Proses Pra Produksi Proses Produksi

commit to user 20 kartun dengan bahasa sehari-hari yang sudah akrab didengar oleh anak-anak dan remaja, penulis berharap dengan komik yang penulis buat ini akan menjadikan generasi muda lebih mengenal sejarah-sejarah yang ada di Indonesia.

1. Proses Pra Produksi

Dalam proses produksi komik Sejarah Asal Mula Aksara Jawa, penulis memulai dengan tahap pra produksi, pertama penulis memahami dan menerjemahkan cerita dari kisah Sejarah Asal Mula Aksara Jawa dengan bahasa yang lebih dikenal dan akrab anak-anak dan remaja, kemudian menentukan konsep. Konsep dalam komik adalah rancangan untuk landasan mencapai tujuan yang diharapkan dari pembuatan komik ini, dalam proses ini penulis menghasilkan susunan konsep komik antara lain : a. Jenis komik Menentukan jenis komik yang akan diproduksi. Dalam merancang komik yang akan diproduksi, penulis menggunakan referensi komik model Manga pada umumnya untuk ukuranya penulis menggunakan ukuran 18 cm x 13 cm. b. Tema cerita Tema merupakan ide dasar komik. Sebelum komik tersusun menjadi sebuah naskah, gagasan tertuang dalam suatu tema. Penulis mengangkat tema petualangan yang mengambil salah satu tokoh sebagai penekan tokoh utama sesuai dalam cerita Sejarah Asal Mula Aksara Jawa yaitu Ajisaka, dalam kisah ini Ajisaka digambarkan sebagai tokoh yang commit to user 21 tampan, sakti mandraguna, pantang menyerah, dan memiliki ambisi yang besar. c. Konsep warna Dalam komik Sejarah Asal Mula Aksara Jawa penulis menggunakan 5 warna pokok yaitu coklat, merah, biru, kuning, dan hitam yang mempunyai makna sebagai berikut : Merah C : 0M : 100 Y : 100 K : 0 Panton : 485 C Biru C : 91 M : 80 Y : 0 K : 0 Panton : 2726 C Kuning C : 0M : 0 Y : 100 K : 0 Panton : Process Yellow C Hitam C : 0M : 0 Y : 0 K : 100 Panton : Process Black C d. Jumlah Halaman Menentukan jumlah halaman sangat berkaitan dengan jenis komik yang diproduksi, dan biaya produksi. Rencana komik yang akan diproduksi penulis mencapai 42 halaman black and white. commit to user 22

2. Proses Produksi

Setelah konsep tersusun dalam tahap pra produksi, proses selanjutnya adalah tahap produksi. Proses produksi adalah realisasi dari konsep yang telah dirancang, dalam proses produksi komik Sejarah Asal Mula Aksara Jawa, penulis melalui berbagai langkah, antara lain : a. Story line Menentukan alur cerita komik, dalam komik Sejarah Asal Mula Aksara Jawa yang akan penulis produksi adalah alur maju yaitu dengan urutan awal, tengah, akhir. Alasan penulis menggunakan alur ini adalah untuk mendukung menguatkan tema komik yaitu petualangan. Adapun story line secara garis besar yang berdasarkan legenda adalah sebagai berikut: 1 Pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang ksatria yang bernama Ajisaka, tepatnya di Pulau Majethi, Ajisaka mempunyai paras wajah yang tampan dan rupawan, mempunyai sifat yang ramah suka menolong dan berbudi luhur, selain itu Ajisaka juga mempunyai ilmu kanuragan yang tinggi. Ajisaka mempunyai dua orang punggawa bernama Dhora dan Sembadha. Kedua punggawa sangat patuh dan setia kepada Ajisaka, suatu hari Ajisaka ingin pergi berkelana, bertualang meninggalkan Pulau Majethi, Dhora pergi menemani Ajisaka sedangkan Sembadha tetap tinggal di Pulau Majethi karena Ajisaka memerintahkan Sembadha untuk menjaga Keris Pusaka Ajisaka. Ajisaka berpesan pada Sembadha bahwa Sembadha tidak commit to user 23 boleh menyerahkan pusaka itu kepada siapapun kecuali Ajisaka sendiri yang datang dan mengambil keris pusaka tersebut. 