commit to user
c. Bertanggungjawab kepada pelanggan sejak awal
d. Mampu melayani secara cepat dan tepat
e. Mampu berkomunkasi f. Memberikan jaminan kerahasiaan
setiap transaksi g. Memiliki pengetahuan dan
kemampuan yang baik h. Berusaha memahami kebutuhan
pelaksna i. Mampu memberikan kepercayaan
kepada pelanggan Sejak diberlakukan Januari 2014
implementasi kebijakan JKN sarat permasalahan diantaranya masih belum
meratanya sosialisasi, komitmen antara manajemen dan penyedia layanan
kesehatan dengan masyarakat berbeda sehingga memunculkan perbedaan
komitmen terkait mekanisme, dan masih adanya kesenjangan kapasitas antar daerah
Infrastruktur, database, anggaran, dan SDM. Kesenjangan yang terjadi sesama
wilayah akan berdampak pada pelaksanaan program JKN. Kurangnya sosialisasi
sebagaimana tersebut berdampak adanya kebingungan masyarakat dengan
pelaksanaan pelayanan kesehatan, adanya pemahaman yang berbeda-beda, serta
ketidaktahuan bahwa JKN tidak sama. Kekurangpahaman masyarakat akan
prosedur pelayanan kesehatan mengakibatkan masyarakat sering kali
tidak melalui puskemas rujukan akan tetapi langsung ke rumah sakit yang dituju
PIP lAN, 2014.
Dari permasalahan yang ada dalam pelaksanaan sosialisasi program JKN
terdapat rekomendasi yang dapat direkomendasikan:
a. Peningkatan sinergi dan kolaborasi
antar stake holder dalam melaksanakan sosialisasi program JKN kepada
masyarakat melalui sharing sumber daya, sarana dan
prasarana,perencanaan, penganggaran dan substansi sosialisasi serta
penguatan fungsi masing-masing stakeholder dalam melaksanakan
sosialisasi secara umum dan khusus b. Peningkatan kualitas dan kuantitas
SDM untuk melakukan sosialisasi melalui koordinasi antar stakeholder
dengan pola regrouping serta melakukan sosialisasi secara
berjenjang dengan membentuk fasilitator PIP lAN, 2014.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Saputra 2015 mengenai
sumber daya manusia, dimana hasil penelitian yang disampaikan bahwa pada
pelaksanaan JKN kuantitas dan distribusi SDM pelaksana pelayanan kesehatan di
Puskesmas Kelua dan RSUD H. Badaruddin masih mengalami kekurangan
, namun sudah dilakukan penambahan, kualitas SDM pelaksana pelayanan
kesehatan masih sama seperti sebelum pelaksanaan JKN. Disamping itu juga
sejalan dengan penelitian Musrin 2013 yang menyimpulkan bahwa dari segi
fasilitas kesehatan primer dan sekunder siap untuk tenaga SDMnya tenaga
dokter, belum siap dari segi regulasi dari pusat belum terselesaikan sepenuhnya
serta sosialisasinya belum siap karena tidak maksimal dalam pelaksanaannya.
3. Proses Pembayaran Kapitasi dalam
Implementasi Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa proses pembayaran lancar dari
BPJS langsung ke Puskesmas, dikarenakan puskesmas merupakan BLUD jadi untuk
MOU langsung dari BPJS ke Puskesmas selaku pemimpin BLUD sehingga untuk
proses pembayarannya dari BPJS langsung ke puskemas tidak melalui Dinas
Kesehatan. Berbagai jenis pengukuran, standar dan upaya untuk meningkatkan
mutu pelayanan telah tersedia dan terus berkembang. Salah satunya dengan metode
pembayaran berbasis komitmen pelayanan dimana metode ini merupakan salah satu
konsep strategi yang paling banyak dibahas, bahkan berbagai kalangan di
Amerika sejak tahun 2003 telah mendorong agar pembayaran berbasis
commit to user
komitmen pelayanan atau pay for performance
menjadi priorias utama nasional dan program asuransi medicare.
Disamping itu diperoleh hasil bahwa dengan pembayaran dirasakan lebih
adil oleh puskesmas. Berdasarkan Permenkes RI No 12 Tahun 2016 bahwa
tarif pelayanan kesehatan pada FKTP meliputi tarif kapitasi dan tarif non
kapitasi. Pembayaran kapitasi atas pemenuhan target indikator komitmen
pelayanan dimulai pada bulan ke- 4 sejak penerapan pembayaran kapitasi akan
dilaksanakan berdasarkan hasil. Besaran dan waktu pembayaran diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 yang mengatur secara teknis operasional
mengenai besaran dan waktu pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan. Pada pasal 37
menentukan bahwa besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan ditentukan
berdasarkan kesepakatan BPJS Kesehatan dengan asosiasi Fasilitas Kesehatan di
wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Jannah 2014 Pembayaran
yang dilakukan ke faskes tingkat I menggunakan sistem kapitasi,dimana
pembayaran dilakukan setiap bulan berdasarkan jumlah peserta, baik peserta
berobat atau tidak dalam bulan tersebut. Pembayaran ini dilakukan sesuai dengan
prosedur yang dimulai dari penetapan jumlah kapitasi, persiapan pembayaran
kapitasi hingga proses pembayaran kapitasi. Pembayaran kapitasi di transfer
ke faskes yang bekerja sama setiap bulannya maksimal sampai tanggal 15
setiap awal bulan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang berkaitan dengan paket
asuransi kesehatan seperti diungkapkan Victoor dkk 2014 The basket method
cocok untuk mengukur preferensi populasi umum mengenai isi dari rencana asuransi
kesehatan, seperti berkinerja baik pada sebagian besar kriteria. Ini memastikan
bahwa paket asuransi kesehatan akan lebih selaras dengan kebutuhan dan preferensi
populasi umum. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Chen 2016 dalam
jurnal kesehatan berkitan dengan paket anggaran sebagai berikut.....untuk
mengembangkan skema untuk disesuaikan dengan cakupan evaluasi NHIS dibuat
berdasarkan keputusan oleh NHIC berkaitan dengan kesempatan besar dalam
memastikan paket manfaat dan negosiasi anggaran global.
Penelitian Robyn 2014 dalam Jurnal terkait dnegan kapitasi sebagai
berikut: Jadwal pembayaran kapitasi juga ditentukan oleh peran penting tenaga
kesehatan. Fakta bahwa fasilitas kesehatan membiayai biaya layanan dan obat-obatan
yang diberikan kepada pendaftar sampai Juli setiap tahun, menyebabkan kesulitan
untuk pusat kesehatan tertentu untuk memberikan perawatan yang
komprehensif.
4. Kepuasan Pelaksana dan Kepuasan