II.3. 5.2 Etiologi
Beberapa kondisi neurologis yang dapat menyebabkan gangguan memori adalah:
A. Penyakit degeneratif 1. Demensia kortikal
Penyakit alzheimer Pick’s disease
Demensia lobus frontal Demensia frontotemporal
2. Demensia sub kortikal Penyakit Parkinson
Penyakit Huntington Progressive Supranuclear Palsy
3. Kondisi degeneratif lainnya Demensia
yang berhubungan
dengan Human
immunodeficiency virus HIV dan Autoimmunodeficiency syndrome AIDS
Multiple sclerosis B. Trauma Kepala
C. Penyakit serebrovaskular Stroke
Ruptur aneurisma Demensia vascular
D. Keracunan
Universitas Sumatera Utara
Alkohol alcoholic korsakoff’s syndrome atau wernicke korsakoff”s syndrome
Neurotoksin lain misal logam-logam seperti timah, air raksa, bahan pelarut bahan bakar, dan pestisida
E. Anoksia iskemik F. Herpes simplex encephalitis
G. Tindakan operasi, misalnya temporal lobectomy pada pasien epilepsi Tranel dkk, 2009.
Gangguan memori juga bisa berasal dari kelainan non neurologis, misalnya pada pasien depresi, dan penyakit psikiatrik lainnya Strub dkk,
2000.
II.4. Memori pada Usia Lanjut
Salah satu keluhan utama pada usia lanjut adalah kehilangan memori terutama pada penyakit Alzheimer. Namun kehilangan memori
secara kualitatif yang disebabkan proses dari penyakit Alzheimers berbeda dari kehilangan memori yang berhubungan dengan proses
penuaan. International Encylopedia of Rehabilitation Penuaan normal dikaitkan dengan penurunan kemampuan
memori. Kemampuan untuk mengkodekan kenangan baru dari peristiwa atau fakta dan working memory menunjukkan penurunan pada studi-
studi cross sectional. Studi yang membandingkan pengaruh penuaan normal pada memori episodik, memori semantik, memori jangka pendek
dan priming menemukan bahwa memori episodik terutama terganggu pada penuaan normal, beberapa jenis memori jangka pendek juga
terganggu. International Encylopedia of Rehabilitation
Universitas Sumatera Utara
Area otak gray matter yang berperan penting dalam fungsi eksekutif seperti prefrontal korteks, striatum, dan serbellum adalah
sensitif pada penuaan sama seperti white matter. Area lain yang sensitif pada penuaan adalah hipokampus. Disfungsi dari hipokampus dapat
menyebabkan gangguan pada memori episodik. Pembelajaran informasi baru dan pemanggilan kembali informasi dari memori menjadi lebih sulit
pada proses penuaan. Dengan demikian kemampuan untuk mengikat potongan informasi bersama-sama dengan konteks episodik dalam
kesatuan yang koheren telah berkurang pada populasi usia lanjut Weijenberg , 2011
Masalah memori pada usia lanjut dapat dikaitkan dengan beberapa penyebab fisik dan psikologis umum seperti : kecemasan,
dehidrasi, depresi ,infeksi, efek samping obat, gizi buruk, kekurangan vitamin B12, stre psikologis, penyalahgunaan zat, alkolisme kronis,
ketidakseimbangan tiroid dan perdarahan otak. Beberapa masalah memori karena stres, kecemasan, atau
depresi. Sebuah peristiwa hidup traumatis, seperti kematian pasangan, dapat menyebabkan perubahan gaya hidup dan dapat meninggalkan
perasaan tidak percaya diri pada usia lanjut, sedih dan kesepian. Berurusan dengan perubahan hidup yang drastis sehingga dapat
menyebabkan menjadi bingung dan pelupa. Sementara beberapa kasus perasaan itu dapat memudar. International Encylopedia of
Rehabilitation
Universitas Sumatera Utara
II.5.Hubungan antara Tooth Loss dengan Memori II.5.1. Peranan Inflamasi
Pasien usia lanjut lebih mudah mengalami karies, hal ini berhubungan erat dengan oral hygiene, pemeriksaan dan
membersihkan gigi yang tidak rutin, disfungsi glandula salivary, kurangnya menggunakan bahan yang mengandung fluoride dan
pemakaian gigi palsu yang dapat menimbulkan plak disekitar gigi dan menjadi lingkungan yang baik bagi terbentuknya karies. Karies gigi yang
berat dan periodontitis dapat menyebabkan tooth loss. Tooth Loss dapat mengganggu mengunyah, menelan, berbicara, defisiensi nutrisi , isolasi
sosial, dan depresi Campisi dkk, 2009, Stewart dkk, 2000. Pada kasus penyakit periodontal yang berat molekul inflamasi
dapat menyebabkan inflamasi sistemik dan dapat menjadi akses ke otak melalui sirkulasi sistemik. Molekul inflamasi dapat berasal dari jaringan
periodontal yang dapat menstimulasi serabut nervus trigeminus dan dapat menyebabkan meningkatnya sejumlah sitokin-sitokin di otak.
Sitokin ini dapat mengaktifkan sel- sel glia yang menyebabkan suatu reaksi dan mungkin berlanjut pada Alzheimers Disease. Campisi dkk,
2009 Sitokin dapat memproduksi protein beta amyloid yang ditemukan
pada plak senilis. Interleukin – 1 IL 1 dan sitokin –sitokin lain yang berhubungan dengan penyakit periodontal berhubungan dengan
patogenesis terjadinya Alzheimers. Stein dkk, 2007
Universitas Sumatera Utara
II.5.2. Peranan acethylcholin ACh
Dalam sistem saraf pusat, ACh memiliki berbagai efek sebagai neuromodulator
pada plastisitas
dan arousal.
ACh memiliki
peran penting dalam peningkatan persepsi sensorik saat kita bangun dan saat sadar. Kerusakan pada sistem kolinergik di otak telah terbukti
dikaitkan dengan defisit memori dan berhubungan dengan penyakit Alzheimer. Pepeu ,2004
Acethylcholin terlibat dengan plastisitas sinaptik, khususnya dalam belajar dan memori jangka pendek. Acethylcholin telah diketahui
adalah untuk meningkatkan amplitudo potensi sinaptik berikut potensiasi jangka panjang di banyak daerah, termasuk girus dentatus, CA1
Cornu Ammonis 1 , korteks dan neokorteks. Efek ini paling mungkin terjadi baik melalui peningkatan arus melalui reseptor NMDA N-methyl
D-aspartate atau tidak langsung dengan menekan adaptasi. Penekanan adaptasi telah ditunjukkan dalam irisan otak daerah CA1, cingulate
korteks, dan piriform korteks, serta somatosensori dan korteks motorik dengan menurunkan konduktansi ion Ca
2 +,
dan K
+
. Pepeu, 2004 Pada hewan percobaan , ada bukti yang mengatakan bahwa
tooth loss berhubungan dengan belajar dan memori . Mekanismenya terjadinya adalah peranan dari sistem kholinergik sentral Pepeu ,
2004, Yamazaki , 2008.
Universitas Sumatera Utara
II.5.3. Peranan trkB tirosin kinase B dan BDNF brain derived neutropic factor
Reseptor TrkB juga dikenal sebagai tirosin kinase TrkB atau BDNFNT-3 atau neurotropik tirosin kinase reseptor tipe 2 adalah protein
yang pada manusia dikodekan oleh gen NTRK2. Fungsi TrkB adalah reseptor yang mempunyai afinitas tinggi untuk beberapa katalitik
neurotrophins dan merupakan faktor pertumbuhan protein yang menyebabkan kelangsungan hidup dan diferensiasi pada sel .
Neurotropin - neurotrophin yang mengaktifkan TrkB adalah: BDNF , NT- 4 neurotrophin-4, dan NT-3 neurotrophin-3. Dengan demikian, TrkB
memediasi beberapa efek dari faktor-faktor neurotropik, yang mencakup diferensiasi neuronal dan kelangsungan hidup . Qiagen, 2011
Brain derived neurotropic factor BDNF , seperti neurotrophins lainnya, adalah faktor polypeptidic yang dianggap bertanggung jawab
untuk neuron proliferasi, diferensiasi dan kelangsungan hidup, melalui transportasi retrograde dari terminal saraf ke sel tubuh. Brain derived
neurotropic factor BDNF diproduksi oleh neuron, terutama di hipokampus dan korteks dan dapat diangkut ke dendrit dan juga dapat
disintesis secara lokal di tulang belakang. Selain berperan dalam kelangsungan hidup neuron dan ketahanan terhadap cedera, BDNF juga
memiliki peran yang kuat dalam memfasilitasi kegiatan plastisitas, yang mendasari kapasitas untuk belajar dan memori. Daerah Otak dimana
plastisitas sangat penting adalah di hipokampus dan korteks, yang merupakan pusat untuk belajar dan memori. Pengurangan BDNF
terlihat pada hipokampus dalam dua mekanisme : melemahkan
Universitas Sumatera Utara
kekuatan sinaptik dan membuat hippocampus neuron lebih rentan . Qiagen, 2011
Belum ada definisi yang jelas mengenai hubungan transmisi sinaptik pada jalur signaling dari nervus trigeminus melalui perantara
reseptor pada jaringan-jaringan yang berhubungan dengan mastikasi. Diduga adanya peningkatan trkB dan BDNF berhubungan dengan
peningkatan kapasitas transmisi saraf. Pada penelitian Yamazaki dkk ditemukan adanya ekspresi trkB- mRNA efektif sebagai marker untuk
peningkatan transmisi sinaptik pada jalur signaling yang berhubungan dengan proses belajar dan memori Yamazaki ,2008
Gangguan memori pada tikus mempunyai hubungan dengan penurunan trkB pada jalur dari nervus trigeminal ke hipokampus.
Penurunan respon di hipokampus akan menyebabkan penurunan frekuensi gerakan rahang. Ini menjelaskan mekanisme bahwa tooth loss
menurunkan input sensori dan somatik sensori korteks dari reseptor yang menghubungkan ke mastikasi dan hubungan mastikasi ke gerakan
rahang. Hubungan antara otot-otot mastikasi , temporomandibular joint dan ligamen periodontal dikenal mempunyai efek facilitatory pada
transmisi sinaptik di korteks serebri. Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa mengunyah dapat meningkatkan aliran darah ke
cortical region. Yamazaki, 2008
Universitas Sumatera Utara
II.5.4. Peranan GFAP glial fibrous acidic protein
Glial fibrous acidic protein GFAP adalah filamen intermediat protein yang dianggap spesifik untuk astrosit dalam sistem saraf pusat
SSP. Ekspresi protein GFAP dipengaruhi oleh berbagai proses, seperti perubahan sitokin dan tingkat hormon. Peningkatan ekspresi
protein ini terbukti dalam sejumlah keadaan, dan umumnya disebut sebagai aktivasi Astrocytic. Fungsi selular GFAP dinyatakan dalam
sistem saraf pusat terutama dalam sel astrosit. Hal ini melibatkan fungsi seluler dalam banyak proses, seperti struktur sel dan gerakan,
komunikasi sel, dan fungsi sawar darah otak . Glial fibrous acidic protein GFAP telah diketahui mempunyai
peran dalam mitosis. Selama mitosis, ada peningkatan jumlah GFAP terfosforilasi, dan aktifitas protein ini menunjukkan aktifitas
pembelahan. Kurangnya filamen intermediate dalam hipokampus dan di white matter menunjukkan proses degeneratif multiple termasuk
mielinasi yang abnormal, kerusakan struktur white matter , dan perubahan dalam sawar darah-otak . Data ini menunjukkan bahwa
GFAP terlibat dalam pemeliharaan SSP dan integritas mielin . Glial fibrous acidic protein GFAP juga diketahui berperan dalam
interaksi astrosit-neuron. Adanya gangguan yang dikaitkan dengan regulasi GFAP dan luka dapat menyebabkan sel glial untuk bereaksi
dengan cara yang merugikan. Glial jaringan parut adalah konsekuensi dari beberapa kondisi neurodegenerative, serta cedera materi yang saraf
yang berat. Bekas luka dibentuk oleh astrosit berinteraksi dengan jaringan fibrosa untuk memperbaiki sel glia di sekitar pusat cedera
Universitas Sumatera Utara
dan sebagian disebabkan oleh pengaruh GFAP. Bekas luka itu bertindak sebagai penghalang fisik dan kimia untuk pertumbuhan saraf, dan
mencegah regenerasi saraf .The free encyclopedia Onozuka dkk mengevaluasi mekanisme gangguan fungsi kognitif
sebagai akibat dari menurunnya mastikasi, efek hilangnya gigi molar menunjukkan adanya ekspresi glial fibrous acidic protein GFAP pada
hipokampus. Pada analisa immunohistochemical menunjukkan keadaan hilangnya gigi molar meningkatkan densitas dan hipertrophi astrosit
pada regio CA1 di hipokampus. Efek ini meningkat pada keadaan hilangnya gigi molar yang menetap. Onozuka dkk, 2000
Universitas Sumatera Utara
II.6. Kerangka Teori
USIA LA NJUT
Oral Health ↓
Penyakit Periodontal
TOOTH LOSS
Mastikasi ↓ dan
Oklusal ↓
Inflamasi
GFAP ↓
GA NGGUA N MEMORI
trkB – mRNA ↓
Acethylcholin ↓
Penyakit periodontal yang berlangsung secara progresif dan
terbentuknya karies akan meningkatkan resiko buruknya
hasil tes fungsi kognitif.Kaye dkk, 2010
Kesehatan mulut pd usia lanjut biasanya lebih buruk dibandingkan
populasi umum.
Azarpazhooh,2010, Boehm dkk,
Tooth loss yang disebabkan periodontitis kronis berhubungan
dengan perburukan fungsi kognitif. Grabe dkk, 2009
Molekul inflamasi dapat berasal dari jaringan periodontal yang dapat
menstimulasi serabut nervus trigeminus dan dapat menyebabkan
meningkatnya sejumlah sitokin-sitokin di otak. Campisi dkk, 2009 , Stein
dkk, 2007
Transmisi sinaptik
↓
Pada hewan, ada bukti yang mengatakan bahwa tooth loss
berhubungan dengan belajar dan memori . Mekanismenya terjadinya
berdasarkan evaluasi pada sistem kholinergik sentral Yamazaki , 2008
Peningkatan Brain derived neurotropic factor BDNF dan tyrosin kinase B
trkB berhubungan
dengan peningkatan kapasitas transmisi saraf.
Ekspresi trkB- mRNA efektif sebagai marker untuk peningkatan transmisi
sinaptik pada jalur signaling yang berhubungan dengan proses belajar
Penurunan fungsi kognitif pada usia lanjut yang berhubungan dengan
menurunnya fungsi mastikasi yang mempengaruhi ekspresi Glial
Fibrous Acidic Protein GFAP pada hipokampus. Onozuka dkk, 2000
Universitas Sumatera Utara
II.7. Kerangka Konsepsional