2 Pada saat itu di Jawa terdapat Negara yang terkenal makmur, aman, dan damai, negara itu bernama Medhangkamulan, Medhangkamulan mempunyai seorang Raja yang bernama Prabu Dewata Cengkar, Raja yang berbudi luhur dan bijaksana, suatu hari seorang juru masak kerajaan terpotong jarinya pada waktu memasak, juru masak itu tidak menyadari bahwa potongan jarinya masuk kedalam hidangan yang akan dihidangkan untuk Sang Raja, jari itu pun termakan oleh Prabu Dewata Cengkar, Sang Raja merasakan daging yang dimakannya sangat lezat, kemudian Raja mengutus patihnya untuk bertanya kepada juru masak kerajaan, kenapa masakan itu bisa mempunyai rasa yang lezat, kemudian diketahui bahwa yang termakan oleh Prabu Dewata Cengkar adalah daging manusia. 3 Keesokan harinya Prabu Dewata Cengkar memerintahkan Patihnya untuk menyiapkan seorang rakyatnya untuk disantap, Sang Prabu pun ketagihan terhadap kelezatan daging manusia tersebut, Sejak saat itu Prabu Dewata Cengkar harus disediakan satu orang manusia untuk disantap setiap harinya. Watak dan sifat Sang Prabu berubah menjadi kejam dan tamak, senang melihat rakyatnya menderita dan tidak peduli akan kalangsungan hidup negara yang ia pimpin. Negara itu berubah menjadi negara yang sepi karena satu per satu rakyatnya dimakan oleh Prabu Dewata Cengkar, selain itu banyak dari rakyat Medhangkamulan commit to user 24 meninggalkan negara itu untuk menyelamatkan diri, seiring berjalanya waktu Sang Patih pun bingung, karena tidak ada lagi rakyat yang bisa disuguhkan kepada Sang Raja. 4 Ajisaka bersama Dhora pun sampai di negara Medhangkamulan, Ajisaka terkejut melihat keadaan negara yang sunyi itu, kemudian ia mencari tahu dan bertanya kepada penduduk setempat yang masih ada di negara itu, Setelah Ajisaka mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Medhangkamulan, Ajisaka memutuskan untuk menghadap Patih kerajaan, dan menyatakan bahwa ia sanggup menjadi santapan Sang Raja, awalnya Sang Patih tidak mengijinkan Ajisaka yang masih muda dan tampan itu dijadikan santapan Prabu Dewata Cengkar, tetapi Ajisaka memaksa hingga akhirnya Ajisaka dibawa untuk menghadap Prabu Dwata Cengkar. Sang Prabu heran, mengapa seorang pemuda yang masih muda dan tampan itu mau dijadikan sebagai santapan Prabu Dewata Cengkar, tetapi hawa nafsu telah menguasai hati Prabu Dewata Cengkar, dan Sang Prabu pun tidak sabar untuk menyantap Ajisaka, tetapi sebelum dijadikan santapan, Ajisaka mengajukan persyaratan untuk Prabu Dewata Cengkar, Ajisaka rela disantap oleh Sang Prabu dengan syarat diberi imbalan tanah seluas kain yang diikatkan di leher Ajisaka, selain itu, Ajisaka juga meminta Prabu Dewata Cengkar sendirilah yang mengukur tanah tersebut. 5 Permintaan itu dikabulkan oleh Sang Prabu, Ajisaka kemudian meminta Prabu Dewata Cengkar menarik kain tersebut dari badan commit to user 25 Ajisaka, Ajaibnya, kain itu terus memanjang dan tidak habis-habis, Prabu Dewata Cengkar terpaksa mundur dan terus mundur menarik ikat kepala tersebut hingga sampai di tepi Laut Selatan. Ajisaka mengibaskkan kain tersebut dengan tanganya, hal ini membuat Prabu Dewata Cengkar terlempar ke laut, dan wujud Prabu Dewata Cengkar berubah menjadi buaya putih, setelah buaya itu masuk kedalam air, Ajisaka pun mengumumkan kejadian itu kepada rakyat Medhangkamulan, lalu Ajisaka diberi amanat oleh rakyat Medhangkamulan untuk menjadi raja di Negara itu. 6 Medhangkamulan menjadi negara yang sngat makmur dan damai setelah dipimpin oleh Ajisaka, suatu ketika Ajisaka menyuruh Dhora pergi ke Pulau Majethi untuk ngambil Keris Pusaka Ajisaka yang dititipkan kepada Sembadha, sesampai di