Pengaruh Metode Eksperimen Verifikasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Konsep Benda Dan Sifatnya (Quasi Eksperimen)

(1)

Skripsi

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Miftahul Jannah

NIM. 109018300045

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014 M / 1435 H


(2)

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA KONSEP BENDA DAN SIFATNYA (Quasi Eksperimen)” disusun oleh Miftahul Jannah, NIM. 109018300045, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 05 Februari 2014

Yang Mengesahkan,

Erina Hertanti, M.Si NIP. 19720419.199903.2.002


(3)

(4)

Nama : Miftahul Jannah

Nim : 109018300045

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Judul skripsi : Pengaruh Metode Eksperimen Verifikasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Konsep Benda Dan Sifatnya

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang saya ajukan unuk memenuhi salah satu persayaratan memperoleh gelar S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 05 Februari 2014

Miftahul Jannah NIM. 109018300045


(5)

i

Puji syukur kepada allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan rahmat kepada kita semua. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada baginda rasul yaitu Nabi muhammad SAW yang memberikan tauladan bagi umatnya sehingga selamat di dunia dan akhirat.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Eksperimen Verifikasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Konsep Benda dan Sifatnya” ini merupakan salah satu syarat mencapai Gelar Sarjana pada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terealisasikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis. Untuk itu perkenankanlah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang tercinta:

1. Dra. Nurlena Rifa’I, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan, MA, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dra. Raudhah, M.Pd, selaku dosen penasehat akademik program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan bimbingan dan motivasinya.

4. Erina Hertanti, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya hingga terselesainya penulisan skripsi ini.

5. Sri Yuliyah, S.Ag, selaku kepala sekolah MI. Tarbiyah Al-Islamiyah Jakarta yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.


(6)

ii

7. Ayahandaku Musyarofah dan ibunda almh. Salbiah, yang tak henti-hentinya

memberikan do’a, dukungan moril serta materil kepada penulis dalam setiap

waktunya.

8. Abang dan Kakak tersayang, Moch. Husni dan Yuliani, yang telah

memberikan do’a dan motivasinya.

9. Kekasih hati Junaedi Achmad, yang telah sabar dan setia mendampingi,

memberikan do’a dan semangatnya.

10. Teman seperjuanganku dari awal kuliah, Ina Isfarina, Annisa Nurul Aini P, Yuni Anggraeni EJ, Ana Mutiah, Sholly Liyutsabita Romli, terima kasih atas kebersamaannya.

11. Teman gokil, Lulu, Asri, Shita, Rani, Nana, Dewi, terima kasih yang tak terhingga untuk kalian yang telah membantu selama proses penyelesaian skripsi ini.

12. Seluruh teman-teman PGMI angkatan 2009, semoga kita selalu tetap kompak. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga

bantuan, bimbingan, semangat, do’a dan dukungan yang diberikan pada penulis

dibalas oleh Allah S.W.T. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan yang membangun sebagai bahan perbaikan dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, Februari 2014


(7)

iii LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ………. .. ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. IdentifikasiMasalah ... 5

C. PembatasanMasalah... 5

D. RumusanMasalah ... 6

E. TujuanPenelitian ... 6

F. ManfaatPenelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 7

A. Deskripsi Teoritis ... 7

1. Hakikat Metode Eksperimen ... 7

a. Pengertian Metode Eksperimen ……… 7

b. Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran ……… 8

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen ……... 14

2. Hasil Belajar IPA ... 15

a. Pengertian Hasil Belajar IPA ... 15

b. Jenis-Jenis Hasil Belajar ... 18

c. Jenis Alat Penilaian Hasil Belajar IPA ... 22


(8)

iv

D. Pengajuan Hipotesis ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 35

B. Metode dan Desain Penelitian ... 35

C. Populasi dan Sampel ... 36

D. Variabel Penelitian ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Instrumen Penelitian ... 37

G. Uji Coba Instrumen ... 39

H. Teknik Analisis Data ... 45

I. Hipotesis Statistik ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil Penelitian ... 50

1. Hasil Analisis ... 54

a. Hasil Uji Prasyarat Analisis ... 54

1) Uji Normalitas ... ... 54

2) Uji Homogenitas ... ... 55

b. Hasil Uji Hipotesis ... 55

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

C. Keterbatasan Penelitian ……….. 59

BAB V PENUTUP ... 60

A. Kesimpulan ... 60


(9)

(10)

vi

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 35

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes ... 38

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 40

Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas ... 42

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes ... 42

Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal ... 43

Tabel 3.7 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 43

Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda ... 44

Tabel 3.9 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal ... 44

Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Hasil Pretest dan PosttestKelas Eksperimen dan Kelas Kotrol... 50

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest - Posttest ... 54

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest - Posttest ... 55


(11)

vii

Gambar 4.1 Diagram Persentase Data Pretest Berdasarkan Jenjang Kognitif Pemahaman Konsep Siswa ... 51 Gambar 4.2 Diagram Persentase Data Posttest Berdasarkan Jenjang Kognitif

Pemahaman Konsep Siswa ... 52 Gambar 4.3 Diagram Persentase Pretest dan Posttest Berdasarkan Jenjang

Kognitif Pemahaman Konsep Siswa Kelas Eksperimen dan


(12)

viii ABSTRAK

Miftahul Jannah 109018300045, “Pengaruh Metode Eksperimen Verifikasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Konsep Benda Dan Sifatnya (Quasi

Eksperimen)”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Jurusan Kependidikan Islam, Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode eksperimen verifikasi terhadap hasil belajar siswa kelas V pada konsep benda dan sifatnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan di MI. Tarbiyah Al-Islamiyah Jakarta. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang berjumlah 34 siswa dan kelompok kontrol yang juga berjumlah 34 siswa. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diajarkan dengan metode eksperimen verifikasi, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang diajarkan dengan metode demonstrasi. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 25 soal. Berdasarkan analisis data dengan uji-t yang dilakukan pada taraf kepercayaan 95% diperoleh hasil thitung > ttabel (9,26 > 2,00). Jadi dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen verifikasi berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Metode Eksperimen Verifikasi, hasil belajar siswa


(13)

ix ABSTRACT

Miftahul Jannah 109018300045, “The Effect of Method Experiment Verification Approach Against Student Result Class V on the concept of benda dan sifatnya

(quasi experiment)”. Thesis, Learning Assistance Program for Islamic

Elementary Schools, Departement of Islamic Education, Fakulty of Tarbiyah and Teachers Training State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta The aims of this research is to determine the effect of Method Experiment Verification approach Againts Student Result Class V on the concept of benda dan sifatnya. The method of research used quasi experiments. The research was conducted at Elementary schools Tarbiyah Al-Islamiyah Jakarta. The sample in this study consisted of two groups: experimental groups totaling 34 students and a control group totaling 34 students too. The experimental group was taught to approach the method experiment, whereas the control group was taught to approach the method demonstration. The research instrument used was a test

instrument. Based on data analysis using the “t-test” with performed on a 95% confidence level indicates that the learning outcomes of students who were taught science approach to method experimen tvalues > ttable ( 9.26 > 2.00). It can be

concluded that there was a significant effect between method exsperiment approach of student learning outcomes.


(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dapat menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Pengajaran bertugas mengarahkan proses pendidikan agar sasaran dari pendidikan dapat tercapai sesuai dengan apa yang diinginkan. Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan secara tahap demi tahap.1 Tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju ke depan.

Sekolah Dasar sebagai tahap pertama dari program pendidikan dasar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah. Pada tingkat sekolah dasar siswa diharapkan memiliki kemampuan dasar terutama memiliki kecakapan membaca, menulis, berhitung serta pengetahuan dan keterampilan dasar lainnya. Untuk memperoleh kemampuan dasar itu semua maka diperlukannya proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran harus ditentukan tujuan pembelajaran agar proses pembelajaran yang telah dilaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan.

IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa di sekolah dasar. IPA merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. IPA juga berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Hal ini menunjukkan bahwa hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik, faktual dan sistematis dalam rangka melatih kemampuan berpikir logis dan sistematis siswa tentang bagaimana cara produk sains ditemukan. Maka dari itu, pembelajaran IPA sangat perlu diajarkan di sekolah dasar agar siswa memiliki

1


(15)

sikap logis, kritis dan sistematis dalam menemukan fakta-fakta dan konsep-konsep dari IPA itu sendiri. Dengan adanya pelajaran IPA ini diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.2

IPA merupakan ilmu pasti yang harus diuji kebenarannya. Di dalam pembelajarannya, IPA seharusnya dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran yang melibatkan peserta didik. Dengan melibatkan peserta didik diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir logis dan sistematis serta memberi pengalaman pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Sehingga tercapailah tujuan pelajaran IPA yang diharapkan serta tercapai pula keberhasilan belajarnya. Oleh karena itu, pengajaran IPA di sekolah dasar perlu diajarkan dengan menekankan pemberian pengalaman langsung melalui penggunaan keterampilan proses dan sikap ilmiah yang tentunya harus didukung dengan berbagai sarana dan prasarana serta metode yang bervariasi.

Kenyataan di sekolah pengajaran IPA masih belum menggunakan metode yang bervariasi karena minimnya peralatan dan terlalu sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja. Pada umumnya materi pembelajaran IPA membutuhkan suatu pembuktian agar siswa tahu bagaimana proses konsep IPA itu ditemukan. Hal inilah yang menyebabkan hasil pembelajaran IPA masih belum maksimal. Seharusnya di dalam pembelajaran, siswa harus melakukan sebuah percobaan secara langsung agar ia bisa menemukan sendiri tentang pengetahuan dari teori-teori IPA. Namun, karena ketidaktersediaan peralatan yang ada di sekolahlah yang menyebabkan siswa tidak melakukan percobaan. Akibatnya guru menyampaikan pembelajaran lebih banyak menggunakan pendekatan ekspositoris yakni siswa hanya dijejali dengan

2

Poppy Kamalia Devi, Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA untuk Guru SMP, Modul diakses dari

http://www.p4tkipa.net/modul/Tahun2010/BERMUTU/MGMP/Keterampilan%20Proses %20dalam%20Pembelajaran%20IPA.pdf pada tanggal 01 Februari 2013 pukul 15.34 WIB, hlm. 2


(16)

konsep tanpa praktikum. Padahal, ada beberapa KD IPA di sekolah dasar yang membutuhkan penalaran dan pembuktian konsep/teori dari IPA itu sendiri.

Kenyataan lain yang ditemukan dalam pembelajaran IPA di sekolah adalah pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif dan kurang kreatif. Apalagi proses pembelajaran saat ini dituntut harus aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan. Selain itu, pembelajaran IPA di kelas belum bersifat konstruktif yakni pembelajaran masih berupa teoritis sehingga pembelajaran IPA bersifat abstrak dan siswa sulit memahaminya. Hal itu juga yang menyebabkan pembelajaran menjadi tidak menarik dan membosankan. Pembelajaran IPA seharusnya bersifat konkrit, sehingga membutuhkan suatu pembuktian. Pembuktian dalam IPA dapat dilakukan dengan menggunakan media, pendemonstrasian, dan pengeksperimenan.

Selain itu juga, masalah yang terjadi dalam pembelajaran IPA di kelas adalah guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai objek, keadaan atau proses tertentu. Ini menandakan bahwa dalam pembelajaran IPA siswa tidak mencoba belajar melalui pengalaman dengan melakukan pengamatan. Padahal pada pembelajaran IPA siswa dihadapkan pada peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga pembelajaran yang diberikan harus lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya dapat lebih dipertanggung jawabkan. Dengan demikian permasalahan yang terjadi dan dihadapi pada dunia pendidikan ini khususnya pelajaran IPA adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang diberikan belum sepenuhnya maksimal. Akibatnya hasil belajar IPA siswa rendah.

Salah satu metode yang tepat dalam mengatasi ini permasalahan-permasalahan di atas adalah metode eksperimen verifikasi. Metode eksperimen verifikasi adalah cara belajar yang melibatkan peserta didik untuk melakukan percobaan secara sederhana. Dengan metode ini peserta didik mengalami dan membuktikan sendiri hasil percobaannya itu karena pada umumnya materi pembelajaran IPA membutuhkan pembuktian dan pengalaman nyata bagi siswa


(17)

dalam mempelajarinya. Selain itu, metode eksperimen verifikasi mampu memberikan kondisi belajar yang tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kreatifitas siswa secara optimal. Ini berarti bahwa metode ini lebih mendorong siswa untuk secara bebas dan kreatif, siswa juga menjadi aktif bukan pasif dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan karakteristik dari metode eksperimen tersebut, maka salah satu konsep yang cocok untuk diterapkan dengan menggunakan metode eksperimen verifikasi adalah konsep benda dan sifatnya di kelas 5. Di SD konsep benda dan sifatnya terbagi menjadi dua yaitu berdasarkan wujudnya dan berdasarkan sifatnya. Konsep benda dan sifatnya ini ada di setiap jenjang kelas namun di setiap jenjang kelas tersebut memiliki standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berbeda-beda. Standar kompetensi dan kompetensi dasar itulah yang harus dicapai oleh guru dalam menyampaikan mata pelajaran IPA. Konsep benda dan sifatnya yang menekankan pada wujud benda salah satunya ada di kelas 4, di mana standar kompetensinya adalah memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda kemudian kompetensi dasarnya adalah siswa mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas kemudian mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair, padat, dan gas. Berdasarkan pengamatan peneliti di sekolah, peneliti tidak menemukan kesulitan siswa dalam memahami konsep tersebut. Berbeda dengan kelas 5, konsep benda dan sifatnya ini menekankan pada sifat benda di mana standar kompetensinya adalah memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses kemudian kompetensi dasarnya adalah mendeskripsikan hubungan antara sifat bahan dengan bahan penyusunnya misalnya benang, kain, kertas serta menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap. Berdasarkan pengamatan peneliti di sekolah, peneliti menemukan kesulitan siswa dalam memahami konsep tersebut sehingga peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di kelas 5 yaitu dengan menggunakan metode eksperimen verifikasi.

Dengan penggunaan metode eksperimen verifikasi ini diharapkan siswa mampu menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan yang dihadapi


(18)

dengan melakukan percobaan sendiri. Selain itu siswa dapat terlatih dalam berpikir ilmiah. Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari konsep yang dipelajari, sehingga pembelajaran pun menjadi lebih menarik dan siswa memiliki pengalaman yang lebih bermakna.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Eksperimen Verifikasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Konsep Benda dan Sifatnya”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diidentifikasikan beberapa masalah penting, di antaranya adalah :

1. Pembelajaran IPA masih berpusat pada guru bukan peserta didik.

2. Di dalam pengajarannya siswa tidak diberi pengalaman langsung sehingga menganggap mata pelajaran IPA adalah abstrak dan sulit dipahami.

3. Metode mengajar yang digunakan belum bervariasi yakni hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja.

4. Hasil belajar siswa masih belum maksimal.

5. Pembelajaran masih belum menantang dan merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

6. Pembelajaran belum bersifat konstruktif.

7. Ketidaktersediaan alat untuk melakukan praktikum/percobaan.

8. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti atau proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek.

C. Pembatasan Masalah

Dari berbagai permasalahan yang muncul, dalam hal ini perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti yaitu pada :

1. Metode pembelajaran IPA yang membuat siswa aktif adalah dengan menggunakan metode eksperimen verifikasi.


(19)

2. Hasil belajar yang akan diukur adalah pada ranah kognitif dari tingkat mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3).

3. Penelitian ini dilakukan di kelas V pada konsep hubungan sifat bahan dengan bahan penyusunnya dan perubahan sifat benda baik perubahan sifat yang sementara maupun tetap.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi dan dibatasi sebagaimana di atas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah

”Apakah terdapat pengaruh metode eksperimen verifikasi terhadap hasil belajar siswa kelas V pada konsep benda dan sifatnya?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode eksperimen verifikasi terhadap penilaian hasil belajar siswa kelas V pada konsep benda dan sifatnya.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun manfaat yang diharapkan adalah:

1. Dengan menggunakan metode eksperimen, siswa diharapkan termotivasi belajar IPA secara lebih lanjut kemudian konsep terbentuk kuat sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.

2. Menjadikan salah satu metode alternatif bagi guru dalam menyampaikan pembelajaran IPA yang memberikan pengalaman langsung serta dapat memperkuat konsep IPA pada diri siswa.


(20)

7

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

1. Hakikat Metode Eksperimen a. Pengertian Metode Eksperimen

Metode secara harfiah berarti „cara’. Dalam pemakaian yang umum,

metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.1 Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.2 Dalam kegiatan belajar mengajar metode diperlukan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Metode eksperimen merupakan salah satu metode pengajaran, dalam pembelajarannya siswa melakukan percobaan untuk menemukan sebuah jawaban dari sebuah gejala/peristiwa yang terjadi. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri bahwa metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktik7an sendiri sesuatu yang dipelajari.3

Menurut Roestiyah metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.4 Sama halnya dengan pengertian metode eksperimen menurut Udin S.Winataputra mengemukakan bahwa metode eksperimen merupakan metode mengajar dalam penyajian atau pembahasan

1

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), hlm. 55

2

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), hlm. 53

3

Ibid,. hlm. 95

4

Roestiyah dan Yumiati Suharto, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bina Aksara, 1985), hlm. 80


(21)

materinya melalui percobaan atau mencobakan sesuatu serta mengamati secara proses.5 Begitu pula menurut Nuryani Rustaman metode eksperimen adalah suatu metode mengajar yang melibatkan guru bersama siswa mencoba mengerjakan sesuatu dan mencoba mengamati proses dan hasil percobaan itu.6

Menurut Noehi Nasution metode eksperimen adalah metode yang banyak digunakan dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam. Eksperimen atau percobaan yang dilakukan tidak selalu harus dilaksanakan di dalam laboratorium tetapi dapat dilakukan pada alam sekitar.7

Dengan demikian dapat disimpulkan metode eksperimen adalah sebuah metode pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk melakukan sebuah percobaan tentang sesuatu hal. Metode eksperimen ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses sesuatu dengan dibantu dengan alat dan bahan tertentu. Dengan begitu siswa akan terlatih dan memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap ilmiahnya.

b. Metode Eksperimen dalam Pembelajaran

Penggunaan metode eksperimen ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Dengan eksperimen ini siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.

Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :8

a. Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi setiap siswa.

5

Udin S.Winataputra, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), hlm. 4.19

6

Nuryani Rustaman,dkk, Strategi Pembelajaran Biologi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm. 4.20

7

Noehi Nasution, Pendidikan IPA di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka,2005), hlm. 5.17

8


(22)

b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.

c. Kemudian dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.

d. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu. e. Perlu dimengerti juga bahwa tidak semua masalah bisa dieksperimenkan,

seperti masalah yang mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada.

Bila siswa akan melaksanakan suatu eksperimen perlu memperhatikan prosedur sebagai berikut:9

a. Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen.

b. Kepada siswa perlu diterangkan pula tentang;

(1) Alat-alat serta bahan-bahan yang akan digunakan dalam percobaan. (2) Agar tidak mengalami kegagalan siswa perlu mengetahui variabel-

variabel yang harus dikontrol dengan ketat.

(3) Urutan yang akan ditempuh sewaktu eksperimen berlangsung. (4) Seluruh proses atau hal-hal yang penting saja yang akan dicatat.

(5) Perlu menetapkan bentuk catatan atau laporan berupa uraian, perhitungan, grafik dan sebagainya.

9


(23)

c. Selama eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.

d. Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan ke kelas dan mengevaluasi dengan tes atau sekedar tanya jawab.

Dalam menggunakan metode eksperimen, agar memperoleh hasil yang diharapkan, terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu :10

1. Persiapan Eksperimen

Persiapan yang matang mutlak diperlukan, agar memperoleh hasil yang diharapkan, terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu:

a. Menetapkan tujuan eksperimen

b. Mempersiapkan berbagai alat atau bahan yang diperlukan c. Mempersiapkan tempat eksperimen

d. Mempertimbangkan jumlah siswa dengan alat atau bahan yang ada serta daya tampung eksperimen

e. Mempertimbangkan apakah dilaksanakan sekaligus (serentak seluruh siswa atau secara bergiliran)

f. Perhatikan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindari resiko yang merugikan dan berbahagia.

g. Berikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapan-tahapan yang harus dilakukan siswa, yang termasuk dilarang atau membahayakan.

2. Pelaksanaan Eksperimen

Setelah semua persiapan kegiatan selanjutnya adalah sebagai berikut: a. Siswa memulai percobaan, pada saat siswa melakukan percobaan, guru

mendekati untuk mengamati proses percobaan dan memberikan dorongan dan

10

Dhia Suprianti, Penggunaan Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran IPA diakses dari http://dhiasuprianti.wordpress.com/penggunaan-metode-eksperimen-dalam-pembelajaran-ipa/ pada tanggal 03 Feb 2013 pukul 06.52 WIB.


(24)

bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehingga eksperimen tersebut dapat diselesaikan dan berhasil.

b. Selama eksperimen berlangsung, guru hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan sehingga apabila terjadi hal-hal yang menghambat dapat segera terselesaikan.

3. Tindak lanjut Eksperimen

Setelah eksperimen dilakukan, kegiatan-kegiatan selanjutnya adalah sebagai berikut:

a. Siswa mengumpulkan laporan eksperimen untuk diperiksa guru.

b. Mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen, memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan peralatan yang digunakan.

Tiga langkah utama dalam merancang eksperimen menurut Ratna Wilis Dahar adalah sebagai berikut :11

a. Merumuskan dengan jelas tujuan dan rencana penelitian yang secara singkat dikenal sebagai merumuskan masalah.

b. Mengusulkan satu atau lebih alternatif kesimpulan yag mungkin berupa kalimat yang disebut hipotesis.

c. Merancang langkah-langkah eksperimen yaitu sederetan observasi atau pengamatan yang direncanakan pada kondisi tertentu dalam rangka menguji satu atau lebih hipotesis yang dikemukakan.

Menurut Noehi Nasution langkah-langkah metode eksperimen meliputi :12 a. Menjelaskan tujuan dan harapan yang ingin dicapai

b. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan c. Menjelaskan tahap-tahap kegiatan

d. Menjelaskan apa saja yang perlu diamati, dicatat, dan semua hal tersebut di atas tertuang dalam suatu buku petunjuk eksperimen

e. Menarik kesimpulan

11

Ratna Wilis Dahar dan Liliasari, Interaksi Belajar Mengajar IPA, (Jakarta: Universitas Terbuka,1986), hlm. 57

12


(25)

Menurut Udin S. Winataputra langkah-langkah metode eksperimen adalah sebagai berikut:13

a. Mempersiapkan alat dan bahan

b. Memberi informasi dan petunjuk tentang tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam eksperimen

c. Pelaksanaan eksperimen dengan menggunakan lembar kerja atau pedoman eksperimen yang disusun secara sistematis

d. Penguatan perolehan temuan-temuan eksperimen yang dilakukan dengan diskusi, tanya jawab, dan atau tugas.

e. Memberi kesimpulan

Langkah-langkah metode eksperimen menurut Usman Basyirudin yaitu :14 a. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan dan peralatan yang dibutuhkan b. Usahakan siswa terlibat secara langsung sewaktu mengadakan eksperimen c. Sebelum dilakukan eksperimen, siswa terlebih dahulu diberikan penjelasan

dan petunjuk-petunjuk seperlunya

d. Lakukan pengelompokkan atau masing-masing individu mengerjakan percobaan–percobaan yang telah direncanakan, dan bila hasilnya belum memuaskan dapat dilakukan eksperimen ulangan untuk membuktikan kebenarannya

e. Setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil percobaanya secara tertulis.

Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng meliputi tahap-tahap sebagai berikut :15

a. Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.

13

Udin S Winataputra, op,cit, hlm. 4.19

14

Usman Basyirudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers. 2002), hlm. 47

15

Rama Cahyati, Strategi Pembelajaran Eksperimen diakses dari http://ramacahyati8910.wordpress.com/2012/11/15/strategi-pembelajaran-eksperimen/ pada tanggal 14 Feb 2013 pukul 21.19 WIB.


(26)

b. Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.

c. Hipotesis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya.

d. Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya.

e. Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.

Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas dapat dikaji langkah-langkah yang akan dilakukan dalam eksperimen adalah sebagai berikut :

1) Guru menjelaskan tentang eksperimen kepada siswa.

2) Guru menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai.

3) Sebelum eksperimen berlangsung guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.

4) Masing-masing kelompok mengambil alat yang telah disiapkan guru.

5) Guru membahas dan memastikan siswa memahami langkah-langkah yang harus ditempuh dalam percobaan.

6) Siswa melakukan percobaan di dalam kelompok.

7) Guru mengawasi kegiatan selama siswa melakukan percobaan. 8) Tiap kelompok mencatat hasil percobaan.

9) Di dalam kelompok siswa membuat kesimpulan.

10) Setiap kelompok menyampaikan hasil percobaan secara klasikal.

11) Selama kegiatan presentasi hasil belajar berlangsung kelompok lain mendengarkan, memberi masukan, atau bertanya.

12) Guru dan siswa menyimpulkan dan mengkonfirmasi hasil percobaan dari semua kelompok untuk mengecek keakuratan informasi yang disimpulkan dari percobaan.

Langkah-langkah tersebut dilaksanakan pada kegiatan inti dalam pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian. Dengan mengikuti langkah-langkah


(27)

metode eksperimen tersebut akan menunjang keberhasilan proses pembelajaran dengan metode eksperimen.

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen

Berikut ini merupakan kelebihan dan kelemahan dari metode eksperimen. Adapun kelebihan metode eksperimen adalah sebagai berikut:16

1) Siswa dirangsang berpikir kritis, tekun, jujur, mau bekerja sama terbuka, dan objektif.

2) Siswa dirangsang untuk memiliki keterampilan proses sains seperti mengamati, menginterpretasi, mengelompokkan, mengajukan pertanyaan,

merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan,

mengkomunikasikan, dan melakukan ekperimen.

3) Siswa belajar secara konstruktif tidak bersifat hafalan, sehingga pemahamannya terhadap suatu konsep bersifat mendalam dan bertahan lama. 4) Siswa ditempatkan pada situasi belajar yang penuh tantangan, sehingga tidak

mudah bosan.

5) Siswa konsentrasinya terarahkan pada kegiatan pembelajaran. 6) Siswa lebih mudah memahami suatu konsep yang bersifat abstrak.

Adapun kelemahan metode eksperimen di antaranya sebagai berikut: 1) Memerlukan waktu yang relatif lama.

2) Memerlukan alat dan bahan yang cukup dan terkadang sulit ditemukan atau mahal harganya.

3) Guru harus membuat perencanaan kegiatan eksperimen yang matang. Hal ini menuntut guru menguasai konsep yang akan diuji atau dibuktikan dalam kegiatan eksperimen.

4) Siswa dituntut terlebih dahulu memiliki landasan berpikir, sehingga mengetahui secara jelas tujuannya melakukan eksperimen dan kesimpulan yang diambilya relevan dengan konsep yang sedang diuji.

16

Zulfiani,dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), hlm. 104


(28)

5) Cenderung memerlukan ruang khusus (laboratorium), untuk lebih leluasa melakukan eksperimen.

2. Hasil Belajar IPA

a. Pengertian Hasil Belajar IPA

Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu-ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.17

IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler yang dikutip oleh Usman Samatowa dalam Winataputra hawa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu system, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak haya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yag sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.

IPA berfaedah bagi suatu bangsa. Kesejahteraan suatu bangsa banyak sekali tergantung kepada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi. Suatu teknologi tidak akan berkembang pesat jika

17

Usman Samatowa, Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT.Indeks, 2010), hlm. 3


(29)

tidak didasari pengetahuan dasar yang memadai. Sedangkan pengetahuan dasar untuk teknologi adalah IPA.18

IPA melatih anak berpikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat. Objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataan atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indera.

Dari pernyataan di atas, terlihat dengan jelas bahwa pelajaran IPA memiliki peranan penting dalam menumbuhkan kemampuan berfikir logis dalam memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan. Pembelajaran IPA di sekolah dasar sangatlah penting diberikan agar peserta didik dapat mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, teknologi, dan lingkungan. Dengan IPA pula peserta didik dapat mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan tujuan yang telah disebutkan di atas tergambar dengan jelas bahwa arah dan orientasi pembelajaran IPA adalah mengarahkan siswa untuk mampu mengembangkan segala pengetahuan yang dimiliki untuk memelihara dirinya sendiri, lingkungan serta jagad raya ini. Untuk menilai ketercapaian semua tujuan tersebut, dibutuhkan suatu bukti yang menunjukkan tingkat penguasaan siswa terhadap konsep IPA yang telah diberikan. Bukti tersebut dapat ditunjukkan dengan pencapaian hasil belajar yang diperoleh siswa setelah melewati serangkaian kegiatan belajar.

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya yakni ”hasil” dan ”belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk

pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.19 Sedangkan pengertian belajar menurut Muhibbin Syah belajar adalah kegiatan yang berproses dan

18

ibid., hlm. 4

19


(30)

merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.20 Sedangkan menurut Alex Sobur belajar dapat diartikan sebagai perubahan perilaku yang relatif tetap sebagai hasil adanya pengalaman.21 Sejalan dengan pendapat Alex, pengertian belajar menurut Iskandarwassid adalah proses perubahan tingkah laku pada peserta didik akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya melalui pengalaman dan latihan.22 Pengertian belajar memang selalu berkaitan dengan perubahan, baik yang meliputi keseluruhan tingkah laku individu maupun yang hanya terjadi pada aspek dari kepribadian individu. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Jadi hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan individu (manusia) berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.

Sementara itu, menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.23 Hasil belajar menurut Purwanto seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan.24 Jadi hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar antara guru dengan siswa yang diakhiri dengan proses evaluasi yang hasilnya itulah merupakan hasil belajar siswa selama menerima pembelajaran.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan bukti pencapaian kemampuan belajar yang diperoleh siswa setelah melalui serangkaian kegiatan pembelajaran, yang bertujuan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Sedangkan IPA adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir

20

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Deangan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet.15 hlm. 87

21

Alex sobur, Psikologi Umum, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2003), hlm. 218

22

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 5

23

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 22

24


(31)

logis dan sistematis dalam memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi, Hasil belajar IPA adalah bukti pencapaian pemahaman terhadap konsep-konsep IPA yang diperoleh siswa setelah melalui proses pembelajaran.

b. Jenis-Jenis Hasil Belajar

Howard kingsley membagi tiga jenis hasil belajar, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris.25 Dalam bukunya, Muhibbin Syah membagi hasil belajar kedalam tiga ranah sebagai berikut:26

1) Ranah cipta (kognitif), terdiri dari: pengamatan, ingatan, pemahaman, penerapan, analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti), sintesis (membuat paduan baru dan utuh).

2) Ranah rasa (afektif), terdiri dari: penerimaan, sambutan, apresiasi (sikap menghargai), internalisasi (pendalaman), karakterisasi (penghayatan).

3) Ranah karsa (psikomotorik), terdiri dari: keterampilan bergerak dan bertindak, dan kecakapan ekspresi verbal dan non verbal.

Dalam dunia pendidikan di Indonesia jenis-jenis hasil belajar yang paling dikenal dan paling sering digunakan adalah jenis-jenis belajar yang dikemukakan oleh Benyamin S. Bloom atau yang sering dikenal dengan “Taksonomi Bloom”. Benyamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokkan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu pada tiga domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: ranah proses berpikir (cognitive domain), ranah nilai atau sikap (affaective domain), ranah keterampilan (psychomotor domain).27

25

Nana Sudjana, loc.cit. 26

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Deangan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 16 hlm. 148-150

27

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), Cet.11 hlm. 49


(32)

Menurut Bloom ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurutnya, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.28 Domain kognitif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan perkembagannya dari persepsi, intropeksi, atau memori siswa.29 Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni:30

1) Pengetahuan atau ingatan; istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge daalm taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual.

2) Pemahaman; tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya.

3) Aplikasi; penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.

4) Analisis; usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya atau susunannya.

5) Sintesis; penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh.

6) Evaluasi; pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, materi, dll.

Pada abad ke-21, Anderson dan Kratwohl menganggap bahwa taksonomi kognitif Bloom sudah kurang relevan dengan tuntutan jaman. Anderson dan Kratwohl sepakat untuk membuat sebuah tim untuk merevisi taksonomi kognitif

28

Anas Sudijono, op.cit, hlm. 49-50

29

Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 75

30


(33)

Bloom. Berikut perubahan taksonomi Bloom taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Anderson dan Kratwohl:31

No. Sebelum Direvisi Setelah Direvisi

1. Pengetahuan Mengingat (remember)

2. Pemahaman Memahami (understand)

3. Penerapan Menerapkan (apply)

4. Analisis Menganalisis (analyze)

5. Sintesis Mengevaluasi (evaluate)

6. Evaluasi Menciptakan (create)

Sehingga taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan Kratwohl yakni:32

1) Mengingat (remember); merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan.

2) Memahami (understand); berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.

3) Menerapkan (apply); menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan masalah.

4) Menganalisis (analyze); memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan.

31

Zulfiani, op.cit, hlm. 66

32

Imam Gunawan dan Anggarini Retno Palupi, Taksonomi Bloom- Revisi Ranah Kognitif: Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Penilaian, diakses dari

http://www.ikippgrimadiun.ac.id/ejournal/sites/default/files/2_Imamgun%20&%20Anggarini_Tak sonomi%20Bloom%20%E2%80%93%20Revisi%20Ranah%20Kognitif%20Kerangka%20Landas an%20untuk%20Pembelajaran,%20Pengajaran,%20&%20Penilaian.pdf


(34)

5) Mengevaluasi (evaluate); memberikan penilaian berdasarkan criteria dan standar yang sudah ada.

6) Menciptakan (create); meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru.

Sementara itu ranah afektif adalah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, yang terdiri dari lima aspek, yaitu:33

1) Menerima atau memperhatikan; kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.

2) Menanggapi; kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.

3) Menghargai; memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.

4) Mengatur atau mengorganisasikan; merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain. Jadi mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal.

5) Karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai; keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

Sedangkan untuk ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.34 Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:35

1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

33

Anas Sudijono, op.cit, hlm. 54-56

34

ibid, hlm. 57

35


(35)

3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan 5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks

6) Kemampuan yag berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif

Dari berbagai penjelasan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hasil belajar tidak dapat hanya diukur dengan menggunakan aspek pengetahuan saja, melainkan harus melibatkan segala aspek perubahan tingkah laku, baik secara intelektual, fisik, dan psikologis.

c. Jenis Alat Penilaian Hasil Belajar IPA

Secara garis besar, metode evaluasi dalam pendidikan dapat dibedakan menjadi dua macam bentuk, yaitu tes dan nontes.36 Kedua macam bentuk tersebut digunakan untuk mengukur ketercapaian hasil belajar IPA. Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee.37 Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).38 Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

36

Sukardi, op.cit, hlm. 11

37

Anas Sudijono, op.cit, hlm. 67

38


(36)

Sedangkan alat penilaian nontes digunakan untuk mengevaluasi penampilan dan aspek-aspek belajar afektif siswa.39 Dengan teknik nontes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket (questionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis).40 Teknik nontes ini pada umumnya memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective domain), dan ranah keterampilan psychomotoric domain).

Kedua bentuk alat penilaian di atas sangat tepat digunakan untuk mengukur ketercapaian dalam pelajaran IPA. Para guru harus mengetahui bahwa tidak semua materi pelajaran dapat diukur dengan menggunakan tes, tetapi ada beberapa materi tertentu yang hanya dapat diukur dengan menggunakan teknik non tes.

d. Fungsi dan Tujuan Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil- hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan dan efisiennya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat dari proses.

Sejalan dengan pengertian di atas maka penilaian berfungsi sebagai berikut:41

1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan tujuan instruksional.

39

Sukardi, loc.cit. 40

Anas Sudijono, op.cit, hlm. 76

41


(37)

2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru,dll.

3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

Sedangkan tujuan penilaian adalah sebagai berikut:

1) Mendeskripsikan kecakapan para siswa, sehingga diketahui berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.

2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran disekolah, yakni seberapa jauh keefektifannnya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.

3) Menentukan tidak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya.

4) Memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Menurut Sukardi dalam bukunya evaluasi pendidikan mengatakan evaluasi juga mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut:42

1) Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru.

2) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.

3) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.

4) Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa. 5) Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.

42


(38)

6) Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa. Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan belajar yang telah dilakukan.

3. Materi Pembelajaran Benda dan Sifatnya a. Sifat Bahan dengan Bahan Penyusunnya

Sifat suatu bahan tergantung dari penyusunnya. Sifat-sifat bahan meliputi kekuatan, kelenturan, ketahanan terhadap air atau api, hangat, halus atau kasar, dan juga kekakuan. Suatu benda dibuat berdasarkan sifat-sifat bahan tersebut. 1. Benang

Benang adalah tali halus yang dipintal dari kapas atau bahan sintetis (buatan). Sifat benang tergantung dari bahan penyusunnya. Benang yang dibuat dari kapas umumnya lebih kuat daripada benang nilon. Ada bermacam-macam jenis benang. Benang tersebut dibuat untuk tujuan tertentu. Benang untuk menjahit tidak sama dengan benang untuk membuat sulaman. Demikian juga benang untuk menyulam tidak sama dengan benang untuk menerbangkan layang-layang.

2. Kain

Kain terbuat dari serat. Serat-serat ini dipintal membentuk benang. Benang kemudian ditenun untuk dijadikan kain. Serat ada dua macam, yaitu serat alami dan serat sintetis. Serat alami berasal dari tumbuhan maupun hewan. Serat tumbuhan diperoleh dari kapas, kapuk, dan kulit batang rami. Serat kapas memiliki sifat yang lentur, lembut, serta mudah menyerap air. Oleh karena itu, serat dari bahan kapas banyak digunakan untuk membuat pakaian. Pakaian dari bahan kapas relatif nyaman dikenakan karena mudah menyerap keringat. Kain dari bahan kapas disebut kain katun. Serat kapuk memiliki sifat yang kuat, lentur, dan mudah menyerap air. Serat kapuk cenderung lebih kuat jika dibanding serat kapas. Akan tetapi, serat kapuk kurang halus sehingga jarang digunakan untuk membuat pakaian. Serat kapuk dimanfaatkan untuk membuat perabotan rumah


(39)

tangga misalnya kaos kaki, kasur, dan sumbu kompor. Serat dari kulit batang rami merupakan serat yang sangat kuat. Serat rami sangat kasar dan kaku. Oleh karena itu, serat rami sangat jarang digunakan sebagai bahan pakaian. Sifat serat yang kuat ini digunakan untuk membuat karung, misalnya karung beras. Serat alami hewan diperoleh dari bulu binatang misalnya kambing, biri-biri, maupun unta. Bulu-bulu ini harus diolah terlebih dahulu sebelum dipintal dan ditenun. Serat yang dihasilkan dari pengolahan bulu-bulu hewan disebut serat wol. Sifat serat wol yang dihasilkan tergantung jenis hewan yang diambil bulunya. Serat wol kasar digunakan sebagai bahan pembuat selimut maupun karpet. Sementara itu, serat wol halus digunakan sebagai bahan pakaian. Wol memiliki sifat yang mudah menyerap air, halus, dan terasa hangat saat dipakai. Oleh karena itu, pakaian dari serta wol cocok digunakan di daerah yang bersuhu dingin. Serat juga dapat diperoleh dari kepompong ulat sutra yang disebut serat sutra. Kain sutra mempunyai sifat yang kuat dan sangat halus. Serat sintetis diperoleh dengan mengolah bahan plastik. Bahan pakaian yang terbuat dari bahan serat sintetis diantaranya nilon dan polyester. Pakaian yang terbuat dari serat sintetis memiliki sifat, antara lain tidak mudah kusut, kuat, tetapi tidak nyaman dipakai dan tidak menyerap keringat. Selain itu, terdapat pula beberapa kain yang dilapisi dammar sehingga kedap air. Kain-kain seperti ini digunakan sebagai bahan untuk membuat jas hujan, parasut, karpet, serta tenda.

3. Kertas

Kayu merupakan bahan dasar pembuatan kertas. Kayu dapat dibuat kertas karena memiliki serat selulosa yang kuat. Tumbuhan yang umumnya digunakan sebagai bahan pembuat kertas adalah pinus dan cemara, ada juga kertas yang dibuat dari serat kapas, umumnya lebih mahal karena teksturnya lebih halus. Berbagai jenis kertas memiliki sifat dan kekuatan yang berbeda. Pada umumnya, kertas memiliki sifat mudah menyerap air dan cenderung mudah sobek. Saat ini pengolahan kertas melibatkan bahan-bahan lain sehingga mempunyai sifat yang berbeda. Misalnya untuk memperoleh kertas tahan air, lapisan lilin atau plastik ditambahkan pada permukaannya. Kertas juga dibuat lebih tebal dan padat agar tidak mudah sobek.


(40)

Beberapa contoh kertas yang sering kita gunakan di antaranya kertas HVS, manila, karton, dan kertas minyak. Kertas-kertas tersebut memiliki sifat-sifat yang berbeda. Kertas tersebut juga digunakan untuk tujuan yang berbeda. Kertas HVS merupakan kertas tipis yang berwarna putih. Kertas ini digunakan untuk keperluan tulis menulis. Kertas manila cenderung lebih tebal disbanding kertas HVS. Kertas ini digunakan untuk membuat stopmap maupu beberapa kerajinan tangan. Kertas karton merupakan lembaran kertas yang sangat tebal dan kaku. Kertas karton digunakan untuk membuat kardus tempat menyimpan dan mengepak barang-barang. Sementara itu, kertas minyak digunakan untuk membungkus makanan karena sifatnya yang tahan air.

b. Sifat Benda

Setiap benda mempunyai sifat tertentu yang membedakannya dengan benda lain. Sifat benda meliputi bentuk, warna, kelenturan, kekerasan, dan bau. 1. Bentuk

Bentuk benda bermacam-macam. Benda yang berupa bangun datar mempunyai bentuk persegi, persegi panjang, segitiga, dan lingkaran. Benda yang berupa bangun ruang mempunyai bentuk bola, kubus, balok, kerucut, dan tabung.

2. Warna

Setiap benda mempunyai warna. Warna benda juga bermacam-macam. Misalnya batu berwarna hitam, mangga mentah berwarna hijau, dan jeruk matang berwarna kuning atau jingga.

3. Kelenturan

Kelenturan adalah sifat benda yang mudah dilengkungkan. Benda yang bersifat lentur dapat dibengkokkan dan tidak mudah patah.

4. Kekerasan

Kekerasan adalah kemampuan suatu benda untuk menahan goresan. Suatu benda bersifat lebih keras daripada benda lain jika dapat menggores benda tersebut.


(41)

5. Bau

Benda ada yang berbau dan ada yang tidak berbau. Bau benda meliputi harum, busuk, dan amis.

c. Perubahan Sifat Benda dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Benda-benda dapat berubah wujud. Benda padat dapat berubah wujud menjadi benda cair ataupun gas. Demikian juga sebaliknya. Perubahan wujud ini menyebabkan perubahan sifat-sifat benda. Perubahan sifat benda meliputi bentuk, warna, kelenturan, kekerasan, dan baunya.

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sifat benda:

1. Pemanasan

Pemanasan mengakibatkan terjadinya perubahan wujud benda. Es batu yang dipanaskan berubah menjadi cair. Selain es, mentega juga mengalami hal yang sama ketika dipanaskan. Kemudian, pemanasan pada air akan mengakibatkan air berubah wujud menjadi uap air (gas). Jadi, benda padat apabila dipanaskan akan berubah menjadi cair dan benda cair apabila dipanaskan akan berubah menjadi uap air.

2. Pendinginan

Es krim atau es yang sering ditemukan sebenarnya berasal dari bahan-bahan yang berbentuk cairan. Apabila cairan tersebut didinginkan maka akan berubah wujud menjadi padat, yaitu es. Mentega yang dicairkan setelah dipanaskan akan kembali menjadi padat setelah didinginkan. Jadi, pendinginan menyebabkan benda mengalami perubahan wujud. Benda cair akan berubah menjadi benda padat. 3. Pembakaran

Benda yag dibakar akan mengubah bentuk, warna, kelenturan dan bau. Kayu yang dibakar akan berubah menjadi arang. Kertas yang dibakar berubah menjadi abu. Karet yang dibakar akan meleleh, kelenturan karet pun akan hilang dan menyebabkan bau. Oleh karena itu, pembakaran dapat menyebabkan benda mengalami perubahan bentuk, warna, kelenturan dan bau.


(42)

4. Pembusukan

Buah pisang yang telah matang akan membusuk bila dibiarkan selama beberapa hari. Proses pembusukan ini akan mengubah sifat-sifat buah tersebut. Perubahan yang terjadi meliputi kekerasan, bau, dan warnanya. Hal ini terjadi karena buah yang dibiarkan di udara terbuka akan mengalami pembusukkan.

5. Perkaratan

Logam seperti besi, dapat mengalami perkaratan apabila terkena air atau uap air dan dibiarkan dalam waktu yang lama. Besi yang berkarat ditandai dengan berubahnya warna besi dan membuat besi menjadi rapuh. Perkaratan dapat menyebabkan benda mengalami perubahan warna dan kekuatan.

6. Pemuaian

Kaca yang ada di sekitar kita akan mengalami pemuaian. Begitu pula dengan rel kereta api yang lama kelamaan akan mengalami pemuaian. Jadi pemuaian akan mengakibatkan benda mengalami perubahan sifat yaitu pada bentuknya.

d. Macam-macam Perubahan Sifat Benda

Pada dasarnya perubahan sifat benda dapat dibedakan menjadi dua. Sifat perubahan tersebut yaitu perubahan yang bersifat sementara dan perubahan yang bersifat tetap.

1. Perubahan Sifat Benda yang Bersifat Sementara

Perubahan bersifat sementara adalah perubahan benda yang dapat kembali ke wujud semula dan tidak menghasilkan zat baru. Perubahan bersifat sementara disebut juga dengan perubahan fisika. Contoh perubahan yang bersifat sementara yaitu perubahan wujud air menjadi es. Air yang berwujud cair, dapat berubahn menjadi es yang berwujud padat. Perubahan wujud benda dari cair menjadi padat disebut membeku. Es dapat berubah wujud menjadi air kembali jika dipanaskan. /erubahan wujud ini disebut membeku. Perubahan sifat pada benda tersebut bersifat sementara, karena benda dapat kembali ke wujud semula.


(43)

2. Perubahan Sifat Benda yang Bersifat Tetap

Perubahan bersifat tetap adalah perubahan benda yang tidak dapat kembali ke wujud semula. Perubahan ini menghasilkan zat baru. Perubahan bersifat tetap disebut juga dengan perubahan kimia. Contoh perubahan yang bersifat tetap, yaitu perubahan wujud kertas yang dibakar menjadi abu. Abu dari kertas ini tidak dapat berubah kembali menjadi kertas seutuhnya. Oleh karena itu, perubahan yang terjadi pada kertas ini bersifat tetap karena kertas tidak dapat kembali ke wujud semula.


(44)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil-hasil penelitian yang terkait dengan penggunaan metode eksperimen terhadap hasil belajar diantaranya:

1) Immaratul Izzah, mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Syarif

Hidayatullah Jakarta dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Metode Eksperimen”. Hasil penelitian ini menunjukkan ada peningkatan hasil

belajar IPA siswa dengan menggunakan metode eksperimen yakni pada siklus I sebesar 61,81 sedangkan pada siklus II sebesar 66,63 dan siklus III sebesar 85.72 Rata-rata presentase aktivitas siswa pada siklus I adalah 68,18% sedangkan pada siklus II adalah 77,27 sedangkan pada siklus III adalah 85,72% hal ini menunjukan aktivitas siswa meningkat. Dengan demikian upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep energi dan perubahannya dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2) Fitriah, mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Benda dan Sifatnya”. Penelitiannya dilakukan di kelas 4 SDN. Jaya Bakti 02, Bekasi. Konsep Benda dan Sifatnya ini lebih menekankan pada perubahan wujud benda yaitu mencair, membeku, menguap, mengembun, menyublim, mengkristal. Berbeda dengan konsep yang dilakukan peneliti yakni konsep yang diajarkan peneliti menekankan pada sifat bahan berdasarkan penyusunnya dan perubahan yang bersifat sementara dan perubahan bersifat tetap, yang dilakukan di kelas 5 Mi. Tarbiyah Al-Islamiyah Jakarta. Hasil penelitian yang diperoleh oleh Fitriah, menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa yang diajarkan dengan metode eksperimen diperoleh thitung sebesar 3,96 dan ttabel sebesar 1,66. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa.


(45)

3) Siti Fatimah Azzahra, mahasiswi Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Siswa pada

Konsep Laju Reaksi”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil belajar

IPA siswa yang diajarkan dengan metode eksperimen diperoleh thitung sebesar 7,89 dan ttabel sebesar 2,021. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa.

4) Mitih Suarsih, mahasiswi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung dengan judul “Penerapan Metode

Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran IPA Tentang Konsep Sifat-Sifat Benda Di Kelas IV SD”. Penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa dalam pembelajaran sifat-sifat benda. Hal tersebut terbukti oleh tes secara kelompok siklus I mencapai nilai rata-rata 78,33; siklus II yaitu 86,67; dan siklus III yaitu 90.

5) Eva Agustina, mahasiswi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Bandung dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Tentang Sifat Benda Melalui Penerapan Metode Eksperimen”. Dengan penerapan metode eksperimen dapat diperoleh data menunjukkan adanya hasil belajar siswa. Pada siklus I nilai rata-rata siswa yaitu 66,9 dan 17 orang telah mencapai KKM, sedangkan pada siklus II nilai rata-ratanya 78,85 dan semua siswa telah mencapai KKM. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(46)

C. Kerangka Berpikir

Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa. Dalam proses belajar inilah diharapkan sebuah hasil belajar dapat merubah perilaku siswa, seperti dalam bentuk keterampilan, konsep, dan bentuk sikap. Dengan mengetahui hasil dari proses belajar tersebut maka manfaat yang diperoleh adalah mengetahui seberapa besar pemahaman siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Pembelajaran akan terasa kurang efektif apabila hanya guru saja yang berperan aktif, sedangkan siswa hanya diberikan kesempatan untuk mendengarkan penjelasan dari guru. Oleh sebab itu guru harus mampu menciptakan kegiatan belajar mengajar yang efektif, yakni yang dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam mengembangkan daya pikir dan kreatifitasnya. Tujuannya adalah agar siswa dapat mengembangkan bakatnya seperti berpikir kritis, menemukan hal-hal baru dan menciptakan sesuatu yang baru. Dengan demikian hasil belajar siswa akan menjadi lebih baik, karena siswa yang melakukan sendiri proses belajar tersebut, sehingga siswa akan lebih mudah untuk memahami pelajaran IPA. Salah satu metode yang tepat untuk tujuan tersebut adalah metode eksperimen.

Metode eksperimen merupakan metode yang memberikan kondisi belajar yang tepat yakni dapat membuat siswa aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kreatifitas siswa dalam belajar. Di dalam proses pembelajaran metode eksperimen ini melibatkan peserta didik untuk melakukan percobaan secara sederhana. Dengan metode ini peserta didik mengalami dan membuktikan sendiri hasil percobaannya itu, sehingga peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang bermakna. Selain itu dengan menggunakan metode eksperimen siswa terdorong untuk lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran IPA, sehingga pembelajaran yang diberikan lebih faktual, nyata dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Dengan keterlibatan siswa secara langsung dalam mengikuti proses belajar tersebut, membuat ilmu yang didapatnya bertahan lama, sehingga hasil belajarpun meningkat.


(47)

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kerangka teori dan alur berpikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA siswa pada konsep Benda dan Sifatnya.


(48)

35 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan diMI. Tarbiyah Al-Islamiyah Jakarta pada kelas V Semeter Ganjil, tahun pelajaran 2013/ 2014 yaitu pada bulan November 2013.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (Quasi Eksperimen). Pada penelitian ini kelompok uji coba (eksperimen) dan kelompok pembanding (kontrol) tidak dipilih secara acak. Kedua kelompok sudah ada sebelumnya. Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan metode eksperimen verifikasi dan kelompok kedua adalah kelompok kontrol yang diberikan perlakuan dengan metode demonstrasi. Metode ini dipilih karena tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari suatu perlakuan (treatment).

Desain penelitian yang digunakan yaitu Non-Randomize Control Group Pretest and Posttest Design. Rancangan ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas diberikan pretest. Selanjutnya kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan pembelajaran menggunakan metode eksperimen verifikasi, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan dengan metode demonstrasi. Setelah perlakuan, kedua kelas diberikan posttest. Untuk lebih jelasnya desain penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

A T1 X T2


(49)

Keterangan:

A : kelas eksperimen B : kelas kontrol T1 : pemberian pretest T2 : pemberian posttest

X : penerapan metode eksperimen Y : penerapan metode konvensional

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.1 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi MI. Tarbiyah Al-Islamiyah Jakarta Barat. Namun penelitian tidak akan mengambil jumlah populasi secara keseluruhan, melainkan hanya mengambil sampel saja, agar subjek yang diteliti tidak terlalu banyak.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.2 Bila populasinya besar, peneliti tidak mungkin mempelajarinya semua karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana, maka peneliti dapat menggunakan sampel dari populasi tersebut. Adapun sampel yang diteliti dalam penelitian ini berjumlah 68 siswa, yaitu kelas VA yang terdiri dari 34 siswa sebagai kelas kontrol dan kelas VB yang terdiri dari 34 siswa sebagai kelas eksperimen.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu mengambil sampel pada kelas yang tersedia tanpa melakukan random sampling. Berdasarkan teknik tersebut, penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol ditentukan dari hasil tes awal (pretest). Hasil pretest yang rata-ratanya lebih tinggi dijadikan kelas kontrol sedangkan hasil pretest yang rata-ratanya lebih rendah dijadikan kelas eksperimen yaitu kelas yang diberikan perlakuan (treatment).

1

Suharsimi Arikunto , Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2010), Cet. Ke-14, hlm. 173

2


(50)

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah metode eksperimen verifikasi, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dipergunakan untuk memperoleh data yang dipergunakan untuk penelitian. Cara yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah dengan memberikan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Pretest adalah tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan awal sebelum program pembelajaran dilakukan. Posttest adalah tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan akhir setelah program pembelajaran dilakukan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar IPA. Tes hasil belajar IPA berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban yaitu A, B, C, dan D pada konsep benda dan sifatnya. Tes disusun berdasarkan indikator yang disesuaikan dengan KTSP, skor yang digunakan pada pilihan ganda adalah bernilai satu (1) untuk jawaban yang benar dan nol (0) untuk jawaban yang salah.


(51)

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Kompetensi

Dasar Konsep

Indikator Pembelajaran

Tingkatan Kognitif Soal yang Dipakai

% Soal

C1 C2 C3

4.1

Mendeskripsikan hubungan antara sifat bahan dan bahan

penyusunnya misalnya benang, kain, kertas

Sifat Bahan Menjelaskan salah satu sifat bahan dengan bahan

penyusunnya

*1, 4 2, 3 *5, *6 2 4,4%

Mengidentifikasi hubungan antara salah satu sifat bahan dengan bahan

penyusunnya

*7, *9 *8, 10 *11,

*12

4 8,8%

Menyebutkan contoh-contoh dari sifat bahan yang ada di lingkungan sekitar 13, *15 14, *16

17 2 4,4%

4.2

Menyimpul-kan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap Faktor Perubahan Sifat Benda Menjelaskan salah satu dari sifat-sifat benda *18, *20 19, *21 *22, 23

3 6,6%

Menyebutkan salah satu faktor penyebab perubahan sifat benda 24, *27 *26, *29 *25, 28

4 8,8%

Perubahan Sifat Benda

Menjelaskan pengertian perubahan sifat

*30 *31,*3

3


(52)

benda Membedakan perubahan sifat benda

34, *37

*35, *38, 39

*36 4 8,8%

Menyebutkan salah satu contoh dari perubahan sifat benda

*42, *44, 45

40 41,

*43

3 6,6%

∑ Soal 16 16 13 25

100%

% Soal 35,5% 35,5% 28,8% 55,5%

Ket. * = Soal Valid

G. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kualitas instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini uji instrumen dilakukan pada siswa di luar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah melakukan uji coba instrumen, langkah selanjutnya adalah mengolah data hasil uji coba dengan mencari validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas berkenaan dengan ketetapan alat ukur terhadap konsep yag diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur.3 Validitas tes yang digunakan adalah validitas butir soal dengan cara membandingkan skor siswa untuk tiap butir soal dengan skor total. Perhitungan validitas butir soal dengan korelasi point biserial sebagai berikut:4

3

Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, ( Bandung: CV. Sinar

Baru, 1989), hlm. 117

4

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007),


(53)

keterangan:

�� : koefisiensi korelasi biserial

M : realita skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

M� : realita skor total

��� : standar deviasi dari skor total

: populasi siswa yang menjawab benar

: populasi siswa yang menjawab salah

Hasil yang didapat kemudian disesuaikan dengan rtabel dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika rhitung > rtabel maka butir soal tersebut valid dan jika rhitung < rtabel maka butir soal tersebut tidak valid.

Perhitungan uji validitas dalam penelitian ini, dilakukan dengan menggunakan program anates yang dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 3.3Hasil Uji Validitas Instrumen Tes

Statistik Butir Soal

Jumlah Soal 45

Jumlah Siswa 34

Nomor Soal Valid 1, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 15, 16, 18, 20, 21, 22, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 42, 43, 44 Nomor Soal Tidak

Valid

2, 3, 4, 10, 13, 14, 17, 19, 23, 24, 28, 34, 39, 40, 41,45.

Nomor Soal Dibuang 6, 8, 20, 30

Jumlah Soal Valid 29

Berdasarkan hasil perhitungan anates dari 45 soal yang diberikan terdapat 29 soal yang valid. Sedangkan soal yang tidak valid sebanyak 16 soal. Sebanyak 4 soal dibuang, karena indikator pembelajaran soal tersebut sudah terwakili. Dengan


(54)

demikian, jumlah soal yang digunakan dalam pretest dan posttest adalah sebanyak 25 butir soal.

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya. Artinya, kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama.5 Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus K-R 20 (kuder-Richardson 20) karena instrumen yang digunakan berupa soal pilihan ganda, dengan rumus sebagai berikut:6

keterangan:

r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan : proporsi siswa yang menjawab benar : proporsi siswa yang menjawab salah

∑pq : jumlah hasil perkalian antara dan n : banyaknya item

S : standar deviasi dari tes dengan,

Dengan kualifikasi koefisien reabilitas adalah sebagai berikut: Tabel 3.4 Interprestasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,91-1,00 sangat tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup

0,21-0,40 Rendah

<0,20 sangat rendah

5

Nana Sudjana dan Ibrahim, op.cit, hlm. 120-121

6


(55)

Untuk mengetahui reliabilitas dari butir soal, peneliti menggunakan program anates, yang ditampilkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.5Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes

Statistik Butir Soal

r11 0,79

Kesimpulan Reliabilitas tinggi

3. Tingkat Kesukaran

Suharsimi Arikunto mengatakan, soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.7 Menurutnya soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi. Oleh karena itu, soal yang dibuat untuk mengukur tes hasil belajar sebaiknya adalah soal yang dapat menjangkau semua kemampuan siswa . Atas dasar pertimbangan itu, dalam penelitian ini peneliti melakukan perhitungan tingkat kesukaran soal dengan menggunakan rumus:8

keterangan:

P = indeks tingkat kesukaran

B = jumlah siswa yang menjawab soal benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Interprestasi mengenai tingkat kesukaran yang diperoleh digunakan tabel klasifikasi dibawah ini:

7

Ibid,. hlm. 207

8


(56)

Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal Tingkat Kesukaran Klasifikasi

0.00 - 0.30 soal sukar

0.30 - 0.70 soal sedang

0.70 - 1.00 soal mudah

Dalam penelitian ini taraf kesukaran tiap butir soal dihitung dengan menggunakan anates yang ditampilkan dalam tabel berikut :

Tabel 3.7 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Kriteria Butir Soal Jumlah

Mudah 6, 8, 10, 13, 15, 30, 41 7

Sedang 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 11, 12, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21,

22, 23, 24, 27, 28, 29, 32, 38, 40, 42, 45 27 Sukar 25, 26, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 39, 43, 44 11

Jumlah 45

4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.9 Adapun rumus yang digunakan untuk mencari daya pembeda soal adalah:10

= keterangan:

D = daya pembeda

BA = jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA = jumlah peserta kelompok atas

9

Ibid,. hlm. 211

10


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)