PENGARUH KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Fisika adalah salah satu mata pelajaran sains yang merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan diajarkan di setiap jenjang pendidikan formal mulai dari SMP, SMA, dan sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Dalam pembelajaran sains, ada istilah Keterampilan Proses Sains (KPS) yang didefinisikan sebagai keterampilan ilmiah yang dimiliki siswa dalam

mengikuti/melaksanakan semua rentetan kegiatan pembelajaran sains. Banyak sekali literatur yang mengemukakan bahwa penting bagi seorang guru untuk membelajarkan fisika dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat melatih/mengembangkan KPS siswa. Hal tersebut penting karena KPS dianggap sebagai modal bagi siswa untuk menggunakan metode ilmiah dalam mempelajari atau bahkan mengembangkan sains guna memperoleh pengetahuan baru.

Praktiknya di lapangan, masih banyak ditemui guru yang membelajarkan materi pembalajaran (utamanya pembelajaran fisika) dengan tidak mengede-pankan terlatihnya KPS sebagaimana ditekankan pada uraian definisinya. SMA Negeri 1 Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran misalnya, berdasarkan hasil observasi awal (penelitian pendahuluan) yang peneliti lakukan ditemu-kan bahwa untuk membelajarditemu-kan fisika model pembelajaran yang diterapditemu-kan


(2)

masih dominan ceramah-ekspositori kemudian diselingi dengan kegiatan penyelesain soal. Model pembelajaran ceramah-ekspositori tidak menekankan terlatihnya KPS siswa karena pada pelaksanaannya guru cenderung asyik berceramah dan berdemonstrasi dengan tidak melibatkan siswa secara utuh. Keadaan yang demikian itu diduga lebih disebabkan oleh ketidak tahuan guru tentang pentingnya melatih/mengembangkan KPS siswa, atau bahkan guru tersebut tidak tahu model pembelajaran seperti apa yang bisa diterapkan guna dapat melatih/mengembangkan KPS siswa. Padahal, banyak macam

pendekatan/strategi/metode/ teknik/taktik pembelajaran yang dapat diterap-kan. Metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing misalnya, mungkin juga dapat dijadikan suatu model pembelajaran yang dapat menjadi solusi semua itu.

Metode eksperimen adalah cara mengajar yang di dalamnya terdapat kegiatan-kegiatan eksperimen/percobaan. Sedangkan inkuiri terbimbing adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengedepankan keikutsertaan dan keterlibatan siswa secara aktif, dimana di dalamnya terdapat berbagai kegiatan seperti bertanya, mencari informasi, dan menyelidiki untuk mene-mukan sesuatu (jawaban atas masalah yang sedang dieksperimenkan). Berdasarkan semua uraian di atas, pertanyaan yang muncul adalah, apakah KPS berpengaruh terhadap hasil belajar siswa sehingga dianggap penting bagi guru untuk menyajikan pembelajaran yang dapat melatih/mengembangkan KPS siswa? Serta, apakah metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing bisa diterapkan guna dapat melatih/mengembangkan KPS siswa tersebut?


(3)

Beranjak dari latar belakang masalah sekaligus untuk menjawab pertanyaan yang muncul tersebut di atas, telah diadakan suatu penelitian dengan judul

ruh Keterampilan Proses Sains (KPS) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Metode Eksperimen Dengan Pendekatan Inkuiri Terbim B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah,

1. Adakah Pengaruh KPS terhadap hasil belajar fisika siswa melalui metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing?

2. Bagaimanakah efektivitas metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing dalam melatih/mengembangkan KPS siswa yang ditandai dengan besar atau kecilnya peningkatan hasil belajar fisika siswa? C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diajukan, tujuan penelitian ini adalah untuk,

1. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh KPS terhadap hasil belajar fisika siswa melalui metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing. 2. Mengetahui tingkat efektivitas metode eksperimen dengan pendekatan

inkuiri terbimbing dalam melatih/mengembangkan KPS siswa yang di-tandai dengan besar atau kecilnya peningkatan hasil belajar fisika siswa. D. Manfaat Penelitian


(4)

1. Salah satu pedoman bagi guru agar senantiasa membelajarkan fisika dengan mengedepankan terlatihnya KPS siswa, karena teruji bahwa siswa yang memiliki KPS tinggi juga memiliki hasil belajar yang tinggi. 2. Bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi,

1. Keterampilan Proses sains (KPS) yang diamati adalah seluruh keteram-pilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang di-miliki dan ditampilkan oleh siswa selama proses pembelajaran (eksperi-men) berlangsung yang meliputi aspek merencanakan percobaan dengan beberapa indikatornya, aspek melakukan percobaan dengan beberapa indikatornya, aspek mengamati/mengobservasi dengan beberapa indikatornya, serta aspek menginterpretasi data dengan beberpa indikatornya.

2. Hasil belajar yang diamati terbatas hanya pada ranah kognitif saja yakni pada aspek pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4).

3. Model Pembelajaran yang diterapkan adalah Metode Eksperimen Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing. Artinya, untuk melaksanakan metode eksperimen digunakan pendekatan inkuiri terbimbing.

4. Metode eksperimen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara teratur dan tersistem yang dilakukan dalam suatu pembelajaran dengan membuat/melaksanakan percobaan untuk melatih siswa menemukan kebenaran suatu (teori, ilmu dsb).


(5)

5. Inkuiri terbimbing yang dimaksud dalam penelitian ini adalah satu model pembelajaran yang di dalamnya terdapat berbagai kegiatan seperti ber-tanya, mencari informasi, dan menyelidiki untuk menemukan sesuatu (jawaban atas pertanyaan yang keluar dari diri sendiri) melalui pertanyaan-pertanyaan bimbingan.

6. Materi pembelajaran yang dibelajarkan pada penelitian ini adalah Besar-an dBesar-an SatuBesar-an, khususnya pada sub pokok bahasBesar-an PengukurBesar-an.

7. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas X1Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran.


(6)

A. Tinjauan Pustaka

1. Keterampilan Proses Sains (KPS)

Menurut Herlen dalam Indrawati (1999: 3) keterampilan proses (prosess-skill) sebagai proses kognitif termasuk di dalamnya juga interaksi dengan isinya (content). Lebih lanjut Indrawati (1999) dalam Nuh (2010: 1) mengemukakan bahwa,

"Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat

digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori , untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan

(falsifikasi)".

Jadi Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembang-kan sains serta diharapmengembang-kan memperoleh pengetahuan baru / mengem-bangkan pengetahuan yang telah dimiliki. Dahar (1985) dalam Nuh (2010: 1)


(7)

Keseluruhan keterampilan ilmiah yang dimaksud Indrawati tersebut di atas mencakup keterampilan kognitif, manual, dan sosial. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Rustaman (2003: 3) bahwa,

kan keterampilan-keterampilan

Keterampilan proses sains merupakan kegiatan intelektual yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan dalam menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk-produk sains. Selain itu, keterampilan proses sains dianggap sebagai sejumlah keterampilan yang dibentuk oleh komponen-komponen metode sains/scientific methods.

Keterampilan proses dalam pengajaran sains merupakan suatu model atau alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa dalam tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan. Funk (1985) dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 140) mengutarakan bahwa:

berbagai keterampilan proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu keterampilan proses dasar (basic skill) dan keterampilan ter-integrasi (integarted skill). Keterampilan proses dasar meliputi kegiatan yang berhubungan dengan observasi, klasifikasi, pengu-kuran, komunikasi, prediksi, inferensi. Keterampilan terintegrasi terdiri atas: mengidentifikasi variabel, tabulasi, grafik, diskripsi hubungan variabel, perolehan dan proses data, analisis penyelidik-an, hipotesis ekperimen.

Rezba dan Wetzel dalam Mahmuddin (2010: 3) menyebutkan bahwa keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen tanpa urutan ter-tentu, yaitu:

(1) Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain; (2) Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek; (3) Mengukur,


(8)

membanding-kan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran; (4) Komunika-si, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagi temuan; (5) Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan; (6) Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan.

Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landas-an berpikir logis. Oleh karena itu, slandas-angat penting dimiliki dlandas-an dilatihklandas-an bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.

Perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar atau lebih mem-bentuk keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses terpadu

(terintegrasi) diuraikan oleh Weztel dalam Mahmuddin (2010: 4) sebagai berikut:

Keterampilan proses terpadu meliputi: (1) merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan; (2)mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan; (3) membuat defenisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik diamati; (4) percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data; (5) interpretasi data, menganalisis hasil penyelidikan.

Banyaknya keterampilan yang saling berkaitan dan berkesinambungan dalam suatu proses pembelajaran sains hingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, menjadi dasar mengapa melatih/mengembangkan keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains itu penting. Menurut Indrawati (1999: 28), hal itu penting karena,


(9)

b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan,

c) Meningkatkan daya ingat,

d) Memberikan kepuasan instrinstik bila anak telah melakukan sesuatu,

e) Membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains.