Pulau Majethi, Dhora menjelaskan pada Sembadha bahwa dia datang atas perintah Ajisaka untuk mengambil pusaka yang diamanatkan kepada Sembadha. Sembadha yang patuh terhadap perintah Ajisaka yaitu tidak boleh memberikan Keris Pusaka tersebut kepada orang lain selain Ajisaka sendiri yang mengambil Keris Pusaka tersebut, Dhora pun memaksa agar Keris Pusaka itu diserahkan kepada Dhora, akhirnya terjadilah pertempuran antara Dhora dan Sembadha, karena kedua punggawa itu mempunyai kesaktian yang sama, maka kedua punggawa itu pun tewas. commit to user 26 7 Prabu Ajisaka mendengar kabar tentang kematian kedua punggawanya tersebut, Ajisaka menyesal setelah mengingat akan kelalaiannya, lalu untuk mengabadikan dua punggawanya itu Ajisaka menciptakan sebuah Aksara yang disebut Aksara Carakan yang berbunyi : Artinya adalah : ha na ca ra ka Ana utusan ada utusan da ta sa wa la Padha kekerengan saling berselisih pendapat pa dha ja ya nya Padha digdayané sama-sama sakti ma ga ba tha nga Padha dadi bathangé sama-sama mejadi mayat b. Cerita perkolom Membuat deskripsi cerita tentang kolom-kolom yang akan dibuat berdasarkan story line yang telah dibuat. Adapun cerita perkolom komik ini adalah sebagai berikut : commit to user 27 Halaman 1 : Di Negara Majethi. Panel 1 : Suasana kampung yang damai di negara Majethi Panel 2 : Gelungan rambut Ajisaka Panel 3 : Keris Pusaka Ajisaka tampak dari belakang Panel 4 : Seluruh badan Ajisaka tampak depan Halaman 2 : Suasana di suatu kampung di Negara Majethi Panel 1 : Dhora yang sedang bingung mencari topik pembicaraan Panel 2 : Sembadha bosan mendengar Dhora tertawa Panel 3 : Ajisaka yang bertanya tentang kemakmuran Majethi, “Hey Dhora, Sembadha, menurutmu bagaimana keadaan Majethi ini, apakah rakyat disini kekurangan sandang pangan?” Panel 4 : Dhora menjawab, “Makmur dan damai-damai aja bos” Panel 5 : Sembadha menganggukan kepala Panel 6 : Ajisaka murung Halaman 3 : Percakapan di suatu kedai di Majethi Panel 1 : Dhora bertanya kepada Ajisaka, “Memangnya kenapa bos bertanya seperti itu?, Apa ada yang salah di negara Majethi ini?” Panel 2 : Wajah Ajisaka yang sedang terdiam Panel 3 : Sembadha berkata, “Apa kami telah membuat bos risau terhadap sikap kami yang kadang usil?” commit to user 28 Panel 4 : Bibir Ajisaka yang sedang tersenyum Panel 5 : Ajisaka berkata, “Bukan masalah itu, aku cuma berpikir apakah negara-negara di luar sana juga seperti Majethi ini, yang damai dan makmur” Halaman 4 : Percakapan di suatu kedai di Majethi Panel 1 : Dhora dan Sembadha terkejut dengan pernyataan Ajisaka Panel 2 : Dhora dan Sembada saling melihat berhadapan Panel 3 : Sambil meringis Dhora dan Sembadha berkata, “kita tidak tau bos, hehe” Panel 4 : Ajisaka memasang raut wajah bosan, dan berkata, “dasar kalian” Halaman 5 : Percakapan di suatu kedai di Majethi Panel 1 : Ajisaka menaruh gelas minuman. Panel 2 : Ajisaka menaruh gelas setelah meminumnya dan pamit pulang, “ aku pulang dulu ya, besok ketemu lagi, aku ingin menyampaikan sesuatu pada kalian” Panel 3 : Dhora tersenyum Panel 4 : Sembadha tersenyum Panel 5 : Serentak dora dan sembadha berkata, “SIAP BOS” Halaman 6 : Keesokan harinya dirumah Ajisaka Panel 1 : Mengalungkan kain dileher Ajisaka Panel 2 : Memakai pelindung lengan Panel 3 : Memasang keris pusaka dibadan Ajisaka commit to user 29 Panel 4 : Ajisaka tampak samping dan berkata, “Aku harus mengatakan hal ini pada punggawaku” Panel 5 : Ajisaka meninggalkan rumahnya Halaman 7 : Pertemuan Ajisaka Dhora dan Sembadha di depan pura Panel 1 : Ajisaka sampai di depan pura dan melihat