi Kegawat Daruratan

Suatu kondisi dimana terjadi gangguan integritas fisiologis / psikologis secara mendadak yang dapat menimbulkan proses mengancam nyawa.

2.9.5 Karakteristik Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat a. Seringkali tidak terprediksi

b. Kecemasan tinggi / panic

c. Keterbatasan sumber daya dan waktu

d. Untuk seluruh usia, dengan data dasar yang sangat terbatas e. Tindakan memerlukan kecepatan dan ketepatan yang tinggi

f. Adanya saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan yang lain Kegawatdaruratan merupakan suatu keadaan yang mengancam jiwa, untuk itu diperlukan perawat yang kompeten sebagai praktisi, juga harus meningkatkan kemampuan yang terkait berbagai peran, serta perawat harus mengerti karakteristik pelayanan keperawatan : tepat, cermat dan cepat, serta mengerti tugas, cara bersikap dan cara berkomunikasi dengan baik dalam kondisi emergency. Makin luas lingkup tanggung jawab yang diemban perawat pada pelayanan gawat darurat, makin banyak peran yang harus dilakukan.

Dari beberapa uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa keperawatan kedaruratan merupakan pekerjaan dengan tingkat stress yang tinggi karena merupakan tempat yang penuh tuntutan dan tanggung jawab yang besar . Tuntutan yang terus menerus timbul dalam lingkungan kedaruratan, dapat memicu stres yang tidak sehat jika perawat tidak dapat menangani stres tersebut dengan cara yang positif dan proaktif.


(20)

2.10 KERANGKA TEORI

Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian Perawat

Fisik :

Usia, Jenis kelamin, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja, Riwayat Penyakit, Paparan udara dingin/panas, zat kimia/radiasi

Beban Kerja :

Beban kerja meningkat Banyaknya pekerjaan Ketidakjelasan pembagian tugas

Pengaturan jadwal yang tidak seimbang

Kondisi Kerja :

Kurang koordinasi antar unit Kurangnya penghargaan Tidak adanya budaya reward atau panismen

Kebijakan yang sepihak

Dampak Stres

Gejala Fisiologis :

1. Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah. 2. Meningkatkan sekresi

dan hormon stres. 3. Gangguan

gastrointestinal. 4. Gangguan pada kulit. 5. Gangguan pernapasan. 6. Sakit kepala, ketegangan

otot.

7. Gangguan tidur. 8. Rusaknyafungsi imun

tubuh.

Terry Beehr dan John Newman ( dalam Rice, 1999 )

Gejala Psikologis :

1. Kecemasan, ketegangan, kebigungan.

2. Perasaan frustasi, rasa marah.

3. Memendam perasaan, menarik diri.

4. Komunikasi tidak efektif 5. Perasaan terkucil. 6. Kebosanan dan

ketidakpuasan kerja. 7. Kehilangan kreatifitas. 8. Menurunnya rasa percaya

diri.

Terry Beehr dan John Newman ( dalam Rice, 1999 )

Gangguan Perilaku :

1. Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari kerja.

2. Menurunnya prestasi dan produktifitas. 3. Perilaku sabotase

dalam pekerjaan. 4. Perilaku makan yang

tidak normal. 5. Meningkatnya

agresivitas.

6. Menurunnya Kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman.

7. Kecenderungan untuk bunuh diri.

Terry Beehr dan John Newman


(21)

Dampak Stres :

Bagi individu : Menurunnya gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustasi dll ( Rice, 1999 )

Bgi Perusahaan : Meningkatnya tingkat absensi, menurunnya produktifitas, menurun reputasi.


(1)

8) Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan atau keluarganya sesuai dengan batas kemampuannya.

9) Perawat wajib meningkatkan mutu pelayanan keperawatannya sesuai dengan standar profesi keperawatan demi kepuasan pasien.

10) Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan berkesinambungan.

11) Perawat wajib mengikuti perkembangan IPTEK keperawatan atau kesehatan secara terus menerus.

12) Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai dengan batas-batas kewenangannya.

13) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, kecuali jika diminta keterangan oleh pihak yang berwenang.

14) Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat kerja.

