PARTISIPASI PETANI DALAM BADAN USAHA MILIK PETANI (BUMP)PT MERBABU TUNAS MANDIRI DI DESA JOGONAYAN KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG

(1)

Skripsi

Disusun oleh : Hananto Priyambodo

20110220061 Program Studi Agribisnis

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

PARTISIPASI PETANI DALAM BADAN USAHA MILIK PETANI (BUMP) PT MERBABU TUNAS MANDIRI DI DESA JOGONAYAN

KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG

Skripsi

Diaajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Disusun oleh : Hananto Priyambodo

20110220061 Program Studi Agribisnis

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

i

rahmat dan ridhoNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Partisipasi Petani Dalam Badan Usaha Milik Petani (BUMP) PT Merbabu Tunas Mandiri Di Desa Jogonayan Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang”. Shalawat beserta salam tak lupa penulis haturkan kepada suri tauladan Rasulullah Muhammad Salallahu’alayhiwasalam, kepada keluarga, sahabat, tabi’in serta seluruh umat yang berpegang teguh pada ajarannya. Semoga kelak di yaumul akhir kita termasuk golongannya

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung proses pembuatan skripsi ini hingga selesai. Terutama kepada Bapak Dr. Ir. Indardi, M.Si., dan Ibu Ir. Siti Yusi Rusimah, MS., yang telah membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini. Kemudian ungkapan terimakasih yang paling dalam kepada Ibu dan Bapak atas cinta, doa dan pengorbanan selama ini. Dan tak lupa untuk segenap keluarga dan sahabat atas dukungan yang selama ini diberikan.

Dengan disusunnya skripsi ini semoga semakin menambah ranah wawasan dan ilmu pengetahuan di agribisnis serta di pertanian pada umumnya. Penulis menyadari bahwa terdapat begitu banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kebaikan penulisan skripsi ini. Ahirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya penulis.Aamiin yaa Rabbal’alamiin.

Yogyakarta, 7 Juni 2016


(4)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

INTISARI vi

ABSTRACT vii

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 4

D. Kegunaan Penelitian 4

II. KRANGKA PENDEKATAN TEORI 6

A. Tinjauan Pustaka 6

B. Kerangka Pemikiran 15

III. METODE PENELITIAN 18

A. Penentuan Lokasi 18

B. Metode Penentuan Responden 19


(5)

iii

D. Definisi Operasional 22

E. Teknik Analisis Data 23

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27

A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 27

B. Keadaan Penduduk 28

C. Kondisi Sarana Prasarana 32

D. Keadaan Pertanian dan Peternakan 34

E. Kelembagaan Pertanian 35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 39

A. Profil BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri 39

B. Kegiatan Usaha 56

C. Persepsi Petani Terhadap BUMP 68

D. Partisipasi Petani dalam BUMP 94

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 107

A. Kesimpulan 107

B. Saran 109

DAFTAR PUSTAKA 110


(6)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar responden penelitian 20

Tabel 2. Jarak Orbital Desa Jogonayan 27

Tabel 3. Luas Peruntukan Lahan dalam Ha 28

Tabel 4. Keadaan penduduk menurut usia 29

Tabel 5. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin 30 Tabel 6. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan 31 Tabel 7. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian 32 Tabel 8. Produksi Usahatani Desa Jogonayan Tahun 2014 34

Tabel 9. Jumlah ternak di Desa Jogonayan 35

Tabel 10. Profil Kelompok Tani yang ada di Desa Jogonayan 36 Tabel 11. Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Kelompok 39 Tabel 12. Jumlah anggota BUMB berdasarkan kelompok tani di Desa

Jogonayan 53

Tabel 13. Rentang usia petani anggota BUMP 53

Tabel 14. Tingakat pendidikan anggota BUMP PT. Merbabu Tunas

Mandiri di Desa Jogonayan 54

Tabel 15. Komposisi pekerjaan yang dimiliki petani anggota BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri di Desa Jogonayan 55 Tabel 16. Katagori persepsi petani terhadap kelembagaan BUMP 74 Tabel 17. Katagori persepsi petani terhadap fungsi BUMP 79 Tabel 18. Katagori persepsi petani terhadap modal BUMP 79 Tabel 19. Katagori persepsi petani terhadap kegiatan usaha BUMP 84


(7)

v

Tabel 20. Katagori persepsi petani terhadap pengurus BUMP 94 Tabel 21. Bentuk partisipasi dilakukan petani 95 Tabel 22. Katagori kesukarelaan petani dalam berpartisipasi di BUMP 103

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur BUMP Berbadan hukum Perseroan 9

Gambar 2. Kerangka pemikiran 17

Gambar 3. Struktur Organisasi BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri 45

Gambar 4. Alur kegiatan usaha pakan konstrat 57

Gambar 5. Produksi Pakan Konsetrat Sapi 58

Gambar 6. Distribusi Pakan Konsetrat 60

Gambar 7. Alur kegiatan usaha pupuk organik 61

Gambar 8. Produk pupuk cair dan drum fermentasi 62


(8)

Skripsi yang berjudul

PARTISTPAST PETANI DALAIII BADAN TISA'IA ]TTILIK PDTANI (BTJVP) PT MERBABU ?T]NASMANDIRI DI DESA JOGONAYAN

KECAIIIATAN NGABLAK KABUPATEN MAGf,LANC Yang d iFe6iapkan dan disusunol€h:

Hrnanto

Eriy.nbodo

20110220061

PJ,

JrEtuhdrrd

o. oeNn De$61Denft I Pada tlnssal 3 Mei20t6

Skipsi tesebut telah ditenda sebagai b€ian peNvaEtan yang dipe.lukan euna

menperoleh deralat saiana peraniai

Dr

n. Srivadi. MP

NIK: 19691023 I 9960:ll 33071

NIK: 19651013199303133016

Pehbimbins Pendmphs

k. Siti

YusiRdmah

Ms

NtK

t96l I02619331 12001


(9)

Farmer Participation On Farmer Owned Enterprises (BUMP) PT. Merbabu Tunas Mandiri At Jogonayan Village, Ngablak District, Magelang District

Hananto Priyambodo

Dr.Ir.Indardi.M.Si / Ir. Siti Yusi Rusimah, MS. Agribusiness Departement of Agriculture Faculty

Muhammadiyah University Of Yogyakarta ABSTRACT

FARMER PARTICIPATION ON FARMER OWNED ENTERPRISES (BUMP) PT. MERBABU TUNAS MANDIRI AT JOGONAYAN VILLAGE,

NGABLAK DISTRICT, MAGELANG DISTRICT. The purpose of the research

are to describe business activities of BUMP, perception of farmer on BUMP and participation of farmer on BUMP at Jogonayan, Ngablak, Magelang. This research use descriptive analysis with qualitative methode. the Data related of activities BUMP, perception and participation of farmers in BUMP on this research were obtained from field observation and in-depth interviews. Results of the research show that the business activity of BUMP PT Mandiri Tunas Merbabu is a marketing activities in Jogonayan peasant production. In general the perception of farmers is unfavorable to the institutions, functions, capital, activities and administrators BUMP. However, there are some farmers who have a good perception for institutions, capital and activity of BUMP. Farmers participation in BUMP is establishment of BUMP, menegerial activities and business activities. Judging from the level of voluntary participation by farmers is participation for government encouragement and participation for social responsibility.

Keywords: Farmer owned enterprises (BUMP), Activities, Perception, Participation


(10)

INTISARI

PARTISIPASI PETANI DALAM BADAN USAHA MILIK PETANI (BUMP) PT MERBABU TUNAS MANDIRI DI DESA JOGONAYAN KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG. 2016. Hananto Priyambodo (Skripsi dibimbing oleh Dr. Ir. Indardi, M.Si dan Ir. Siti Yusi Rusimah, MS.). Penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan usaha, persepsi dan partisipasi petani pada BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri di Desa Jogonayan Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Data terkait kegiatan, persepsi dan partisipasi petani dalam BUMP pada penelitian ini diperoleh melalui observasi di lapangan dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan usaha yang dijalankan oleh BUMP PT Merbabu Tunas Mandiri merupakan kegiatan pemasaran hasil produksi petani di Desa Jogonayan, antara lain pakan konsentrat, pupuk organik, sayuran segar, dan sapi potong. Pada umum persepsi petani terhadap kelembagaan, fungsi, modal, kegiatan dan pengurus BUMP kurang baik. Hanya persepsi terhadap kelembagaan, modal dan kegiatan saja sebagian petani menilai baik. Bentuk Partisipasi yang dilakukan oleh petani meliputi partisipasi pada pembentukan BUMP, kegiatan menegerial dan kegiatan usaha yang dijalankan. Dilihat dari tingkat kesukarelaannya partisipasi yang dilakukan oleh petani merupakan partisipasi dorongan pemerinah dan partisipasi karena tanggungjawab sosial. Kata kunci : BUMP, Kegiatan, Persepsi, Partisipasi


(11)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Namun pembangunan di sektor pertanian belum mampu untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Hal ini dapat dilihat dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tanggal 2 Januari 2015, bahwa nilai tukar petani (NTP) nasional-indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani dan nelayan pada Desember 2014 hanya sebesar 101,32. Padahal target NTP yang dipatok pemerintah selama ini minimal sebesar 110. Itu artinya, tingkat kesejahteraan petani dan nelayan negeri ini masih jauh dari harapan (Kadir, 2015).

Pakpahan (2009) mengungkapkan pembangunan pertanian yang dilaksanakan selama ini lebih diwarnai oleh kerangka berpikir mekanistik dengan menitikberatkan peningkatan produksi sebagai upaya untuk meningkatkan kemakmuran petani. Jalan ini telah menghasilkan model pembangunan yang menempatkan pemerintah sebagai subyek dan petani sebagai obyeknya. Input pertanian memang berkembang, misalnya, pabrik pupuk, irigasi, gudang, dan sejenisnya berhasil dibangun. Namun, sejalan dengan perkembangan peningkatan produksi input pertanian itu yang telah berhasil meningkatkan produksi pertanian, pendekatan ini tidak berhasil meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani yang berarti, sehingga kemakmuran petani juga tidak banyak mencapai kemajuan.

Hal ini sejalan dengan pandangan Arifin (2005), bahwa pembangunan pertanian tidak sekedar berlandaskan supply oriented melainkan juga dema


(12)

2

driven yang berorientasi pada pasar. Pembangunan yang hanya berlandaskan supply oriented sangat rentan terhadap anjloknya harga produk, sebagaimana diprediksi dalan hukum ekonomi. Kegiatan Produksi pertanian akan lebih sempurna manakala mempertimbangkan kecenderungan dan perekbangan permintaan, kebutuhan dan selera konsumen, serta persaingan global yang semakin ketat.