punggawanya. Panel 2 : Dhora melihat Ajisaka Kolom 3 : Dhora memberitahu sembadha bahwa Ajisaka telah datang Panel 4 : Serentak mereka berteriak,”SELAMAT PAGI BOS”, sambil tertawa ceria, dan Ajisaka memasang muka malas karena tingkah mereka Halaman 8 : Percakapan di pura Panel 1 : langit Panel 2 : Ajisaka menghela nafas atas kelakuan Dhora dan Sembadha Panel 3 : Ajisaka berkata, “begini, selama ini aku sangat bangga punya punggawa seperti kalian dan aku sangat berterimakasih, tetapi sepertinya aku harus memenuhi panggilan hatiku” Panel 4 : Sembadha berkata, “Panggilan hati apakah itu Bos?” Panel 5 : Ajisaka berkata, “Aku ingin berkelana, pergi meninggalkan majethi, dan membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan” Panel 6 : Mata Sembadha melotot commit to user 30 Panel 7 : mata Dhora melotot Halaman 9 : Negara Medhangkamulan Panel 1 : Suasana di negara Medhangkamulan Panel 2 : Para petani sedang memanen padi Panel 3 : Prabu Dewata Cengkar sedang melihat-lihat keadaan negara Medhangkamulan dengan dipandu para pengawal kerajaan, rakyat pun menyambut gembira dan tunduk. Halaman 10 : Percakapan rakyat jelata Panel 1 : Pak tani berkata, “Raja kita memang sangat bijaksana dan merakyat ya bu?, bu tani menjawab, “ya jelas to pak, makanya negara Medhangkamulan ini jadi makmur dan damai” Panel 2 : Prabu dewata Cengkar sedang tersenyum kepada rakyatnya Panel 3 : Para rakyat pun tersenyum dan merasa tentram hatinya. Panel 4 : Prabu dan pengawalnya berlalu meninggalkan para petani menuju ke kerajaan Halaman 11 : Percakapan rakyat jelata Panel 1 : Tangan mengepal dan di acungkan ke udara Panel 2 : Pak tani berkata, “hidup Prabu Dewata Cengkar”, Para petani lainya menyaut secara serentak, “HIDUUUUP” Panel 3 : Seorang kakek petani terdiam dan tidak ikut berteriak Panel 4 : Bu tani bertanya pada kakek, “kenapa diam saja kek?” commit to user 31 Panel 5 : Kakek petani menjawab, “aku punya firasat akan terjadi sesuatu pada Medhangkamulan” Panel 6 : Bu tani terkejut Halaman 12 : Penitipan Keris Pusaka kepada Sembadha Panel 1 : Pura terlihat dari langit Panel 2 : Dhora berkata, “jika memang bos ingin berkelana, kami sang punggawa akan setia menemani dan melindungi”, Sembadha menambahi, “benar, kami dengar perintah, maka kami siap melaksanakanya” Panel 3 : Tangan Ajisaka akan memegang pundak Sembadha. Panel 4 : Ajisaka berkata, “Jika memang itu yang kalian inginkan, aku sangat bangga punya punggawa seperti kalian, tetapi harus ada salah satu yang tinggal di Majethi untuk menjaga Keris Pusakaku, dan aku menunjuk kau Sembadha” Panel 5 : Wajah Sembadha serius tapi diiringi dengan rasa haru. Panel 6 : Seketika Sembadha berlutut dan berkata, “Saya Sembada sang punggawa Ajisaka siap menerima perintah” Halaman 13 : Penitipan Keris Pusaka kepada Sembadha. Panel 1 : Wajah Ajisaka terharu akan kesetiaan punggawanya Panel 2 : Ajisaka membantu Sembadha berdiri sambil berkata, “Berdirilah Sembadha” Panel 3 : Ajisaka melepas Keris Pusaka dari badanya commit to user 32 Panel 4 : Ajisaka memberikan Keris Pusaka kepada Sembadha Panel 5 : Sembadha menyambutnya dengan meneteskan airmata, Ajisaka berkata, “Aku titipkan Keris Pusaka ini kepadamu dan jangan kamu berikan kepada siapapun kecuali aku sendiri yang mengambil Keris Pusaka ini darimu”, Sembadha berkata, “Sendiko dawuh tuanku Ajisaka Sang pemilik Keris Pusaka Cupumanik” Halaman 14 : Penitipan Keris Pusaka kepada Sembadha Panel 1 : Wajah Ajisaka serius, penuh harapan dan terharu dengan kesetiaan Sembadha Panel 2 : Wajah Dhora yang tersenyum bangga terhadap kepatuhan Sembadha