d. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima dalam
bentuk apapun untuk harga pengganti yang diminta atau seharusnya diminta wajib pajak. Sebagai penukar atas pemakaian atau pembelian jasa hiburan
serta fasilitas penunjangnya termasuk pula semua tambahan dengan apapun juga yang dilakukan oleh wajib pajak yang berkaitan langsung
penyelenggaraan hiburan. Pembayaran adalah jumlah uang yang diterima atau seharusnya diterima antara lain pembayaran yang dilakukan secara resmi.
e. Tanda masuk adalah semua tanda atau alat cara yang sah dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk menonton, menggunakan fasilitas, atau menikmati hiburan. Tanda atau alat atau cara yang sah adalah
berupa tanda masuk yang dilegalisasi oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota. Termasuk tanda masuk ini adalah tanda masuk dalam bentuk apapun,
misalnya karcis, tiket, undangan, kartu langganan, kartu anggota membership dan sejenisnya.
f. Harga tanda masuk, yang selanjutnya disingkat dengan HTM adalah nilai
uang yang tercantum pada tanda masuk yang harus dibayar oleh penonton atau pengunjung.
2. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hiburan
Pemungutan pajak hiburan didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait. Dasar hukum
dalam pemungutan pajak hiburan di Kota Medan. 1.
Undang - undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
3. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah
Kota Medan 4.
Keputusan Walikota Medan Nomor 9 Tahun 2004, tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah
Kota Medan.
3. Subjek Pajak dan Objek Pajak Hiburan
a. Subjek Pajak Hiburan
Yang dimaksud subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menonton dan atau menikmti hiburan, sedangkan wajib pajak hiburan adalah
orang yang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan. Dengan demikian subjek pajak dan wajib pajak hiburan tidak sama, hal ini dikarenakan konsumen
yang menikmati pelayanan tempat hiburan merupakan subjek pajak yang membayar menanggung pajak, sementara penyelenggara hiburan bertindak
sebagai wajib pajak yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen subjek pajak.
b. Objek Pajak Hiburan
Objek pajak hiburan adalah penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. Yang dimaksud dengan objek pajak hiburan antara laian : tonton film,
pagelaran kesenian, musik dan tari, diskotik, karaoke, klab malam, permainan bilyar, permainan ketangkasan, panti pijat, mandi uap, dan pertandingan olahraga.
Dengan demikian objek pajak hiburan adalah setiap penyelenggaraan hiburan berupa :
3. Tontonan film;
4. Pagelaran kesenian, musik, tari, danatau busana;
10. Pameran;
11. Diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya;
12. Sirkus, akrobat, dan sulap;
13. Permainan bilyar, golf, dan boling;
14. Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan;
15. Panti pijat, refleksi, mandi uapspa, dan pusat kebugaran fitness center; dan
16. Pertandingan olahraga.
c. Bukan Objek Pajak Hiburan
Pada Pajak Hiburan, tidak semua penyelenggaraan hiburan dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak, yaitu
penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat dan keagamaan.
4. Dasar Pengenaa, Tarif, Cara Penghitungan Pajak Hiburan
a. Dasar Pengenaan Pajak Hiburan
Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya untuk menonton atau menikmati hiburan sebagaimana ditetapkan
dalam harga tiket masuk HTM.
b. Tarif Pajak Hiburan
Tarif pajak hiburan adalah untuk setiap jenis hiburan yang ditetapkan sebagai berikut :
a Pertunjukan film di bioskop
Klasemen Bioskop Besar Pajak
AII UTAMA 30 Dari HTM
AII 28 Dari HTM
AI 26 Dari HTM
BII 24 Dari HTM
BI 20 Dari HTM
C 17 Dari HTM
D 13 Dari HTM
KELILING 10 Dari HTM
b Ketentuan Klasemen dan besarnya Harga Tanda Masuk untuk masing-masing
bioskop di Kota Medan akan ditetapkan lebih lanjut dengan surat keputusan Kepala Daerah.
c Tata cara pengadaan perforasi tanda masukkarcis tontonan dan pembayaran
di muka PDM pajak hiburan tetap dan insidental akan ditetapkan lebih lanjut dengan keputusan Kepala Daerah.
d Untuk pertunjukan kesenian antara lain kesenian tradisional, pertunjukan
sirkus pameran seni : 1.
Di ruangan yang memakai AC pajak sebesar 15 dari HTM 2.
Di ruangan yang tidak ber AC dipungut pajak sebesar 10 dari HTM e
Untuk pameran busana, kontes kecantikan, pertunjukanpagelaran musik dan tari :
1. Di ruangan yang memakai AC dipungut pajak sebesar 25 dari HTM
2. Di ruangan yang tidak ber AC dipungut pajak sebesar 20 dari HTM
f Untuk diskotik, disco, bar, karaoke, kleb malam dan sejenisnya ditetapkan
sebesar 30 dari HTM atau jumlah pembayaran untuk menonton dan atau menikmati hiburan di luar harga makananminuman yang telah dikenakan
pajak hotel dan atau pajak restoran. g
Untuk diskotik, disco, bar, klab malam yang tidak menggunakan tanda masuk dan atau tidak membayar untuk menonton dan atau menikmati hiburan
dipungut pajak sebesar Rp. 2000,- untuk setiap pengunjung, di luar harga makananminuman yang telah dikenakan hotel dan atau pajak restoran.
h Untuk permainan billyard :
1. Di ruangan yang memakai AC dipungut pajak sebesar 20 dari HTM atau
harga koin per meja untuk sekali permainan. 2.
Di ruangan yang tidak ber AC dipungut pajak sebesar 15 dari HTM atau harga koin per meja untuk sekali permainan,
i Untuk permainan ketangkasan, taman hiburan keluarga, permainan anak-anak
antara lain : video game, playstation, mini train, kuda pusing, sampan pusing speed boat, bom-bom car dan sejenisnya dipungut pajak sebesar 20 HTM
atau harga koin. j
Usaha jasa panti pijat, mandi uap dan sejenisnya dipungut pajak sebesar 20 dari jumlah pembayaran.
k Pertunjukan pertandingan olahraga antar klub dalam negeri dipungut pajak
sebesar 15 HTM, sedangkan pertandingan olahraga dengan dukungan anatar bangsa dipungut pajak sebesar 20 dari HTM.
l Taman rekreasi, kolam renang, kolam pancing, dan sejenisnya dipungut pajak
sebesar 10 dari HTM. m
Untuk sejenis hiburan yang tidak menggunakan tanda masuk dipungut pajak sebesar 20 dari jumlah pembayaran.
n Untuk persewaan permainan internet dipungut pajak sebesar 10 dari sewa
per jam.
c. Perhitungan Pajak Hiburan
Besarnya pokok pajak hiburan yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum
perhitumgan pajak hiburan adalah sebagai berikut :
Pajak Terhutang =
Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak =
Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran Untuk Menonton menikmati hiburan
5. Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat Terhutang Pajak dan Wilayah
Pemungutan Pajak Hiburan
Pada pajak hiburan, masa pajak merupakan jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 bulan takwim. Dalam pengertian masa pajak bagian dari bulan
dihitung satu bulan penuh. Tahun pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu tahun takwim.
Pajak yang terhutang merupakan pajak hiburan yang harus dibayar oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak atau dalam tahun pajak menurut
ketentuan paraturan daerah tentang pajak hiburan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat. Saat pajak terhutang dalam masa pajak terjadi pada saat
penyelenggaraan hiburan, jika pembayaran diterima penyelenggara hiburan sebelum hiburan diselenggarakan. Pajak hiburan terhitung dalam masa pajak
terjadi pada saat pembayaran. Pajak hiburan yang terhutang dipungut di wilayah tempat hiburan di
selenggarakan. Hal ini terkait dengan kewenangan pemerintah daerah setempat yang hanya terbatas setiap hiburan yang beralokasi dan terdaftar dalam lingkup
wilayah administrasinya.
6. Ketetapan Pajak
Dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat terhutangnya pajak, Bupatiwalikota dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
SKPDKB, dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan SKPDKBT, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil SKPDN. Surat ketetapan
pajak diterbitkan berdasarkan pemeriksaan atas SPTPD yang disampaikan oleh wajib pajak. Penerbitan surat ketetapan pajak ini untuk memberikan kepastian
hukum apakah perhitungan dan pembayaran pajak yang dilaporkan oleh dalam SPTPD telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan pajak daerah
atau tidak. Penerbitan surat ketetapan pajak ditujukan kepada wajib pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPTPD atau karena
ditemukannya data fiscal yang tidak dilaporkan oleh wajib pajak.
Selain terhadap wajib pajak yang dikenakan pajak hiburan dengan system self assessment, penerbitan SKPDKB dan SKPDKBT juga dapat diterbitkan
terhadap wajib pajak yang penetapan pajaknya dilakukan oleh Bupati Walikota.
B. Mekanisme Pemungutan Pajak Hiburan di Dinas Pendapatan Kota
Medan
Pemungutan pajak hiburan adalah suatu rangkaian kegiatan dari penghimpunan data objek hiburan dan subjek pajak hiburan, dengan penentuan
besarnya pajak hiburan yang terhutang sampai kegiatan menerima pembayaran pajak hiburan tersebut dari wajib pajak. Untuk itu wajib pajak terlebih dahulu
melaporkan jenis usahanya kepada Dinas Pendapatan daerah dengan mekanisme sebagai berikut :
1. Pengukuhan Wajib Pajak
Wajib pajak hiburan, wajib melaporkan usahanya kepada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dalam jangka waktu tertentu selambat –
lambatnya tiga puluh hari setelah izin penyelenggaraan hiburan diperoleh untuk dikukuhkan dan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah NPWPD.
Surat keputusan pengukuhan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah kabupaten kota tidak merupakan dasar untuk menentukan
mulai saat terutang pajak hiburan. Tetapi hanya merupakan sarana dalam administrasi dan pengawasan bagi petugas atau fiskus Dinas Pendapatan Daerah.
Apabila penyelenggara hiburan tidak mendaftarkan usahanya dalam jangka waktu yang ditentukan, Kepala Dinas Pendapatan Daerah, akan menetapkan pengusaha