PENURUNAN VSS DENGAN WAKTU PADA TANGKI PERTAMA DENGAN KECEPATAN PUTARAN PENGADUK 10 RPM PENYISIHAN TSS PADA TANGKI PERTAMA 10 RPM DAN KESIMPULAN SARAN

25

4.4 PENURUNAN VSS DENGAN WAKTU PADA TANGKI PERTAMA DENGAN KECEPATAN PUTARAN PENGADUK 10 RPM

Dari hasil percobaan yang diperoleh, dapat dilihat bahwa nilai VSS yang diperoleh pada tangki dengan penggunaan EM cenderung menurun seiring dengan bertambahnya waktu, sedangkan nilai VSS yang diperoleh pada tangki tanpa penggunaan EM cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya waktu. Gambar 4.4 Grafik Penurunan VSS dengan Hari pada Tangki Kedua Dari teori yang didapat, diketahui bahwa kadar VSS akan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya waktu, hal ini disebabkan bakteri akan terus berkembang biak dengan adanya makanan yang disediakan, sehingga nilai VSS pada tangki akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu. [7] Universitas Sumatera Utara 26

4.5 PENYISIHAN TSS PADA TANGKI PERTAMA 10 RPM DAN

TANGKI KEDUA 20 RPM Dari hasil percobaan yang diperoleh, dapat dilihat bahwa nilai TSS pada tangki kedua dengan penggunaan EM cenderung lebih rendah daripada nilai TSS pada tangki pertama dengan penggunaan EM. Gambar 4.5 Grafik Penurunan TSS Pada Tangki Pertama 10 rpm dengan Tangki Kedua 20 rpm Dari teori yang didapat, diketahui bahwa semakin tinggi kecepatan pengaduk, maka penurunan TSS akan semakin kecil. hal ini disebabkan bakteri tidak dapat bekerja secara optimal pada pengadukan yang terlalu cepat.[8] Universitas Sumatera Utara 27

4.6 PENURUNAN VSS PADA TANGKI PERTAMA 10 RPM DAN TANGKI KEDUA 20 RPM

Dari hasil percobaan yang diperoleh, dapat dilihat bahwa nilai VSS pada tangki kedua dengan penggunaan EM cenderung lebih rendah daripada nilai VSS pada tangki dengan penggunaan EM pada tangki pertama. Gambar 4.6 Grafik Penurunan VSS Pada Tangki Pertama 10 rpm dengan Tangki Kedua 20 rpm Dari teori yang didapat, diketahui bahwa semakin tinggi kecepatan pengaduk, maka nilai VSS akan cenderung lebih rendah. Hal ini disebabkan pada kecepatan putaran yang tinggi, pada sel bakteri dapat terjadi peledakan sel.[8] Universitas Sumatera Utara 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Semakin tinggi kecepatan pengaduk, maka kinerja bakteri dalam mengurai TSS semakin meningkat. 2. Nilai TSS dan VSS pada tangki dengan kecepatan putaran 10 rpm dan 20 rpm cenderung menurun seiring dengan waktu. 3. Nilai TSS dan VSS dengan penggunaan EM jauh lebih rendah daripada tanpa penggunaan EM. 4. Nilai TSS dengan nilai ≤ 250 mgL sudah dapat dibuang ke badan lingkungan.

5.2 SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak variabel uji, seperti pengaturan suhu. 2. Hendaknya peneliti tidak menutup tangki pada saat pengaktifan mikroba maupun pada saat penelitian sedang berlangsung karena mikroba yang digunakan merupakan mikroba aerobik. Universitas Sumatera Utara 29 DAFTAR PUSTAKA [1] Anonim, 2009, Luas Area Perkebunan Kelapa Sawit dan Produksi CPO, Departemen Pertanian. [2] Departemen Pertanian, 2006, Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. [3] Abner Sembiring, dkk, 2003, Laporan Kerja Praktek di PKS PTP Nusantara IV PABATU- Sumatera Utara, Departemen Teknik Kimia FT- USU. [4] Siti Agustina, Sri Pudji.R, Tri Widianto, Trisni.A, Penggunaan Teknologi Membran Pada Pengolahan Air Limbah Industri Kelapa Sawit, Workshop Teknologi Industri Kimia dan Kemasan. [5] Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No: Kep.51MENLH101995. [6] Rasti Saraswati, Edi Santosa dan Erny Yuniarti, 2006, Pupuk Organik dan Pupuk Hayati, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor. [7] Arshad Jarvid, 2010, Genetic Engineering, Biofertilisation, Soil Quality and Organic Farming, Springer Link, Sustainable Agriculture Reviews, 2010, Volume 4, 347-369, DOI: 10.1007978-90-481-8741-6_12. [8] Denny Helard, MT, 2007, Pengaruh Variasi Rasio Waktu Reaksi terhadap Waktu Stabilisasi pada Penyisihan Senyawa Organik dari Air Buangan Pabrik Minyak Kelapa Sawit dengan Sequencing Batch Reactor Aerob, Departemen Teknik Lingkungan Universitas Andalas. [9] Metcalf Eddy, 2003, Wastewater Engineering Treatment and Reuse, New York: Mc Graw Hill. [10] Chan Yi Jing, et al, 2012, An Integrated Anaerobic-Aerobic Bioreactor IAAB for The Treatment of Palm Oil Mill Effluent POME, The University of Nottingham, Nottingham. [11] Yasser Bakri, 2011, Influence of Agitation Speeds and Aeration Rates on Xylanese Activity of Aspergillus Niger SS7, Volume 54, no 4, Brazilian Archives of Biology and Technology. Universitas Sumatera Utara 30 [12] Yoshimassa, Tomuichi. 2008. Methane Fermenter. Fuji Eleltric Co, Ltd Universitas Sumatera Utara 31 LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN