2.1.2 Farmakologi
Asam folat di dalam hati direduksi menjadi zat aktifnya THFA tetrahydrofolic acid, suatu ko-enzin yang penting sekali bagi sintesis DNA dan
RNA serta pembelahan sel. Oleh karena itu, kekurangan asam folat bisa mengakibatkan anemia primer megaloblaster Tjay dan Kirana, 2002.
Dalam keadaan normal, 5-20 mg folat disimpan di dalam hati dan jaringan-jaringan lain. Folat dieksresikan ke dalam urin dan feses, sehingga kadar
serum turun dalam beberapa hari bila asupan berkurang. Karena cadangan folat dalam tubuh relatif rendah dan kebutuhan harian tinggi, mak a defisiensi folat dan
anemia megaloblastik dapat terjadi 1-6 bulan setelah asupan asam folat berhenti, bergantung pada status nutrisi pasien dan kecepatan penggunaan folat.
Defisiensi folat dapat disebabkan oleh obat-obatan yang mengganggu absorpsi asam folat atau metabolisme asam folat di dalam tubuh. Fenitoin, beberapa
antikonvulsan, kontrasepsi oral dan isoniazid dapat menyebabkan defisiensi dengan menghambat metabolisme asam folat di usus. Obat-obat lain seperti
metrotreksat, trimetoprim menghambat dihidrofolat reduktase dan menyebabkan anemia megaloblastik Katzung, 1997.
2.2 Uraian Tentang Pharmacoat
Gambar 1. Rumus Bangun Pharmacoat
Universitas Sumatera Utara
Pharmacoat mempunyai nama kimia hydroxypropyl methyl cellulose atau propilenglikol eter dari metil cellulose. Serbuk putih sampai kekuningan, tidak
berbau dan tidak berasa, larut dalam pelarut organik, larut dalam air dalam tingkat pH manapun pada suhu di bawah 60º C, tidak larut dalam sirup gula pada
konsentrasi ≤ 60 . Secara kimia inert, tidak bereaksi dengan bahan obat,
viskositas larutan rendah, mempunyai kadar metoksi 28-30 , kadar hidroksi 7-12 . Susut pengeringannya kurang dari 5 , sisa pemijaran kurang dari 1,5
Shin-Etsu. Pharmacoat digunakan sebagai pengikat massa granul, fluidisasi dan
dalam proses cetak langsung. Selain itu pharmacoat digunakan sebagai penyalut akhir untuk menciptakan permukaan sediaan obat yang mengkilat, dan sebagai
bahan pengikat untuk tablet yang bersalut enterik. Penggunaan pharmacoat sebagai bahan pengikat paling efektif pada konsentrasi 1 - 4 Shin-Etsu.
Hidroksipropil metilcelulosa HPMC merupakan polimer alam yang telah dimodifikasi sebagai bahan pengikat yang memberikan kekompakan dan daya
tahan tablet sehingga dapat menyatukan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butiran granul. Viskositasnya yang rendah yaitu 5-15 cps sering digunakan
sebagai bahan penyalut yaitu 5-10 bv. Alasan utama sering digunakan sebagai penyalut karena sifatnya dalam membentuk lapis tipis yang sering digunakan pada
penyalutan secara konvensional. Selain itu sifatnya yang dapat larut dalam cairan pencernaan maupun pelarut organik Lachman, dkk., 1970.
2.3 Sediaan Tablet 2.3.1 Uraian Tablet
Universitas Sumatera Utara
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan
merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan
baja Ditjen POM, 1995. Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan
penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang, atau cakram,
serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis tengah tablet pada umumnya 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g Voigt, 1995.
2.3.2 Metode Pembuatan Tablet
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering mesin rol atau mesin slag dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan
kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa Ditjen POM, 1995.
Butiran granulat yang diperoleh, partikel-partikelnya mempunyai daya lekat. Daya alirnya menjadi lebih baik sehingga pengisian ruang cetak dapat
berlangsung secara kontiniu dan homogen. Keseragaman bentuk granulat menyebabkan keseragaman bentuk tablet Voigt, 1995.
a. Granulasi basah
Zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul
dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C. Setelah kering
Universitas Sumatera Utara
diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet Anief, 1994.
b. Granulasi kering
Metode ini digunakan pada keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung, obatnya peka terhadap pemanasan, kelembaban, atau
keduanya Lachman, dkk, 1994. Setelah penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk di slugged atau
dikompresi menjadi tablet yang lebar dan datar dengan garis tengah sekitar 1 inci. Kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan tidak menimbulkan serbuk
yang berceceran. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan lubang yang diinginkan, pelicin ditambahkan dan tablet dikempa
Ansel, 1989. c.