Salah satu pembangunan pertanian yang berorientasi pada pasar adalah dengan membangun kelembagaan petani menjadi kelembagaan ekonomi petani. Kelembagaan petani adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk petani guna memperkuat kerjasama dalam memperjuangkan kepentingan petani dalam bentuk kelompoktani (Poktan) dan gabungan kelompoktani (Gapoktan). Sedangkan Kelembagaan ekonomi petani adalah kelembagaan petani baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang memiliki kegiatan usahatani dari hulu sampai hilir di sektor pertanian yang ditumbuhkembangkan oleh, dari dan untuk petani guna meningkatkan skala ekonomi yang menguntungkan dan efisiensi usaha. (Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. 2012)

Alasan nyata pembangunan pertanian dengan membangun kelembagaan petani menjadi kelembagaan ekonomi petani ialah karena kelembagaan petani yang ada saat ini masih memiliki kelemahan. Kelemahan kelembagaan yang ada saat ini meliputi lemahnya legalitas organisasi, pengelolaan kurang profesional, nilai tawar yang rendah, kesulitan dalam menjalin kemitraan (modal, pasar dll). Hal ini lah yang mendorong untuk pembangunan kelembangaan ekonomi petani.


(13)

Sesuai dengan UU no 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani maka realisasi dari pembangunan kelembangaan ekonomi petani ialah melalui pemberdayaan kepada masyarakat tani.

Pemberdayaan masyarakat tani dapat dilakukan dengan inovasi kelembagaan petani dalam bentuk badan hukum yang profesional. Bentuk badan hukum tersebut dapat berupa perseoran terbatas, dimana petani dapat mengusahakan usahanya secara profesional. Sehingga dapat meningkatkan kapasitas usaha milik petani. Salah satu pembangunan imovasi kelembagaan yang dilakukan oleh pemerintah adalah pembentukan Badan Usaha Milik Petani (BUMP). Pembangunan kelembagaan petani berupa BUMP ini dilakukan pada tahun 2012 melalui Kementrian Pertanian dan bekerjasama dengan Wold Bank.

Salah satu pembangunan kelembagaan petani berupa BUMP berada di Kabupaten Magelang. Di Kabupaten Magelang sendiri terdapat tiga lembaga BUMP yang berbadan hukum perseroan. Salah satu dari kelembaggan tersebut adalah Badan Usaha Milik Petani (BUMP) PT. Merbabu Tunas Mandiri yang berada di Desa Jogonayan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Badan Usaha Milik Petani (BUMP) PT. Merbabu Tunas Mandiri sendiri bergerak diusaha peternakan dan merupakan satu-satunya BUMP yang bergerak dibidang tersebut di Kabupaten Magelang. Walaupun Badan Usaha Milik Petani (BUMP) PT. Merbabu Tunas Mandiri sebuah badan hukum ekonomi, akan tetapi didalam implementasinya tidak semata-mata hanya mencari keuntungan semata. Akan tetapi, memadukan antara kegiatan bisnis dan pemberdayaan masyarakat yang menjadi ciri, semangat dan roh dari Badan Usaha Milik Petani (BUMP).


(14)

4

B. Rumusan Masalah

Sebagai sebuah lembaga ekonomi berbadan hukum perseroan yang dimiliki oleh petani, BUMP memiliki peran yang penting dalam memajukan ekonomi dan memberdayakan petani. Maka dari itu keberlanjutan (BUMP) PT. Merbabu Tunas Mandiri sebagai lembaga ekonomi petani menjadi sangat penting. Padahal, keberlanjutan dari suatu kelembagaan petani membutuhkan keterlibatan dari petani itu sendiri. Sehingga perlu sebuah kajian empiris terkait:

1. Bagaimana persepsi petani terhadap Badan Usaha Milik Petani (BUMP) PT. Merbabu Tunas Mandiri sebagai kelembagaan ekonomi?

2. Bagaimana keterlibatan petani dalam kegiatan Badan Usaha Milik Petani (BUMP) PT. Merbabu Tunas Mandiri?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskrispsikan kegiatan usaha BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri sebagai kelembagaan ekonomi di Desa Jogonayan.

2. Untuk mengetahui persepsi petani terhadap BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri sebagai kelembagaan ekonomi di Desa Jogonayan.

3. Untuk mendeskripsikan partisipasi petani dalam BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri sebagai kelembagaan ekonomi di Desa Jogonayan.

D. Kegunaan Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan efaluasi bagi Usaha Milik Petani (BUMP) PT. Merbabu Tunas Mandiri dalam kegiatan pemberdayaan petani.


(15)

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam upaya pemberdayaan dan pembangunan pertanian.

3. Hasil dari penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pemerintah atau lembaga sosial masyarakat dalam mengembangkan kelembagaan ekonomi petani.


(16)

1

II. KRANGKA PENDEKATAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Badan Usaha Milik Petani (BUMP)

Menurut Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (2012) Badan Usaha Milik Petani (BUMP) merupakan kelembagaan ekonomi berbadan hukum yang mensinergikan kegiatan bisnis dengan pemberdayaan masyarakat tani yang dijalankan secara korporasi yang berorientasi keuntungan untuk mendorong kemandirian petani. Sedangkan meurut Waluyo (2012) Badan Usaha Milik Petani (BUMP) merupakan sebuah inovasi kelembagaan, berbentuk perseroan, tetapi dalam operasionalisasinya merupakan hybrid dari Lembaga Bisnis dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa BUMP pada hakekatnya merupakan sebuah inovasi dari kelembagaan ekonomi petani yang berbadan hukum perseroan dan merupakan hybrid dari Lembaga Bisnis dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat.

BUMP berbadan hukum perseroan terbatas menurut Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (2012) diartikan sebagai wadah petani yang didirikan berdasarkan perjanjian dan berbadan hukum untuk menjalankan usaha pertanian secara korporasi dalam bentuk perusahaan dengan modal dasar yang terbagi dalam saham sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT).

Konsep BUMP sebagai hybrid dari lembaga bisnis dan lembaga pemberdayaan menurut Waluyo (2012) BUMP tidak hanya mengejar keuntungan


(17)

dalam setiap kegiatannya, akan tetapi justru lebih mementingkan kegiatan pemberdayaan masyarakat utamanya pelaku usaha (petani). Sebagai lembaga usaha, BUMP sejatinya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan usahanya. Hanya saja dalam setiap kegiatan usahanya dapat dijadikan sebuah proses pembelajaran bagi petani. Kemudian konsep tersebut dirumuskan dalam Anggaran Dasar yang mengatur tentang keterlibatan petani dalam kepemilikan saham BUMP, ragam kegiatan BUMP, pelaksanaan tanggungjawab sosial dan lingkungan (CSR) BUMP dan Mitra-bisnis BUMP dan pemanfaatan keuntungan BUMP.

a. Modal

Sebagai sebuah lembaga ekonomi, BUMP memiliki modal, kepengurusan dan kegiatan yang diusahakan. Sebagai sebuah berbadan hukum perseroan terbatas, BUMP memiliki harta kekayaannya sendiri yang terlepas dari harta kekayaan para pendiri, pemegang saham, dan pengurusnya. Harta kekayaan inilah yang menjadi modal dari perseroan. Modal perseroan terdiri dari modal dasar, modal ditempatkan atau dikeluarkan dan modal disetor. Modal dasar perseroan merupakan jumlah modal yang dicantumkan dalam akta pendirian sampai jumlah maksimal bila seluruh saham dikeluarkan. Kemudian paling sedikit 25% dari modal dasar tersebut harus ditempatkan dan disetorkan penuh dalam bentuk lembar saham (Asyhadie, 2012). Menurut Pakpahan, (2009) pemegang saham perusahaan BUMP terdiri dari BUMN, BUMD/Pemda, SWASTA, Kelompok Tani/petani.


(18)

3

Menurut Madikanto (2012) sebagai sebuah kelembagaan bisnis yang berbadan hukum perseroan, kepemilikan saham BUMP haruslah dimiliki oleh petani. Setidaknya petani tersebut memiliki komitmen, kompeten, berpengalaman dan keberpihakan kepada upaya pemberdayaan masyarakat(petani) untuk mengembangkan beragam usaha yang dibutuhkan dalam melayani kepentingan masyarakat agar semakin maju dan profesional.

Status petani yang diijinkan membeli atau memiliki saham BUMP harus ditunjukan dengan bukti kepemilikan atas lahan pertanian atau dengan surat ijin usaha pertanian. Dengan demikian jumlah saham dapat dimiliki oleh petani yang berminat tidak selalu duwujudkan dengan bentuk uang (fresh money) yang harus disetor, tetapi dapat diperhitungkan dari nilai komitmen, keahlian, nilai aset lahan atau aset yang dimiliki oleh usaha pertanian sebagaimana yang tersebut didalam SUIP-nya. (Madikanto, 2012)

b. Organisasi

Kepengurusan yang dimiliki badan usaha milik petani sama dengan kepengurusan di perseroan lain. kepengurusan pada perseroan pada umumnya, kepengurusan BUMP juga memiliki struktur yang sama. Hirarki kepengurusan BUMP terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris, dan Direksi.


(19)

Gambar 1. Struktur BUMP Berbadan hukum Perseroan

RUPS merupakan adalah organ BUMP yang memiliki kewenangan eksluif yang tidak dimiliki oleh kewenangan Direksi dan Dewan Komisaris. Kewenangan RUPS bentuk dan luasannya diatur oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar Perseroan. Bentuk konkrit dari RUPS sejatinya berupa forum, dimana para pemegang saham memiliki kewenangan untuk memeperoleh keterangan-keterangan terkait BUMP, baik dari Direksi maupun dari Dewan Komisaris. Keterangan tersebut merupakan landasan Bagi RUPS untuk mengambil kebijakan dalam menyusun langkah-langkah setrategis perseroan dan pijakan umum dalam mengambil keputusan sebagai sebuah badan hukum.

Dewan Komisaris merupakan dewan yang memiliki tugas untuk melakukan pengawasan dan memberi nasehat kepada direksi. Tugas pengawasan dan pemberian nasehat itu dilakukan oleh Dewan Komisaris derdasarkan Anggaran Dasar Perseroan. Pengawasan yang dilakukan meliputi pengawasan kerja dan

Komisaris RUPS

Direksi


(20)

5

pengelolaan BUMP. pengewasan dan nasehat yang dilakukan Dewan Komisaris harus bertujuan untuk kepentingan BUMP.

