Landasan Teoritis Negara Hukum

1.5 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis. Untuk memPerdalam bidang ilmu hukum, khususnya Hukum Pemerintahan Daerah yang dalam hal ini mengenai peranan Satuan Polisi Pamong Praja dalam penegakan Peraturan Daerah bidang perizinan bangunan di Kabupaten Badung. b. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kotribusi atau masukan terhadap kinerja Satuan Polisi Pamong Praja sebagai institusi atau perangkat pemerintahan daerah dalam menindak pelanggaran Peraturan Daerah di Kabupaten Badung sehingga dapat mewujudkan supremasi hukum dengan menegakan Peraturan Daerah tersebut.

1.6 Landasan Teoritis

Dalam upaya pemahaman permasalahan yang berhubungan dengan penelitian, maka terlebih dahulu perlu dideskripsikan teori-teori, konsep-konsep ataupun asas-asas hukum yang relevan . Dengan adanya teori-teori yang menunjang, diharapkan dapat memperkuat, memperjelas, dan mendukung untuk menyelesaikan permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini.

a. Negara Hukum

Dalam rangka memberikan makna-makna dan hakekat negara hukum sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 ayat 3 UUD NRITahun 1945 menyatakan bahwa Indonesia adalah Negara Hukum. Indonesia sebagai negara hukum menunjukan bahwa setiap tindakan penguasa maupun rakyatnya harus berdasarkan hukum dan sekaligus dicantumkan tujuan negara, yaitu menjamin hak-hak asasi rakyatnya. Selain itu rumusan dalam Pasal 1 ayat 3 UUD NRI Tahun 1945 merupakan perumusan yang tegas tentang konsep negara hukum yang memiliki arti hukum adalah panglima dalam suatu negara. Gagasan negara hukum masih bersifat samar-samar dan tenggelam dalam waktu yang sangat panjang, kemudian muncul kembali secara lebih eksplisit pada abad ke-19 yaitu dengan munculnya konsep rechtstaat yang diilhami oleh pemikiran Immanuel Kant yang dikemukakan oleh Freidrich Julius Stahl. Menurut Sthal, unsur-unsur negara hukum rechtstaat adalah sebagai berikut : a. Pengakuan adanya hak asasi manusia b. Adanya pembagian kekuasaan berdasarkan trias politika c. Pemerintahan berdasarkan undang-undang. d. Peradilan administrasi dalam perselisihan 1 Negara Indonesia juga disebut sebagai negara hukum rechtsstaat, bukan negara kekuasaan matchtsstaat, dan pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi hukum dasar, bukan absolutisme kekuasaan yang tidak terbatas. Asas negara hukum atau asas the rule of law, berarti dalam penyelenggaraan negara, tindakan-tindakan penguasanya 1 Ridwan HR, 2014, Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, h.3. harus didasarkan hukum, bukan didasarkan kekuasaan atau kemauan penguasanya belaka dengan maksud untuk membatasi kekuasaan penguasa dan bertujuan melindungi kepentingan masyarakatnya, yaitu perlindungan terhadap hak-hak asasi anggota-anggota masyarakatnya dari tindakan sewenang-wenang. 2 Supomo dalam bukunya Undang-Undang Sementara Republik Indonesia, telah mengartikan istilah negara hukum sebagai berikut “... bahwa Republik Indonesia dibentuk sebagai negara hukum artinya negara akan tunduk pada hukum, peraturan-peraturan hukum berlaku pula bagi segala badan dan alat- alat perlengkapan negara.” 3 Pada wilayah Anglosakson, muncul pula konsep negara hukum rule of law dari A.V.Dicey dengan unsur-unsur sebagai berikut : a. Supremasi hukum supremacy of the law; tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang absence of arbitary power, dalam arti bahwa seseorang hanya boleh dihukum kalau melanggar hukum; b. Kedudukan yang sama dalam hukum equality before the law. Dalil ini berlaku baik untuk orang biasa maupun pejabat; c. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang di negara lain oleh undang-undang dasar serta keputusan-keputusan pengadilan. 4 2 Joeniarto, 1968, Negara Hukum, YBP Gajah Mada, Yogyakarta, h.53. 3 Soepomo, UUD RI, Noordhof, Jakarta, h.21. 4 Ridwan HR, loc.cit. Selanjutnya Muhammad Yaminm enyatakan “Republik Indonesia ialah suatu negara hukum rechtsstaat, government of law tempat keadilan yang tertulis berlaku, bukanlah negara polisi atau negara militer, tempat polisi dan prajurit memegang pemerintah dan keadilan, bukanlah pula negara kekuasaan machtsstaat tempat tenaga senjata dan kekuatan badan melakukan sewenang- wenang”. 