Kompresi Langsung Beberapa bahan obat seperti kalium klorida, kalium iodida, amonium
klorida, dan metenamin bersifat mudah mengalir, sifat kohesifnya juga memungkinkan untuk langsung dikompresi tanpa memerlukan granulasi Ansel,
1989.
2.3.3 Komposisi Tablet
Tablet oral umumnya di samping zat aktif mengandung, pengisi, pengikat, penghancur, dan pelincir. Tablet tertentu mungkin memerlukan pemacu aliran, zat
warna, zat perasa, dan pemanis Lachman, dkk, 1994. Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan
pengikat atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang-kadang
Universitas Sumatera Utara
dapat ditambahkan bahan pewangi flavoring agent, bahan pewarna coloring agent dan bahan-bahan lainnya Ansel, 1989.
a. Pengisi
Digunakan agar tablet memiliki ukuran dan massa yang dibutuhkan. Sifatnya harus netral secara kimia dan fisiologis, selain itu juga dapat dicernakan
dengan baik Voigt, 1995. Bahan-bahan pengisi yaitu : laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol, amilum, bolus alba, kalsium sulfat, natrium sulfat, natrium klorida,
magnesium karbonat Soekemi, dkk, 1987. b.
Pengikat Untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet, juga untuk
menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butir granulat Voigt, 1995. Pengikat yang umum digunakan yaitu : amilum, gelatin, glukosa, gom arab,
natrium alginat, cmc, polivinilpirolidon, dan veegum Soekemi, dkk, 1987. c.
Penghancur Untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak dengan cairan
saluran pencernaan dan mempermudah absorpsi Lachman, et al, 1994. Bahan yang digunakan sebagai pengembang yaitu : amilum, gom, derivat selulosa,
alginat, dan clays Soekemi, dkk, 1987. d.
Pelincir Ditambahkan untuk meningkatkan daya alir granul-granul pada corong
pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi pergesekan antara butir-butir granul, dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. Bahan
pelicin yaitu : metalik stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin dengan titik lebur tinggi, amilum maydis Soekemi, dkk, 1987.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Uji Preformulasi
Sebelum dicetak menjadi tablet, massa granul perlu diperiksa apakah memenuhi syarat untuk dapat dicetak. Preformulasi ini menggambarkan sifat
massa sewaktu pencetakan tablet, meliputi waktu alir, sudut diam dan indeks tap. Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan massa granul melalui
corong. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik, jika tidak maka akan dijumpai kesulitan dalam hal keseragaman bobot tablet. Hal ini dapat diatasi
dengan penambahan bahan pelicin Cartensen, 1977. Pengukuran sudut diam digunakan metode corong tegak, granul dibiarkan
mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan membentuk kerucut, kemudian sudut kemiringannya diukur. Semakin datar kerucut yang dihasilkan,
semakin kecil sudut diam, semakin baik aliran granul tersebut Voigt, 1995. Granul yang mempunyai sifat yang baik mempunyai sudut diam lebih kecil dari
35
o
Cartensen, 1977. Indeks tap adalah uji yang mengamati penurunan volume sejumlah serbuk
atau granul akibat adanya gaya hentakan. Indeks tap dilakukan dengan alat volumenometer yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara teratur
keatas dan kebawah. Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang dari 20 Cartensen, 1977.
2.3.5 Evaluasi Tablet
a. Kekerasan tablet
Ketahanan tablet terhadap goncangan saat pengangkutan, pengemasan dan peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan yang lebih tinggi
menghasilkan tablet yang bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan
Universitas Sumatera Utara
berkurangnya porositas dari tablet sehingga sukar dimasuki cairan yang mengakibatkan lamanya waktu hancur. Kekerasan dinyatakan dalam kg tenaga
yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet. Kekerasan untuk tablet secara umum yaitu 4-8 kg, tablet hisap 10-20 kg, tablet kunyah 3 kg Soekemi, dkk, 1987.
Kekerasan tablet dipengaruhi oleh perbedaan massa granul yang mengisi die pada saat pencetakan tablet dan tekanan kompressi. Selain itu, berbedanya nilai
kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah bahan tambahan yang digunakan pada formulasi. Bahan pengikat adalah contoh bahan tambahan
yang bisa menyebabkan meningkatnya kekerasan tablet bila digunakan terlalu pekat Lachman, dkk, 1994.
b. Friabilitas
Tablet mengalami capping atau hancur akibat adanya goncangan dan gesekan, selain itu juga dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman
isi tablet. Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh 6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Kehilangan berat
yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5 sampai 1 Lachman, dkk, 1994. Kerenyahan tablet dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk
akhir. Granul yang sangat kering dan hanya mengandung sedikit sekali persentase kelembapan, sering sekali menghasilkan tablet yang renyah daripada granul yang
kadar kelembapannya 2 sampai 4 Lachman, dkk, 1994. c.
Waktu hancur Waktu hancur yaitu waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadi partikel-
partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorpsi. Menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya
Universitas Sumatera Utara
seluruh partikel melalui saringan mesh-10 Lachman, dkk, 1994. Hancurnya tablet tidak berarti sempurna larutnya bahan obat dalam tablet. Tablet memenuhi
syarat jika waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit Soekemi, dkk, 1987. Kebanyakan bahan pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan akan
memperlambat waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan mudah dimasuki air sehingga hancur lebih cepat daripada tablet yang keras
dengan rongga-rongga yang kecil Soekemi, dkk, 1987. d.
Kadar zat berkhasiat Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet
harus dipantau pada setiap tablet atau batch, begitu juga kemampuan tablet untuk melepaskan zat atau obat yang dibutuhkan harus diketahui Lachman, dkk, 1994.
Persyaratan kadar berbeda-beda, dan tertera pada masing-masing monografi masing-masing bahan obat.
e. Keseragaman sediaan
Dapat ditentukan dengan salah satu dari dua metode : -
Keragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang 50 bahan aktifnya lebih besar atau sama dengan 50 mg.
- Keseragaman kandungan dilakukan terhadap tablet yang 50 bahan aktifnya
kurang dari 50 mg Ditjen POM,1995. f.
Disolusi Yaitu larutnya obat dalam cairan pencernaan yang berhubungan langsung
dengan efikasi kemanjuran dari tablet dan perbedaan bioavailabilitas dari berbagai formula Lachman, dkk, 1994. Disolusi adalah suatu proses larutnya
zat aktif dari suatu sediaan dalam medium. Hal ini berlaku untuk obat-obat
Universitas Sumatera Utara
yang diberikan secara oral dalam bentuk padat seperti tablet, kapsul, atau suspensi. Agar suatu obat dapat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larut
dalam cairan pada tempat absorbsi. Suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel
obat tersebut larut dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran lambung-usus Ansel, 1989. Cara pengujian disolusi tablet dan kapsul, juga persyaratan yang
harus dipenuhi dinyatakan dalam masing-masing monografi obat. Yang diukur adalah jumlah zat berkhasiat yang larut dalam satu satuan waktu dengan alat
dissolution tester Soekemi, dkk, 1987.
2.5 Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrofotometri ultraviolet digunakan untuk analisa kualitatif ataupun kuantitatif suatu senyawa. Absorpsi cahaya ultraviolet maupun cahaya tampak
mengakibatkan traansisi elektron, yaitu perubahan elektron-elektron dari orbital dasar berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi.
Penyerapan radiasi ultraviolet atau sinar tampak tergantung pada mudahnya transisi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk
transisi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul-molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap panjang
gelombang lebih panjang Fessenden dan Fessenden, 1992. Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk
terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian spektra ultraviolet dan spektra tampak dapat dikatakan sebagai spectra elektronik. Keadaan energi yang paling
rendah disebut keadaan dasar ground state. Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan energi molekular Rohman, 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Alat
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah disintegration tester Erweka, dissolution tester Erweka DT, strong cobb hardness tester
Erweka, roche friabilator Erweka, spektrofotometer ultraviolet UV Mini 1240 Shimadzu, stopwatch, neraca listrik, alat-alat gelas dan alat laboratorium lainnya.
3.2 Bahan
Asam folat BPFI Badan POM, bahan baku tablet asam folat PT. Indofarma, pharmacoat 615 PT. Indofarma, amilum manihot, laktosa,
magnesium stearat, talkum, natrium hidroksida E. Merck dan air suling.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pembuatan Pereaksi
3.3.1.1 Air bebas karbon dioksida Ditjen POM, 1995
Air murni yang telah dididihkan selama 5 menit atau lebih dan didiamkan sampai dingin dan tidak boleh menyerap karbon dioksida dari udara.
3.3.1.2 Natrium Hidroksida 0,1 N Ditjen POM, 1979
Dilarutkan 4 gram NaOH P dalam air bebas karbon dioksida secukupnya hingga 1000 ml.
Universitas Sumatera Utara