Sedangkan menurut Semiawan (1992: 14-15) bahwa terdapat empat alas-an mengapa pendekatalas-an keterampilalas-an proses sains diterapkalas-an dalam proses belajar mengajar sehari-hari, yaitu,

a) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa,

b) Adanya kecenderungan bahwa siswa lebih memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh yang konkret,

c) Penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bersifat mutlak 100 %, tapi bersifat relatif,

d) Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

Dengan demikian, adanya keterampilan proses sains akan menyebabkan belajar siswa menjadi lebih bermakna sehingga siswa akan mudah dalam mempelajari konsep-konsep sains serta lebih bisa memahami daripada sekedar menghafal. Akan tetapi terdapat beberapa hal yang memengaruhi keterampilan proses sains yang dituntut untuk dimiliki siswa, di antara-nya yaitu perbedaan kemampuan siswa secara genetik, kualitas guru serta perbedaan strategi guru dalam mengajar.

Longfield (2003) dalam Nurohman (2010) membagi keterampilan proses sains menjadi tiga tingkatan, yaituBasic, Intermediate,dan Edvanced.


(10)

Tabel 2.1. Klasifikasi Keterampilan Proses Sains (diadaptasi dari Longfield)

Klasifikasi Keterampilan Proses Sains Basic

Mengobservasi Menggunakan indera untuk mengumpulkan informasi.

Membandingkan Menemukan persamaan dan perbedaan antara dua objek/kejadian.

Mengklasifikasikan Mengelompokkan objek atau ide dalam kelompok atau ketegori berdasarkan bagian-bagiannya. Mengukur enentukan ukuran objek atau kejadian dengan

menggunakan alat ukur yang sesuai

Mengkomunikasikan Menggunakan lisan, tulisan, atau grafik, untuk menggambarkan kejadian, aksi atau objek.

Membuat Model Membuat grafik, tulisan, atau untuk menjelas-kan ide, kejadian, atau objek

 Membuat Data Menulis hasil observasi dari objek atau kejadian menggunakan gambar, kata-kata, maupun angka.

Intermediate

Inferring/menduga Membuat pernyataan mengenai hasil observasi yang didukung dengan penjelasan yang msuk akal.

Memprediksi Menerka hasil yang akan terjadi dari suatu kejadian berdasarkan observasi dan biasanya pengetahuan dasar dari kejadian serupa

Advanced

Membuat hipotesis Membuat pernyataan mengenai suatu permasalahan dalam bentuk pertanyaan Merancang

Percobaan

Membuat prosedur yang dapat menguji hipotesis


(11)

Klasifikasi Keterampilan Proses Sains Menginterpretasikan

Data

Membuat dan menggunakan tabel, grafik atau diagram untuk mengorganisasikan dan

menjelaskan informasi.

Adapun menurut Indrawati (1999) dalam Nuh (2010: 2) KPS dan indikatornya adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2. Aspek KPS Dan Indikatornya

KPS Indikator

Melakukan pengamatan (observasi)

1. Mengidentifikasi ciri-ciri suatu benda 2. Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan

yang nyata pada objek atau peristiwa 3. Membaca alat ukur

4. Mencocokan gambar dengan uraian tulisn / benda

Menafsirkan pengamatan (interpretasi)

1. Mengidentifikasi fakta-fakta berdasarkan hasil pengamatan

2. Menafsirkan fakta atau data menjadi suatu penjelasn yang logis

Mengelompokkan (klasifikasi)

1. Mencari perbedaan atau persamaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan dan mencari dasar penggolongan.

Meramalkan (prediksi)

1. Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu

kecendrungan/ pola yang sudah ada. Berkomunikasi 1. Mengutarakan suatu gagasan

2. Menjelaskan penggunaan data hasil

penginderaan secara akurat suatu objek atau kejadian

3. Mengubah data dalam bentuk tabel kedalam bentuk lainnya misalnya grafik, peta secara


(12)

KPS Indikator akurat.

Berhipotesis 1. Hipotesis merupakan dugaan sementara tentang pengaruh variabel amnipulasi terhadap variabel respon. Hipotesis

menyatakan penggambaran yang logis dari suatu hubungan yang dapat diuji melalui eksperimen.

Merencanakan percobaan/ penyelidikan

1. Menentukan alat dan bahan, menentukan variabel atau peubah yang terlibat dalam suatu percobaan, menentukan variabel ter-ikat dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati, di ukur/ ditulis, serta menen-tukan cara dan langkah kerja termasuk keterampilan merencanakan penelitian. Menerapkan sub

konsep/prinsip

1. Menggunakan subkonsep yang telah dipela-jari dalam situasi baru, menggunakan sub konsep / prinsip pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.

Keterampilan Proses Sains (KPS) dapat diukur/ dinilai. Menurut

Mahmuddin (2011: 4), Penilaiannya dapat dilakukan secara tes maupun non tes.

Penilaian melalui tes dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil test). Sedangkan penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Pe-nilaian secara tertulis terhadap KPS dapat dilakukan dalam bentuk essai dan pilihan ganda. Pertanyaan yang disusun dalam bentuk pertanyaan konvergen dan pertanyaan divergen. Penilaian dalam bentuk essai memerlukan jawaban yang berupa pembahasan atau uraian kata-kata. Jawaban yang dituliskan oleh siswa akan lebih bersifat subjektif, yang berarti menggambarkan pemahaman yang lebih indiviualistik. Sementara itu, penilaian keterampilan proses sains melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Pengamatan dalam penilaian ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Selama proses kegiatan pembelajaran sains dilaksanakan, guru dapat melakukan penilaian dengan mengamati perilaku siswa secara langsung dalam


(13)

Selain itu, hasil-hasil pekerjaan tugas siswa atau produk hasil belajar siswa juga dapat diamati untuk menilai keterampilan proses siswa secara integrative.

Berkenaan dengan hal tersebut, Arikunto (2008) menjelaskan,

Penilaian keterampilan proses dengan melalui bukan tes diperlukan lembar pengamatan yang lebih rinci untuk menilai perilaku yang diharapkan. Lembar pengamatan ini dapat berupa rubrik, daftar chek atau skala bertingkat. Menilai siswa dengan menggunakan rubrik, dapat mendeterminasikan kemampuan siswa berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan. Rubrik penilaian memuat kriteria esensial terhadap tugas atau standar keterampilan proses sains serta level unjuk kerja yang tepat terhadap setiap kriteria

Bajah dalam Mahmuddin (2011: 5) menyatakan bahwa penilaian dalam keterampilan proses agak sulit dilakukan melalui tes tertulis dibanding-kan dengan teknik observasi. Namun demikian, menggunadibanding-kan kombinasi kedua teknik penilaian tersebut dapat meningkatkan akurasi penilaian terhadap keterampilan proses sains. Widodo dalam Mahmuddin (2010) merilis cara membuat instrumen penilaian KPS seperti berikut ini.

1) Mengidentifikasikan jenis KPS, ada 11 yakni: mengamati, mengklasifikasikan, menafsirkan, memprediksi, berkomuni-kasi, mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis, merenca-nakan persobaan/penyelidikan, menggumerenca-nakan alat/bahan/ sumber, menerapkan konsep, melaksanakan penyelidikan/ percobaan.

2) Merumuskan indikator untuk setiap jenis KPS.

3) Menentukan dengan cara bagaimana KPS tersebut diukur (misalnya apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan). 4) Membuat kisi-kisi instrumen

5) Mengembangkan instrumen pengukuran KPS berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Pada saat ini perlu mempertimbangkan

konteks dalam item tes KPS, kedalaman KPS (untuk siapa tes ini?)

6) Melakukan validasi isi kepada ahli

7) Melakukan ujicoba terbatas untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas empiris.

8) Perbaikan butir-butir yang belum valid.


(14)

Berdasarkan uraian cara penilaian KPS tersebut di atas, pada penelitian ini penilaian KPS siswa cukup dilakukan hanya dengan menggunakan teknik bukan tes, yakni dengan mengobservasi menggunakan lembar observasi. Terlampir pada lampiran 9.

2. Hasil Belajar

Setelah melakukan perbuatan belajar, maka seseorang akan memperoleh suatu hasil yang disebut hasil belajar, seperti pernyataan Djamarah dan Zain (2006), Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil

Hal senada juga disampaikan oleh Dimyati dan Mudjiono (2006), belajar adalah hasil dari suatu interaksi atas tindak belajar dan tindak

Sukardi dalam Amali (2001: 34) menyatakan bahwa,

Hasil belajar merupakan pencapaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Pencapaian belajar ini dapat dievaluasi dengan menggunakan pengukuran. Menurut pendapat Sukardi ini, untuk mengetahui hasil belajar maka perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dengan cara memerintahkan siswa mengerjakan soal, menilai kegiatan siswa dalam kegiatan praktikum, menilai hasil laporan yang dikerjakan siswa dan cara-cara lain untuk mengukur hasil belajar tersebut.

Lebih lanjut, Hamalik dalam Amali (2001: 34) berpendapat bahwa; Hasil belajar adalah apabila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.


(15)

Berdasarkan beberapa definisi di atas, hasil belajar berarti perolehan yang telah dicapai dari apa yang dikerjakan/diusahakan selama proses belajar berlangsung. Hasil belajar ini berupa terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Lantas seperti apa bentuk hasil belajar tersebut, apakah hanya sebatas berubah dari tidak tahu menjadi tahu saja. Hamalik dalam Amali (2001: 35) menyatakan bahwa Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan tingkah laku manusia yang terdiri dari se . Aspek tersebut selanjutnya dikelompokkan ke dalam bagian-bagian tertentu yang disebut ranah. Selanjutnya, Winkel (1999) Ada tiga ranah hasil belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik

Senada dengan dua pendapat tersebut di atas, lebih terperinci lagi dijelas-kan oleh Bloom dalam Dimyati (2002: 26), ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar, yaitu;

a. Ranah Kognitif, terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Ranah Afektif, terdiri dari lima perilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

c. Ranah Psikomotor, terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu per-sepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreativitas. Enam jenis perilaku yang disebutkan pada ranah kognitif di atas adalah rincian dari taksonomi Bloom versi lama. Krathwohl dalam Wulan (2009) menjelaskan bahwa, konsep taksonomi Bloom telah mengalami


(16)

revisi atau perbaikan. Perubahannya dapat dilihat pada Tabel 2.3. berikut ini.

Tabel 2.3. Revisi Taksonomi Bloom

Taksonomi Bloom lama C1 (Penge-tahuan) C2 (Pema-haman) C3 (Apli-kasi) C4 (Anali-sis) C5 (Sinte-sis) C6 (Evalu-asi) Taksono mi Revisi C1 (Mengi-ngat) C2 (Mema-hami) C3 (Meng-aplikasikan) C4 (Menga-nalisis) C5 (Menge-valuasi) C6 (Men-cipta)

Berdasarkan tabel revisi taksonomi Bloom tersebut, ada dua aspek yang dihilangkan/diganti yakni aspek pengetahuan dan sintesis. Aspek penge-tahuan diganti dengan aspek mengingat, kemudian aspek sintesis diganti dengan aspek evaluasi (yang sebelumnya berada pada C6) untuk kemudi-an pada C6 ykemudi-ang kosong akibat pindahnya aspek evaluasi ke C5, digkemudi-anti dengan aspek mencipta/berkreasi.

Namun demikian, keenam aspek/kategori tersebut tetap saja merupakan suatu hirarkis (berurutan dari yang terendah ke yang tertinggi), dari C1 hingga C6, sesuai dengan Taksonomi Bloom versi lama yang digambar-kan dalam bentuk Piramida. Piramida Taksonomi Bloom yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut.

Gambar 2.1. Klasifikasi Aspek Kognitif

C1 C2 C3 C4 C5 C6


(17)

(Dimyati, 2002: 26)

Selanjutnya, klasipikasi aspek kognitif taksonomi Bloom yang telah direvisi tersebut di atas dijelaskan dengan detail pada Tabel 2.3. berikut ini.

Tabel 2.4. Uraian Taksonomi Bloom Revisi

Aspek Indikator Keterangan

Mengingat Mengenali, menyebutkan, menyadari, menghafalkan, mengingat.

Dapat menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur atau istilah yang telah dipelajari tanpa harus memahami atau dapat menggunakannya Memahami Menafsirkan, meringkas, men-jelaskan, memberi contoh, memper-kirakan.

Dapat memahami yang berarti mengetahui tentang sesuatu hal dan dapat melihatnya dari beberapa segi. Mengaplikasi kan Menerapkan, memilih, menjalankan, mengimplementasikan

Dapat menggunakan prinsip, teori, hukum, aturan, maupun metode yang dipelajari pada situasi baru atau pada situasi konkret.

Menganalisis Menguraikan, meng-organisir, mem-bandingkan, membedakan, menemukan makna tersirat.

Dapat memilah suatu integritas menjadi unsur atau bagian-bagian sehingga jelas susunannya.

Evaluasi Menafsirkan, memutuskan, memeriksa, mengkritik,

Dapat melakukan penilaian terhadap situasi, nilai-nilai dan ide-ide. Membuat kreasi Merumuskan, meren-canakan, mempro-duksi.

Dapat merumuskan suatu masalah, merencanakan suatu kegiatan pemecahan masalah, serta memproduksi sesuatu.

Ditilik dari uraian di atas, penulis berpendapat bahwa setelah melak-sanakan aktivitas belajar, siswa akan memperoleh sesuatu yang baru


(18)

yang disebut hasil belajar. Hasil belajar tersebut diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga ranah tersebut dapat diteliti dan diukur secara terpisah dengan teknik dan instrumen yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut, peneli-tian ini meneliti semua ranah yang ada, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik, namun terbatas hanya pada aspek-aspek tertentu saja yakni,

a. Ranah Kognitif terbatas hanya pada aspek pemahaman, penerap-an dpenerap-an evaluasi;

b. Ranah afektif terbatas hanya pada aspek partisipasi serta penilai-an dpenilai-an penentupenilai-an sikap saja serta

c. Ranah psikomotoriknya terbatas pada aspek gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, dan kreativitas.

3. Metode Eksperimen

Roestiyah (2001: 80) menganggap bahwa,

Metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya, serta menuliskan hasil percobaannya kemudian hasil pengamatan itu disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru.

Sementara itu, Djamarah (2002: 95) menyatakan bahwa,

Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diartikan bahwa metode ekspe-rimen adalah cara teratur dan tersistem yang dilakukan dengan membuat/ melaksanakan percobaan secara mandiri untuk membuktikan kebenaran


(19)

sesuatu (teori, ilmu dsb). Pada penelitian ini, Metode Eksperimen dipilih untuk membelajarkan materi pelajaran fisika pada pokok Besaran dan Satuan, yang didasarkan atas beberapa aspek. Aspek yang dimaksud di antaranya adalah tujuan yang terkandung dalam metode eksperimen, hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode eksperimen, dan dampak/implikasi yang timbul akibat diterapkannya metode eksperimen. Menurut Sumantri dan Permana dalam Agan (2011), tujuan metode eksperimen di antaranya.

a. Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh;

b. Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melak-sanakan dan melaporkan percobaan;

c. Melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode eksperi-men eksperi-menurut Hurrahman (2011) adalah sebagai berikut.

a. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan, b. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan

eksperimen,

c. Sebelum dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan pengarahan tentang petunjuk dan langkah-langkah kegiatan eksperimen yang akan dilakukan,

d. Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan percobaan yang telah direncanakan, bila hasilnya belum memuaskan dapat diulangi lagi untuk membuktikan kebenarannya, dan

e. Setiap individu atau kelompok dapat melaporkan hasil pekerjaannya secara tertulis.

Sedangkan Djamarah (2002: 95-96) menyatakan bahwa,

Dengan penerapan metode eksperimen siswa terlatih berpikir ilmiah, kreatif, bertanggung jawab, memperoleh pengalaman, keterampilan dan ilmu pengetahuan yang diperlukannya.


(20)

Pembel-ajaran dengan metode eksperimen memberikan kesempatan ke-pada siswa untuk melakukan kegiatan percobaan, baik secara per-seorangan maupun secara kelompok dalam memahami konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Kegiatan eksperimen merupakan wahana pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik berdasarkan prinsipLearning by doing.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa metode eksperimen sangat cocok untuk membelajarkan fisika yang tiap materi pembelajarannya beranjak dari penomena kehidupan sehari-hari. Namun demikian, dalam pelaksanaannya kita harus memperhatikan/membuat berbagai tahapan-tahapan yang harus dikerjakan agar pelaksanaannya berjalan dengan lancar dan berhasil.

4. Inkuiri dan Inkuiri Terbimbing a. Inkuiri

Inkuiri merupakan salah satu dari sekian banyak contoh model pembelajaran yang ada. Soleh (2011) menyatakan bahwa inkuiri berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan.

Herdian (2010) menyatakan bahwa,

Inkuiri berasal dari katato inquireyang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Pembel-ajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif.

Pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk men-cari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga


(21)

mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Gulo dalam Trianto (2007)

Berdasarkan uraian definisi di atas dapat diartikan bahwa inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang mengedepankan keikut-sertaan dan keterlibatan siswa secara aktif pada suatu proses pembel-ajaran, dimana di dalamnya terdapat berbagai kegiatan seperti ber-tanya, mencari informasi, dan menyelidiki, untuk menemukan se-suatu (jawaban atas pertanyaan, jawaban atas ketidak percayaan yang keluar dari diri sendiri dsb).

Sebelum melaksanakan pembelajaran inkuiri, seorang guru harus tahu terlebih dahulu langkah yang harus dilakukan. Untuk itu, Sanjaya (2008: 202) mengungkapkan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.

1) Orientasi. Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang

kondusif. Hal-hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah.

a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa;

b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah meru-muskan masalah sampai dengan merumeru-muskan kesimpulan, dan

c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan moti-vasi belajar siswa.

2) Merumuskan masalah, merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menan-tang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses


(22)

men-cari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembela-jaran inkuiri, karena melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. 3) Merumuskan hipotesis, hipotesis adalah jawaban

sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

4) Mengumpulkan data, adalah aktifitas menjaring informa-si yang dibutuhkan untuk menguji hipoteinforma-sis yang diaju-kan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. 5) Menguji hipotesis, adalah menentukan jawaban yang

dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan ber-pikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberi-kan budiberi-kan hanya berdasardiberi-kan argumentasi, adiberi-kan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat di-pertanggung jawabkan.

6) Merumuskan kesimpulan, adalah proses mendeskripsi-kan temuan yang diperoleh berdasarmendeskripsi-kan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran inkuiri tersebut di atas selanjutnya dijadikan sintaks pembelajaran inkuiri. Sintaks pembela-jaran inkuiri terbimbing ditampilkan pada Tabel 2.4. berikut ini. Tabel 2.5. Sintaks Pembelajaran Inkuiri

Tahapan Tingkah Laku Guru

Tahap 1 : Mengobservasi untuk menemukan

Guru menyajikan kejadian atau fenome-na yang memungkinkan siswa


(23)

menemu-Tahapan Tingkah Laku Guru

masalah kan masalah.

Tahap 2 : Merumuskan masalah

Guru mengarahkan siswa merumuskan masalah penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena yang disajikannya. Tahap 3 : Mengajukan

hipotesis

Guru mengarahkan siswa untuk menga-jukan hipotesis terhadap masalah yang telah dirumuskannya.

Tahap 4 : Merencanakan pemecahan masalah

Guru mengarahkan siswa untuk merenca-nakan pemecahan masalah, membantu menyiapkan alat dan bahan yang diperlu-kan dan menyusun prosedur kerja yang tepat.

Tahap 5 : Melaksanakan pemecahan masalah

Selama siswa bekerja, guru mengarah-kan dan memfasilitasi

Tahap 6 : Melakukan Pengamatan dan pengumpulan data

Guru membantu siswa melakukan pengamatan tentang hal-hal yang penting dan membantu mengumpulkan dan mengorganisasi data.

Tahap 7 : Menganalisis data Guru membantu siswa menganalisis data supaya menemukan suatu konsep. Tahap 8 : Menarik

kesimpulan dan Penemuan

Guru mengarahkan siswa mengambil kesimpulan berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep yang ingin ditanamkan.

(Fatoni, 2011) Selain memiliki langkah-langkah kegiatan, pembelajaran inkuiri juga mememiliki beberapa ciri utama. Sanjaya dalam Amali (2001: 23) menyatakan bahwa,

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembela-jaran inkuiri, di antaranya; (1) Menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, arti-nya pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar; (2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Artinya, pembelajaran inkuiri bukan menempatkan guru sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator siswa dan (3) Tujuan dari


(24)

penggunaan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Akibatnya, dalam pembelajaran inkuiri, siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan kompetensinya.

b. Inkuiri Terbimbing

Sanjaya dalam Herdian (2011) membagi pendekatan inkuiri menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Dari ketiga jenis inkuiri yang dimaksud, salah satunya adalah inkuiri terbimbing. Inkuiri terbimbing merupakan pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Masih menurut Sanjaya dalam Herdian (2011), hal-hal yang harus difahami berkenaan dengan inkuiri terbimbing adalah,

1) Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan per-masalahan dan tahap-tahap pemecahannya.

2) Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri.

3) Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran.

4) Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu

menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

Berdasarkan uraian di atas, inkuiri terbimbing merupakan salah satu dari tiga jenis pembelajaran inkuiri, yakni inkuiri terbimbing; inkuiri


(25)

bebas dan inkuiri bebas yang dimodifikasi. Ketiga jenis inkuiri tersebut dibedakan berdasarkan besarnya intervensi yang diberikan oleh guru terhadap muridnya pada pelaksanaan pembelajarannya. Inkuiri terbimbing adalah jenis inkuiri yang tingkat intervensi yang diberikan oleh guru lebih besar dibandingkan dengan jenis inkuiri yang lainnya. Namun demikian, langkah-langkah pembelajarannya sama saja, yang berbeda hanya pada instrumen pembelajarannya saja yang memungkinkan guru bisa mengatur seberapa besar intervensi yang harus diberikan.

5. Metode Eksperimen Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing sebagai salah satu bentuk Model Pembelajaran tersendiri

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI) secara terpisah dijelaskan bahwa model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. (Depdiknas, 2008: 23 & 1034)

Sementara itu, Akhmad Sudrajad (2008) menyatakan bahwa,

Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang ter-gambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, teknik, dan taktik pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu contoh, pola atau acuan tentang bagaimana menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah suatu acuan pembelajaran yang digagas dan dikonsep oleh guru


(26)

untuk mengemas sajian pembelajaran agar materi pembelajaran yang akan disampaikan benar-benar tersaji dengan baik dan benar. Jika demi-kian, dengan menyatukan metode eksperimen dan model pembelajaran inkuiri terbimbing menjadi satu kesatuan dengan menempatkan inkuiri terbimbing sebagai bentuk pendekatan guna melaksanakan metode eksperimen, ini berarti akan terbentuk suatu model pembelajaran tersendiri.

B. Kerangka Pikir

Ketidak selarasan antara teori yang menyatakan penting bagi guru untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan mengedepankan terlatihnya KPS siswa karena KPS dianggap sebagai modal bagi siswa untuk dapat mengguna-kan metode ilmiah dalam mempelajari atau bahmengguna-kan mengembangmengguna-kan sains guna memperoleh pengetahuan baru, dengan praktik yang ada di lapangan, membuat kita patut bertanya ada apa sebenarnya yang terjadi. Untuk itu perlu adanya suatu tindakan nyata guna mengetahui bagaimana peranan KPS ter-hadap hasil belajar fisika siswa. Masalahnya, model pembelajaran seperti apa yang harus diterapkan?

KPS pada pembelajaran fisika diartikan sebagai kemampuan atau kecakapan siswa untuk melakukan berbagai kegiatan yang mesti dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, misalnya melakukan pengamatan, meng-interpretasi data, mengelompokkan, memprediksi, berkomunikasi, berhipote-sis, merencanakan percobaan, dan menerapkan prinsip.


(27)

Metode eksperimen adalah cara mengajar yang di dalamnya terdapat kegiatan-kegiatan eksperimen/percobaan. Sedangkan inkuiri terbimbing adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengedepankan keikutsertaan dan keterlibatan siswa secara aktif, dimana di dalamnya terdapat berbagai kegiatan seperti bertanya, mencari informasi, dan menyelidiki untuk mene-mukan sesuatu (jawaban atas masalah yang sedang dieksperimenkan). Penerapan metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing pada suatu pembelajaran diharapkan dapat dengan maksimal melatih/mengem-bangkan KPS siswa hingga pada akhirnya selaras dengan pandangan pandangan konstruktivistik yang mengganggap bahwa belajar tidak hanya sekedar mengingat.

Atas dasar itulah peneliti mengadakan penelitian untuk meneliti pengaruh KPS terhadap hasil belajar fisika siswa pada siswa kelas X1SMA Negeri 1 Punduh Pedada melalui Metode Eksperimen Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing. Bertindak sebagai variabel bebas adalah KPS (selanjutnya disebut X), dan sebagai variabel terikatnya adalah Hasil Belajar (selanjutnya disebut Y). Sedangkan variabel kontrolnya adalah model pembelajaran, yakni Metode Eksperimen Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing.

Hubungan antar variabel tersebut dituangkan dalam bentuk kerangka pemi-kiran, dan dapat dilihat pada Gambar 2.2. berikut ini.

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran

Keterampilan Proses

Sains (KPS)

(X)

Hasil Belajar Fisika

(Y)

Metode Eksperimen

Dengan Pendekatan

Inkuiri Terbimbing


(28)

C. Anggapan Dasar

1. Semua siswa kelas X semeseter ganjil SMAN 1 Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012-2013 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan tingkat satuan pendidikan,

2. Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa pada pelajaran fisika secara keseluruhan adalah berbeda, dan

3. Faktor-faktor lain diluar penelitian diabaikan. D. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara atas suatu soal yang masih ragu-ragu dan perlu diuji kebenarannya melalui penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut maka hipotesis yang kami ajukan dalam penelitian ini adalah;

H1 : Ada pengaruh Keterampilan Proses Sains (KPS) terhadap hasil belajar fisika siswa melalui Metode Eksperimen Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing, untuk materi pembelajaran Besaran Dan Satuan. H2 : Penerapan metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing

pada pembelajaran yang bertujuan untuk melatih/mengembangkan KPS siswa sekaligus meningkatkan hasil belajar fisika siswa sangat efektif.


(29)

Metodologi penelitian adalah suatu alat dan cara yang sistematis yang dimiliki dan ditempuh oleh seorang peneliti dalam usaha mengadakan penelitian agar tercapai-nya tujuan yang diantaratercapai-nya adalah menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Metodologi penelitian tersebut meliputi penentuan populasi dan sampel, variabel penelitian, metode dan desain penelitian, data dan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis instrumen penelitian, data dan teknik analisis data, dan pengujian hipotesis.

A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Punduh Pedada yang duduk di kelas X pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 5 kelas dan 174 siswa.

2. Sampel Penelitian

Banyaknya jumlah sampel yang diambil atau digunakan pada penelitian ini ditentukan menggunakan teknik purposive sampling, suatu teknik penentuan sampel yang didasarkan pada pertimbangan tertentu. Purposive samplingsengaja dipilih dengan pertimbangan bahwa tidak mungkin dilakukan proses pengacakan pada kelas yang sudah ada karena


(30)

akan membutuhkan waktu yang banyak dan ruang belajar tersendiri sehingga akan menghambat proses pembelajaran. Dengan menggunakan teknik tersebut, dari 5 kelas (174 siswa) sebagai populasi kemudian diambil sebanyak 1 kelas (32 siswa) untuk dijadikan sampel/kelas eksperimen. Kelas yang dimaksud adalah kelas X1.

B. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan satu variabel bebas yakni Keterampilan Proses Sains (KPS); (selanjutnya disimbolkan X), dan satu variabel terikat yakni hasil belajar fisika (selanjutnya disimbolkan Y).

C. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan rancangan desainOne-Shot Case Study (Sugiono 2010: 110). Pada desain ini dijelaskan bahwa terdapat suatu kel-ompok yang diberi perlakuan menggunakan suatu model pembelajaran, ke-mudian diobservasi Keterampilan Proses Sains (KPS) siswanya. Rancangan desain penelitian yang dimaksud ditunjukkan dalam ilustrasi berikut ini.

Gambar 3.1 DesainOne-Shot Case Study

Keterangan:

X :Treatment(Pembelajaran berbasis Metode Eksperimen Dengan Pende-katan Inkuiri Terbimbing)


(31)

O :Observasi(KPS dan Hasil Belajar)

(Sugiyono, 2010: 110) D. Instrumen Penelitian

Untuk mengambil data, peneliti menggunakan beberapa instrumen penelitian. Instrumen yang dimaksud yakni,

1. Lembar soalpre-testdan post-test

Lembar soalpre-testdigunakan untuk mengambil data kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan. Sedangkan lembar soalpost-test digunakan untuk mengambil data kemampuan akhir siswa setelah diberi perlakuan. Soal yang terdapat pada kedua instrumen tersebut adalah sama. Adapun bentuk instrumennya dapat dilihat pada lampiran 7, di halaman 141 skripsi ini.

2. Lembar observasi penilaian Keterampilan Proses Sains (KPS)

Lembar observasi KPS digunakan untuk mengukur tingkat keterampilan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Bentuk instrumennya dapat dilihat pada lampiran 8, di halaman 145 skripsi ini.

E. Analisis Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengambil data tersebut diuji/ dianalisis dengan uji validitas dan uji reliabelitas, untuk melihat apakah


(32)

instrumen yang akan digunakan sudah valid (sesuai dengan ketentuan yang berlaku, benar sesuai dengan logika, sahih dsb) atau belum, serta reliabel (dapat dipercaya, mendatangkan hasil yang sama pada setiap percobaan) atau tidak.

1. Uji Validitas

Suatu tes dikatakan valid jika hasilnya sesuai dengan kriterium ter-tentu atau memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kri-terium yang ada. Berkenaan dengan hal tersebut, untuk menguji seberapa valid instrumen penelitian yang akan digunakan, peneliti menganalisisnya dengan teknik statistik menggunakan rumus korelasi product momenyang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

(Arikunto, 2008: 72) Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau seba-liknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Masrun dalam Sugiono (2010: 188) berikut ini.

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item


(33)

ter-sebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. (Masrun dalam Sugiyono, 2010: 188).

Selain dengan uji statistik, uji validitas dalam penelitian ini dilaku-kan dengan menggunadilaku-kan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bilacorrelated item total correlationlebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakanconstructyang kuat (valid). 2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama pula. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen dida-sarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumusalpha, yaitu:

Dimana,

r11 = reliabilitas yang dicari

i2 = jumlah varians skor tiap-tiap item t2 = varians total

(Arikunto, 2008: 109) Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen di-perlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan


(34)

menggu-nakan SPSS 17.0 dengan metode yang diukur

berda-sarkan skala 0 sampai 1.

Menurut Sayuti dalam Saputri (2010: 30), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantap-an alpha ykemantap-ang diinterprestasikkemantap-an sebagai berikut:

a.

kurang reliabel. b.

reliabel. c.

reliabel. d. Nilai Alpha

reliabel. e.

sangat reliabel.

(Saputri, 2010: 30) Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.

F. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Data

Data yang diperoleh pada saat penelitian berupa data kuantitatif dengan tipe skala. Data berbentuk skala (scale) adalah data yang nilainya beru-rutan, misal dari 1-100.

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data pada saat penelitian, peneliti menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakan untuk memperoleh data tentang seberapa besar/tingi hasil belajar fisika siswa untuk materi pokok


(35)

Besaran Dan Satuan, baik sebelum maupun sesudah diberikan perlakuan, menggunakan lembar soalpretestdanposttest.

Soalpre-tesdanpost-tesyang diberikan berupa tes subjektif (uraian) ber-jumlah 5 (tujuh) butir soal, dengan persentase tertentu pada setiap soal-nya. Dengan bentuk soal uraian tersebut diharapkan mampu membawa siswa untuk berpikir bagaimana cara menyelesaikan soal tersebut tidak hanya bertumpu pada hasil akhirnya saja melainkan dari mana persoalan tersebut muncul dan bagaimana alur penyelesai-annya, hingga pada akhirnya sesuai dengan tuntutan skenario pembelajaran

Untuk mempermudah dalam pengolahan data, skor yang diperoleh dibuat dalam bentuk nilai dengan rumus :

% 100 maksimum skor

mentah skor

Nilai

(Sudjiono, 2005: 318) Sedangkan teknik non-tes dilakukan untuk memperoleh data Keterampil-an Proses Sains (KPS) yKeterampil-ang dimiliki oleh siswa pada saat pembelajarKeterampil-an berlangsung dengan cara mengobservasi kinerja yang dilakukan/ditun-jukkan oleh siswa. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang dibuat sedemikian rupa sehingga memuat aspek yang perlu untuk dinilai. Penilaian hasil observasi dilakukan dengan metode persentase, dimana, hasil persentase tersebut mewakili kriteria tertentu. Lembar Observasi KPS sebagaimana dimaksud terlampir pada lampiran 8, di halaman 145.


(36)

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dengan tipe skala. Data berben-tuk skala (scale) adalah data yang nilainya berurutan, misal dari 1-100. Oleh karena data yang diperoleh tidak hanya dari satu kelas saja, melainkan dari kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol), maka data tersebut tentu-nya harus dianalisis lebih lanjut secara inferensial untuk melihat hubungan antar variabel dengan melakukan pengujian hipotesis dan menyimpulkan hasil penelitian.

Proses penganalisisan data dilakukan menggunakan SPSS 17.0 dengan langkah-langkah: 1) Melakukan uji prasyarat terlebih dahulu berupa uji normalitas dan ujiLinearitas, 2) Melakukan Uji Hipotesis berupa ujiRegresi Linear Sederhana, dan 3) membandingkan t tabel dengan t hitung untuk menarik kesimpulan diterima atau ditolaknya Ho dan Ha.

Berikut adalah uraian dari rangkaian penganalisisan data yang dimaksud. 1. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdis-tribusi normal atau tidak. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data antara lain dengan Chi Kuadrat. Menurut Sugiyono (2010: 241), langkah-langkah pengujian denganChi-Kuadrat adalah sebagai berikut:

a. Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitas-nya.

b. Menentukan jumlah kelas interval.

c. Menentukan panjang kelas interval yaitu: (data terbesar data terkecil) dibagi dengan jumlah kelas interval.


(37)

d. Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus merupakan tabel penolong untuk menghitung hargaChi Cuadrat.

e. Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh), dengan cara mengalikan persentase luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota sampel.

f. Memasukkan harga-harga fhke dalam tabel kolom fh, sekaligus menghitung harga-harga (fo fh) dan

dan menjumlahkannya. Harga merupakan harga h2) hitung.

g. Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat Tabel. Bila harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga chi h2 t2), maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih besar (>) dinyatakan tidak normal.

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metodeKolmogorov Smirnov. Dengan ketentuan jika signifikansi lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempu-nyai hubungan yang linear atau tidak. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresilinear. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 de-ngan metodeTest for Linearitypada taraf signifikan 0, 05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yanglinearbila signifikansi (Linearity) kurang dari 0, 05. (Priyatno, 2010 : 73).


(38)

Uji regresi linear sederhana dilakukan untuk mengetahui seberapa linear hubungan antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y) yang dalam hal ini metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing (variabel independen) dan hasil belajar fisika siswa (variabel dependen). Analisis ini juga bertujuan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif. Secara statistik, rumus regresi linear sederhana sebagai berikut :

Dengan :

Variabel dependen (nilai yang diprediksikan) X = Variabel independen

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

Nilai a dan b dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Selain dilakukan dengan analisis statistik, dengan menggunakan Program SPSS 17.0 uji regresi linear sederhana tersebut juga akan mudah


(39)

dilaku-kan. Setelah uji linear sederhana dilakukan, langkah selanjutnya adalah menguji koefisien regresi sederhana (uji t). uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) berpengaruh secara signifi-kan terhadap variabel dependen (Y).

Rumus t hitung pada analisis regresi adalah :

Keterangan :

b = koefisien regresi Sb = Standar error

Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut ; a. Menentukan Hipotesis

Ho : Tidak ada pengaruh Keterampilan Proses Sains (KPS) terha-dap hasil belajar fisika siswa melalui metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing untuk materi pembela-jaran Besaran Dan Satuan.

Ha : ada pengaruh Keterampilan Proses Sains (KPS) terhadap hasil belajar fisika siswa melalui metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing untuk materi pembelajaran Besaran Dan Satuan.

b. Menentukan tingkat signifikansi

Tingkat signifikansi yang digunakan adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian, yakni sebesar 0,05.


(40)

c. Menentukan t hitung

Besarnya t hitung tentunya diperoleh dari hasil perhitungan yang dilakukan menggunakan program SPSS 17.0 pada bagian output-nya.

d. Menentukan t tabel

Pun demikian dengan t tabel merupakan nilai yang tertera pada tabel yang menjadi standar tetap untuk dijadikan barometer.

Kriteria pengujiannya : Ho diterima jika Ha ditolak jika

e. Membandingkan t hitung dengan t tabel

Kegiatan membandingkan t hitung dengan t tabel ini dilakukan untuk menentukan apakah Ho diterima atau tidak dan apakah Ha diterima atau tidak. Dengan asumsi, jika Ho diterima berarti Ha akan ditolak, begitu juga sebaliknya.

f. Membuat kesimpulan

Setelah dilakukan pembandingan t hitung dengan t tabel dapat ditarik suatu kesimpulan. Penarikan kesimpulan ini merupakan kegiatan inti dari suatu penelitian karena akan menentukan jawaban dari rumusan masalah yang diajukan.


(41)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa,

1. KPS berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Punduh Pedada melalui metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing. Kontribusinya sebesar 36,7%.

2. Metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing sangat efektif diterapkan pada pembelajaran fisika dalam rangka melatih/mengembang-kan KPS sekaligus meningkatmelatih/mengembang-kan hasil belajar ranah kognitif siswa kelas X1SMA Negeri 1 Punduh Pedada. Tingkat efektivitasnya dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa yang secara parsial (rata-rata) mencapai 79%.

B. Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa KPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar, untuk itu fokus terhadap pengembangan KPS siswa merupakan usaha yang paling sesuai dilakukan oleh sekolah dan guru untuk meningkatkan prestasi ademik siswa di SMA Negeri 1 Punduh Pedada.

2. KPS merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang dapat meme-ngaruhi hasil belajar fisika siswa. Oleh karena itu, upaya untuk


(42)

meningkatkan KPS siswa juga harus dibarengi dengan upaya untuk memperhatikan faktor-faktor yang lainnya.

3. Kontribusi KPS terhadap hasil belajar siswa sebesar 36,7% dan pening-katan hasil belajar siswa sebesar 79% mungkin masih bisa ditingkatkan lagi dengan upaya nyata yang lebih intens.


(43)

HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN PENDEKATAN

INKUIRI TERBIMBING

(Skripsi)

Oleh Syafriyansyah

0743022055

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(44)

PENGARUH KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MELALUI METODE

EKSPERIMEN DENGAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING

Oleh

SYAFRIYANSYAH

Literatur yang mengemukakan betapa pentingnya bagi seorang guru untuk mem-belajarkan fisika dengan model pembelajaran yang dapat melatih/mengembang-kan KPS siswa dapat dengan mudah ditemumelatih/mengembang-kan, antara lain di internet, baik dalam bentuk artikel; buku; skripsi; maupun jenis yang lainnya. Namun demikian, Entah karena ketidak-tahuan guru tentang adanya literatur-literatur tersebut, atau mung-kin karena ketidak-tahuan guru tentang jenis model pembelajaran seperti apa yang bisa dieterapkan, sehingga fakta di lapangan masih banyak sekali guru (khususnya di SMAN 1 Punduh Pedada) yang tidak mengedepankan terlatihnya KPS dalam membelajarkan fisika.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Pengaruh keterampilan proses sains (KPS) terhadap hasil belajar fisika siswa melalui metode eksperimen dengan pen-dekatan inkuiri terbimbing dan 2) Efektifitas metode eksperimen dengan pende-katan inkuiri terbimbing dalam melatih/mengembangkan KPS siswa yang ditandai dengan ada tidaknya kenaikan hasil belajar fisika siswa.


(45)

ii

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu(quasi experiment)dan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran. Populasi penelitiannya adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Punduh Pedada. Sampel yang dijadikan objek penelitian adalah kelas X1yang dipilih dengan teknikpurposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan metode tes dan non tes (observasi), yakni menggunakan lembar soal tes hasil belajar (pretestdan posttest) dan lembar observasi keterampilan proses sains. Analisis yang diguna-kan adalah Uji Regresi Linier Sederhana dan dengan uji t. dimana, uji prasyarat-nya menggunakan uji normalitas dan uji linieritas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel (4,169> 2,035) sekaligus menolak Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh KPS terhadap hasil belajar fisika siswa melalui metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing. Itu artinya ada pengaruh KPS terhadap hasil belajar fisika siswa melalui Metode Eksperimen Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing. Berdasarkan R Squareyang diperoleh, pengaruhnya sangat signifikan yakni sebesar 36,7%. Selain itu, Metode Eksperimen Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing sangat efektif untuk melatih/ mengembangkan KPS sekaligus meningkatkan hasil belajar (ranah kognitif) siswa. Terbukti, persentase kenaikan hasil belajar siswa rata-rata sebesar 79%.

Kata kunci : Keterampilan Proses Sains (KPS), Metode Eksperimen, dan Inkuiri Terbimbing


(46)

HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN PENDEKATAN

INKUIRI TERBIMBING

Oleh

SYAFRIYANSYAH Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(47)

1. Tim Penguji

Ketua :Drs. Eko Suyanto, M.Pd.

Sekretaris :Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc.

Penguji

Bukan Pembimbing :Dr. Agus Suyatna, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003


(48)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Syafriyansyah

NPM : 0743022055

Fakultas/Jurusan : KIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jl. Nunyai Gg. Manggis No. 237 Kav. A Raja Basa Bandar Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi eterampilan Proses Sains (KPS) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Metode

Eksperi-adalah benar hasil karya saya sendiri, di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain sebelumnya, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Februari 2013 Yang Menyatakan,

Syafriyansyah NPM. 0743022055


(49)

Alhamdulillahi robbil alamiin, puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi dengan judul Pengaruh Keterampilan Proses Sains (KPS) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Metode Eksperimen Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Dr. H. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika. 4. Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus

Pembimbing Utama penyusunan skripsi ini, atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini berlangsung.

5. Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua penyusunan skripsi ini, atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan; arahan dan motivasi selama penyusunan skripsi ini berlangsung.

6. Dr. H. Agus Suyatna, M.Si., selaku pembahas/penguji skripsi ini yang dengan tulus memberikan kritik dan saran guna perbaikan, sebelum akhirnya skripsi ini disyahkan untuk diterbitkan.


(50)

vii

membimbing dan menuntun kami dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk menjadikan kami sebagai manusia yang berintelektual serta berakhlak. 8. Seluruh Staf dan karyawan pada Jurusan Pendidikan MIPA.

9. Bapak Abdul Roni, S.Pd. selaku Kepala SMAN 1 Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran, atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung. 10. Bapak Sopfan, S.Pd. selaku guru bidang studi fisika pada SMAN 1 Punduh

Pedada Kabupaten Pesawaran sekaligus guru mitra pada saat penelitian. 11. Bapak dan ibu guru serta staf SMAN 1 Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran. 12. Siswa-siswi kelas X1SMAN 1 Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran.

13. Sahabat dan teman seperjuangan yang telah membantu dan aktif memberikan motivasi dalam menulis skripsi: Arif Saputra, Deo Valente, Eko Sugihartanto, Eria Puspita, Jufri Saputra, Nopi Setiyawan, dan Rogandi Damayanto.

14. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Fisika Nonreguler 2007, atas persaudaraan dan kebersamaannya.

15. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per-satu namanya yang telah memberikan dorongan dalam keberhasilanku.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin ya Rob.

Bandar Lampung, Februari 2013 Penulis


(51)

Puji syukur hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehing-ga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini ku persembahkan untuk, 1. Almamaterku

2. Yang tercinta, Ayah dan Ibunda: Zainal HS. dan Fatimah

3. Paman dan Bibiku: Drs. Jon Edwar, M.Pd., dan L. Liastuti, M.Pd.

4. Keluarga besar tercinta dari keluarga Ayah dan Ibunda di Maja Kecamatan Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran yang tak mungkin disebutkan satu persatu namanya

5. Keluarga besar tercinta dari keluarga Paman dan Bibi di Tanjung Setia Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Lampung Barat yang tidak mungkin disebutkan satu persatu namanya

6. Guru-guruku tercinta yang pernah mengajariku semenjak SD hingga masuk Perguruan Tinggi (UNILA) yang tidak mungkin disebutkan satu persatu namanya.


(52)

(53)

karena-Penulis dilahirkan di Maja pada tanggal 5 Juli 1987, sebagai anak ke empat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Zainal HS. dan Ibu Fatimah.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1994 di SD Negeri 1 Sukajaya Punduh Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan, hingga tamat pada tahun 2000. Pada tahun itu juga penulis melanjutkan pendidikannya di SLTP Negeri 3 Padang Cermin yang selanjutnya (akibat dari pemekaran kabupaten dan kecamatan, yang sebelumnya masih menyatu dengan Kabupaten Lampung Selatan dan Kecamatan Padang Cermin kemudian memekarkan diri menjadi Kabupaten Pesawaran dan Kecamatan Punduh Pedada) berganti nama menjadi SLTP Negeri 1 Punduh Pedada, dan tamat pada tahun 2003. Kemudian, pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Pesisir Selatan Lampung Barat dan tamat pada tahun 2006.

Pada tahun 2007 penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa non-regular Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Mandiri. Selama menjadi mahasiswa, penulis ikut dalam organisasi intrakampus FPPI dan HIMASAKTA FKIP Unila tahun 2007-2008.


(54)

xi

Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Budi Karya Natar. Selanjutnya, pada tahun 2012, penulis melaksanakan penelitian di SMAN 1 Punduh Pedada.


(55)

Halaman

ABSTRAK ... i

COVER DALAM ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ...v

SANWACANA ... vi

PERSEMBAHAN ... viii

MOTTO ... ix

RIWAYAT HIDUP ...x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...3

C. Tujuan Penelitian ...3

D. Manfaat Penelitian ...4

E. Ruang Lingkup Penelitian ...4


(56)

xiii

1. Keterampilan Proses Sains (KPS)...6

2. Hasil Belajar ...14

3. Metode Eksperimen ...19

4. Inkuiri dan Inkuiri Terbimbing ...21

a. Inkuiri ...21

b. Inkuiri Terbimbing ...24

5. Metode Eksperimen Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbng sebagai salah satu bentuk Model Pembelajaran...26

B. Kerangka Pikir ...27

C. Anggapan Dasar ...29

D. Hipotesis ...29

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ...30

1. Populasi Penelitian...30

2. Sampel Penelitian ...30

B. Variabel Penelitian ...31

C. Desain Penelitian ...31

D. Instrumen Penelitian ...32

E. Analisis Instrumen Penelitian ...33

1. Uji Validitas ...33

2. Uji Reliabilitas ...34

F. Data dan Teknik Pengumpulan Data ...35

1. Data ...35

2. Teknik Pengumpulan Data ...36

G. Teknik Analisis Data ...37

1. Uji normalitas ...37

2. Uji Linearitas ...38


(57)

xiv

A. Hasil Penelitian ...43

1. Hasil Uji Instrumen Penelitian ...43

a. Hasil Uji Validitas SoalPre testdanpost test ...43

b. Hasil Uji Reliabilitas SoalPre testdanpost test ...44

2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ...45

3. Data dan Penyajian Data ...48

a. DataPretestSiswa ...48

b. Data KPS Siswa ...49

c. DataPost Test Siswa ...52

4. Hasil Uji Asumsi Dasar ...52

a. Uji Normalitas ...53

b. Uji Linieritas ...55

5. Uji Hipotesis ...56

B. Pembahasan ...58

1. Keterampilan Proses Sains (KPS) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa ...59

2. Efektivitas Metode Eksperimen Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Melatih/Mengembangkan KPS Pada Suatu Pembelajaran ...63

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ...67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1 Pemetaan SK dan KD ... 75

2 Silabus ... 77

3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PembelajaranInquiry... 80

4 LKK ... 99


(58)

xv

7 SoalPre testdan Post tes...141

8 Lembar Observasi KPS ...145

9 DataPre testsiswa ...146

10 Data KPS Siswa (Pertemuan Ke-1) ...147

11 Data KPS Siswa (Pertemuan Ke-2) ...148

12 Data KPS Siswa (Pertemuan Ke-3) ...149

13 Data KPS Siswa (Pertemuan Ke-4) ...150

14 Rekapitulasi Data KPS Siswa ...151

15 DataPost test ...152

16 Rekapitulasi Data HB dan KPS Siswa ...153

17 Rekapitulasi Data HB Berikut Gain Dan Kenaikannya ...155

18 OutputSPSS Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas SoalPre Test ...156

19 OutputSPSS Hasil Uji Normalitas dan Linieritas...158


(59)

Gambar Halaman

1. Klasifikasi Aspek Kognitif ... 17

2. Kerangka Pemikiran ... 28

3. DesainOne-Shot Case study ... 31

4. Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar(Pretest)... 49

5. Grafik Distribusi Frekuensi Skor KPS Siswa ... 50

6. Grafik Distribusi Frekuensi NilaiPost TestSiswa ... 52

7. GrafikNormal Q-Q PlotUntuk Persentase KPS ... 54


(60)

Tabel Halaman

1. Klasifikasi Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 10

2. Aspek KPS dan Indikatornya ... 11

3. Revisi Taksonomi Bloom ... 16

4. Uraian Taksonomi Bloom Revisi... 17

5. Sintaks Pembelajaran Inkuiri ... 23

6. Hasil Uji Validitas SoalPre-TestdanPost-test... 43

7. Hasil Uji Reliabilitas SoalPre-TestDanPost-Test ... 44

8. DataPretestSiswa ... 48

9. Data KPS Siswa ... 50

10. Data Post test Siswa ... 51

11. Data Hasil Uji Normalitas ... 53

12. Data Hasil Uji Linieritas ... 55

13. Rangkuman Data Hasil Analisi Regresi Sederhana ... 57


(61)

Agan. 2011. Artikel Pendidikan:Pengertian Metode Inkuiri dan Metode

Demonstrasi dalam Pembelajaran Sekolah. Diakses 17 Februari 2011 dari

http://mazrawul84.wordpress.com/2010/04/19/pengertian-metode-inkuiridan-metode-demonstrasi-dalam-pembelajaran-sekolah/

.

Amali, Riski. 2001. Penerapan Model PembelajaranModified Inquiryuntuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran TIK.Skripsi. PPS UPI. Bandung. [Tidak Diterbitkan]. Diunduh melalui:repository. UPI. edu.

Arikunto, Suharsimi. 2008.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Aristya, Pratiwi. 2011. Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-8 SMA Negeri 1 Grogol Kediri dengan Model Inkuiri Terbimbing. Skripsi.Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang. [Tidak Diterbitkan]. Diunduh 6 Oktober 2012 melalui

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/kimia/article/view/15788.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008.Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Dimyati dan Mudjiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. __________________. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah dan Zain. 2006.Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Fatoni. 2011.Sintaks (Tahapan) Model-model Pembelajaran. [Network] diakses pada 10 Januari 2012 dari http://fatonipgsd071644221.wordpress. com/ 2010/ 01/12/sintaks-tahapan-model-model-pembelajaran/.

Herdian. 2010.Model Pembelajaran Inkuiri. [Network] diakses pada 7 Januari 2012 dari


(62)

_______. 2011.Metode Pembelajaran Discovery (Penemuan). [Network] diakses pada 15 Februari 2012 dari http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/ metode-pembelajaran-discovery-penemuan/.

Hurrahman, Fat. 2011. Arikel Pendidikan:Metode Demonstrasi dan Eksperimen. Diakses 21 Januari 2012 dari http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/ metode-demonstrasi-dan-eksperimen/.

Indrawati. 1999.Keterampilan Proses Sains: Tinjauan Kritis dari Teori ke Praktik.Bandung: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Mahmuddin. 2010. Artikel Pendidikan: Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses Sains. Diakses 24 April 2012 dari http://mahmuddin.wordpress.com /2010/ 04/10/ pelaksanaan-penilaian-keterampilan-proses-sains/

_________. 2011. Artikel Pendidikan: Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses Sains. Diakses 9 November 2012 dari http://mahmuddin.wordpress. com /2010/ 04/10/ pelaksanaan-penilaian-keterampilan-proses-sains Naenggolan, Netty. 2012. Pengaruh keterampilan proses sains terhadap hasil

belajar siswa dengan menggunakan metode Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK).Skripsi.Bandar Lampung: UNILA. Nuh, Usep. 2010.Fisika SMA Online: Keterampilan Proses Sains. [On line]

tersedia:http://fisikasma-online.blogspot.com. 28/02/2012. 12:25 WIB Nurochman. 2008. Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terhadap Peningkatan

Keterampilan Proses Sains Siswa Dalam Proses Pembelajaran Ipa Biologi Pada Materi Pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia (Studi Kasus Pada Siswa Smp N 2 Temon Kulon Progo Kelas Viii Semester I Tahun Ajaran 2007/2008).Skripsi.UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. [Tidak Diterbitkan]. Diunduh pada 6 Oktober 2012 melalui http://digilib.uin-suka.ac.id/857/ Priyatno, Duwi. 2010.Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta:

MediaKom.

Roestiyah, N.K. 2001.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Rustaman. 2003.Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:

PT Bumi Aksara..

Sanjaya, Wina. 2008.Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo

Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(63)

Semiawan,dkk. 1992.Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengakti-fkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: PT. Grasindo.

Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta.

______. 2010.Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta.

Soleh. 2011.Metode Pembelajaran Inquiry. [Network] diakses pada 11 mei 2011 dari http://sholehsmart.blogspot. com /2008/02/metode-pembelajaran-inquiry.html.

Sudrajat, Akhmad.2008.Artikel Pendidikan:Pengertian Pendekatan Strategi Metode Teknik/Taktik dan Model Pembelajaran.Diakses 17 Februari 2011 dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/

pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran/ Sudjiono. 2005.Teknik Pengumpulan Data. Bandung: Afabeta.

Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Susiani, Henni. 2012. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen Ditinjau Dari Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Optika Geometri.Skripsi.Bandar Lampung: UNILA.

Trianto. 2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis. Surabaya: Pustaka Publisher.

Winkel, W. S. 1999.Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Wulan A.R., 2009.Direktori File UPI:Taksnonomi Bloom Revisi.Diakses 24 April 2012 dari http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=taksonomi+ bloom+revisi&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CB0QFjAA&url=http %3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FSPS%2FPRODI.PENDIDIKA N_IPA%2F197404171999032-ANA_RATNAWULAN%2Ftaksonomi_ Bloom_revisi.pdf&ei=6cV-UP-VEMaOiAe1mYDQDw&usg=


(1)

xv

6 Kisi-kisi SoalPre testdan Post tes ...137

7 SoalPre testdan Post tes...141

8 Lembar Observasi KPS ...145

9 DataPre testsiswa ...146

10 Data KPS Siswa (Pertemuan Ke-1) ...147

11 Data KPS Siswa (Pertemuan Ke-2) ...148

12 Data KPS Siswa (Pertemuan Ke-3) ...149

13 Data KPS Siswa (Pertemuan Ke-4) ...150

14 Rekapitulasi Data KPS Siswa ...151

15 DataPost test ...152

16 Rekapitulasi Data HB dan KPS Siswa ...153

17 Rekapitulasi Data HB Berikut Gain Dan Kenaikannya ...155

18 OutputSPSS Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas SoalPre Test ...156

19 OutputSPSS Hasil Uji Normalitas dan Linieritas...158


(2)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Klasifikasi Aspek Kognitif ... 17

2. Kerangka Pemikiran ... 28

3. DesainOne-Shot Case study ... 31

4. Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar(Pretest)... 49

5. Grafik Distribusi Frekuensi Skor KPS Siswa ... 50

6. Grafik Distribusi Frekuensi NilaiPost TestSiswa ... 52

7. GrafikNormal Q-Q PlotUntuk Persentase KPS ... 54


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 10

2. Aspek KPS dan Indikatornya ... 11

3. Revisi Taksonomi Bloom ... 16

4. Uraian Taksonomi Bloom Revisi... 17

5. Sintaks Pembelajaran Inkuiri ... 23

6. Hasil Uji Validitas SoalPre-TestdanPost-test... 43

7. Hasil Uji Reliabilitas SoalPre-TestDanPost-Test ... 44

8. DataPretestSiswa ... 48

9. Data KPS Siswa ... 50

10. Data Post test Siswa ... 51

11. Data Hasil Uji Normalitas ... 53

12. Data Hasil Uji Linieritas ... 55

13. Rangkuman Data Hasil Analisi Regresi Sederhana ... 57


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agan. 2011. Artikel Pendidikan:Pengertian Metode Inkuiri dan Metode

Demonstrasi dalam Pembelajaran Sekolah. Diakses 17 Februari 2011 dari

http://mazrawul84.wordpress.com/2010/04/19/pengertian-metode-inkuiridan-metode-demonstrasi-dalam-pembelajaran-sekolah/

.

Amali, Riski. 2001. Penerapan Model PembelajaranModified Inquiryuntuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran TIK.Skripsi. PPS UPI. Bandung. [Tidak Diterbitkan]. Diunduh melalui:repository. UPI. edu.

Arikunto, Suharsimi. 2008.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Aristya, Pratiwi. 2011. Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-8 SMA Negeri 1 Grogol Kediri dengan Model Inkuiri Terbimbing. Skripsi.Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang. [Tidak Diterbitkan]. Diunduh 6 Oktober 2012 melalui

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/kimia/article/view/15788.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008.Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Dimyati dan Mudjiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. __________________. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah dan Zain. 2006.Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Fatoni. 2011.Sintaks (Tahapan) Model-model Pembelajaran. [Network] diakses pada 10 Januari 2012 dari http://fatonipgsd071644221.wordpress. com/ 2010/ 01/12/sintaks-tahapan-model-model-pembelajaran/.

Herdian. 2010.Model Pembelajaran Inkuiri. [Network] diakses pada 7 Januari 2012 dari


(5)

71 _______. 2011.Metode Pembelajaran Discovery (Penemuan). [Network] diakses

pada 15 Februari 2012 dari http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/ metode-pembelajaran-discovery-penemuan/.

Hurrahman, Fat. 2011. Arikel Pendidikan:Metode Demonstrasi dan Eksperimen. Diakses 21 Januari 2012 dari http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/ metode-demonstrasi-dan-eksperimen/.

Indrawati. 1999.Keterampilan Proses Sains: Tinjauan Kritis dari Teori ke Praktik.Bandung: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Mahmuddin. 2010. Artikel Pendidikan: Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses Sains. Diakses 24 April 2012 dari http://mahmuddin.wordpress.com /2010/ 04/10/ pelaksanaan-penilaian-keterampilan-proses-sains/

_________. 2011. Artikel Pendidikan: Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses Sains. Diakses 9 November 2012 dari http://mahmuddin.wordpress. com /2010/ 04/10/ pelaksanaan-penilaian-keterampilan-proses-sains Naenggolan, Netty. 2012. Pengaruh keterampilan proses sains terhadap hasil

belajar siswa dengan menggunakan metode Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK).Skripsi.Bandar Lampung: UNILA. Nuh, Usep. 2010.Fisika SMA Online: Keterampilan Proses Sains. [On line]

tersedia:http://fisikasma-online.blogspot.com. 28/02/2012. 12:25 WIB Nurochman. 2008. Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terhadap Peningkatan

Keterampilan Proses Sains Siswa Dalam Proses Pembelajaran Ipa Biologi Pada Materi Pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia (Studi Kasus Pada Siswa Smp N 2 Temon Kulon Progo Kelas Viii Semester I Tahun Ajaran 2007/2008).Skripsi.UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. [Tidak Diterbitkan]. Diunduh pada 6 Oktober 2012 melalui http://digilib.uin-suka.ac.id/857/ Priyatno, Duwi. 2010.Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta:

MediaKom.

Roestiyah, N.K. 2001.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Rustaman. 2003.Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:

PT Bumi Aksara..

Sanjaya, Wina. 2008.Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo

Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(6)

72 Semiawan,dkk. 1992.Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana

Mengakti-fkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: PT. Grasindo.

Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta.

______. 2010.Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta.

Soleh. 2011.Metode Pembelajaran Inquiry. [Network] diakses pada 11 mei 2011 dari http://sholehsmart.blogspot. com /2008/02/metode-pembelajaran-inquiry.html.

Sudrajat, Akhmad.2008.Artikel Pendidikan:Pengertian Pendekatan Strategi Metode Teknik/Taktik dan Model Pembelajaran.Diakses 17 Februari 2011 dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/

pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran/ Sudjiono. 2005.Teknik Pengumpulan Data. Bandung: Afabeta.

Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Susiani, Henni. 2012. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen Ditinjau Dari Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Optika Geometri.Skripsi.Bandar Lampung: UNILA.

Trianto. 2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis. Surabaya: Pustaka Publisher.

Winkel, W. S. 1999.Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Wulan A.R., 2009.Direktori File UPI:Taksnonomi Bloom Revisi.Diakses 24 April 2012 dari http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=taksonomi+ bloom+revisi&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CB0QFjAA&url=http %3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FSPS%2FPRODI.PENDIDIKA N_IPA%2F197404171999032-ANA_RATNAWULAN%2Ftaksonomi_ Bloom_revisi.pdf&ei=6cV-UP-VEMaOiAe1mYDQDw&usg=