5 Negara Indonesia sebagai negara hukum, mengakui bahwa kewajiban untuk menjamin dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat bukanlah tanggungjawab lembaga hukum semata-mata, melainkan tanggungjawab kelembagaan dan kepemimpinan atas nama kedaulatan rakyat. Hal itu merupakan tanggung jawab semua warga negara yang artinya oleh dan untuk rakyat Indonesia sebagai manusia Indonesia, sebagaimana ditetapkan oleh filsafat negara Pancasila dan UUD NRI 1945. Wujud tanggung jawab rakyat sebagai warga negara menegakkan keadilan itu ialah kualitas kesadaran hukum masyarakat yang nampak dalam tertib sosial atau disiplin nasional. Pengertian Negara Hukum dalam konteks Negara Hukum Indonesia dapat dilihat dari sudut pandang asas religiusitas, asas kolektifitas dan asas pengayoman. Asas religiusitas nampak bahwa negara Indonesia terbentuk bukan karena “perjanjian bermasyarakat”dari status “naturalis”ke status “civil” dengan perlin dungan terhadap “civil right”, melainkan atas berkat rahmat 5 Yamin Mohamad, 1952, Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, Djambatan, Jakarta, h.75. Allah Yang Maha Kuasa dengan keinginan luhur untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas. Konstruksi tersebut merupakan cerminan luhur asas kolektifitas yang melahirkan kesepakatan satu tujuan untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas dalam arti “merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur” dan pembinaan akhlak luhur berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Adapun tujuan hukum berdasarkan cita hukum Pancasila adalah untuk memberikan pengayoman kepada manusia, yaitu melindungi manusia secara pasif negatif dengan mencegah tindakan sewenang-wenang, dan secara aktif positif dengan menciptakan kondisi kemasyarakatan yang manusiawi dimana memungkinkan proses kemasyarakatan berlangsung secara wajar sehingga secara adil tiap manusia memperoleh kesempatan yang luas dan sama untuk mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya secara utuh. 6 b. Teori Penegakan Hukum Penegakan hukum disebut dalam bahasa Inggris law enforcment, bahasa Belanda rechtshandhaving. 7 Penegakan hukum merupakan bentuk nyata dalam melaksanakan hukum demi mewujudkan keadilan dan kepastian hukum yang dilaksanakan oleh struktur hukum yakni aparat penegak hukum terhadap materi atau substansi hukum itu sendiri bagi para pelanggar hukum.Penegakan hukum adalah suatu 6 Kusumaatmadja Mochtar, 1970, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan Nasional, Pajajaran, Jilid III, h. 1. 7 AndiHamzah, 2008, Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta, h.48. proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum yaitu pikiran- pikiran badan pembuat undang-undang yang di rumusukan dalam peraturan-peraturan hukum menjadi kenyataan. 8 Penegakan hukum law enforcement dalam arti luas mencakup kegiatan untuk melaksanakan dan menerapkan hukum serta melakukan tindakan hukum terhadap setiap pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh subyek hukum, baik melalui prosedur peradilan maupun melalui abitrase dan mekanisme penyelesaian sengketa lainnya Alternative despute or conflicts resolution. 9 Dalam pelaksanaan penegakan hukum, keadilan harus diperhatikan, namun hukum itu tidak identik dengan keadilan, hukum itu bersifat umum, mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan. Setiap orang yang mencuri harus dihukum tanpa membeda-bedakan siapa yang mencuri. Sebaliknya keadilan bersifat subjektif, individualistis dan tidak menyamaratakan. Adil bagi seseorang belum tentu dirasakan adil bagi orang lain. Pada hahikatnya penegakan hukum mewujudkan nilai-nilai atau kaedah-kaedah yang memuat keadilan dan kebenaran, penegakan hukum bukan hanya menjadi tugas dari para penegak hukum yang sudah dikenal secara konvensional, tetapi menjadi tugas dari setiap orang. Meskipun demikian, dalam kaitannya dengan hukum publik 8 Satjipto Rahardjo, 1983, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung, h.24. 9 Jimly Asshidiqie, 2009, Menuju Negara Hukum yang Demokrasi, PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, h.22. pemerintahlah yang bertanggung jawab dalam penegakan hukum. Penegakan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 10 1. Ditinjau dari sudut subyeknya Dalam arti luas, proses penegakan hukum melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Dalam arti sempit, penegakan hukum hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dam memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. 2. Ditinjau dari sudut obyeknya Dalam arti luas, penegakan hukum yang mencakup pada nilai- nilai keadilan yang di dalamnya terkandung bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang ada dalam bermasyarakat. Dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis. c. Teori Peraturan Perundang-Undangan Istilahperundang-undanganlegislation,wetgeving, atauGetsetzgebung dalambeberapakepustakaanmempunyaiduapengertian yang berbeda.Dalamkamusumum yang berlaku, istilah legislation dapatdiartikandenganperundang-undangandanpembuatanundang- 10 Dellyana Shant, 1998, Konsep Penegakan Hukum, Liberty, Yogyakarta, h.32. undang. 11 PengertianwetgevingdalamJuridischwoordenboekdiartikansebaga iberikut : 1. Perundang-undanganmerupakan proses pembentukanatau proses membentukperaturannegara, baik di tingkatpusatmaupun di tingkatdaerah. 2. Perundang-undanganadalahsegalaperaturannegara, yang merupakanhasilpembentukanperaturan, baik di tingkatpusatmaupuntingkatdaerah. 12 Norma adalah suatu ukuran yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam hubungannya dengan sesamanya ataupun dengan lingkungannya. Menurut Hans Kelsen, norma itu berjenjang dan berlapis-lapis dalam suatu susunan hierarki, norma yang dibawah berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya sampai akhir ‘regressus’ ini berhenti pada suatu norma yang tertinggi yang disebut dengan norma dasar Grundnorm yang tidak dapat ditelusuri lagi siapa pembentuknya atau darimana asalnya. 13 Norma dasar yang merupakan norma tertingi dalam suatu sistem norma tersebut tidak lagi dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi 11 John M.EcholsdanHasan Shadily, 1987, KamusInggris-Indonesia, cet. XV, pt.Gramedia, Jakarta, h.353. 12 S.J FockemaAndreae, 1948, Rechtsgeleerdhandwoordenboek, J.B. Wolters, Groningen Batavia. 13 Maria Farida Indrati S, 2007, Ilmu PerUndang-Undangan, Kanisius, Yogyakarta, h.21. lagi, tetapi norma dasar itu ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat sebagai norma dasar yang merupakan gantungan bagi norma-norma yang berada dibawahnya, sehingga suatu norma dasar itu dikatakan presupposed. d. Teori Otonomi Daerah Di Indonesia otonomi selain mengandung arti “perundangan” regelling, juga mengandung arti “pemerintah” bestuur. Oleh karena itu, dalam membahas desentralisasi berarti secara tidak langsung membahas pula mengenai otonomi. 14 Hal ini dikarenakan kedual hal tersebut merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan, apalagi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mengingat kondisi geografis, sistem politik, hukum, sosial dan budaya, sangat beraneka ragam dan bercorak, di sisi lain NKRI yang meliputi daerah-daerah kepulauan dan wilayah negara yang sangat luas. Oleh sebab itu, hal-hal mengenai urusan pemerintahan yang dapat dilaksanakan oleh daerah itu sendiri, sangat tepat diberikan kebijakan otonomi sehingga setiap daerah akan lebih mampu dan mandiri untuk memberikan pelayanan dan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah. 15 Amrah Muslimin melihat bahwa dalam melakukan pemerintahan secara luas, pemerintahan dalam arti luas berpegang pada dua macam asas, yaitu asas keaslian dan asas kedaerahan. Asas 14 Juanda, 2008, Hukum Pemerintahan Daerah, Alumni, Bandung, h.22. 15 Siswanto Sunarno, 2005, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, h.6. kedaerahan mengandung dua macam prinsip pemerintahan , yaitu dekosentrasi dan desentralisasi. 16 Penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memerhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu, penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Yang dimana artinya mampu membangun kerja sama antardaerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antardaerah. 17 Didalam sistem pemerintahan daerah berdasarkan UUD 1945 berikut peraturan perundang-undangan yang berlaku, sendi-sendi atau asas desentralisasi dan otonomi selalu menjadi dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, meskipun dalam lingkup substansi dan perwujudannya masih terlihat sedang mencari bentuk serta mengalami berbagai perkembangan. e. Teori Kewenangan Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan macht. Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban rechten en plichten. Dalam kaitan dengan otonomi daerah, hak mengandung pengertian kekuasaan untuk 16 Amrah Muslimin, 1982, Aspek-aspek Otonomi Daerah, Alumni, Bandung, h.4. 17 Siswanto Sunarno, op.cit. h.8. mengatur sendiri zelfregelen dan mengelola sendiri zelfbesturen, sedangkan kewajiban secara horizontal berarti kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana mestinya. Vertikal berarti kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam satu tertib ikatan pemerintahan negara secara keseluruhan. 18 Wewenang sangatlah diperlukan oleh pemerintah, mengingat pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dalam negara. Tanpa adanya wewenang pemerintah tidak akan bisa melaksanakan kekuasaannya tersebut. Secara teoritis, kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan tersebut diperoleh melalui tiga cara yaitu atribusi, delegasi dan mandat. 19

1.7 Metode Penelitian