dengan usia anak 12,5 bulan, informan kedua 9 tahun dengan usia anak 5,6 bulan dan informan ketiga sudah menjalani usia pernikahan selama 5 tahun
dengan usia anak sekarang 22 bulan.
2. Hasil Analisis Data Penelitian
a. Apa yang dialami oleh seorang ayah yang ikut merawat anak
pertama dan bagaimana hal tersebut dialami?
Dari hasil wawancara dengan ketiga informan, diperoleh data mengenai fenomena keikutsertaan ayah yang merawat anak pertama.
Uraian detail tentang pengalaman ayah yang ikut merawat anak bertama dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Pengalaman Ayah yang Ikut Merawat Anak Pertama
Apa yang dialami Bagaimana Dialami
1.
Keharusan untuk
ikut merawat
anak karena
adanya tuntutan ekonomi di dalam keluarga.
2. Keinginan untuk berperan
mengasuh anak
demi perkembangan
anak dan
meringankan beban isteri.
1. Perasaan ayah
a. Lebih dekat dengan anak
b. Sangat susah
c. Capek
d. Lebih emosional dan suka
marah-marah 2.
Peran Ganda Ayah a.
Peran yang diambil hampir sama besar dengan isteri, dengan cara
pembagian tugas
masing- masing;
b. Mengambil peran yang masih
bisa dilakukan,
seperti mengganti popok, membuatkan
susu, memandikan anak; c.
Ikut serta langsung menjaga anak, sementara isteri membantu
mencari nafkah di luar.
Keharusan untuk ikut merawat anak karena adanya tuntutan ekonomi di dalam keluarga dan keinginan ayah untuk berperan demi
perkembangan anak dan meringankan beban isteri. 1.
Perasaan Ayah Ada dua pengalaman berkaitan dengan pengambilan peran
dalam merawat anak ini. Pengalaman pertama, informan merasa bahwa mereka ingin mengambil peran yang besar, ikut andil dalam
merawat anak. Hal ini dilakukan karena para informan ini memiliki pemikiran bahwa ikut merawat anak itu juga menjadi tanggung
jawab yang harus dijalani. Kemudian ada perasaan khawatir apabila tidak memiliki kelekatan dengan anak.
“Nggak juga sich maksudnya e ketika anak saya sangat dekat
dengan ibunya dan saya kalah dalam kedekatan itu banyak omongan saya kan nanti bisa kurang digugu yo. Emm.
Maksudnya kurang diperhatikan karena dia terlalu dekat dengan ibunya lalu saya saya memang melihat banyak e yo
itu karakter wanita sich rata-rata kalau ada apa-apa kan menangis. Ya. Ya memang saya memang saya diminta itu
maksud e saya tidak suka melihat anak saya itu lemah dan
cengeng..” Mj “Yach itu karena menurut saya, memang banyak laki
-laki yang apa namanya, ga ikut mengurus anaknya, Karena itu akan
berdampak psikologis yang pertama..heeh..itu yang saya alami. Jadi, saya tidak dekat dengan ayah saya, karena
memang dulu saya pernah denger cerita, ibu saya itu mengurus saya sendirian, dan saya tidak ingin itu terulang
pada anak saya. Yang pertama itu, itu dorongan yang
terbesar…” Al “
He eh. Merawat anak itu yo tanggungan juga. Tanggungan kedua orangtua. Dan menurut saya peran yang saya alami
itu cukup besar juga..sama juga halnya dengan isteri saya .Gini karena pemikiran itu beda-beda. He em. Pemikiran
orang kan bea-beda, kalau saya kan ini gini, dia juga
anakku. He em. Kemarin istriku sudah bawa ke mana -mana di dalamperut selama sepuluh bulan. He eh. Itu aalah wis
apik to? Iya.. Nah kita juga ada rasa kasihan juga kan sama istri. Nah karena saya itugasnya tidak repot, kerjaan bisa
dibagi-
bagi” St “Yang pertama itu saya lihat, saya lihat dulu, ya kadang emang
mangkel segh tiba-tiba nangisatau rewel gitue..pengennya tue didiamkan gitue. Tapi karena saya ingat tujuan pertama
saya, ingin dekat dengan anak, saya deketin trus saya tempelin jari deket mulutnya, tapi kalau dia mangap, berarti,
mau ga mau ibunya menyusui. Tapi kalau dia ga merespon, akan saya gendong, saya ajak keliling.Diem.. biasanya
diem..” Al Masalah yang biasa dialami oleh seorang ayah baru adalah
terkait dengan pengalamannya ikut serta dalam merawat anak, sehingga berakibat pada diri informan. Masalah yang dihadapi oleh para
informan ini terdapat dua macam masalah, yaitu masalah yang dapat dikelola dengan baik dan masalah yang memiliki resiko bagi diri
informan. Masalah yang sudah bisa dikelola dengan baik oleh informan,
meliputi mampu menahan emosi dengan melihat anak tertawa, manajemen waktu dalam merawat anak, tugas pekerjaan, dan tugas
sebagai kepala keluarga Pembagian tugas dengan isteri dalam merawat anak.