Panel 3 : Ajisaka melirik ke Arah Dhora dan berkata, “Ayo kita pergi Dhora”, Dhora menjawab, “Sendiko dawuh Bos” Panel 4 : Dhora merangkul Sembadha dan berkata, “Sampai ketemu lagi saudaraku, aku akan merindukanmu, jaga Keris Pusaka bos Ajisaka ini baik-baik, dan yang terakhir, jangan malas mandi ya, hahaha”, Sembadha memasang wajah kesal Panel 5 : Ajisaka dan Dhora meninggalkan Sembadha, Dhora melambaikan tangan kepada Sembada commit to user 33 Halaman 15 : Sembadha pulang ke rumah. Panel 1 : Sembadha melihat keris yang ia bawa dan berkata, “Sampai mati akan ku jaga Keris Pusaka ini” Panel 2 : Sembadha membalikan badan dan berjalan menuju rumah, Sembadha berkata, “Pulang dulu aja lah, ngantuk” Panel 3 : Sembadha sampai didepan rumah Panel 4 : Sembadha menaruh Keris Pusaka di tempatnya Panel 5 : Sembadha bersila di atas kursi Panel 6 : Mata Sembadha akan terpejam Panel 7 : Gelap Panel 8 : Semakin gelap Halaman 16 : Di dapur kerajaan. Panel 1 : Masakan di wajan yang sedang menguap Panel 2 : Sekumpulan koki yang memasak, dan memegang ayam yang sudah dicabuti bulunya Panel 3 : Salah satu koki bertanya kepada koki lainya, “woy, mau masak apa kamu untuk hidangan Sang prabu? Panel 4 : Koki lainya menjawab, “Lihat saja nanti”, sambil membelah ayam Panel 5 : Tampak cipratan darah Panel 6 : Mata para koki melotot melihat kearah potongan commit to user 34 Halaman 17 : Di dapur kerajaan. Panel 1 : Koki berteriak karena jarinya terpotong Panel 2 : Koki-koki yang terkejut Panel 3 : Koki bertanya, “woy Kenapa kamu berteriak seperti itu?” Panel 4 : Sang koki berkata, “Jariku terpotong” Halaman 18 : Di dalam masakan. Panel 1 : Koki lain bertanya, “Dimana potongan Jarinya?” Panel 2 : Koki korban berkata, “Aku tidak tau, sambil dia memerban jarinya yang terpotong” Panel 3 : Koki lainya berkata, “Mungkin sudah dimakan tikus” Panel 4 : Sup yang didalamnya terdapat potongan jari koki Halaman 19 : Masakan dihidangkan. Panel 1 : Makanan yang terhidang dimeja Sang Prabu Dewata Cengkar Panel 2 : Wajah Sang Prabu yang tak sabar melahab hidangan Panel 3 : Koki selesai menghidangkan hidangan dan berkata,” Silahkan menikmati hidangan ini Tuanku” Panel 4 : Prabu Dewata Cengkar siap menyantap hidangan Halaman 20 : Sang Prabu terkejut dengan kelezatan masakan. Panel 1 : Gambar tangan Sang Prabu sedang menyendok sup yang didalamnya terdapat sedikit daging dari jari koki yang terpotong di dapur kerajaan commit to user 35 Panel 2 : Sang Prabu Dewata Cengkar menyicipi sup Panel 3 : Raut muka Sang Prabu yang terkejut hebat Panel 4 : tampak mata Sang Prabu terpelotot dengan kelezatan sup Panel 5 : Sang Prabu masih terbuai dalam tatapan kosong, karena kelezatan daging yang beliau makan dan dalam hatinya beliau berkata, “Masakan apa ini, lezat sekali, seumur hidupku baru kali ini aku merasakan masakan yang selezat ini” Halaman 21 : Sang Prabu mencari tahu tentang kelezatan masakan tersebut. Panel 1 : Sang Prabu memanggil Patih dan berkata, “Patih, coba kamu cari tahu kenapa rasa daging dalam sup ini begitu lezat?” Panel 2 : Patih berkata, “Sendiko dawuh Prabu, akan saya cari tahu” Panel 3 : Patih pun mencari tahu dengan menyuruh koki untuk menanyakan kepada semua koki kerajaan tentang kelezatan masakan tersebut Panel 4 : Salah satu koki memberitahu Patih Panel 5 : Wajah patih terkejut dan berkeringan dingin setelah mendengar alasan koki terhadap masakan itu Halaman 22 : Sang Patih memberitahu Prabu dewata Cengkar tentang kelezatan masakan Panel 1 : Patih menghadap Prabu Dewata Cengkar commit to user 36 Panel 2 : Prabu Dewata Cengkar berkata, “Bagaimana patih?” Panel 3 : Patih berbicara kepada Prabu, “Sebenarnya didapur ada seorang koki yang jarinya terpotong dan belum ditemukan dimana potongan jarinya itu, dan menurut koki lainya ada yang bilang potongan jari sudah dimakan tikus, tapi juga ada koki yang mengira potongan jari masuk kedalam salah satu hidangan untuk Prabu”. Panel 4 : Sang Prabu tekejut Panel 5 : Raut muka Sang Prabu tersenyum bengis dan melirik kearah Patih Panel 6 : Wajah Patih resah dan takut Halaman 23 : Resahnya para penduduk Medangkamulan Panel 1 : Kerumunan penduduk Panel 2 : Para penduduk sedang melihat poster orang hilang Panel 3 : Sang Prabu sedang melahab daging di hidangan kerajaan Panel 4 : Seorang ibu berteriak dan menangis, “Anaku hilang, sudah empat hari tidak kembali” Panel 5 : Sang Prabu sedang memakan daging, dan wajahnya semakin terlihat bengis dan kejam Panel 6 : Para penduduk sedang risau Panel 7 : Salah satu penduduk melihat ke arah Kerajaan dengan muka takut dan bertanya-tanya Panel 8 : Kerajaan Medhangkamulan commit to user 37 Halaman 24 : Ajisaka dan Sembada tiba di Medhangkamulan Panel 1 : Tampak langkah kaki Ajisaka dan Dhora Panel 2 : Dhora berteriak, “Lihat bos, ada Desa didepan sana” Panel 3 : Tampak Negara Medhangkamulan yang sepi senyap Panel 4 : Dhora terkejut dan berkata, “Tapi kok sepi, seperti tidak berpenghuni?” Panel 5 : Ajisaka berkata, “Sepertinya ada yang tidak beres” Halaman 25 : Ajisaka bertanya kepada penduduk Panel 1 : Ajisaka dan Dhora melihat poster anak hilang Panel 2 : Wajah Ajisaka dan Dhora bertanya-tanya Panel 3 : Terdengar suara, “KRAAK” Panel 4 : Ajisaka melirik Panel 5 : Dhora melirik Panel 6 : Seorang lelaki yang sedang mengendap-endap Halalaman 26 : Ajisaka bertanya kepada penduduk Panel 1 : Lelaki yang sedang meringis Panel 2 : Dhora bertanya kepada lelaki itu, “Permisi pak, kenapa kampung ini begitu sepi seperti tidak dihuni?” Panel 3 : Lelaki itu memasang muka bingung dan penasaran dan berkata, “Kalian bukan orang sini ya?” Panel 4 : Ajisaka berkata, “Iya pak, kami dari negara Majethi” commit to user 38 Panel 5 : Lelaki berkata, “Sebaiknya kalian pergi tinggalkan Negara ini, karena negara ini sudah tidak lagi tentram dan makmur” Panel 6 : Ajisaka berkata, “Apa sebabnya pak, boleh kami tahu? Halaman 27 : Pernyataan Sang petani Panel 1 : Lelaki itu berkata dengan muka takut, “Raja disini suka memakan daging manusia, bahkan banyak dari rakyatnya sendiri dimakanya” Panel 2 : Ajisaka dan Dhora terkejut Panel 3 : Ajisaka bertanya, “Siapa nama Raja itu?, lelaki itu menjawab, “Prabu Dewata Cengkar, awalnya dia adalah Raja yang bijak, karena kecelakaan seorang juru masak kerajaan yang jarinya terpotong masuk kedalam hidangan, dan hidangan itu termakan oleh Prabu, beliau jadi ketagihan, sifatnya menjadi kejam dan tamak’ Panel 4 : Ajisaka terdiam dan menundukan kepala Halaman 28 : Ajisaka meminta untuk dihadapkan kepada Patih kerajaan Panel 1 : Ajisaka berkata, “Bisa kau bawa aku kedalam kerajaan” Panel 2 : Lelaki itu menjawab, “Saya tidak berani tuan, dan saya sarankan anda jangan melakukan hal bodoh itu, sebaiknya kalian pulang saja ke Majethi” Panel 3 : Ajisaka berkata, “Saya memaksa” Panel 4 : Lelaki itu pun menunjukan arah jalan menuju kerajaan commit to user 39 Panel 5 : Ajisaka berkata kepada Dora, “Tunggulah disini Dora, aku akan segera kembali” Panel 6 : Dhora berkata, “Sendiko dawuh bos” Halaman 29 : Ajisaka sampai di Kerajaan Medhangkamulan. Panel 1 : Kerajaan Medhangkamulan Panel 2 : Pengawal penjaga kerajaan bertanya, “Siapa gerangan kau kisanak, apa tujuanmu datang kesini?” Panel 3 : Ajisaka berkata, “Aku ingin bertemu Prabu Dewata Cengkar” Panel 4 : Pengawal berkata dengan tegas, “Atas dasar apa kau ingin bertemu Sang Prabu?” Panel 5 : Sang Patih datang dan bertanya, “Ada apa ini?” Panel 6 : Pengawal menjawab, “Pemuda ini ingin bertemu Prabu Dewata Cengkar Patih” Panel 7 : Patih terheran-heran Halaman 30 : Percakapan Ajisaka dengan Patih Panel 1 : Patih bertanya kepada Ajisaka, “Wahai anak muda kenapa kau datang ke Kerajaan ini, dan ingin bertemu Sang Prabu Dewata Cengkar?, taukah kamu kalau Prabu sedang ingin menyantap daging manusia?” Panel 2 : Ajisaka menjawab dengan tegas, “Justru itu aku ingin menghadap Sang Prabu, aku bersedia menjadi santapannya” commit to user 40 Panel 3 : Patih berkata, “Apa kau sudah gila, ratusan rakyat Medhangkamulan pergi meninggalkan negara ini karena ketakutannya, tetapi kau malah menyerahkan diri untuk disantap”. Panel 4 : Ajisaka menjawab, “Pertemukanlah Aku kepada Raja, itu saja” Panel 5 : Patih berkata, “Baiklah kalau begitu, ikuti aku” Halaman 31 : Ajisaka bertemu dengan Prabu Dewata Cengkar. Panel 1 : Ajisaka menghadap Prabu dewata Cengkar Panel 2 : Prabu Dewata Cengkar terkejut Panel 3 : Prabu Dewata Cengkar bertanya kepada Ajisaka, “Siapa gerangan kau anak muda, mengapa berani-beraninya kau ingin menemuiku?” Panel 4 : Ajisaka berkata, “Aku Ajisaka, dari negara Majethi, aku bersedia menjadi santapanmu wahai Prabu Dewata Cengkar yang agung” Panel 5 : Prabu Dewata Cengkar tertawa terbahak-bahak Halaman 32 : Persyaratan Ajisaka kepadan Prabu Dewata Cengkar Panel 1 : Prabu Dewata Cengkar masih melihat Ajisaka dan berkata dalam hati, “Kenapa anak yang begitu muda dan tampan ini mau menjadi santapanku? Tetapi kebetulan sekali, aku sedang merasa lapar” commit to user 41 Panel 2 : Prabu Dewata Cengkar bertanya kepada Ajisaka, “Kenapa kau begitu ingin kusantap anak muda?” Panel 3 : Ajisaka menjawab, “Didunia ini aku hidup sebatangkara dan tidak ada orang yang mempedulikanku, jadi untuk apa aku hidup?, suatu kehormatan jika dagingku bisa memuaskan rasa lapar Sang Prabu” Panel 4 : Prabu Dewata Cengkar berkata, “Baik Kau akan kusantap, PENGAWAL” Halaman 33 : Persyaratan Ajisaka kepadan Prabu Dewata Cengkar Panel 1 : Ajisaka berteriak, “TUNGGU Sebelum Sang Prabu menyantapku, aku ingin mengajukan persyaratan kepadamu sebagai permintaan terakhirku” Panel 2 : Prabu Dewata Cengkar tertawa dan berkata, “kenapa begitu beraninya kau memberikan syarat kepadaku dan kenapa aku harus mematuhi persyaratanmu anak muda?” Panel 3 : Ajisaka menjawab, “Aku yakin Prabu Dewata Cengkar adalah raja yang bijaksana, dan sewajarnya hamba mengajukan persyaratan karena daging hamba sangat empuk dan enak untuk disantap” Panel 4 : Prabu Dewata Cengkar berkata, “Baik Apa persyaratannya??”. commit to user 42 Halaman 34 : Persyaratan Ajisaka kepadan Prabu Dewata Cengkar. Panel 1 : Ajisaka berkata, “Persyaratan ini sangatlah mudah, sebelum hamba Prabu santap, hamba ingin meminta tanah seluas kain selendang yang saya ikatkan dileher hamba ini, dan harus Prabu sendiri yang mengukur tanah tersebut” Panel 2 : Prabu Dewata Cengkar berkata, “Cuma itu persyaratanya? Baik, akan aku tepati persyaratan itu” Panel 3 : Sang Prabu Dewata Cengkar turun dari Singgasananya Panel 4 : Prabu Dewata Cengkar menarik kain selendang Ajisaka Panel 5 : Prabu Dewata Cengkar mulai mundur dan mengukur tanah dengan menarik selendang Ajisaka Halaman 35 : Ketakutan Prabu Dewata Cengkar Panel 1 : Prabu Dewata Cengkar menarik selendang hingga keluar kerajaan Panel 2 : Mata Ajisaka bersinar berwarna keemasan, begitu pula selendang Ajisaka ikut bersinar. Panel 3 : Prabu Dewata Cengkar panik dan ketakutan karena dia semakin mundur dengan cepat dan tidak terkendali, seperti selendang itu mendorongnya kebelakang Panel 4 : Sampailah Prabu Dewata Cengkar di tepi pantai Laut Selatan Panel 5 : Ajisaka mengibaskan kain selendang dengan tangan kananya commit to user 43 Halaman 36 : Akhir dari Prabu Dewata Cengkar. Panel 1 : Mata Prabu Dewata Cengkar melotot Panel 2 : Prabu Dewata Cengkar terkibas ke tengah Laut Selatan Panel 3 : Prabu Dewata Cengkar panik dan ketakutan Panel 4 : Prabu Dewata Cengkar berubah menjadi buaya putih Panel 5 : Buaya putih masuk kedalam laut lepas. Panel 6 : Semakin dalam Panel 7 : Semakin dalam Halaman 37 : Ajisaka menjadi raja di Medhangkamulan. Panel 1 : Suasana Ajisaka menjadi seorang raja Panel 2 : Penduduk Medhangkamulan bergembira Panel 3 : Dhora tersenyum dan memberi selamat pada Ajisaka, Dhora berkata, “Selamat bos Ajisaka, tetapi kenapa bos tidak mengajak hamba untuk menemani pertempuran bos melawan Prabu Dewata Cengkar? Huh” Panel 4 : Ajisaka berkata, “Aku tidak ingin melihat Punggawaku terluka, tetapi kali ini aku ingin kamu melaksanakan perintahku Dhora, tolong ambil Keris Pusakaku di Negara Majethi” Panel 5 : Dhora dengan tegas menjawab, “Sendiko dawuh bos”. Panel 6 : Lalu Dora seketika melesat menuju Majethi commit to user 44 Halaman 38 : Bertemu Saudara Panel 1 : Sembadha Panel 2 : Mata Sembadha terbuka Panel 3 : Dhora sudah di depan rumahnya Panel 4 : Sembadha senang dan berkata, “hey Dhora, akhirnya kau kembali, dimana bos Ajisaka?” Panel 5 : Dhora berkata, “Beliau masih ada di Medhangkamulan, aku di utus untuk mengambil Keris Pusaka bos Ajisaka” Panel 6 : Sembadha berkata singkat, “Tidak bisa” Halaman 39 : Terjadi perdebatan antar saudara. Panel 1 : Dhora berkata dengan nada tinggi, “ Aku diperintah bos Ajisaka secara langsung untuk mengambil Keris Pusaka darimu” Panel 2 : Sembadha berkata, “Bos Ajisaka telah berpesan untuk tidak memberikan Keris Pusaka ini kepada siapapun kecuali beliau sendiri yang mengambilnya, aku yakin kamu juga mendengar ketika beliau berpesan kepadaku Panel 3 : Sembada berkata. “Aku rela mati demi mempertahankan amanatku dan Keris Pusaka ini” Panel 4 : Dhora berkata, “Aku juga rela mati demi melaksanakan perintah Tuanku sendiri” Panel 5 : Dhora mengepal Panel 6 : Sembadha mengepal commit to user 45 Panel 7 : Dhora melesat Panel 8 : Sembadha melesat Panel 9 : Kilauan sinar Halaman 40 : Penyesalan Ajisaka Panel 1 : Kerajaan Panel 2 : Ajisaka teringat pesan yang ia berikan kepada Sembadha Panel 3 : Ajisaka langsung melesat ke Majethi Panel 4 : Wajah Ajisaka terkejut Panel 5 : Dhora dan Sembada telah tewas Panel 6 : Ajisaka menangis Halaman 41 : Pembuatan Aksara Carakan Panel 1 : Ajisaka mengambil Keris Pusaka Panel 2 : Ajisaka menghunus Keris Pusaka Panel 3 : Ajisaka melesat Panel 4 : Ajisaka berteriak melesat Panel 5 : Terjadi 20 ledakan di bukit batu Halaman 42 : Aksara Carakan Panel 1 : terlihat Aksara Carakan terukir di bukit batu, Panel 2 : Ajisaka pergi dan berkata dalam hati, “Seorang Punggawa yang gagah perkasa menerima utusan dan mempertahankan amanat, keduanya bertempur mempertahankan keyakinannya, kedua punggawa sama saktinya, dan keduanya sama-sama menjadi bangkai, commit to user 46 penyesalan aku teriakan keujung langit dan kedasar bumi, aku Ajisaka Sang Penguasa Keris Pusaka merasa terhormat pernah mempunyai punggawa yang setia, Dhora dan Sembadha”. commit to user 47

B. Konsep Perancangan