Pekerja rumah sakit yang terbanyak adalah perawat, terdapat sekitar 60% dari tenaga kesehatan rumah sakit. Perawat merupakan salah satu jenis pekerja kesehatan yang selalu ada di setiap rumah sakit dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. Perawat adalah profesi pekerjaan yang mengkhususkan diri pada upaya penanganan perawatan pasien atau asuhan kepada pasien dengan beban kerja yang berlebihan serta tugas tambahan dan sering melakukan kegiatan yang bukan fungsinya. Tenaga keperawatan di rumah sakit memberi pelayanan kepada pasien selama 24 jam terus menerus. e. Perilaku Perawat Sebagai Individu

Perawat sebagai individu mempunyai watak, temperamen, sifat dan kepribadian yang berbeda-beda. Sifat, watak, temperamen dan kepribadian setiap perawat berinteraksi dalam sebuah rumah sakit akan mempengaruhi seseorang dalam pekerjaannya. Isu-isu tentang keluarga, krisis kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan pribadi dan organisasi yang bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan rumah sakit, semuanya dapat merupakan tekanan pada perawat dalam pekerjaannya


(2)

sehingga akan menyebabkan seseorang perawat menjadi stres dalam pekerjaannya ( Munandar, 2004 ). Seorang perawat yang mengalami stres dalam pekerjaan ditentukan pula oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya sebagai penuh stres. Dengan demikian , faktor-faktor dalam diri individu berfungsi sebagai faktor pengaruh antara rangsang dari lingkungan yang merupakan pembangkit stres potensial dengan individu. 2.9.2 Perawat Unit Kritikal

Menurut Musliha,( 2010 ) perawat unit kritikal yaitu semua perawat yang bekerja di unit dimana dalam kegiatannya tidak hanya menangani keperawatan pada lingkungan yang khusus atau peralatan khusus namun lebih pada proses pengambilan keputusan dan kemauan untuk mengambil keputusan oleh perawat. Untuk mencapai hal tersebut maka seorang perawat yang bertugas di bagian kekritisan haruslah memiliki kemampuan:

a. Pengetahuan mengenai fisiologi dan patofisiologi tubuh. b. Proses keperawatan.

c. Dasar pengetahuan untuk dapat menginterpretasikan dan dapat berespon terhadap masalah-masalah klinis dengan ketrampilan yang tinggi.

Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan keperawatan yang diberikan kepada individu, keluarga/orang terdekat dan masyarakat yang diperkirakan atau sedang mengalami keadaan yang mengancam kehidupan dan terjadi secara mendadak dalam suatu lingkungan yang tidak dapat dikendalikan. Dalam keperawatan kegawatan ada 2 istilah yang biasa digunakan yaitu :

a. Intensive nursing / perawatan intensif merupakan proses keperawatan yang memerlukan pemantauan terus menerus.

b. Critical care/perawatan kritis dimana pasien berada dalam keadaan gawat.

Kedua jenis perawatan ini memerlukan ; a. Ruangan yang khusus


(3)

b. Alat / fasilitas khusus c. Tenaga yang terlatih

Cakupan keperawatan gawat darurat meliputi penetapan diagnosis keperawatan dan manajemen respon pasien / keluarganya terhadap kondisi kesehatan yang terjadi mendadak. Pelayanan keperawatan gawat darurat tidak terjadwal dan biasanya dilaksanakan diruang gawat darurat ( emergency ) dan ruang keperawatan kritikal ( ICU ).

Tujuan utama dari penanganan keadaan darurat adalah : a. Mempertahankan kehidupan

b. Mencegah kerusakan sebelum tindakan / perawatan selanjutnya c. Menyembuhkan pasien pada kondisi yang berguna bagi kehidupan