“Kalau
capek saya tidur. He eh. Karena anu sekarang kan sudah lagi lucu-lucunya. Nah itu kan menghibur sebenernya. Oh
ya. Padahal sudah capek, tapi menghibur. He eh. Iya. Itu walaupun kita badan e nggak enak,tapi malahan anaknya
sakit, nah kita juga nggak enak malahan. Nah walaupun badan kita sakit, capek tetapi anak kita itu sehat. Itu yang
saya rasakan, jadi tidak merasa capek lagi.” St
“Kadang tue..belajar bagi waktu lebih baik satu, dan yang kedua
masih pembagian tugas. Memang segh kadang muncul pusing, itu kadang..kadang tapi emang ga banyak, cuman
kalo kita capek, sambil gendong itu rasanya pusing dibelakang itu, saking capeknya. Tapi untuk mengatasinya
yo saya bagi tugas seperti itu tadi, Trus..yang pasti mempelajari kalau misalnya besok ada waktu luang sedikit,
saya gunakan sebaik mungkin.” Al Kemudian resiko yang dialami informan akibat dari kelelalahan
menjaga anak yaitu tugas-tugas lainnya menjadi terbengkalai, terkadang melampiaskan emosi dengan berkata kasar secara tidak
sadar, dan pola tidur menjadi sedikit kacau. “..capek sama sebel itu pasti, yo kalau saya sich e e ya mungkin
karena capek atau apa ya yo kadang sering njur beberapa otomatis yo mungkin pernyataan yang sedikit kasar itu
keluar, sedikit kasar maksudnya mungkin neblek pantat atau apa e ataupun mengeluarkan apa seperti bulu, ancaman
atau apa itu ya memang terjadi ya tapi saya gini ketika setelah saya pokoknya memberikan kata yang kurang enak
bagi anak..”Mj “
..emang capek pasti..trus yang kedua itu mudah menyerah, mudah menyerah dalam arti mungkin, mungkin tugas-tugas
itu menjadi sedikit terabaikan agak keteteran, tapi setelah bayi itu tidur, saya baru bisa menyentuh pekerjaan saya.
Biasanya juga setelah bayi itu tidur, aku ikut tidur gitue..Jadi ya lebih mudah menyerah akhir-
akhir ini” Al 2.
Peran Ganda Ayah Kemudian untuk pengambilan peran yang kedua, peran yang
diambil tidak begitu besar. Informan mengambil peran yang masih bisa dilakukan, seperti mengganti popok, membuatkan susu,
memandikan anak, dan lain sebagainya. Akan tetapi ada pembagian tugas dengan isteri untuk merawat anak, agar terlihat lebih ringan
beban isteri.
