commit to user
digunakan sebagai acuan bagi BPJS, FKTP yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Dan Dinas Kesehatan KabupatenKota,
Asosiasi fasilitas kesehatan. Tim kendali mutu kendali biaya, serta pemangku
kepentingan terkait dalam penerapan pembayaran kapitasi berbasis pemenuhan
komitmen palayanan pada FKTP secara efektif dan efisien.
Upaya pelayanan yang komprehensif terutama meningkatkan
upaya promotif dan prefentif serta kendali rujukan diharapkan dalam pelaksanaan
KBKP pada FKTP dapat menjadi bagian dari pengembangan sistem kendali mutu
pelayanan yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Sistem rujukan yang dimaksud adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggungjawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizintal
Permenkes RI No. 75 2014.
Penelitian ini sejalan dengan apa yang disampaikan Situmorang Ketua
Dewan Jaminan Sosial Nasional DJSN mengatakan bahwa dalam menjalankan
pelayanan kesehatan program JKN di fasilitas pemerintah tenaga kesehatan di
puskesmas masih belum tercipta pemahaman yang sama dalam
menjalankan pelayanan kesehatan Program JKN. Disamping itu juga sejalan dengan
penelitian dari Khariza 2015 dengan hasil sebagai berikut Aparat pelaksana di
Rumah Sakit Jiwa Menur sudah memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang
program Jaminan Kesehatan Nasional, sehingga menumbuhkan penerimaan dan
dukungan yang positif terhadap program tersebut. Para pelaksana juga dapat
menyelesaikan tanggungjawab sesuai dengan tugas dan peranannya. Dan sesuai
dengan penelitian dari Amalina 2015 bahwa pengetahuan responden tentang
JKN yang termasuk dalam kategori baik dapat mempengaruhi tindakan responden
sebagai peserta JKN dalam menggunakan pelayanan kesehatan sesuai dengan
prosedur pelayanan JKN dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang
termasuk ke dalam program JKN.
2. Proses Pelayanan dalam Implementasi
Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan di Puskesmas
Berdasarkan hasil penelitian dalam proses pelayanan yang ada di Puskesmas
sudah didukung dengan adanya SOP pelayanan, namun SOP pelayanan yang
digunakan merupakan SOP yang sudah ada sebelum implementasi KBKP
dilaksanakan. Dalam proses pelayanan tersebut dibutuhkan semua dukungan
komponen baik SOP, sumber daya yang ada baik sumber daya manusia yang
terlatih, sarana prasarana yang memadai, obat-obatan yang sesuai formularium dan
alat kesehatan sesuai standar. Dari hasil wawancara tersebut proses pelayanan
masih perlu ditingkatkan dalam segala aspek, Puskesmas dapat segera berbenah
untuk dapat mengatasi hal tersebut sehingga nantinya pelaksanaan KBKP ke
depan lebih baik lagi dengan capaian indikator QI-3 mencapai hasil yang
optimal.
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya Permenkes RI No. 75 2014.
Pengadaan obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai dan pengadaan
barangjasa yang terkait dengan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan
lainnya dapat dilakukan oleh SKPD Dinas Kesehatan KabupatenKota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan Permenkes RI No. 21 2016. Ciri-ciri
pelayanan yang baik adalah : a. Tersedianya karyawan yang baik
b. Tersedianya sarana dan prasaran yang
baik
commit to user
c. Bertanggungjawab kepada pelanggan sejak awal
d. Mampu melayani secara cepat dan tepat
e. Mampu berkomunkasi f. Memberikan jaminan kerahasiaan
setiap transaksi g. Memiliki pengetahuan dan
kemampuan yang baik h. Berusaha memahami kebutuhan
pelaksna i. Mampu memberikan kepercayaan
kepada pelanggan Sejak diberlakukan Januari 2014
implementasi kebijakan JKN sarat permasalahan diantaranya masih belum
meratanya sosialisasi, komitmen antara manajemen dan penyedia layanan
kesehatan dengan masyarakat berbeda sehingga memunculkan perbedaan
komitmen terkait mekanisme, dan masih adanya kesenjangan kapasitas antar daerah
Infrastruktur, database, anggaran, dan SDM. Kesenjangan yang terjadi sesama
wilayah akan berdampak pada pelaksanaan program JKN. Kurangnya sosialisasi
sebagaimana tersebut berdampak adanya kebingungan masyarakat dengan
pelaksanaan pelayanan kesehatan, adanya pemahaman yang berbeda-beda, serta
ketidaktahuan bahwa JKN tidak sama. Kekurangpahaman masyarakat akan
prosedur pelayanan kesehatan mengakibatkan masyarakat sering kali
tidak melalui puskemas rujukan akan tetapi langsung ke rumah sakit yang dituju
PIP lAN, 2014.
Dari permasalahan yang ada dalam pelaksanaan sosialisasi program JKN
terdapat rekomendasi yang dapat direkomendasikan:
a. Peningkatan sinergi dan kolaborasi
antar stake holder dalam melaksanakan sosialisasi program JKN kepada
masyarakat melalui sharing sumber daya, sarana dan
prasarana,perencanaan, penganggaran dan substansi sosialisasi serta
penguatan fungsi masing-masing stakeholder dalam melaksanakan
sosialisasi secara umum dan khusus b. Peningkatan kualitas dan kuantitas
SDM untuk melakukan sosialisasi melalui koordinasi antar stakeholder
dengan pola regrouping serta melakukan sosialisasi secara
berjenjang dengan membentuk fasilitator PIP lAN, 2014.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Saputra 2015 mengenai
sumber daya manusia, dimana hasil penelitian yang disampaikan bahwa pada
pelaksanaan JKN kuantitas dan distribusi SDM pelaksana pelayanan kesehatan di
Puskesmas Kelua dan RSUD H. Badaruddin masih mengalami kekurangan
, namun sudah dilakukan penambahan, kualitas SDM pelaksana pelayanan
kesehatan masih sama seperti sebelum pelaksanaan JKN. Disamping itu juga
sejalan dengan penelitian Musrin 2013 yang menyimpulkan bahwa dari segi
fasilitas kesehatan primer dan sekunder siap untuk tenaga SDMnya tenaga
dokter, belum siap dari segi regulasi dari pusat belum terselesaikan sepenuhnya
serta sosialisasinya belum siap karena tidak maksimal dalam pelaksanaannya.
3. Proses Pembayaran Kapitasi dalam