2.9.3 Peran dan Fungsi Perawat Dalam Pelayanan Gawat Darurat Menurut Gartinah, adalah :

a. Melakukan triage

b. Memberikan asuhan keperawatan kepada semua pasien gawat darurat dengan berbagai kondisi dan berbagai usia

c. Mengatur waktu secara efisien

d. Memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarganya e. Memfasilitasi dukungan spiritual

f. Mengkoordinasikan berbagai pemeriksaan diagnostic dan memberikan pelayanan secara multidisiplin

g. Mendokumentasikan dan mengkomunikasikan informasi tentang pelayanan yang telah diberikan dan kebutuhan tindak lanjut

h. Memfasilitasi rujukan dalam rangka menyelesaikan masalah kegawat daruratan

i. Membantu individu beradaptasi terhadap kegiatan hidup sehari-hari j. Memfasilitasi tindaklanjut perawatan


(4)

l. Mengkoordinasikan dan melaporkan setiap terdapat KLB

2.9.4 Kondisi Kegawat Daruratan

Suatu kondisi dimana terjadi gangguan integritas fisiologis / psikologis secara mendadak yang dapat menimbulkan proses mengancam nyawa.

2.9.5 Karakteristik Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat a. Seringkali tidak terprediksi

b. Kecemasan tinggi / panic

c. Keterbatasan sumber daya dan waktu

d. Untuk seluruh usia, dengan data dasar yang sangat terbatas e. Tindakan memerlukan kecepatan dan ketepatan yang tinggi

f. Adanya saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan yang lain Kegawatdaruratan merupakan suatu keadaan yang mengancam jiwa, untuk itu diperlukan perawat yang kompeten sebagai praktisi, juga harus meningkatkan kemampuan yang terkait berbagai peran, serta perawat harus mengerti karakteristik pelayanan keperawatan : tepat, cermat dan cepat, serta mengerti tugas, cara bersikap dan cara berkomunikasi dengan baik dalam kondisi emergency. Makin luas lingkup tanggung jawab yang diemban perawat pada pelayanan gawat darurat, makin banyak peran yang harus dilakukan.

Dari beberapa uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa keperawatan kedaruratan merupakan pekerjaan dengan tingkat stress yang tinggi karena merupakan tempat yang penuh tuntutan dan tanggung jawab yang besar . Tuntutan yang terus menerus timbul dalam lingkungan kedaruratan, dapat memicu stres yang tidak sehat jika perawat tidak dapat menangani stres tersebut dengan cara yang positif dan proaktif.


(5)

2.10 KERANGKA TEORI

Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Perawat

Fisik :

Usia, Jenis kelamin, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja, Riwayat Penyakit, Paparan udara dingin/panas, zat kimia/radiasi

Beban Kerja :

Beban kerja meningkat Banyaknya pekerjaan Ketidakjelasan pembagian tugas

Pengaturan jadwal yang tidak seimbang

Kondisi Kerja :

Kurang koordinasi antar unit Kurangnya penghargaan Tidak adanya budaya reward atau panismen

Kebijakan yang sepihak

Dampak Stres

Gejala Fisiologis :

1. Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah. 2. Meningkatkan sekresi

dan hormon stres. 3. Gangguan

gastrointestinal. 4. Gangguan pada kulit. 5. Gangguan pernapasan. 6. Sakit kepala, ketegangan

otot.

7. Gangguan tidur. 8. Rusaknyafungsi imun

tubuh.

Terry Beehr dan John Newman ( dalam Rice, 1999 )

Gejala Psikologis :

1. Kecemasan, ketegangan, kebigungan.

2. Perasaan frustasi, rasa marah.

3. Memendam perasaan, menarik diri.

4. Komunikasi tidak efektif 5. Perasaan terkucil. 6. Kebosanan dan

ketidakpuasan kerja. 7. Kehilangan kreatifitas. 8. Menurunnya rasa percaya

diri.

Terry Beehr dan John Newman ( dalam Rice, 1999 )

Gangguan Perilaku :

1. Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari kerja.

2. Menurunnya prestasi dan produktifitas. 3. Perilaku sabotase

dalam pekerjaan. 4. Perilaku makan yang

tidak normal. 5. Meningkatnya

agresivitas.

6. Menurunnya Kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman.

7. Kecenderungan untuk bunuh diri.

Terry Beehr dan John Newman


(6)

Dampak Stres :

Bagi individu : Menurunnya gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustasi dll ( Rice, 1999 )

Bgi Perusahaan : Meningkatnya tingkat absensi, menurunnya produktifitas, menurun reputasi.