tidur fungsi-fungsi tubuh tidak dapat lagi berfungsi dengan baik dan penggeseran libido, yang berarti akan
membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan berbagai aktivitas, dan akan mengalami penyakit
degenerative. Hal ini menyebabkan lansia akan membutuhkan perhatian ekstra dari orang-orang
sekitarnya, baik anak, cucu ataupun sebayanya. Peningkatan ini juga diiringi dengan perubahan
psikologis dan sosiologis di mana kualitas hidup mereka semakin turun, terjadi penurunan kapasitas
mental, perubahan peran sosial, kepikunan demensia, deperesi, belum lagi manifestasi komplek dari depresi.
Gejala-gejala ini akan terjadi secara progresif dimulai pada usia 40 tahun Wold, 2012.
2.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lanjut usia
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lanjut usia menurut Hardywinoto dan Setiabudhi 2005 terdiri dari dua
faktor, yaitu: faktor kesehatan dan faktor sosial.
1. Faktor kesehatan Faktor kesehatan meliputi kesehatan fisik dan kesehatan
psikis. Faktor kesehatan fisik meliputi kondisi fisik lanjut usia
dan daya tahan fisik terhadap serangan penyakit sedangkan faktor kesehatan psikis meliputi penyesuaian terhadap
kondisi lanjut usia. 1 Kesehatan fisik
Pada umumnya disepakati bahwa kebugaran dan kesehatan mulai menurun pada usia setengah baya.
Penyakit-penyakit degenerative mulai menampakkan diri pada usia ini Depkes dan Kesejahteraan Sosial, 2001.
Pada lanjut usia juga mengalami penurunan kekuatan fisik, pancaindra, potensi dan kapasitas intelektual.
Dengan demikian, orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali dengan keadaan penurunan tersebut.
Penurunan fisik dapat terlihat dengan perubahan fungsi tubuh serta organ.
Perubahan biologis ini terjadi pada massa otot yang berkurang, penurunan pancaindra, kemampuan motorik
yang menurun yang dapat menyebabkan usia lanjut menjadi lamban dan kurang aktif, penurunan fungsi sel
otak yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, melambannya proses informasi, kesulitan
bahasa dan
mengenal benda-benda,
kegagalan melakukan aktivitas bertujuan apraksia dan gangguan
dalam menyusun
rencana, mengatur
sesuatu,
mengurutkan, daya abstraksi yang dapat mengakkibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehair-hari yang di
sebut demensia atau pikun Depkes, 2003, sehingga keluhan yang sering terjadi adalah mudah letih, mudah
lupa, gangguan saluran pencernaan, saluran kencing dan fungsi indra dan menurunnya konsentrasi.
2 Kesehatan psikis Masalah psikologi yang dialami oleh golongan lansia
ini pertama kali mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara lain
kemunduran badaniah atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Hal-hal tersebut dapat menjadi stressor,
yang kalau tidak di cerna dengan baik akan menimbulkan masalah atau menimbulkan stress dalam berbagai
manifestasinya Depkes dan Kesejahteraan Sosial, 2001.
Menurunnya kondisi psikis juga ditandai dengan menurunnya fungsi kognitif, adanya penurunan fungsi
kognitif dan psiko motorik pada diri orang lanjut usia makan akan timbul beberapa kepribadian lanjut usia sifat
stereotype sebagai berikut: 1. Tipe kepribadian konstruktif, orang yang mempunyai integritas baik, dapat
menikmati hidupnya,
mempunyai toleransi
tinggi
humoristik, fleksibel, tahu diri. 2. Tipe ketergantungan dependent, orang lansia ini masih dapat diterima di
tengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai inisiatif dan bertindak
tidak praktis. 3. Tipe Defensive, orang ini biasanya dahulu mempunyai pekerjaanjabatan yang tidak stabil,
bersifat menolak bantuan, emosi tidak terkontrol, memegang teguh pada kebiasaannya, bersifat kompulsif
aktif. 4. Tipe bermusuhan hostility, mereka menanggap orang lain yang menyebabkan kegagalannya, selalu
mengeluh, bersifat
agresif, curiga.
5. Tipe
membencimenyalahkan diri sendiri self haters, orang ini bersifat kritis terhadap diri sendiri dan menyalahkannya,
tidak mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi Darmojo, 2006.
2. Faktor sosial Sosialisasi lanjut usia mengalami kemunduran
setelah terjadinya pemutusan hubungan kerja atau tibanya saat pensiun. Teman-teman kerja yang biasanya
menjadi curahan segala masalah sudah tidak dapat di jumpai setiap hari, lebih-lebih lagi ketika teman
sebayasekampung sudah lebih dulu meninggalkannya. Sosialisasi yang dapat di lakukan adalah dengan
keluarga dan masyarakat yang relatif berusia muda Hardywinoto dan Setiabudhi, 2005.
Pada umumnya hubungan sosial yang dilakukan para lanjut usia adalah karena mereka mengacu pada teori
pertukaran sosial. Dalam teori pertukaran sosial sumber kebahagiaan manusia umumnya berasal dari hubungan
sosial. Hubungan ini mendatangkan kepuasan yang timbul dari perilaku orang lain. Pekerjaan yang di lakukan
seorang diri pun dapat menimbulkan kebahagiaan seperti halnya membaca buku, membuat karya seni, dan
sebagainya, karena pengalaman-pengalaman tadi dapat di komunikasikan dengan orang lain Suhartini, 2004.
2.3 Kemandirian