12
2.6 MIKROBA
Yaitu organisme pengurai nitrogen dan karbon dari bahan organik sisa- sisa organik dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah mati yang terdiri dari
bakteri, fungi dan aktinomisetes. Perombak ini terbagi atas 2 jenis yaitu perombak primer dan sekunder. Perombak primer adalah mesofauna perombak bahan
organik dengan cara meremah-remah bahan organik menjadi berukuran lebih kecil. Perombak sekunder adalah mikroorganisme perombak bahan organik misalnya
Trichoderma reesei, Pseudomonas dan Aspergillus niger. Pada umumnya, aktivitas biodekomposisi yang paling signifikan ditunjukkan oleh kelompok fungi
yang dapat segera menjadikan bahan organik tanah menjadi senyawa organik sederhana yang berfungsi sebagai penukar ion dasar. Umumnya mikroba yang
mampu mendegradasi selulosa juga mampu mendegradasi hemiselulosa. [6]
2.7 EFFECTIVE MICROORGANISM
Effective Microorganisms EM adalah campuran dari mikroorganisme menguntungkan terutama bakteri fotosintesis dan asam laktat, ragi,
aktinomycetes dan jamur fermentasi yang dapat ditambahkan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba di dalam tanah.
Dengan cara meningkatkan kesehatan tanah dan tanaman, EM membantu dalam proses germinasi, pembungaan, pembuahan dan pematangan dalam
tumbuhan sehingga meningkatkan jumlah dan mutu dari produk. EM juga meningkatkan efisiensi penggunaan bahan organik sebagai pupuk dan membantu
kemampuan fotosintesis dari tumbuhan memungkinkan penggunaan spektrum cahaya yang lebih bervariasi. Keuntungan lainnya termasuk pencegahan terhadap
patogen dan hama tumbuhan, dan kemampuan menekan pertumbuhan alang-alang sehingga menekan kebutuhan bahan kimia untuk penanganannya. Penggunaan
EM terutama efektif untuk penanganan masalah seperti pembusukan, bau menyengat dan keberadaan lumpur. [7]
Universitas Sumatera Utara
13
2.8 AKLIMATISASI
Proses aklimatisasi dilakukan untuk mendapatkan suatu kultur mikroorganisme yang stabil dan dapat beradaptasi dengan air buangan pabrik
kelapa sawit yang telah disiapkan. Selama masa aklimatisasi kondisi dalam reaktor dibuat tetap aerob dengan menjaga konsentrasi, temperatur, dan pH.
Proses ini dilakukan secara batch. Ke dalam masing-masing reaktor ditambahkan secara bertahap air buangan pabrik minyak kelapa sawit dengan konsentrasi yang
semakin meningkat. Peningkatan konsentrasi secara bertahap ini bertujuan untuk menghindari terjadinya pembebanan tiba-tiba shock loading yang dapat
mematikan mikroba, dan untuk menyeleksi mikroba yang mampu mengolah air buangan pabrik minyak kelapa sawit sesuai dengan kondisi operasi nantinya.
Proses aklimatisasi dapat dianggap selesai jika pH, VSS, temperatur, dan efisiensi penyisihan senyawa organik telah konstan dengan fluktuasi yang tidak
lebih dari 10. Sebelum reaktor dioperasikan, terlebih dahulu dihitung konsentrasi air buangan pabrik minyak kelapa sawit yang nantinya dijadikan
konsentrasi pada saat pengoperasian reaktor tanpa divariasikan.[8]
2.9 PENGOLAHAN ANEROBIK