Direksi memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menjalankan pengurusan BUMP. Meskipun kepengurusan yang dijalankan oleh Direksi sesuai dengna kebijakannya sendiri namun harus tetap dalam batas-batas yang ditentukan oleh undang-undang dan Anggaran Dasarnya. Dalam menjalankan tugasnya direksi dapat melakukan perbuatan hukum tertentu atas nama BUMP. Misalnya saja melakukan kerjasama dengan pihak lain terkait penjualan produk atau pengembangan usaha.

c. Lingkup Usaha

Lingkup kegiatan usaha BUMP dapat meliputi kegiatan on farm, off farm dan non farm. On farm adalah suatu kegiatan pertanian yang produk (usahatani) dilakukan dilahannya sendiri. Kegiatan on farm yaitu meliputi kegiatan budidaya tanaman mulai dari pengolahan tanah sampai dengan panen. Off farm adalah suatu kegiatan yang dilakukan diluar lahan pertanian tetapi masih berkaitan dengan produk usahatani. Kegiatan off farm meliputi penanganan pasca panen, pengolahan hasil dan pemasaran. Kegiatan Non Farm merupakan suatu kegiatan atau usaha yang bukan pertanian tetapi masih termasuk dalam agribisnis. Kegiatan off farm meliputi penyediaan alat-alat pertanian atau penyewaan mesin-mesin pertanian seperti traktor, pompa air dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan perjanjian pada pembentukan badan usaha itu sendiri.


(21)

2. Persepsi

Persepsi dapat diartikan sebagai proses akhir dari pengamatan yang diawali dari proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal yang terdapat dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2014). Pendapat lain menyatakan bahwa persepsi merupakan penginterpetasian atau penilaian terhadap rangsangan yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam individu (Walgito, 2001). Persepsi merupakan proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka (Robbins & Judge, 2008).

Dengan kata lain persepsi adalah cara seseorang memandang atau menanggapi suatu obyek atau peristiwa yang ada di sekitarnya dengan menyimpulkan informasi yang sampai kepadanya. Karena persepsi merupakan suatu proses memahami mengenai hubungan peristiwa-peristiwa atau obyek-obyek sosial dengan cara merasakan dan menginterpretasikan lewat pengalaman-pengalamannya. Maka persepsi menunjuk pada aktivitas merasakan, menginterpretasikan, dan memahami obyek-obyek fisik maupun sosial seperti suatu lembaga.

Agar sebuah persepsi dapat terbentuk maka dibutuhkan adaya syarat timbulnya persepsi. Syarat timbulnya persepsi yakni, adanya objek, adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk megadakan persepsi, adanya alat indra


(22)

7

sebagai reseptor penerima stimulus yakni saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak dan dari otak dibawa melalui saraf motoris sebagai alat untuk mengadakan respons (Sunaryo, 2014). Secara umum, terdapat beberapa sifat persepsi, antara lain bahwa persepsi timbul secara spontan pada manusia, yaitu ketika seseorang berhadapan dengan dunia yang penuh dengan rangsangan. Persepsi merupakan sifat paling asli yang merupakan titik tolak perubahan. Dalam mempersepsikan tidak selalu dipersepsikan secara keseluruhan, mungkin cukup hanya diingat. Persepsi tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi atau bergantung pada konteks dan pengalaman (Baiqhaqi, 2005).

Terdapat dua macam persepsi, yaitu External Perception dan Self Perception. External Perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu. Self Perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri. Dengan persepsi, individu dapat menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang keadaan diri individu (Sunaryo, 2014).

Persepsi yang dimiliki oleh seorang individu terhadap sesuatu akan mempengaruhi tingkah lakunya, dan juga orang lain di sekitarnya. Seperti pada penelitian Baba dkk (2011) terkait hubungan persepsi peternak terhadap penyuluhan ternyata persepsi peternak terhadap penyuluhan berpengaruh positif terhadap tingkat partisipasinya dalam penyuluhan. Semakin baik persepsi mereka terhadap penyuluhan, tingkat partisipasinya semakin tinggi.


(23)

Persepsi dalam penelitian ini merupakan suatu penilaian subjektif dari anggota dalam menilai lembaga BUMP. Dalam penelitian ini akan mengungkapkan terkait persepsi petani terhadap BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri sebagai kelembagaan ekonomi di Desa Jogonayan. Maksudnya, bagaimana petani memandang BUMP sebagai lembaga ekonomi dilihat dari kelembagaannya, fungsi BUMP, kepemilikan saham, kepengurusan dan kegiatan BUMP.

3. Partisipasi

Partisipasi masyarakat dapat didefinisikan sebagai sumbangsih sukarela dari masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, dalam menjalankan program, dimana mereka ikut menikmati manfaat dari program-program tersebut serta melibatkan dalam evaluasi program agar dapat mengangkat tingkat kesejahteraan mereka (Mulyadi, 2009).

Sedangkan menurut Madikamto (2013) partisipasi masyarakat pada dasarnya merupakan suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) dalam. Faktor Internal, yaitu yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, dan lama tinggal di suatu lingkungan sosial. Faktor Eksternal, meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran, hubungan ini dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu kegiatan jika sambutan pihak pengelola positif dan


(24)

9

menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan pelayanan pengelolaan kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut.

Waluyo (2012) menjelaskan bahwa partisipasi petani dalam BUMP dapat dilihat dari bentuk partisipasinya. Bentuk dari keterlibatan petani dalam BUMP antara lain kepemilikan saham BUMP, ragam kegiatan BUMP, pelaksanaan tanggungjawab sosial dan lingkungan (CSR) BUMP dan Mitra-bisnis BUMP dan pemanfaatan keuntungan BUMP.

Menurut Dusseldorp dalam Mardikanto (2013) Partisipasi masyarakat dapat dilihat dari tingkat kesukarelaannya. Maksud dari tingkat kesukarelaan disi adalah motivasi yang melatarbelakangi masyarakat untuk berpartisipasi. Berikut ini adalah perbedaan partisipasi berdasarkan tingkat kesukarelaannya:

a. Partisipasi spontan, yaitu partsipasi yang terbentuk secara spontan dan tumbuh karena motivasi intrinsic berupa pemahaman, penghayatan, atau keyakinannya sendiri, tanpa adanya pengaruh yang diterimanya dari oleh pihak lain.

b. Partisipasi terinduksi , yaitu partisipasi yang tumbuh karena terinduksi oleh adanya motivasi ekstrinsik (berupa bujukan, pengaruh, dorongan, penyuluhan) dari luar, meskipun yang bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk berpartisipasi

c. Partisipasi tertekan oleh kebiasaan, yaitu partisipasi yang tumbuh karena adanya tekanan yang dirasakan sebagaimana layaknya warga masyarakat


(25)

pada umumnya, atau partisipasi yang dilakukan untuk mematuhi kebiasaan, nilai-nilai atau norma yang dianut oleh masyarakat setempat. apabila tidak berperan serta khawatir akan tersisih atau terkucilkan oleh masyarakat.

d. Partisipasi tertekan oleh alasan sosial ekonomi, yaitu partisipasi yang dilakukan karena takut akan kehilangan status sosial atau menderita kerugian/tidak memperoleh bagian manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan.

B. Kerangka Pemikiran

Terbentuknya lembada ekonomi petani berupa badan usaha milik petani (BUMP) di Desa Jogonayan merupakan bentuk dari penguatan di sektor pertanian. BUMP sendiri merupakan kelembagaan ekonomi berbadan hukum perseroan yang dimiliki oleh petani. Lembaga ekonomi petani berhukum perseroan akan memiliki kekuatan dimata hukum dalam setiap kerjasama yang dilakukan dengan pihak luar. Dengan demikian diharapkan petani dapat melakukan kerjasama secara sejajar dengan perusahaan lain guna meningkatkan usahanya.

Dapat terbentuknya lembaga ekonomi petani berbadan hukum tidak terlepas dari peran pemerintah yang membina petani dan kelompok tani untuk membentuk sebuah lembaga ekonomi milik petani. Pada awalnya pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah menghasilkan sebuah lembaga berupa Kelompok Usaha Bersama (KUB). Kemudian agar petani dapat bekerjasama dengan pihak luar dan memiliki kekuatan dimata hukum dalam setiap kerjasama yang dilakukan dengan pihak luar maka dibentuklah sebuah BUMP.


(26)

11

Sebagai Sebuah lembaga ekonomi, BUMP memiliki profil sebagai sebuah lembaga usaha. Profil BUMP sebagai lembaga ekonomi petani dapat dilihat dari sejarah berdirinya BUMP, modal atau aset yang dimiliki serta keorganisasian yang dimiliki oleh BUMP. Lebih lanjut lagi sebagai sebuah lembaga ekonomi petani, BUMP juga memiliki kegiatan usaha yang dilakukan. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh BUMP meliputi kegiatan usaha pembuatan pakan konsetrat, kegiatan usaha pupuk organik, kegiatan usaha sayuran dan kegiatan usaha sapi potong.

Adanya lembaga dan kegiatan tersebut maka petani akan memiliki persepsi terhadap BUMP sreta akan ikut berpartisipasi di dalamnya. Persepsi petani yang terbentuk terhadap BUMP mencerminkan bagaimana pandangan dan penilaian petani terhadap BUMP. Dalam penelitian ini akan mengungkapkan terkait persepsi petani terhadap BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri sebagai kelembagaan ekonomi di Desa Jogonayan. Maksudnya, bagaimana petani memandang BUMP sebagai lembaga ekonomi dilihat dari fungsi, manfaat, kepengurusan, permodalan dan kegiatan BUMP. Persepsi yang dimiliki petani pada dasarnya tidak akan terlepas dari latar belakan atau profil anggota dan profil kelompok tani yang tergabung dalam BUMP. Adapun profil petani dapat dilihat diketahui usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan sedangakan profil kelompok meliputi jumlah anggota, status kelompok dan lokasi kelompok.

Adanya tindakan yang didasarkan atas persepsi tentang kegiatan yang dilakukan tersebut, akan menimbulkan sebuah perilaku yang nyata untuk


(27)

berpartisipasi dalam lembaga BUMP. Partisipasi petani dalam BUMP dapat dikatagorikan berdasarkan bentuk partisipasi petani dan derajat kesukarelaan.

