Koordinasi Camat Dalam Melaksanakan Pembangunan di Kecamatan Silima Pungga-pungga Kabupaten Dairi

(1)

KOORDINASI CAMAT DALAM MELAKSANAKAN

PEMBANGUNAN DI KECAMATAN

SILIMA PUNGGA-PUNGGA KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosila dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh:

Hartoko Boang Manalu

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Diawali dengan nama tuhan yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penyusnan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial dalam proses penilian untuk menyelesaikan program pendidikan S1 pada Departemen ilmu administrasi Negara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Teristimewa penulis ucapkan rasa cinta, sayang dan terimakasih kepada Mama (R.bintang)

yang tiada henti berdo’a agar anaknya menjadi manusia yang berhasil, perhatian

yang luar biasa tekunnya, kelembutan kasih yang menenangkan, dan mama yang sangat memahami saya melebih dari diri saya sendiri. Terimakasih untuk sang Ayah (L. Boang Manalu) atas segala kepercayaannya untuk memberikan saya kesempatan bersekolah lebih tinggi, membiayai dan memotivasi terus untuk kelak menjadi manusia yang tangguh ditengah-tengah masyarakat.

Tak lupa juga seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, yaitu:

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

2. Bapak Drs. Rasudin Ginting, M.Si, Selaku ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Kariono, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Penulis yang Sudah begitu banyak membantu Penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, untuk segala nasehat dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.

4. Ibu Dra. Elita Dewi, MSP, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas ILmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara Yang telah memberikan didikan dan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Pegawai-pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara khususnya buat kak Kak Dian dan Kak Mega yang membantu penulis untuk melengkapi urusan Administrasi.

7. Bapak Kadir Boang Manalu selaku camat, dan beserta seluruh staff pegawai dikantor camat silima pungga-pungga atas dukungannya dalam menyelesaikan tugas skripsi ini.

8. Spesial untuk teman-teman “Jangkrik Colony” yang selalu siap mendengar banyaknya pertanyaan mengenai skripsi ini (Karim Boy Kirana Bancin si


(4)

Anak gunung yang selalu sama-sama mengurusi skripsi, Andrianus si lucu dan mengerikan terimakasih atas kesenangannya, Andre Hutagalung teman kopi, Wandi Napitupulu teman Stay Cool, Wandi Siagian teman problem solver jangkrik, Basana Virginia sahabat yang hilang, Laza Gunawan sinuhaji teman yang punya jiwa melindungi temannya)

9. Semua Sahabat Pramuka sanggar USU yang turut memberikan indahnya persahabatan.

10.Spesial terimakasih juga untuk kak Sutan Sori Nasution yang menjadi Bapak Angkatku, Terimakasih nasehat dan motivasinya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna dan penulis mengharapkan saran, kritik, dan arah yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

“Cinta Untuk Berbagi”

NJUAH-NJUAH BANTA KARINA

Medan, Juni 2015

Penulis


(5)

ABSTRAK

Nama : Hartoko Boang Manalu

Nim : 110903030

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Koordinasi Camat Dalam Melaksanakan Pembangunan

di Kecamatan Silima Pungga-pungga Dosen Pembimbing : Drs. Kariono M.Si

Koordinasi adalah upaya yang dilakukan untuk menselaraskan

kinerja tim agar menciptakan kegiatan yang harmonis diantara

orang-orang atau lembaga untuk memudahkan mencapai tujuan yang

sama-sama disepakati sebelumnya. Koordinasi menjadi instrument yang

sangat penting harus dimiliki seorang pemimpin. Camat adalah

seorang pemimpin yang berperan sebagai coordinator dalam

menyelenggarakan pembangunan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana

pelaksanaan koordinasi Camat dalam melaksanakan pembangunan di

wilayah Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kabupaten Dairi.

Penelitian ini akan menggunakan Metode Deskriptif Kualitatif.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dan

hasil observasi. Hasil analisis dari data penelitian ini menunjukkan

bahwa koordinasi Camat dalam melaksanakan pembangunan

dikecamatan Silima Pungga-pungga belum maksimal.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu dilihat dari dimensi

komunikasi, penentuan waktu, dan pengendalian sudah terlaksana

dengan baik, namun masih ada kekurangan dalam hal fleksibilitas

yang berkaitan dengan pembangunan. Bahwa dijelaskan belum ada

menunjukkan pembangunan fisik yang dilakukan camat pada daerah

kecamatan Silima Pungga-pungga pada tahun 2014. Jadi, berdasarkan

hasil penelitian ini, penulis menyarankan agar koordinasi camat

dalam melaksanakan pembangunan harus memfokuskan kebijakan

pembangunan pada bidang fisik agar produktifitas daerah dapat

berjalan dengan maksimal.


(6)

Kata kunci: Koordinasi, Camat, Pembangunan

DAFATAR ISI

KATA PENGANTAR……….. i

ABSTRAK... iv

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 LATAR BELAKANG... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH... 7

1.3 TUJUAN PENELITAN... 7

1.4 MANFAAT PENELITIAN... 7

1.5 KERANGAKA TEORI... 8

1.5.1 KONSEP KOORDINASI... 9

1.5.1.1 PENGERTIAN KOORDINASI... 9

1.5.1.2 FUNGSI KOORDINASI... 10

1.5.1.3 SYARAT-SYARAT KOORDINASI... 11

1.5.1.4 SIFAT DAN ASAS KOORDINASI... 11

1.5.1.5 UNSUR-UNSUR KOORDINASI... 12

1.5.1.6 TUJUAN KOORDINASI... 13

1.5.1.7 MANFAAT KOORDINASI... 13


(7)

1.5.1.9 CARA MENJALANKAN KOORDINASI... 16

1.5.1.10 MEKANISME KOORDINASI... 17

1.5.1.11 TIPE-TIPE KOORDINASI... 18

1.5.1.12 TAHAP-TAHAP KOORDINASI... 19

1.5.2 KONSEP PEMBANGUNAN... 21

1.5.2.1 PENGERTIAN PEMBANGUNAN... 21

1.5.2.2 KARAKTERISTIK PEMBANGUNAN... 24

1.5.2.3 CIRI-CIRI PEMBANGUNAN... 26

1.5.2.4 TUJUAN PEMBANGUNAN... 28

1.5.2.5 VISI DAN MISI PEMBANGUNAN... 29

1.5.2.6 MODEL-MODEL PEMBANGUNAN... 31

1.5.2.7 KONSEP PEMBANGUNAN YANG IDEAL... 34

1.5.2.8 FAKTOR PENGHAMBAT PEMBANGUNAN... 35

1.6 DEFENISI KONSEP... 36

BAB II METODOLOGI PENELITIAN... 37

2.1 PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN... 37

2.2 LOKASI PENELITIAN………... 37


(8)

2.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA... 38

2.5 TEKNIK ANALISA DATA... 40

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN... 41

3.1 KEADAAN GEOGRAFIS... 41

3.2 BATAS-BATAS KECAMATAN SILIMA PUNGGA-PUNGGA.... 42

3.3 PENDUDUK DAN TENAGA KERJA... 43

3.4 BANYAKNYA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI KECAMATAN SILIMA PUNGGA-PUNGGA ... 44

3.5 VISI-MISI KECAMATAN SILIMA PUNGGA-PUNGGA... 45

3.5.1 VISI KECAMATAN SILIMA PUNGGA-PUNG... 45

3.5.2 MISI KECAMATAN SILIMA PUNGGA-PUNGGA... 45

3.6 URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA MASING-MASING JABATAN DIKANATOR CAMAT SILIMA PUNGGA-PUNGGA... 46

3.6.1. TUGAS POKOK DAN URAIAN TUGAS CAMAT... 46

3.6.2. TUGAS POKOK DAN URAIAN TUGAS SEKRETARIS 48

3.6.3. TUGAS POKOK DAN URAIAN TUGAS KEPALA SUB BAGIAN UMUM... 52

3.6.4. TUGAS POKOK DAN URAIAN KEPALA SUB BAGIAN KEUANGAN... 54


(9)

3.6.5. TUGAS POKOK DAN URAIAN TUGAS KEPALA SUB

BAGIAN PROGRAM DAN PELAPORAN... 57

3.6.6. TUGAS POKOK DAN URAIAN TUGAS KEPALA SEKSI TATA PEMERINTAHAN... 59

3.6.7. TUGAS POKOK DAN URAIAN TUGAS KEPALA SEKSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA... 63

3.6.8. TUGAS POKOK DAN URAIAN TUGAS KEPALA SEKSI KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM... 66

3.6.9. TUGAS POKOK DAN URAIAN TUGAS KEPALA SEKSI PEREKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN... 68

3.6.10. TUGAS POKOK DAN URAIAN TUGAS KEPALA SEKSI KESEJAHTERAAN RAKYAT... 72

BAB IV PENYAJIAN DATA... 75

4.1. KOMUNIKASI... 75

4.2. PENENTUAN WAKTU... 79

4.3. FLEKSIBILITAS... 81

4.4. PENGENDALIAN... 85

BAB V ANALISIS DATA……... 90

5.1. FUNGSI KOORDINASI CAMAT DALAM MELAKSANAKAN PEMBANGUNAN DI KECAMATAN SILIMA PUNGGA-PUNGGA KABUPATEN DAIRI... 91


(10)

5.1.2. PENENTUAN WAKTU... 94

5.1.3. FLEKSIBILITAS... 96

5.1.4. PENGENDALIAN... 97

BAB VI PENUTUP... 99

6.1. KESIMPULAN... 99

6.2 SARAN………..………. 101


(11)

ABSTRAK

Nama : Hartoko Boang Manalu

Nim : 110903030

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Koordinasi Camat Dalam Melaksanakan Pembangunan

di Kecamatan Silima Pungga-pungga Dosen Pembimbing : Drs. Kariono M.Si

Koordinasi adalah upaya yang dilakukan untuk menselaraskan

kinerja tim agar menciptakan kegiatan yang harmonis diantara

orang-orang atau lembaga untuk memudahkan mencapai tujuan yang

sama-sama disepakati sebelumnya. Koordinasi menjadi instrument yang

sangat penting harus dimiliki seorang pemimpin. Camat adalah

seorang pemimpin yang berperan sebagai coordinator dalam

menyelenggarakan pembangunan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana

pelaksanaan koordinasi Camat dalam melaksanakan pembangunan di

wilayah Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kabupaten Dairi.

Penelitian ini akan menggunakan Metode Deskriptif Kualitatif.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dan

hasil observasi. Hasil analisis dari data penelitian ini menunjukkan

bahwa koordinasi Camat dalam melaksanakan pembangunan

dikecamatan Silima Pungga-pungga belum maksimal.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu dilihat dari dimensi

komunikasi, penentuan waktu, dan pengendalian sudah terlaksana

dengan baik, namun masih ada kekurangan dalam hal fleksibilitas

yang berkaitan dengan pembangunan. Bahwa dijelaskan belum ada

menunjukkan pembangunan fisik yang dilakukan camat pada daerah

kecamatan Silima Pungga-pungga pada tahun 2014. Jadi, berdasarkan

hasil penelitian ini, penulis menyarankan agar koordinasi camat

dalam melaksanakan pembangunan harus memfokuskan kebijakan

pembangunan pada bidang fisik agar produktifitas daerah dapat

berjalan dengan maksimal.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara sedang berkembang dan memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Indonesia telah mengalami penderitaan yang cukup panjang atas dudukan negara-negara kolonial di Indonsia salah satu contohnya adalah Belanda. Segera negara Indonesia melakukan upaya pembangunan yang cepat, negara menjadi pusat kebijakan dalam mengkoordinasikan aparatnya Indonesia menuju perubahan yang lebih baik.

Menurut Siagian (2008) Pada hakikatnya pembangunan adalah rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation-building). Wujud dan tujuan akhir pembangunan nasional yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dituangkan di dalam Undang-undang Dasar 1945 Alinea ke-4. Ditengah mewujudkan masyarakat yang sejahtera salah satu yang menjadi tolak ukurnya adalah dari segi keberhasilan pembangunan yang ada, baik pembangunan dalam hal membentuk karakter dan pola pikir masyarakat, maupun dari segi pembangunan fisik atau infrastruktur yang ada dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Masyarakat adalah objek pembangunan sekaligus juga menjadi subjek pembangunan, pembangunan dilakukan dengan pertimbangan keadaan masyarakat dan hal-hal apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat


(13)

kemudian diajak untuk berpartisipasi dalam merencanakan pembangunan, melaksanakan pembangunan, dan bahkan mengawasi pembangunan. Kebutuhan masyarakat terus berkembang yang mana segala kebutuhan yang telah mendesak dapat menjadi tuntutan yang mau tidak mau harus diusahakan oleh pemerintah. Pengetahuan pun berkembang pula, karena terpanggil oleh tuntutan itu. Timbullah pengetahuan yang spesialistis dan timbul pula tugas-tugas pemerintahan yang spesialistis dengan peraturan-peraturan yang khusus pula.

Orang yang menjalankan tugas khusus itu didorong oleh keinginannya untuk mensukseskan mission-nya, adakalanya tidak atau kurang memperhatikan orang lain yang juga mempunyai mission tertentu yang berbeda dengan dia, atau oleh karena pandangan keahlian masing-masing tidak sama. Dalam perkembangan yang demikian itu timbullah kebutuhan adanya norma-norma atau ketentuan-ketentuan yang memelihara keserasian dan keselarasan bagi keseluruhannya, sebab jika tidak akan timbul suatu persaingan yang negatif.

Jika sikap pejabat atau petugas yang bersangkutan masa bodoh terhadap tugas kewajiban, wewenang serta peranan pejabat atau petugas lain padahal ada sangkut paut dengan tugas dia sendiri, ini akan merupakan persaingan yang negatif. Maka jika itu terjadi berarti bahwa dalam pembinaan masyarakat ada kesimpang siuran hambat-menghambat antara kegiatan yang sama dengan yang lain, pemborosan waktu, tenaga dan biaya serta lebih jauh akan timbul bentrokan-bentrokan psychologis antara para pejabat dan masyarakat menjadi segan untuk memilih mana yang harus didahulukan jika semuanya harus ditaati.


(14)

Ini semua merupakan ciri tidak adanya atau lemahnya koordinasi di dalam lembaga pemerintahan negara. Lembaga pemerintahan Indonesia baik ditingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Desa merupakan bentuk organisasi formal negara yang dibentuk dan berkoordinasi untuk menciptakan keteraturan dan keharmonisan agar seluruh instansi yang saling berkaitan tidak menimbulkan bentrokan-bentrokan dalam misi pembangunan. Sebagai lembaga perpanjangan tangan bupati, pemerintahan yang berada diwilayah kecamatan diharapkan membawa Visi Misi pembangunan yang diemban dalam kurung waktu tertentu sebagai upaya pencapaian arah dan tujuan pembangunan disegala bidang. Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 9.

Kecamatan Silima Pungga-Pungga merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Mengingat tersebarnya desa -desa disekitar Kecamatan cukup banyak seperti -desa Lokkotan, Sapokomil, Tung-tung Batu, Bongkaras, Pardomuan, Lae Pora, Lae Ambat, Lae Panginuman, Lae Parira, Palipi, Sirata, Siboras, Bonian, Sumbari, dan Huta Pinang. Banyaknya beragam persoalan-persoalan sosial yang muncul yang mana kebutuhan fisik saja seperti sandang, pangan, dan papan tidak lagi menjadi satu-satunya tuntutan masyarakat sebab kebutuhan akan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan

prestise, pengakuan atas harkat dan martbatnya, serta jaminan perolehan haknya terutama yang bersifat asasi harus segera di penuhi oleh pemerintah yang mana peran paling dominan dalam pembangunan berada di tangan pemerintah, contohnya lembaga Kecamatan.


(15)

Ada beberapa bidang yang dibawahi oleh camat yang harus dikoordinasikan dengan benar, yaitu kepala Sub Bagian Umum, Kepala Sub Bagian Keuangan, Kepala Sub Bagian Program dan Pealaporan, Kepala Seksi Tata Pemerintahan, Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum, Kepala Seksi Perekonomian dan Pembangunan. Keseluruh bidang yang dibawahi camat harus dapat diselaraskan kerjanya untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan yang diharapkan oleh masyarakat.

Untuk menciptakan kondisi kerja sama yang baik antar bidang yang dibawahi oleh camat maka dibutuhkan sebuah softskill manajemen koordinasi yang baik pula. Oleh karena itu diantara bidang-bidang satuan kerja yang dibawahi camat akan ditemukan kepentingan-kepentingan satu sama lainnya, apabila ini tidak dapat dikoordinir dengan baik oleh camat maka akan menimbulkan konflik yang berupaya saling menjatuhkan satu sama lainnya. Komitmen pembangunan yang direncanakan tidak akan sesuai seperti yang dicita-citakan masyarakat, namun pembangunan yang ada ditengah-tengah masyarakat adalah pembangunan yang dibuat berdasarkan kepentingan segolongan pihak saja. Sebagaimana yang menjadi tugas pokok dan fungsi kecamatan adalah melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di wilayah kecamtan serta melaksanakan tugas pemerintahan lainnya yang dilimpahkan oleh Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Pembangunan yang sudah direncanakan ditingkat kecamatan oleh aparat pemerintah kecamatan sering tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.


(16)

Hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi dari pemerintah kecamatan dalam proses pembangunan di kecamatan itu sendiri. Seperti yang terjadi di Kecamatan Silima Pungga-pungga masih kurangnya peran aparat untuk mewujudkan dan peran sertanya dalam proses pembangunan kecamatan serta sistem koordinasi yang lemah meupakan salah satu kendala yang cukup serius dalam pembangunan kecamatan. Dalam pembangunan dibutuhkan strategi yang tepat karena akan menentukan dimana peran pemerintah dan dimana peran masyarakat sehingga dapat berperan secara optimal dalam melaksanakan pembangunan seperti yang diamanatkan dalam UU No 32/2004 tentang perencanaan pembangunan dan pelaksanaannya harus berorientasi kebawah dan melibatkan masyarakat luas melalui pemberian wewenang perencanaan pelaksanaan pembanguan ditingkat daerah. Dari pengamatan penulis yang terjadi di kecamatan Silima Pungga-Pungga pelaksanaan pembangunan belum terkoordinasi secara optimal oleh aparat pemerintah.

Hal ini belum didukung oleh sarana prasarana yang representative yang sesuai dengan harapan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan belum baik seperti jalan di kecamatan memiliki banyak kerusakan parah, Saluran air yang kurang baik, pembuatan tempat sampah belum berjalan secara maksimal, ini terlihat dari lambatnya pekerjaan, ketidak pastian waktu pelaksanaan dan letak geografis kecamatan yang jauh dari pusat pemerintahan. Olehnya itu untuk mencapai tujuan pembangunan di semua sektor diperlukan koordinasi dan kesungguhan dari aparat dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan dan menggerakkan masyarakat untuk turut serta berperan di dalamnya. Pengarahan


(17)

dana dan daya tenaga secara efisien perlu dilakukan untuk menumbuhkan swadaya masyarakat karena hal itu ikut menentukan keberhasilan pembangunan sehingga dengan demikian pembangunan dengan sumber daya manusia perlu ditingkatkan secara maksimal.

Berangkat dari pernyataan di atas lembaga pemerintahan kecamatan masih ditemukan beberapa kelemahan dalam penyebaran pembangunan yang tentunya dibutuhkan kesiapan dalam menjalankan berbagai aktivitas pembangunan, yang harus dipahami bahwa aparat kecamatan dalam menjalankan fungsinya dituntut mampu mengkoordinasikan perencanaan pembangunan agar kiranya dapat seiring akan pelaksanaan yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Aparat telah mengembang tugas dan tanggung jawab dalam Koordinasi dengan pemerintah baik pusat, daerah maupun pihak kecamatan dimana didalamnya terdapat beberapa kelemahan-keleman dalam penyelenggaraannya termasuk kesadaran aparat akan pentingnya fungsi koordinasi.

Atas dasar itulah sehingga Penulis melalui kesempatan ini, dicoba menelusuri permasalahan Penerapan fungsi Koordinasi aparat pemerintah Kecamatan, sehingga diangkat suatu penelitian sederhana dengan judul ” Koordinasi Camat Dalam Melaksanakan Pembangunan Di Kecamatan Silima Pungga Pungga Kabupaten Dairi”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal – hal yang telah diuraikan dalan latar belakang diatas maka diperlukan perumusan masalah yang sangat berguna bagi arah dan langkah


(18)

penelitian supaya lebih jelas dalam melakukan penelitian. Adapun perumusan

masalah yang diajukan oleh peneliti adalah “Bagaimana koordinasi camat dalam

melaksanakan pembanguanan di wilayah kecamatan Silima Pungga-Pungga,

Kabupaten Dairi”.

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui koordinasi camat dalam melaksanakan pembangunan di kecamatan Silima Pungga-Pungga, Kabupaten Dairi.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang Menjadi kendala bagi camat dalam

melakukan koordinasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan memberi manfaat antara lain yaitu: 1. Secara akademis, penelitian ini merupakan salah satu syarat penyelesaian

program studi sarjana Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Secara Ilmiah, Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta mengembangkan kemampuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah. 3. Manfaat praktis, yaitu untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang

koordinasi, selain itu diharapkan dapat memberikan masukan bagi instansi terkait dalam hal koordinasi.


(19)

4. Secara teoritis dan akademis menambah khasanah ilmu tentang kajian koordinasi

1.5 Kerangka Teori

Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena. Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.

Menurut singarimbun (1989), teori adalah serangkaian asumsi, konsep, kontrak, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suau fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Dengan adanya teori, peneliti mencoba menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya berdasarkan unsur ilmu dan teori. Untuk memperoleh pemahaman yang sama atas konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini dan menjadi kerangka berfikir bagi peneliti, maka berikut beberapa konsep yang dianggap relevan dengan kasus penelitian yang dibahas.

1.5.1 Konsep Koordinasi

1.5.1.1. Pengertian Koordinasi

Menurut Leonard D. White dalam buku Sutarto (1984). Koordinasi adalah penyesuaian diri dari bagian-bagian satu sama lain dan gerakan serta pengerjaan


(20)

bagian-bagian pada saat yang tepat sehingga dapat memberikan sumbangan yang maksimum pada hasil secara keseluruhan.

Menurut Henry Fayol dalam buku Sutarto, koordinasi berarti mengikat bersama, menyatukan, dan menselaraskan semua kegiatan dan usaha. Dari berbagai intisari tentang koordinasi seperti disebut diatas, maka dapat dipakai satu istilah yaitu keselarasan. Baik kesatuan tindakan, kesatuan usaha, penyesuaian antar bagian, keseimbangan antar bagian maupun sinkroisasi semuanya bersasaran keselarasan.

Menurut George R.Terry dalam buku Sutarto, koordinasi adalah sinkronisasi yang teratur dari usaha-usaha untuk menciptakan kepantasan kwantitas, waktu, dan pengarahan pelaksanaan yang menghasilkan keselarasan dan kesatuan tindakan untuk tujuan yang telah ditetapkan. Atas dasar itu dapatlah kiranya asas koodinasi diartikan sebagai berikut yaitu di dalam organisasi harus ada keselarasan aktivitas antar satuan organisasi atau keselarasan tugas antar pejabat.

Manajer yang sukses adalah manajer yang dapat melakukan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dengan baik. Integrasi adalah suatu usaha untuk menyatukan tindakan berbagai badan, instansi, unit sehingga merupakan suatu kebulatan pemikiran dan kesatuan tindakan yang terarah pada suatu sasaran yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Sinkronisasi adalah suatu usaha untuk menyesuaikan, menyelaraskan kegiatan, tindakan, unit-unit, sehingga diperoleh keserasian dalam pelaksanaan tugas atau kerja.


(21)

1.5.1.2. Fungsi Koordinasi

Menurut Jasin (1981) fungsi koordinasi ialah mengsinkronisasikan dan melaraskan kegiatan semua unit departemen organisasi menuju tercapainya suatu hasil akhir yang sama. Koordinasi menyangkut semua orang, kelompok, unit organisasi dan semua kegiatan di dalam tiap perusahaan dimana orang bekerja sama. