Pengertian Keseimbangan Dinamis Komponen-Komponen Pengontrol Keseimbangan

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Keseimbangan Dinamis

2.1.1 Pengertian Keseimbangan Dinamis

Keseimbangan adalah menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak Irfan, 2010. Terdapat dua macam keseimbangan menurut Permana 2012 yaitu keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Keseimbangan statis ruang geraknya sangat kecil, misalnya berdiri di atas dasar yang sempit, melakukan hand stand, mempertahankan keseimbangan setelah berputar-putar di tempat. Keseimbangan dinamis adalah kemampuan orang untuk bergerak dari satu titik atau ruang ke lain titik dengan mempertahankan keseimbangan, misalnya menari, berjalan, duduk ke berdiri, mengambil benda di bawah dengan posisi berdiri dan sebagainya.

2.1.2 Komponen-Komponen Pengontrol Keseimbangan

Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Keseimbangan merupakan tugas kontrol motorik kompleks yang melibatkan deteksi dan integrasi sensorik untuk menilai posisi dan gerakan tubuh dalam ruang dan pelaksanaan respon muskuloskeletal yang apropiat untuk mengontrol posisi tubuh dalam konteks lingkungan dan tugas. Kontrol keseimbangan memerlukan muskuloskeletal, interaksi sistem saraf, dan efek konteksual dari lingkungan. Kontribusi dari sistem muskuloskeletal meliputi alinement postural, fleksibilitas muskuloskeletal seperti lingkup gerak sendi, integrasi sendi, performa otot dan sensasi sentuhan, tekanan, vibrasi, propioseptive, dan kinestetik. Sistem saraf menyediakan 1 proses sensori yang melibatkan visual, vestibular, dan system sematosensorik, 2 intergrasi sensorimotor penting untuk menghubungkan sensasi ke respon motor dan untuk adaptasi serta antisipasi, 3 strategi motorik untuk merencanakan, memprogram, dan mengeksekusi respon keseimbangan. Efek kontekstual dari lingkungan yang berinteraksi dengan keduanya yaitu; pencahayaan, permukaan, dan gravitasi Kisner and Colby, 2007. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar sejajar dan seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak Irfan, 2010. Komponen- komponen pengatur keseimbangan adalah sebagai berikut: 1. Sistem informa sensoris Sistem informa sensoris meliputi visual, vestibular, dan sematosensoris. a. Visual Sistem visual penglihatan yaitu mata mempunyai tugas penting bagi kehidupan manusia yaitu memberi informasi kepada otak tentang posisi tubuh terhadap lingkungan berdasarkan sudut dan jarak dengan obyek sekitarnya. Dengan input visual, maka tubuh manusia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi dilingkungan sehingga sistem visual langsung memberikan informasi ke otak, kemudian otak memerikan informasi agar sistem muskuloskeletal otot tulang dapat bekerja secara sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh Prasad et al., 2011. b. Vestibular Sistem vestibular berperan penting dalam keseimbangan, gerakan kepala, dan gerak bola mata. Sistem vestibular meliputi organ-organ di dalam telinga bagian dalam. Berhubungan dengan sistem visual dan pendengaran untuk merasakan arah dan kecepatan gerakan kepala. Sebuah cairan yang disebut endolymph mengalir melalui tiga kanal telinga bagian dalam sebagai reseptor saat kepala bergerak miring dan bergeser. Gangguan fungsi vestibular dapat menyebabkan vertigo atau gangguan keseimbangan. Alergi makanan, dehidrasi, dan trauma kepala leher dapat menyebabkan disfungsi vestibular. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak, kemudian pesan diteruskan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak brain stem. Beberapa stimulus tidak menuju langsung ke nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formation retikularis, thalamus dan korteks serebri. Nukleus vestibular menerima masukan input dari reseptor labyrinth, formasi gabungan reticular, dan cerebelum. Hasil dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung otot-otot postural. Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural Watson et al., 2008. c. Sematosensoris Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi- kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan input proprio-septif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus. Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan legamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang Willis, 2007. 2. Respon otot-otot postural yang sinergis Postural muscles response synergies Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh. Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat kecepatan dan kekuatan suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu Irfan, 2010. 3. Kekuatan Otot Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal eksternal force maupun beban internal internal force. Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh. Otot yang kuat merupakan otot yang dapat berkontraksi dan rileksasi dengan baik, jika otot kuat maka keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik seperti berjalan, lari, bekerja ke kantor, dan lain sebagainya Irfan, 2010. 4. Adaptif Sistem Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik output ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan Irfan, 2010. 5. Lingkup Gerak Sendi Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan

Dokumen yang terkait

Fenomena Balance Exercise untuk Meningkatkan Keseimbangan Postural Lanjut Usia

0 2 5

PENGARUH BERMAIN PAPAN TITIAN TERHADAP KESEIMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN Pengaruh Bermain Papan Titian Terhadap Keseimbangan Anak Usia 5-6 Tahun.

0 2 8

PENGARUH BERMAIN PAPAN TITIAN TERHADAP KESEIMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN Pengaruh Bermain Papan Titian Terhadap Keseimbangan Anak Usia 5-6 Tahun.

0 1 14

PENGARUH BALANCE EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN POSTURAL PADA LANJUT USIA DI POSYANDU ABADI SEMBILAN Pengaruh Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Postural Pada Lanjut Usia Di Posyandu Abadi Sembilan Gonilan Sukoharjo.

0 1 19

PENGARUH BALANCE EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN POSTURAL PADA LANJUT USIA DI POSYANDU ABADI SEMBILAN GONILAN SUKOHARJO Pengaruh Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Postural Pada Lanjut Usia Di Posyandu Abadi Sembilan Gonilan Sukoharjo.

4 57 12

PELATIHAN 12 BALANCE EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS DARIPADA BALANCE STRATEGY EXERCISE PADA LANSIA DI BANJAR BUMI SHANTI, DESA DAUH PURI KELOD, KECAMATAN DENPASAR BARAT.

0 0 12

INTERVENSI BALANCE STRATEGY EXERCISE LEBIH BAIK DALAM MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS DARIPADA ISOTONIC QUADRICEPS EXERCISE DENGAN BEBAN 1 KILOGRAM PADA LANSIA.

11 36 44

Pemberian pelatihan balance strategy exercise lebih baik daripada pelatihan core stability exercise dalam meningkatkan keseimbangan dinamis pada Lansia di Banjar Bumi Santi Denpasar Barat.

0 6 12

PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN DINAMIS PASIEN LANJUT USIA DENGAN BERG BALANCE SCALE BERBASIS WEB

3 42 8

PENGARUH PENAMBAHAN CORE STABILITY EXERCISE PADA 12 BALANCE EXERCISE MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS LANSIA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH PENAMBAHAN CORE STABILITY EXERCISE PADA 12 BALANCE EXERCISE MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS LANSIA - DIGILIB UNISAY

1 3 15