Keterangan:

= Hubungan yang dibahas dalam penelitian = Hubungan yang tidak dibahas dalam penelitian

Gambar 2. Kerangka pemikiran Profil Petani: a. Usia b. Tingkat Pendidikan c. Pekerjaan Partisipasi Petani: a. Bentuk partisipasi

petani b. Derajat kesukarelaan dalam berpartisipasi Persepsi Petani: a. Kelembagaan b. Fungsi BUMP c. Modal BUMP d. Kegiatan BUMP e. Pengurusan BUMP Kelompok Tani BUMP Profil BUMP a. Sejarah b. Modal c. Organisasi Kegiatan usaha

a. kegiatan usaha pakan konsetrat b. kegiatan usaha pupuk organik c. kegiatan usaha sayuran segar d. kegiatan usaha sapi potong Petani

a. Status kelompok b. Lokasi kelompok c. Jumlah anggota Pemerintah


(28)

18

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Nazir (2013) metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Penelitian ini akan terfokus pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai gambaran kondisi lapangan sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan. Jenis penelitian ini akan mampu menangkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi teliti dan penuh nuansa, data yang dikumpulkan berwujud kata-kata dalam kalimat atau gambar yang mempunyai arti lebih dari sekedar pernyataan jumlah ataupun frekuensi dalam bentuk angka Fokus penelitian ini adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh BUMP PT Merbabu Tunas Mandiri sebagai lembaga ekonomi petani. Selain itu penelitian ini juga berusaha untuk memperoleh data terkait persepsi dan partisipasi petani dalam lembaga BUMP.

A. Penentuan Lokasi

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Dimana penelitian akan dilakukan pada petani di Desa Jogonayan Kecamtan Ngablak Kabupaten Magelang yang menjadi anggota BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri. Penentuan lokasi tersebut dipilih karena BUMP PT. Merbabu Tunas


(29)

Mandiri merupakan badan usaha dengan bentuk badan hukum perseroan terbatas yang sahamnya dimiliki oleh petani.

B. Metode Penentuan Responden

Metode penentuan responden pada penelitian ini dilakukan secara Purposive (sengaja). Pengambilan responden didasarkan atas pertimbangan bahwa responden dapat memberikan informan kunci (key informant) atau situasi sosial tertentu yang informasinya sesuai dengan fokus penelitian (Bungin 2003). Key Informant merupakan orang-orang yang dapat memberikan informasi bagi peneliti terkait kelembagaan dan kegiatan usaha yang dilakukan. Jumlah responden dalam penelian ini berjumlah 12 orang yang ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa responden merupakan orang yang dianggap memiliki kapabilitas atau kemampuan untuk menjawab tujuan penelitian atau memiliki informasi-informasi yang dibutuhkan peneliti.

Wawancara pertama selaku key informant dilakukan kepada Bapak Agus Dwi Wibowo selaku Direktur Utama BUMP yang juga sebagai penyuluh lapang di Desa Jogonayan. Dimana dari wawancara pertama dengan direktur utama diketahui bagamana gambaran secara umum mengenai BUMP, serta mendapat arahan terhadap petani yang akan dipilih sebagai responden. Arahan dari Bapak Agus terkait petani yang dapat diwawancara terdiri dari ketua Kelompok Tani yang ada di Desa Jogonayan serta pengurus dari BUMP. Selanjutnya wawancara dilakukan kepada Bapak Trimo Hadi selaku Komisaris Utama BUMP. Dari wawancara dengan Bapak Trimo Hadi, penulis mendapatkan informasi secara detail terkait BUMP serta orang-orang yang terlibat dalam kegiatan usaha yang


(30)

20

dilakukan oleh BUMP. Berdasarkan informasi tersebut kemudian wawancara dilakukan kepada orang-orang yang terlibat dalam kegiatan BUMP dilakukan dengan pertimbangan bahwa orang tersebut dapat memberikan informasi terkait kegiatan yang dilakukan bersama dengan BUMP. Pada Tabel 1 dapat dilihat secara keseluruahan resonden yang diwawancara oleh penulis.

Tabel 1. Daftar responden penelitian

No Nama Status

1. Trimo Hadi Ketua Kelompok Lestari Merbabu Ketua KUB

Komisaris Utama BUMP 2. Sugeng Wibowo Komisaris BUMP

Sekertais Kelompok Muji Rejeki 3. Panut Ketua Kelompok Ngudi Mulyo 4. Ibu Triatri Sekertaris Kelompok Ngudi Mulyo 5. Harno Anggota Kelompok Ngudi Mulyo

Ketua Gapoktan

6. Marju Ketua Kelompok Muji Rahayu

7. Yanto Mantan Pengurus UP-FMA

Pengurus administrasi BUMP Bendahara Kelompok Muji Rejeki 8. Sahono Anggota Kelompok Muji Rejeki 19. Tejo Pranowo Anggota Kelompok Muji Rahayu 10. Yoga Purnama Anggota Kelompok Lestari Merbabu

Mantan Pengurus UP-FMA Kepala Desa

11. M. Agus Dwi Wibowo

Penyuluh BPTP Diriktur Utama

12. Petrus Muhardi Komisaris Independen Penyuluh BPTP kabupaten


(31)

C. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari pengurus dan anggota kelompok tani Lestari Merbabu, Ngudi Mulyo, Muji Rejeki, dan Muji Rahayu. Data primer yang ingi didapatkan meliputi kegiatan lembaga BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri, Persepsi petani terhadap lembaga BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri serta partisipasi petani dalam lembaga BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara dengan responden dan observasi atau pengamatan secara langsung di lokasi penelitian. Menurut Marshall dalam Sugiyono (2013) menerangkan bahwa melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna perilkau dari responden. Data yang diperoleh adalah mengenai kegiatan lembaga BUMP, serta persepsi dan partisipasi petani dalam BUMP.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya atau data yang sudah terdokumentasi. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini ialah data yang diperoleh dari BUMP, kantor Kelurahan Jogonayan dan instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder ini meliputi keadaan umum, keadaan penduduk, keadaan pertanian Desa Jogonayan, dokumen BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri serta dokumen kelompok yang diteliti.


(32)

22

D. Definisi Operasional

1. Profil petani merupakan informasi yang menggambarkan identitas diri petani sebagai anggota dari BUMP.

a. Usia adalah lamanya hidup petani anggota BUMP dari lahir sampai penelitian dilakukan yang dinyatakan menggunakan satuan satuan tahun. b. Tingkat Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang

pernah ditempuh petani anggota BUMP dengan kategori lulus SD, lulus SMP, lulus SMA/sederajat, lulus Diploma, lulus Sarjana, dan tidak sekolah.

c. Pekerjaan adalah sumber mata pencaharian utama petani anggota BUMP untuk memperoleh pendapatan yang sedang berlangsung sampai penelitian.

2. Kegiatan usaha yang dijalankan adalah aktivitas yang dilakukan oleh petani dan BUMP baik dalam bentuk usaha yang dijalankan selama ini. Kegiatan yang dilakukan meliputi: produksi dan pemasaran.

a. Produksi adalah kegiatan menghasilkan produk-produk pertanian utnuk dipasarkan

b. Pemasaran adalah kegiatan memasarkan produk yang diroduksi oleh anggota BUMP

3. Persepsi petani adalah pandangan atau penilaian petani terhadap Badan Usaha Milik Petani (BUMP) PT Merbabu Tunas Mandiri yang mencakup fungsi BUMP, manfaat BUMP, permodalan, kegiatan BUMP dan kepengurusan BUMP,


(33)

a. Persepsi terhadap kelembagaan BUMP adalah pandangan atau penilian petan terhadap kelembagaan BUMP yang berbentuk badan hukum perseroan terbatas.

b. Persepsi petani terhadap fungsi dari BUMP merupakan pandangan atau penilaian petani terhadap BUMP dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga ekonomi petani.

c. Persepsi terhadap modal BUMP adalah pandangan atau penilaian petani terkait bagaimana sistem modal yang dilakukan oleh BUMP.

d. Persepsi terhadap kegiatan BUMP adalah pandangan atau penilaian petani terkait kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh BUMP selama ini.

e. Persepsi terhadap pengurus BUMP adalah pandangan atau penilaian petani terkait bagaimana pengurus BUMP menjalankan kelembaggan selama ini.

4. Partisipasi adalah keikutsertaan petani dalam kelembagaan Badan Usaha Milik Petani PT. Merbabu Tunas Mandiri, yang dilihat dari:

a. Bentuk partisipasi adalah kontribusi yang dilakukan oleh petani dalam lembaga BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri.

b. Tingkat kesukarelaan adalah kemauan petani untuk berpartisipasi pada lembaga BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif untuk analisis data. Penelitian menggunakan metode kualitatif berawal dari asumsi tentang realisasi atau fenomena sosial yang bersifat unik dan komplek. Di dalamnya terdapat


(34)

24

regulasi atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi atau keragaman (Bungin, 2003).

Sugiyono (2013), analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Data yang sudah dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumen disusun dan dianalisis secara penelusuran kualitatif mengunakan model analisis interaktif yang fimulsi dengan reduki data, sajian data, penarikan simpulan dan verifikasi.

1. Reduksi data (data reduction )

Merupakan proses seleksi dari catatan lapangan (fieldnote), baik yang berupa catatan wawancara, dokumen-dokumen, maupun catatan refleksi peneliti. Kegiatan ini berupa pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan (fieldnote). Dalam proses ini data dikategorikan dan data yang tidak perlu dibuang. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data.

Reduksi data diawali dengan pembatasan terhadap permasalahan penelitian dan membatasi pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitian.


(35)

Dalam penelitian ini peneliti membatasi persepsi dan partisipasi masyarakat dalam lembaga BUMP.

2. Sajian data (data display)

Merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Selain dalam bentuk narasi sajian data juga dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar/skema maupun tabel sebagai pendukung narasi. Sekumpulan informasi yang tersusun tersebut memberi kemungkinan adanya kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan penyajian data, dapat diketahui apa yang terjadi dan memungkinkan untuk menganalisis dan mengambil tindakan.

3. Penarikan simpulan dan verifikasi (conclusion drawing)

Merupakan tahap pengambilan kesimpulan dari rangkaian data yang diperoleh di lapangan yang telah disusun dan disajikan dalam sajian data. Penarikan kesimpulan ini diawali dari kesimpulan-kesimpulan yang awalnya belum jelas, kemudian makin eksplisit berdasarkan landasan yang kuat. Data -data yang telah diperoleh diuji kembali validitasnya supaya simpulan penelitian menjadi lebih jelas dan bias dipercaya. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai proses pengumpulan data berakhir, karena itu penelitian bersifat terbuka terhadap data yang dikumpulkan. Dan apabila dalam menyimpulkan terjadi kekurangan data maka peneliti kembali ke lapangan untuk mencari data.

Dalam proses analisa, aktivitas ketiga komponen tersebut berbentuk inter aksi sebagai proses siklus. Peneliti tetap bergerak diantara ketiga komponen


(36)

26

analisis dengan komponen pengumpulan data selama proses pengumpulan data berlangsung. Sesudah pengumpulan data selesai pada setiap unitnya, dengan menggunakan waktu yang tersisa dalam penelitian ini maka peneliti hanya bergerak diantara ketiga komponen analisis tersebut, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Proses analisis inilah yang disebut dengan model analisis interaktif (interactive model analysis ). Untuk lebih jelasnya digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Teknik Analisis Data (Sugiyono, 2013) Pengumpulan

Data (1)

Sajian Data (3)

Penarikan simpulan &

verifikasi (4) Reduksi Data


(37)

27

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan

1. Kondisi Geografis dan Administrasi

Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Desa Jogonayan dibagi atas dua dusun yaitu Dusun Jogonayan, Dusun Deles serta dibagi atas 4 RW dan 12 RT. Secara geografis mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

Di Sebela Utara : Desa Ngablak,

Di Sebelah Timur : Desa Tejosari, Di Sebeah Selatan : Desa Genikan

Di Sebelah Barat : Kabupaten Semarang.

Mengenai Orbitasi (jarak dari pusat pemerintahan Desa / Kelurahan) Desa Jogonayan, dapat dilihat dari tabel 2 di bawah ini:

Tabel 1. Jarak Orbital Desa Jogonayan

No Jarak Orbital Km Waktu Tempuh

1. Jarak orbital dari Kecamatan Ngablak 1 5 menit

2. Jarak orbital dari Kabupaten Magelang 35 1 jam Sumber: BPS Kecamatan Ngablak dalam angka 2011

Dilihat dari data pada tabel 2 dapat diketahui bahwa jarak pemerintahan Desa Jogonayan ke pusat Kecamatan Ngablak dan Kabupaten Magelang, sehingga memudahkan adanya koordinasi antar unit lembaga pemerintahan desa dengan kecamatan dalam urusan pemerintahan maupun pembangunan.


(38)

28

2. Keadaan Topografi dan Pemanfaatan Lahan

Secara topografi, Desa Jogonayan merupakan dataran tinggi di kawasan lereng Gunung Merbabu dengan ketinggian tempat mencapai 1500-1550 meter dari permukaan laut. Sebagian besar bentuk wilayah desa ini adalah bergelombang sampai bergunung dengan luas wilayahnya mencapai 180,5 Ha. Dari keseluruhan luas wilayah yang dimiliki Desa Jogonayan, dapat dilihat pada tabel 3 peruntukan lahan.

Tabel 2. Luas Peruntukan Lahan dalam Ha

No Peruntukan Lahan Luas Persentase

1. Lahan Persawahan 0 0%

2. Pekarangan 17 9%

3. Lahan Tegalan 130,47 72%

4. Lain-Lain 5 3%

5. Kehutanan 28 16%

Total 180,47 100%

Sumber: BPS Kecamatan Ngablak dalam angka 2011

Apabila dilihat pada tabel 2 memang 72% dari total keseluruhan wilayah Desa Jogonayan digunakan untuk lahan tegalan yang diperuntukan untuk pertanian tanaman holtikultura. Hal ini menunjukan bahwa potensi pertanian di Desa Jogonayan masih besar Dengan demikian, pengembangan sektor pertanian masih dapat ditingkatkan semaksimal mungkin.

B. Keadaan Penduduk

Jumlah dan keadaan penduduk pada suatu daerah akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Keadaan seperti ini terjadi karena adanya kelahiran, kematian serta perpindahan penduduk baik yang masuk ataupun yang keluar dari daerah tersebut. Apabila dilihat dari data dari Badan Pusat Statistik di tahun 2014 penduduk di Desa Jogonayan berjumlah 1.014 jiwa dengan 357 kepala


(39)

keluarga.Jumlah penduduk tersebut dapat dilihat berdasarkan beberapa keadaan seperi keadaan penduduk menurut usia, keadaan penduduk menurut jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikannya serta keadaan penduduk menurut matapencahariannya.

1. Keadaan penduduk menurut usia

Keadaan penduduk menurut umur sangat penting diketahui dalam hubungannya dengan angkatan kerja. Secara umum angkatan kerja dapat dilihat dari katagori rentang usia 15 – 60 tahun. Hal ini karena penduduk dengan rentang usia tesebut merupakan masa produktif dalam bekerja.

Tabel 3. Keadaan penduduk menurut usia

No Umur Jumlah Persentase

1. 0-4 70 6,9%

2. 5-14 155 15,3%

3. 15-59 669 66,0%

4. > 60 120 11,8%

Total 1.014 100%

Sumber: BPS Kecamatan Ngablak dalam angka 2014

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Desa Jogonayan yang terbesar adalah golongan usia antara 16-59 tahun sebesar 66%. Hal ini menunjukan bahwa penduduk Desa Jogonayan sebagian besar adalah usia produktif. Dimana dengan masih banyaknya usia, maka potensi petani untuk dapat ikut dalam berpartisipasi di BUMP juga semakin besar.

2. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin

Keadaan penduduk menurut jenis kelamin akan sangat menentukan tentang kebutuhan dasar penduduk serta penyediaan jumlah tenaga kerja yang dapat


(40)

30

diikutsertakan dalam pembangunan, khususnya bidang pertanian. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin di Desa Jogonayan terbilang jumlah penduduk perempuan lebih banyak walaupun demikian, perbedaan jumlah ini tidak terlalu jauh dan masih dapat dikatakan berimbang.

Tabel 4. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin

Jenis Kelaim Jumlah

Perempuan 514

Laki-laki 500

Total 1.014

Sumber: BPS Kecamatan Ngablak dalam angka 2014

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki, sehingga memungkinkan terdapat kekurangan jumlah tenaga kerja laki-laki disektor pertanian mengingat sektor ini bersifat kasar seperti menggarap lahan. Namun demikian, ada sebagian pekerjaan disektor ini yang dapat dilakukan oleh kaum perempuan seperti penanaman, perawatan dan panen.

3. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan

Kondisi pendidikan masyarakat di wilayah tertentu akan sangat berpengaruh dengan pembangunan daerah tersebut. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang memadai akan mempermudah dalam percepatan pembangunan karena perpindahan informasi dan alih teknologi berjalan lancar. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Jogonayan sebagaian besar adalah Tamat SD/ Sederajat (tabel 6).


(41)

Tabel 5. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan

No Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase

1. Tidak sekolah 63 6.8%

2. Belum tamat SD 62 6.7%

3. Tidak tamat SD 37 4.0%

4. SD 539 64.3%

5. SLTP 121 13.1%

6. SLTA 42 4.6%

7. Tamat akademi/PT 4 0.4%

Total 922

Sumber: BPS Statistik Daerah Ngablak 2014

Tabel 6 menunjukkan bahwa Desa Jogonayan memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah penduduk terbesar yakni tingkat pada pendidikan SD dan SLTP sebanyak 539 dan 121 jiwa. Tinggi rendahnya pendidikan akan berpengaruh bagi perkembangan BUMP, karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin tinggi pula inisiatif yang dimiliki, sehingga akan berdampak pada kesiapan petani dan kelompok dalam menerima pembaharuan-pembaharuan inovasi dan teknologi.

4. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian

Seringkali mata pencaharian penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut diantaranya adalah sumber daya yang tersedia serta kondisi sosial ekonomi seperti tingkat pendidikan, jumlah lapangan pekerjaan yang ada, keterampilan dan modal. Hal ini, juga terjadi di Desa Jogonayan dimana sebagian besar adalah petani dan buruh tani. Keadaan penduduk menurut matapencaharian di Desa Jogonayan dapat dilihat pada tabel 7.


(42)

32

Tabel 6. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah

1. Tani 659

2. Buruh Tani 126

3. Industri 0

4. Buruh Industri 2

5. Buruh Bangunan 13

Sumber: BPS Statistik Daerah Ngablak 2014

Tabel 7 menunjukkan bahwa sektor mata pencaharian yang mendominasi adalah mata pencaharian penduduk sebagai petani. Hal ini sesuai dengan kondisi sumberdaya yang dimiliki Desa Jogonayan serta kondisi sosial ekonominya. Walaupun demikian, secara umum petani di Desa Jogonayan, selain bertani juga memiliki ternak sebagai sambilan. Setidaknya setiap petani bisa memiliki 2 ekor sapi sebagai hewan ternaknya.

C. Kondisi Sarana Prasarana

Selain sumberday alam dan manusia, salah satu penunjang majunya sebuah daerah adalah adanya sarana dan prasarana yang baik. Sarana prasara tersebut dapat dikatakan baik manakala dapat menunjang sektor yang adakn dibangun. Disektor pertanian misalnya, perlu adanya sarana seperti ekonomi dan sarana penghubung untuk mendukung kemajuan sektor tersebut.

1. Keadaan sarana ekonomi

Upaya pembangunan di suatu daerah tidak bisa dilepas dari sarana perekonomian yang ada di wilayah tersebut. Hal ini karena pembangunan daerah juga harus didukung oleh sektor perekonomian. Setidaknya dibutuhkan sarana dan


(43)

prasarana serta lembaga perekonomian yang memadai, baik yang diuasahakan pemerintah, swasta maupun masyarakat setempat untuk mendukung pembangunan daerah.

Kondisi sarana perekonomian yang di Desa Jogonayan sendiri dinilai kurang mendukung dalam pembangunan desa. Hal ini karena di Desa Jogonayan Sendiri tidak ada pasar atau lembaga ekonomi seperti bank atau koprasi simpan pinjam. Sarana yang ada di Desa Jogonayan dalam hal ekonomi hanya terdapat sebelas toko atau warung saja. Walupun demikina, letak Desa Jogonayan yang tidak jauh dari pusat Kecamatan Ngablak membuat penduduk Desa Jogonayan dapat dengan mudah memasarkan hasil pertanian di pasar.

2. Sarana perhubungan

Agar sebuah wilayah dapat berkembang, maka dibutuhkan sebuah sarana penghubung yang baik. Sarana penng hubung tersebut bertujuan untuk memperlancar transportasi dan jalannya roda perekonomian. Baiknya sebuah sarana penghubung juga akan menunjang berkembangnya lembaga-lembaga yang ada di wilayah tersebut, seperti lembaga ekonomi petani berupa BUMP.

Kondisi jalan di Desa Jogonayan sebagian besar telah diaspal ataupun dibetonisasi oleh warga masyarakat sekitar. Setidaknya di Desa Jogonayan terdapat kurang lebih 2,5 kilometer jalan yang sudah diaspal dan dibetonisai. Setatus jalan tersebut merupakan jalan desa yang belum bisa dilalui oleh kendaraan besar.


(44)

34

D. Keadaan Pertanian dan Peternakan

1. Keadaan pertanian

Keadaan alam di Desa Jogonayan sangat mempengaruhi kondisi pertanian di desa tersebut. Pertanian di Desa Jogonayan berupa pertanian lahan tegalan tanpa irigasi teknis. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan air untuk pertanian petani mengandalkan hujan dan air yang ditampung dari mata air dan dialirkan menggunakan pipa-pipa pralon kecil secara berkelompok.

Tabel 7. Produksi Usahatani Desa Jogonayan Tahun 2014

No Jenis Tanaman Luas

Produksi rata-rata tiap Ha (Ton) Jumlah petani pelaksana (org)

Pangan Hortikultura Perkebunan Tanam (Ha)

Panen (Ha)

1. Jagung 12 12 6 56

2. Tembakau 35 34,7 7,5 168

3. Tomat 7 3 12,5 36

4. Kentang 45 27 20 132

5. Kobis 42 29 35 165

6. Brokoli 68 32 8 276

7. Sawi 38 16 25 213

8. Wortel 56,5 24 23 257

Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian Dan Kehutanan (BPPK) Kecamatan Ngablak Pertanian di Desa Jogonayan sendiri lebih didominasi oleh tanaman holtikultura sebagai komoditi utamanya (Tabel 8). Tanaman holtikultura yang ditanam oleh petani di Desa Jogonanyan meliputi tomat, kentang, kobis, brokoli, sawi dan wortel. Alasan petani lebih memilih tanaman holtikultura ialah karena sesuai dengan kondisi alam yang berada di dataran tinggi yang cocok untuk jenis tanaman holtikultura. Selain karena kondisi alamnya, masa panen tanaman


(45)

holtikultura yang tidak terlalu lama juga menjadi pilihan petani dibandingkan dengan tanaman jenis lain.

2. Keadaan peternakan

Pembangunan pertanian tidak dapat dipisahkan dari keadaan peternakan di daerah tersebut. Peternakan dapat menjadi potensi yang dapat dikembangkan guna mendukung pertanian yang ada, atau bahkan menjadi potensi utama untuk dikembangkan. Kondisi peternakan Di Desa Jogonayan dapat dilihat pada tabel .

Tabel 8. Jumlah ternak di Desa Jogonayan

No Jenis Ternak Jumlah

1. Sapi 326

2. Kambing 92

Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian Dan Kehutanan (BPPK) Kecamatan Ngablak Pada tabel 9 hewan ternak yang diternakan petani di Desa Jogonayan berupa sapi dan kambing. Sapi yang diternakan di Desa ini meupakan sapi potong yang dimiliki secara pribadi oleh petani. Pada umumnya petani di Desa Jogonayan memiliki satu sampai tiga ekor sapi potong. Ternak sapi potong yang dimiliki oleh petani rata-rata bukan digunakan sebagai sumber penghasilan warga, melainkan sebagai sampingan selain bercocoktanam di ladang.

E. Kelembagaan Pertanian

1. Profil kelompok tani

Di Desa Jogonayan sendiri terdapat kelembagaan tani yang berupa Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani Di Tingkat Desa (Gapoktan). Setidaknya di Desa Jogonayan terdapat empat kelompok tani dan satu gapoktan. Profil keempat kelompok tani tersebut dapat dilihat pada tabel 10.


(46)

36

Tabel 9. Profil Kelompok Tani yang ada di Desa Jogonayan

No Nama Kelompok Setatus kelompok Tahun Berdiri Jumlah Anggota

1 Lestari Merbabu Utama 2005 18

2 Ngudi Mulyo Madya 2004 20

3 Muji Rejeki Madya 2003 26

4 Muji Rahayu Lanjut 2003 20

Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian Dan Kehutanan ( BPPK ) Kecamatan Ngablak

Pembentukan kelembagaan tani di Desa Jogonayan dimulai sejak tahun 2003 melalui fasilitasi dari Dinas Terkait yaitu Balai Penyuluhan Pertanian Dan Kehutanan ( BPPK ) Kecamatan Ngablak. Di Desa Jogonayan Mulai terbentuk Kelompok Tani dimulai pada sekitar tahun 2003. Pada mulanya, sekitar tahun 2003 Kelompok Tani Muji Rejeki di Dusun Deles dan di Dusun Jogonayan berdiri Kelompok Tani Muji Rahayu. Kemudian, pada tahun 2004 berdiri Kelompok Tani Ngudi Mulyo di Dusun Deles. Setelah itu pada tahun 2005 berdiri Kelompok Tani Lestari Merbabu. Dengan demikian di Dusun Deles terdapat tiga kelompok tani dengankan di Dusun Jogonayan terdapat satu kelompok tani. Kondisi yang demikian walaupun berada dalam satu desa, keempat kelompok tersebut merata di setiap dusunnya. Setelah ada beberapa kelompok tani yang terbentuk maka untuk mempersatukan kelompok-kelompok tersebut dapa tahun 2007 dibentuk Gapoktan Manunggal di Desa Jogonayan.

Keorganisasian di setiap kelompok tani di Desa Jogonayan tidak memiliki perbedaan. Pada dasarnya dalam setiap kelompok tani dipimpin oleh seorang ketua dan wakil ketua. Kemudian dalam tugasnya ketua dan wakil ketua akan dibantu oleh seorang bendahara dan seorang sekertaris dalam administrasi dan kegiatan kelompok.


(47)

2. Kegiatan Kelompok tani

Kegiatan yang dijalankan di setiap kelompok tani di Desa Jogonayan pada umumnya sama. Kegiatan tersebut berpusat pada budidaya dan peternakan. Dimana budidaya yang dilakukan merupakan budidaya tanaman holtikultura seperti kentang, brokoli, sawi, wortel, kobis dan sebagainya. Sedangkan pada kegitan peternakan ternak yang dipelihara mayuoritas adalah ternak sapi dan kambing. Walaupun pada umumnya kegiatan di setiap kelompok relatif sama, akan tetapi pada praktiknya setiap kelompok memiliki kegiatan unggulan masing-masing.

Pada Kelompok Tani Muji Rejeki kegiatan yang dilakukan berupa budidaya holtikultura, ternak sapi, ternak kambing dan pembuatan pupuk organik. Budidaya holtikultura yang dilakukan oleh kelompok Tani Muji Rejeki berupa kentang, brokoli, sawi, wortel dan kobis. Dengan tanaman brokoli sebagai tanaman unggulan. Pada kegiatan ternak sapi dan ternak kambing, pemeliharaannya tidak dilakukan secara bersama dalam satu kandang kelompok. Namun, dipelihara oleh petani-petani di kandang masing-masing meskipun kepemilikan sapi atau kambing itu bukan milik petani seorang saja, melainkan milik kelompok. Kemudian kegiatan pembuatan pupuk organik merupakan usaha yang dimiliki oleh salah seorang anggota kelompok Muji Rejeki, hanya saja dalam produksinya dilakukan oleh anggota kelompok.

Pada Kelompok Tani Lestari Merbabu kegiatan usaha yang dilakukan berupa budidaya sayuran produk utama brokoli, ternak sapi potong dan pembuatan pakan konsentrat sapi potong. Pada kegiatan budidaya tanaman


(48)

38

holtikultura yang dilakukan oleh kelompok tani Lestari Merbabu tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh kelompok Munji Rejeki, dimana tanaman brokoli menjadi tanaman unggulannya. Kegiatan budidaya sapinya pun juga tidak berbeda dengan kelompok Muji Rejeki, dimana ternak sapi tidak dipelihara dalam satu kandang kelompok. Melainkan dipelihara di kandang-kandang anggota. Walaupun pada kegiatan budidaya holtikultura dan peternakan sapi tidak berbeda dengan kelompok Muji Rekeki, akan tetapai kelompok Lestari Merbabu merupakan kelompok yang memiliki kegiatan pembuatan pakan konsentrat untuk sapi potong.

Pada Kelomok Tani Ngudi Mulyo kegiatan yang dijalankan berupa budidaya tanaman holtikultura, ternak sapi potong dan ternak sapi perah. Pada kegiatan budidaya tanaman holtikultura yang dilakukan oleh kelompok tani Ngudi Mulyo tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh kelompok Munji Rejeki dan Lestari Merbabu, dimana tanaman brokoli menjadi tanaman unggulannya. Hanya saja pada kelompok tani Ngudi Mulyo merupakan satu-satunya kelompok yang membudidayakan sapi perah dsecara bersama-sama dalam satu kandang kelompok.

Berbeda dengan kelompok lainnya, pada Kelompok Tani Muji Rahayu kegiatan usaha yang dijalankan hanya berpusat budidaya sayuran dan holtikultura, dengan kentang sebagai produk utama. Pada awalnya kelompok tani Muji Rejeki juga memiliki kegiatan ternak sapi seperti pada kelompok-kelompok yang lain. Hanya saja, kegiatan tersebut tidak lagi dilakukan, mengingat seringnya ternak yang mati, sehingga petani merugi.


(49)

39

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri

1. Sejarah Berdiri BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri

Proses lahirnya BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri tidak lepas dari kegiatan Program Pemberdayaan Petani Melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP). Kegiatan tersebut merupakan kegiatan merupakan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Kementrian Pertanian yang berkerjasama dengan Bank Dunia. Selama masa kegiatan P3TIP tersebut terbentuk Kelompok Usaha Bersama sebagai usaha yang dikelola bersama-sama. Kemudian agar agar usaha yang dijalankan dapat berkembang maka dibentuk lembaga ekonomi yang memiliki dasar hukum dan bersifat profesional.

Tabel 1. Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Kelompok

Periode Kegiatan Prestasi

Masa kegiatan P3TIP (2008)

1. Adanya kegiatan P3TIP 2. Pembelajaran agribisnis

penggemukan sapi potong

1.Petani memiliki keahlian di bidang agribisnis sapi potong

2.Petani dapat memproduksi

Masa

pembentukan KUB di Desa Jogonayan (2010-2012)

1. Pembangunan pabrik pakan konsetrat

2. Pembentukan kelompok usaha bersama sapi potong dan pakan konsetrat

3. Pembelajaran agribisnis brokoli 4. Pembentukan kelompok usaha

bersama brokoli dan pupuk organik

5. Penggabungan kedua kelompok usaha bersama menjadi KUB Tunas Merbabu

1.KUB Agribisnis Sapi Potong dan Unit Usaha Pengelolaan Pakan Konsentrat

2.KUB Agribisnis Brokoli Organik dan Unit Usaha Pengelolaan Pupuk Organik

3.Penggabungan dua KUB menjadi KUB TUNAS MERBABU

Masa

Pembentukan BUMP (September 2012)

1. Terbentuknya kerjasama 2. Pembentukan BUMP

1.UP-FMA Desa Jogonayan mendapat penghargaan dari Presiden RI sebagai daerah UP-FMA Desa berprestasi ditingkat Nasional tahun panilaian 2012 2.Terbentuknya BUMP PT Merbabu


(50)

40

Masa kegiatan P3TIP (2008). Terbentuknya BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri bermula pada tahun 2008 dimana Desa Jogonayan menerima program dari Kementrian Pertanian yang bekerja sama dengan Bank Dunia yaitu yang Program Pemberdayaan Petani Melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP). Kegiatan P3TIP tersebut pelaksanaaanya dikelola di tingkat desa yang disebut Unit Pengelola Farmer Managed Actiffities (UP-FMA Desa). Sehingga pada tahun 2008 terbentuklah UP-FMA Desa Jogonayan sebagai pengelola kegiatan.

Kegiatan P3TIP dilaksanakan berdasarkan hasil identifikasi permasalahan dan potensi melalui rembuk tani ditingkat desa. Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan potensi tersebut, diketahui bahwa petani di Desa Jogonayan mayoritas meiliki ternak sapi potong sebagai sampingan dari kegiatan pertaian yang dilakukan. Maka berdasarkan identifikasi tersebut diputuskan bahwa kegiatan P3TIP di Desa Jogonayan berupa kegiatan pembelajaran agribisnis sapi potong. Kegiatan pembelajaran tersebut dapat dirinci menjadi penggemukan sapi, pemeliharaan sapi, bagaimana pemberian pakan, pembuatan pupuk organik dan pembuatan pakan konsetrat. Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan secara bertahap dari tahun 2008, 2009 dan 2010. Dari kegiatan tersebut, petani memiliki pengetahuan baru terkait usaha penggemukan sapi potong. Salah satu pengetahuan baru yang dimiliki petani ialah pengetahuan tentang pembuatan pakan konserat dan pembuatan pupuk organik dari hasil limbah sapi.

Masa pembentukan KUB di Desa Jogonayan (2010-2012). Setelah kegiatan terlaksana, pada tahun 2010 petani yang mengikuti kegiatan sudah


(51)

memiliki kemampuan dalam usaha penggemukan sapi dan pembuatan pakan. Sehingga untuk menunjang kegiatan tersebut Kelompok Lestari Merbabu mengajukan proposal ke Dinas untuk mendapat bantuan pabrik untuk pakan ternak. Prososal yang diajukan pun disetujui senhinnga pada tahun 2010 mulai dibangun pabrik pakan konsetrat di Desa Jogonayan. Dengan hadirnya pabrik di Desa Jogonayan, maka petani memiliki usaha pembuatan pakan konsetrat. Dengan adanya kegiatan usaha berupa penggemukan sapi dan pembuatan pakan ternak maka dibentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang diberi nama KUB Agribisnis Sapi Potong dan Unit Usaha Pengelolaan Pakan Konsentrat.

Pada tahun 2011 kegiatan pembelajaran P3TIP yang dilaksanakan adalah agribisnis budidaya sayuran brokoli dan pembuatan pupuk organik. Bersama dengan kegiatan tersebut dibentuk juga KUB Agribisnis Brokoli Organik dan Unit Usaha Pengelolaan Pupuk Organik. Untuk memperkuat kelembagaan dan kegiatan usaha, KUB Agribisnis Sapi Potong dan Unit Usaha Pengelolaan Pakan Konsentrat dan KUB Agribisnis Brokoli Organik dan Unit Usaha Pengelolaan Pupuk Organik maka pada 14 Februari 2012 sepakat bergabung menjadi KUB TUNAS MERBABU dengan kegiatan: a) Penggemukan sapi potong; b) Pengolahan pakan konsentrat dengan merek dagang Bona-Feed; c) Pengolahan pupuk organik cair, dan pupuk organik, dengan merek dagang Super ONB; d) Budidaya brokoli.

Masa Pembentukan BUMP (2012). Pada tahun 2012 UP-FMA Desa Jogonayan menjadi salah satu desa yang kegiatannya diperpanjang oleh program P3TIP. Hal ini dikarenakan kegiatan di UP-FMA Desa Jogonayan dinilai baik dan


(52)

42

dapat dilanjutkan pada jenjang berikutnya. Selain itu pada tahun yang sama, karena prestasi dalam kegiatan yang dilakukan tersebut UP-FMA Desa Jogonayan mendapat penghargaan dari Presiden RI sebagai daerah UP-FMA Desa berprestasi ditingkat Nasional tahun panilaian 2012.

Pada kegiatan yang selanjutnya, dilakukan identifikasi masalah untuk memajukan pertanian berdasarkan identifikasi kebutuhan yang ada. Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan pembelajaran menunjukkan bahwa KUB Tunas Merbabu masih agak sulit berkembang karena beberapa permasalahan diantaranya adalah Manajemen Organisasi dan Pengelolaan Usahanya, sehingga kegiatan pembelajarannya yang dilaksanakan pada tahun 2012 adalah Peningkatan Kapasitas Usaha dan Kelembagaan KUB Tunas Merbabu yang meliputi manajemen produksi pakan dan jaringan pemasaran.

Kemudian, dengan adanya berbagai potensi yang sudah dimiliki masyarakat di Desa Jogonayan berupa semangat kebersamaannya untuk maju dari masyarakat maupun anggota. Maka petani menghendaki adanya sebuah organisasi yang profesional, visibel, provitabel dan bankabel tetapi juga tetap mengedepankan unsur pemberdayaan bagi masyarakat dan anggota pada khususnya dengan tetap menjunjung tinggi nilai moral serta kearifan budaya lokal. Maka dalam rangka meningkatkan kapasitas usaha, kelembagaan KUB yang ada saat ini ditingkatkan menjadi sebuah organisasi bisnis yang profesional dan berdaya saing susuai dengan harapan petani. Maka pada 08 September 2012 dimotori oleh Penyuluh Pendamping dan para Tokoh Tani sepakat membentuk sebuah badan usaha berbadan hukum. Lembaga ini merupakan perpaduan antara lembaga bisnis dan


(53)

pemberdayaan yang meliputi bina manusia, bina usaha, bina lingkungan dan bina lembaga. Lembaga yang didirikan tersebut dinamakan Badan Usaha Milik Petani (BUMP) berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dengan nama PT. Merbabu Tunas Mandiri.

2. Keorganisasian

a. Maksud dan tujuan

Pembentukan BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri memiliki maksud yaitu: a) Mewujudkan ketahanan pangan dan perbaikan kesejahteraan petani dan peternak melalui pengembangan pertanian, pembibitan, penggemukan, pemotongan dan penjualan yang semakin komersial, maju dan profesional yang berbasis pada kearifan budaya lokal dengan selalu memperhatikan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup; b) Mengembangkan Badan Usaha Milik Petani sebagai hibrid dari lembaga bisnis dan pemberdayaan masyarakat,

Pendirian BUMP ini memiliki tujuan untuk : a) Mengenalkan inovasi teknologi, inovasi sosial dan inovasi kelembagaan yang mampu meningkatkan produktivitasdan sekaligus memperbaiki kesejahteraan petani dan peternak secara berkelanjutan; b) Memfasilitasi pembiayaan usaha budi daya sayuran dan ternak sapi melalui pengembangan sistim kredit yang mudah diakses oleh petani dan peternak; c) Melakukan pemberdayaan melalui pendampingan usaha, pelatihan dan sekolah lapang yang mencakup aspek-aspek teknis, manajemen dan sikap kewira usahaan; d) Memberikan jaminan pemasaran hasil pada tingkat harga yang lebih memberikan perbaikan posisi tawar dan menguntungkan petani dan


(54)

44

peternak; e) Mengembangkan kerja sama kemitraan bisnis dan pemberdayaan petani dan peternak dengan semua pelaku bisnis, pemerintah, akademisi dan pemangku kepentingan yang lain.

b. Visi dan misi

BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri memiliki visi “Bersama BUMP Petani KUMANJA (Kuat, Mandiri Dan Sejahtera)”. Adapun misinya yaitu: a)

Mengembalikan kejayaan dan jatidiri petani sebagai salah satu penyangga ekonomi bangsa; b) Mendorong terwujudnya petani yang kuat dan mandiri dengan selalu meningkatkan kerja sama disegala bidang dengan semua pihak / pemangku kepentingan; c) Mendorong terwujudnya kesejahteraan yang hakiki bagi petani dan anggota keluarganya.

c. Struktur organisasi

Sebagai sebuah lembaga ekonomi untuk mencapai tujuan tertentu memerlukan manajemen yang baik. Menejemen bertujuan agr tugas dan pekerjaan dalam lembaga dapat dibagi sesuai dengan kemampan dan tanggungjawab masing-masing. Sebagai sebuah lembaga ekonomi berbadan hukum perseroan, organisasi BUMP terdiri dari RUPS (rapat umum pemegang saham), dewan komisaris dan dewan direksi. Bentuk dari struktur organisasi di BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri memiliki struktur organisasi yang ramping. Dimana organisasi dibentuk sesuai dengna kebutuhan dari organisasi tersebut. Selain itu pada setiap bagiannya diisi dengan tidak terlalu banyak pengurus didalamnya. Setruktur seperti ini memiliki kelebihan dimana tidak terlalu banyak orang yang


(55)

terlibat dalam pengambilan keputusan dalam organisasi. Sehingga keputusan dapat dilakukan dengan cepet.

Walaupun memiliki struktur organisasi yang ramping, pengurus BUMP ternyata juga ada yang merangkap jabatan. Kondisi yang demikian memiliki dampak pada beban dan tanggungjawab pengurus yang merangkap. Kondisi seperti ini dikarenakan sedikitnya petani yang mau untuk menjadi pengurus di BUMP PT. Mebabu Tunas Mandiri. Bentuk setruktur organisasi BUMP PT. Mebabu Tunas Mandiri dapat dilihat pada gambar 4 .

Gambar 1. Struktur Organisasi BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri Dewan Komisaris

Direksi

Administrasi:

Devisis Pakan Ternak Devisis Sayuran

Devisis Pupuk Organik Devisis Sapi Potong RUPS


(56)

46

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan rapat tahunan yang diadakan oleh pemegang saham untuk memeperoleh keterangan-keterangan terkait BUMP, baik dari Direksi maupun dari Dewan Komisaris. Keterangan tersebut digunakan untuk mengefaluasi dan menentkan langkah-langkah setrategis yang dapat diambil oleh BUMP. Kegiatan ini biasanya diadakan pada bulan Maret setiap tahunnya. Karena pemegang saham di BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri merupakan KUB Tunas Mnadiri dan KUB Mekarsari maka peserta dalam rapat tersebut merupakan perwakilan dari kedua KUB.

Dewan Komisaris. Anggota dewan komisaris secara umum merupakan perwakilan dari pemegang saham yang ditunjuk melalui RUPS. Dewan komisaris yang terdapat di BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri terdiri dari tiga anggota. Ketiga anggota tersebut terdiri dari komisaris utama, komisaris anggota dan komisaris independen. Berbeda dengan perseroan ada umumnya, dewan komisaris di BUMP terdapat komisaris Independen. Dimana Komisaris Independen merupakan pendaming dari Dinas Pertanian Kabupaten. Sedangkan Komisaris utama dan komisaris anggota merupakan petani. Tujuan keberadaan Komisaris Independen agar pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian Kabupaten dapat memantau perkembangan yang dilakukan oleh BUMP tersebut.

Dewan komisaris memiliki tugas sebagai pengawas dan penasehat dari setiap kegiatan yang dibuat oleh Direksi. Dengan tugas sebagai pengawas dan penasehat direksi, Dewan komisaris memiliki wewenang untuk:

a) Memasuki bangunan dan halaman atau tempat lain yang dipergunakan atau yang dikuasai oleh Perseroan dan berhak memeriksa semua pembukuan,


(57)

surat dan alat bukti lainnya, memeriksa dan mencocokkan keadaan uang kas dan lain-lain serta berhak untuk mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh Direksi;

b) Meminta penjelasan dari direksi dan setiap anggota direksi terkait segala hal yang dilakukan dieksi;

Selain sebagai pengawas dan penasehat Direksi, dalam keadan tertentu Komisaris dapat mengantikan Direksi. Kondisi tersebut apabila seluruh anggota Direksi diberhentikan sementara dan Perseroan tidak mempunyai seorangpun anggota Direksi, maka untuk sementara Dewan Komisaris diwajibkan untuk mengurus Perseroan. Dalam hal demikian Dewan Komisaris berhak untuk memberikan kekuasaan sementara kepada seorang atau lebih di antara anggota Dewan Komisaris atas tanggungan Dewan Komisaris. Kemudian apabila hanya ada seorang anggota Dewan Komisaris, segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Komisaris Utama atau anggota Dewan Komisaris.

Direksi. Direksi dalam BUMP merupakan orang-orang yang ditunjuk Melalui RUPS untuk menjalankan seluruh kegiatan perusahaan. Direksi di BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri Terdiri dari Diriktur Utama dan Diriktur Anggota. Sebagai orang yang ditunjuk untuk menjalakan perusahaan, Direksi memiliki wewenang sebagai berikut:

a. Direksi berhak mewakili Perseroan di dalam dan di luar Pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian, mengikat Perseroan dengan pihak lain dan pihak lain dengan Perseroan, serta menjalankan segala tindakan, baik


(58)

48

yang mengenai kepengurusan maupun kepemilikan, akan tetapi dengan pembatasan bahwa untuk : 1) Meminjam atau meminjamkan uang atas nama Perseroan; 2) Mendirikan suatu usaha atau turut serta pada perusahaan lain baik di harus dengan persetujuan Dewan Komisaris.

b. Direktur Utama berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta mewakili Perseroan.

c. Dalam hal Direktur Utama tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga, yang tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka salah seorang anggota Direksi lainnya berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta mewakili Perseroan mengambil uang Perseroan di Bank baik di dalam maupun di luar negeri;

Administrasi disini merupakan pengurus yang bertugas dalam hal tata usaha perusahaan. Tugas-tugas tersebut meliputi dari membuat catatan kegiatan usaha yang dilakukan, membuat arsip surat-menyurat, serta membantu

pengelolaan keuangan perusahaan. Pengurus pada posisi administrasi akan

bertanggungjawab secara langsung kepada Direktur.

Devisi merupakan bagian dari organisasi yang mengelola produksi pada kegiatan usaha di BUMP. Di BUMP PT Merbabu Tunas Mandiri terbagi dalam empat Devisi, dimana masing-masing Devisi mengelola kegiatan produksi untuk nantinya dipasarkan oleh BUMP. Devisi tersebut meliputi:


(1)

106

Tabel 12. Katagori kesukarelaan petani dalam berpartisipasi di BUMP

Katagori Pernyataan Responden

Dorongan pemerintah

“ya pernah dilibatkan, waktu itu saya memang pernah diundang untuk ikut dalam pembentukan. Dan saya memang dilibatkan hanya saja untuk kegiatan selanjutnya saya tidak aktif. Kemudian setelah itu saya tidak hadir lagi karena saya juga ada kegiatan di kelompok tani sendiri.” (Triatri)

“Jadi dulu itu kan ada kegiatan pelatihan dan pemasaran terkait budidaya sayuran brokoli. Nah dari pemerintah itu selain ada pelatihan juga dihubungkan dengan suplayer dari jogja itu” (Tejo Pranowo)

“Pendirian BUMP pada mulanya merupakan saran dari konsultan dari Solo Pak Edi namanya dan penyuluh dari Kabupaten. Setelah mendapat saran tersebut, kami mengumpulkan anggota kelompok tani.” (Trimo Hadi)

“pada kegiatan pemasaran sayur ke Borobudur itu awalnya merupakan usulan dari Pak Peturs mas. Beliau memberitahukan bahwa harga di sana lebih tinggi dari di pasar Ngablak” (Sugeng Wibowo)

Tekanan sosial

“Dulu itu saya kan menjadi pengurus di UP-FMA untuk kegiatan P3TIP. Tapi UP-FMA sekarang sudah di bubarkan karena kegiatannya sudah berahir. Nah waktu berdirinya BUMP itu kan sebenarnya tidak terlepas dari hasil dari kegiatan P3TIP teresbut, maka ya mau tidak mau saya diminta menjadi pengurus dalam BUMP tersebut”(Yanto)

“Dulu itu saya memang ikut mas, waktu itu saya masih aktif dalam kegiatan UP-FMA nah setelah itu ada memang ikut dalam pembentukan BUMP. Dan saya memang terlibat waktu itu.” (Harno)


(2)

107

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kegiatan usaha yang dijalankan oleh BUMP PT Merbabu Tunas Mandiri merupakan kegiatan pemasaran hasil produksi petani di Desa Jogonayan, antara lain pakan konsentrat, pupuk organik, sayuran segar, dan sapi potong. Disamping melakukan kegiatan pemasaran, BUMP juga berperan sebagaipendaming petani. Pada perkembangannya kegiatan usaha BUMP PT Merbabu Tunas Mandiri mengalami kemunduruan. Kemunduran terjadi pada setiap kegiatan yang diusahakan. Pada kegiatan usaha pembuatan pakan konsetrat kemunduruan terjadi karena banyaknya piutang sehingga kegiatan produksi menjadi tersendat. Pada kegiatan usaha pupuk organik kurang bersaingnnya produk dengan produk-produk pupuk yang dari luar menjadi kendala utama. Pada kegiatan pemasaran sayuran kemunduruan lebih disebabkan pihak mitra yang tidak membayar sayuran petani. Sedangkan pada kegiatan sapi potong kemunduruan lebih dikarenakan tidak jelasnya arah kegiatanyang akan dilakukan.

2. Pada persepsi petani terhadap kelembagaan cenderung negatif dimana petani masih ragu dapat berjalan dengan baik, walaupun demikian sebagian masih memiliki harapa akan adanya kemajuan bagi petani. Pada persepsi petani terhadap fungsi keseluruhan menilai bahwa BUMP belum berfungsi sesuai yang diharapkan, dua hal penyebabnya ialah belum merasakan manfaat


(3)

108

adanya BUMP dan masih banyak kendala yang dihadapi. Pada persepsi petani terhadap modal pada dasarnya menilai bagus, walaupun demikian ada sebagian sebagian tidak memahami sistemnya dan sebagian lainnya masih memiliki harapan. Pada persepsi terhadap kegiatan, petani menilai bahwa kegiatan yang dilakukan BUMP mengecewakan dan tidak berjalan sesuai harapan, hanya sebagia yang menilai baik walaupun masih banyak kendala. Sedangkan pada partisipasi terhadap pengurus, petani menilai bahwa penguruskurang komunikatif, tidak komunikatif dan tidak berjalan serta tidak jelas arah yang diinginkan pengurus. Secara umum persepsi petani terhadap kelembagaan, fungsi, modal, kegiatan dan pengurus BUMP kurang baik, hanya persepsi petaniterhadap kelembagaan, modal dan kegiatan saja yang ditemukan baik.

3. Bentuk Partisipasi yang dilakukan oleh petani meliputi partisipasi dalam pembentukan BUMP, partisipasi dalam kegiatan menegemenBUMP serta partisipasi dalam kegiatan usaha yang dijalankan. Partisipasi yang lain seperti partisipasi dalam hal kepemilikan saham, CSR dan pemanfaatan keuntungan BUMP belum dapat dilakukan. Dilihat dari tingkat kesukarelaannya partisipasi yang dilakukan oleh petani merupakan partisipasi dorongan pemerinah dan partisipasi karena tanggungjawab sosial.


(4)

109

B. Saran

1. Pengurus BUMP sebaiknya memberikan informasi secara terbuka kepada petani terkait perkembangan BUMP saat ini.

2. BUMP dapat melakukan kerjasama dengan pihak luar untuk menjalankan usaha, dengan posisi BUMP sebagai pelaksana usaha dan pihak luar sebagai pemodal.


(5)

110

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, B. 2005. PembangunanPertanian:Paradigma KebijakandanStrategi Revitalisasi.PT Grasindo, Jakarta.

Asyhadie, Z.& B. Sutrisno. 2012. Hukum Perusahaan dan Kepailitan. Erlangga, Jakarta.

Baba, S.; Isbandi; T.Mardikanto &Waridin. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Peternak Sapi Perah Dalam Penyuluhan Di Kabupaten Enrekang. Jurnal Ilmu dan Teknologi PeternakanI (3) : 193 – 208.

Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. 2012. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani. Kementrian Pertanian,Jakarta.

Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis Dan Metodologis Kearah Penguasaan Model Aplikasi. PT. Raja Grapindo Persada, Jakarta.

Kadir. 2015. Kesejahteraan Petani 2014 (Online). http://www.tempo.co. Diakses : 7 Febuari 2015.

Madikanto, T. & P.Soebianto. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik. Alfabeta, Bandung.

Madikanto, T. & S.E.Waluyo. 2012. Badan Usaha Milik Petani Konsep dan Implementasinya. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.

Mulyadi,M.2009.PartisipasiMasyarakatdalamPembangunanMasyarakat Desa. Nadi Pustaka, Jakarta.

Nazir, M. 2013. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Bogor.

Pakpahan, A. 2009. Badan Usaha Milik Petani Sebagai Sarana Gotong Royong Usaha Untuk Kemajuan Petani (Online). http://d.yimg.com

/kq/groups/21477406/1251464432/name/8068961-Badan-Usaha-Milik-Petaniktna.pdf. Diakses: 3 April 2015

Robbins, S.P. & T.A. Judge. 2008. Perilaku organisasi edisi 12. Salemba Empat, Jakarta.


(6)

111

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung.

Sunaryo. 2014. Psikologi Untuk Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Waluyo, S.E. 2012. Badan Usaha Milik Petani (BUMP) Sebagai Inovasi Kelembagaan Pemberdayaan Menuju Kemandirian Petani. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.