“Ya itu tadi
e ketika beberapa hal yang tidak mampu dilakukan oleh istri saya dalam arti karena dia kecapekan, biasanya
saya mengambil alih itu. Ya gantiin popok malam, lalu juga ketika anak sudah bisa jalan atau apa, nah nemenin
main. Istri saya memasak atau apa itu. Saya tidak begitu besar memang mengambil alih sebenarnya mungkin lebih
baik banyak ke ibunya tapi ya nggak tahu, ya ada ketakutan tersendiri ketika saya nggak bisa ikut serta
ngerawat anak saya
.” Mj “Kalau bagi saya sendiri segh hamper fifty
-fifty. Maksudnya, memang lebih banyak isteri saya, karena yang harus intens
itu adalah air susu ibu itu. Bagi saya segh sebenernya kalau tidak air susu, kita sama-sama besar dalam
mengasuh. Mandiin, saya juga bisa mandiin, gantiin popok, dan ganti lain-lainnya saya juga bisa. Hanya yang
saya ga bisa itu memberi asi. Jadi, memang lebih besar, tapi saya kira fifty-
fifty.” A
d
“Ya sementara hanya menggantikan popok itu. Memberikan
makan, memberi makan saat anak udah gedhe, karena ini ketakutan salah dalam porsi atau apa, karena kalau bayi
itu gini kalau nelen nyleneh itu sangat berbahaya, e nanti bisa maksudnya kayak buat makanan tetapi malah salah
takaran makanan yang kita bnikin sendiri lalu dimasukkan bisa saja sulit buang air besarnya atau dia mencret lah
seperti itu kan yang biasanya, ya saya hanya ikut mendulang saja. Nalurinya udah dapat tetapi saya kurang
paham ini. Dan sebelumnya memang belum ada
pengalaman ke situ, langsung otodidak.” Mj “Yo, kan kalau malem gantian tidurnya. H em. Jadi kalau
malem minta susu yo gantian to buat e. Kalau istri saya sakit gitu.. mau ga mau saya ambil peran isteri. Ya harus
buatin susu, yo nyuci ini, nyuci popok, mandiin, nagsih makan. Rasanya saat itu yo capek lah..tapi karena ada si
keci, seneng liat anak sehat, lucu. He eh. Jadinya capeknya
itu hilang..” St Tuntutan untuk mengasuh anak merupakan suatu keharusan
bagi informan karena faktor ekonomi. Dimana informan sebagai ayah tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Karena itu,
perubahan peran dari mencari nafkah menjadi pengasuh anak
berdampak pada penghasilan keluarga. Hal tersebut terungkap dari hasil wawancara dengan ketiga informan berikut ini:
“Yah..mbak kalau selama ini penghasilan saya dan isteri itu ya
sudah mencukupi, untuk kebutuhan sehari-hari, untuk anak, untuk biaya keluarga saya, dan untuk smua
kebutuhan lainnya. Itu, sudah bisa dibilang cukup. Untuk biaya bulanan itu yang paling banyak keluar ya untuk
kebutuhan bayar listrik,air,dll. Dan untuk kebutuhan susu anak, makan, kebtuhuan-
kebutuhan tak terduga.” Mj “Untuk penghasilan tiap bulan itu pengeluaran cukup banyak,
apalagi sekarang uda ada anak. Kebutuhan2 ga diduga itu sering muncul. Lalu untuk ngatasin nya saya punya
sampingan usaha, selain sa
ya sendiri bekerja.”
Ad
“Penghasilan saya sebulan sudah bisa mencukupi kalau buat
memenuhi hidup isteri dan anak. Kalau sekarang yang paling banyak keluar ya untuk susu anak itu paling
banyak, soalnya dia kalau minum susu tu sehari bisa 4-5 kali.Jadi sebulan tu bisa abis 5 kaleng susu yang besar-
besar.” St Ketiga informan mengakui bahwa tuntutan ekonomi dalam
keluarga menjadi penyebab ayah harus terlibat di dalam pengasuhan anak pertama. Namun dengan dibantu oleh isteri yang bekerja di
luar, ayah tidak mampu seratus persen mengatasi permasalahan yang terkait dengan pengasuhan anak.
“Iyah mba, saya dan isteri itu pulang jam4, yah jam5 sudah
sampai di rumah lah..itu jadi kurang pengawasan anak- anak. Maka nya saya sebenarnya kurang setuju isteri
bekerja. Tapi karena isteri juga dari sebelum saya menikah sudah suka bekerja, yah uda mau gimana
lagi..dan ini karena juga anak masih bisa lah diawasi ama simbahnya, jadi saya percaya aja. Nah kadang itu kalau
sudah sampai rumah, dua2 nya uda capek. Saya capek, isteri juga. Tapi kan harus masih ngurusi anak. Jadi saya
kasian sebenernya sama anak saya, ko ya kurang perhatian. Isteri masih harus masak, dulang, dan mandiin
anak. Tapi kalau uda sampai rumah, saya usahain
semaksimal mungkin main sama anak, tak ajak dolan, tak mandiin, gitu mbak. Kalau sore isteri lagi masak atau
sibuk di dapur, yah aku bantuin mandiin anak. Nanti abis itu gantian, isteri yang dulang makan, aku nyuci baju,
atau bersih-bersih ruah. Jadi memang harus saling back up, kalau ga, pekerjaan rumahnya ga selesai-
selesai.”
Mj
“Yah kalau anak sudah aga besar dan bisa dilepas, tidak apa
- apa kalau mau bekerja. Tapi untuk sekarang ini, isteri
saya juga sudah ada sampingan, dengan dia membuka online shop. Itu sudah lumayan ada tambahan
penghasilan sedikit, walaupun tidak seberapa. Saya takutnya nanti kalau isteri bekerja itu, anak saya tidak
kopen. Tapi kalau jaman sekarang dengan biaya yg banyak begini kan mau ga mau yah harus ada tambahan
penghasilan juga. Yah nanti kalau anak sudah bisa sekolah. Mungkin saya mengijinkan isteri bekerja. Asal
yah itu, masih tetap harus jalanin kewajiban sebagai isteri. Saya tu sebenernya santai ko mba.. yah kan saya
dan isteri termasuk pasangan muda. Dan bukan keluarga yang kaya punya harta banyak. Yah bisa dibilang cukup
lah. Untung isteri juga bukan tipe yang boros, jadi maih bisa kontrol tiap bulan nya untuk pengeluaran. Isteri
kalau mau beli sesuatu yang dia pengin ya pakai uangnya sendiri. Nah yang penting itu kalau ada apa-apa, misalnya
yah pengen sesuatu, tapi ko ga ada uang, yah bilang aja ke aku gitu mbak.. kalau komunikasinya sudah lancar,
pasti enak ko. Semua bisa berjalan enak.” Ad “Yah paling ini kalau anak sudah 5 tahun. Isteri juga bekerja
ko mbak. Ini isteri saya sudah mul;ai ngelamar2 pekerjaan. Karena memang kalau dulu waktu anak masih
bayi, saya ga bolehin buat dia kerja, karena nanti ga ada yang ngurus dan momong anak. Tapi ini kan sekarang uda
aga besar, dan kalau saya dan isteri bekerja, nanti sementara bisa dititipkan dulu di rumah simbahnya
sampai sore, baru nanti kalau sudah selesai kerja, tak jemput. Yah kalau nanti isteri ga bekerja, gaji saya cuman
1,7 jt. Kalau dibilang cukup ya cukup untuk kebutuhan keluarga dan anak. Tapi kalau isteri pengen2 beli sesuatu,
kaya kadang tu pengen beli tas, apa sepatu gitu, yah kan jkalau ga ada uang lebih saya ga bisa penuhin, makanya
dia punya alternatif untuk kerja, biar bisa beli-beli barang yang dia pengen. Yah intinya kalau isteri bekerja ,ya gpp
tapi kewajiban sebagai isteri arus tetap dijalankan, yah
ngopeni anak, dan lain-lain. Soale kalau gak bisa ngatur,
bisa keteteran nanti mbak.” St
b. Pengalaman Ayah Yang Ikut Merawat Anak Pertama?