1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di Indonesia penyebaran kelapa sawit terdapat di beberapa daerah, seperti di daerah Aceh, pantai timur Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Kelapa sawit
Elaeis adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar biodiesel. Perkebunannya menghasilkan
keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa
sawit terbesar di dunia seperti yang terlihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Perbandingan Produksi Minyak Kelapa Sawit di Indonesia dan Malaysia.[1]
Kebun dan pabrik kelapa sawit PKS menghasilkan limbah padat dan cair palm mill oil effluent, POME dalam jumlah sekitar 60 dari pengolahan TBS,
sehingga harus diolah. Pengolahan POME secara anaerobik dapat menghasilkan biogas dan dapat menurunkan nilai TSS. Tetapi nilai TSS yang dihasilkan dari
pengolahan anaerobik masih terlalu tinggi untuk dapat dibuang ke badan air. Oleh karena itu masih diperlukan pengolahan lanjut dengan bantuan Effective
Microorganism EM. EM yaitu campuran antara beberapa jenisstrain bakteri yang terdiri dari bakteri fotosintesis dan asam laktat, ragi, aktinomycetes dan
jamur fermentasi. Sebelumnya, beberapa penelitian telah dilakukan dengan topik untuk menurunkan nilai TSS agar dapat memenuhi baku mutu yang telah
Universitas Sumatera Utara
2 ditetapkan. Akan tetapi, nilai tersebut tidak dapat dicapai hanya secara metode
anaerob. Berikut beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Tabel 1.1 Berbagai Penelitian yang Telah Dilakukan Mengenai Pengolahan POME secara aerobik
Peneliti Bahan
Baku Metoda
Hasil
Umbu Reku Raya 1994
POME Menggunakan lumpur aktif termobilisasi pada batu apung.
-Semakin tinggi COD masukkan,
semakin singkat HRT.
Rahman,et.al,2006 POME Sistem
anaerob yang
dilanjutkan dengan
sistem aerob 15 hari
-Laju dekomposisi COD dan BOD sekitar 70
pada proses anaerobik dan 15 pada proses
aerobik. Chan Yi Jing 2012
POME Integrasi Reaktor Anaerob dan Aerob.
HRT yang lebih sedikit dibandingkan
cara konvensional.
Adapun dari penelitian terdahulu didapati bahwa sistem aerob yang digunakan masih membutuhkan 15 hari untuk mengolah limbah tersebut. Oleh karena itu,
masih perlu dilakukan penelitian untuk menurunkan waktu yang diperlukan. Selain itu, efluen yang dihasilkan dari sistem anaerobik yang dilakukan pada pilot
plant masih belum dapat mencapai standar baku mutu yang telah ditetapkan sehingga masih diperlukan pengolahan lanjut dengan menggunakan metode
aerobik agar dapat mencapai baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
3
1.2 PERUMUSAN MASALAH