2. Bagi Universitas
a. Membina hubungan baik antara Universitas Sumatera Utara dengan
instansi Pemerintah khususnya Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. b.
Untuk sebagai sajian bagi pihak - pihak yang membutuhkan. c.
Memperbaiki pandangan masyarakat terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Universitas
Sumatera Utara. 3.
Bagi Pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. a.
Membina hubungan kerjasama antara lembaga pendidikan khususnya Universitas Sumatera Utara dengan instansi pemerintah khususnya Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan. b.
Diharapkan dapat memberikan masukan terhadap instansi bersangkutan dalam hal pelaksanaan pemungutan pajak hiburan
c. Agar dapat membantu Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dalam hal
mensosialisasikan pentingnya pajak hiburan terhadap pembangunan Kota Medan kepada masyarakat.
C. Uraian Teoritis Tentang Pajak Hiburan
1. Defenisi Pajak Hiburan
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, dijelaskan bahwa pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah
tanpa imbalan langsung yang seimbang. Pajak daerah dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku, dimana hasilnya
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Di indonesia penagihan pajak dilakukan oleh pemerintah daerah bersumber hukum pada Undang - undang Nomor 34 Tahun 2000 yang
sebagaimana telah diubah menjadi Undang - undang Nomor 28 Tahun 2009 yang membahas tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Demikian pula dengan
sistem pemungutan pajak daerah yang diterapkan oleh pemerintah daerah belum juga mempertegas pajak - pajak daerah mana yang dipungut dengan cara self
assesment system, official assesment system. Menurut peraturan daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 tentang
pajak daerah Kota Medan dijelaskan bahwa pajak hiburan adalah pajak yang dipungut atas penyelenggaraan setiap hiburan. Pengenaan pajak hiburan tidak
mutlak ada pada seluruh daerah kabupatenkota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah Kabupatenkota
untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupatenkota. Mengenai kondisi kabupaten kota di Indonesia tidak sama, termasuk dalam hal
jenis hiburan yang diselenggarakan, maka untuk dapat diterapkan pada suatu kabupatenkota, pemerintah daerah setempat harus mengeluarkan peraturan
daerah tentang pajak hiburan yang akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak hiburan di daerah
kabupaten kota yang bersangkutan.
Di dalam pemungutan pajak hiburan terdapat terminologi yang perlu diketahui Siahaan 2005:298, yaitu adalah sebagai berikut :
a. Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan-permainan ketangkasan,
dan atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk
penggunaan fasilitas berolahraga. b.
Penyelenggaraan hiburan adalah orang pribadi atau badan yang bertindak baik untuk atas namanya sendiri atau untuk atas nama pihak lain yang menjadi
tanggungannya dalam menyelenggarakan suatu hiburan. c.
Penonton atau pengunjung adalah setiap orang menghadiri suatu hiburan atau melihat dan atau mendengar dan menikmatinya atau menggunakan fasilitas
yang disediakan oleh penyelenggara hiburan, kecuali penyelenggara, karyawan, artis para pemain, dan petugas yang menghadiri untuk melakukan
pengawasan. d.
Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima dalam bentuk apapun untuk harga pengganti yang diminta atau seharusnya diminta
wajib pajak. Sebagai penukar atas pemakaian atau pembelian jasa hiburan serta fasilitas penunjangnya termasuk pula semua tambahan dengan apapun
juga yang dilakukan oleh wajib pajak yang berkaitan langsung penyelenggaraan hiburan. Pembayaran adalah jumlah uang yang diterima atau
seharusnya diterima antara lain pembayaran yang dilakukan secara resmi. e.
Tanda masuk adalah semua tanda atau alat cara yang sah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk menonton, menggunakan
fasilitas, atau menikmati hiburan. Tanda atau alat atau cara yang sah adalah berupa tanda masuk yang dilegalisasi oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota.
Termasuk tanda masuk ini adalah tanda masuk dalam bentuk apapun, misalnya karcis, tiket, undangan, kartu langganan, kartu anggota
membership dan sejenisnya. f.
Harga tanda masuk, yang selanjutnya disingkat dengan HTM adalah nilai uang yang tercantum pada tanda masuk yang harus dibayar oleh penonton atau
pengunjung.
2. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hiburan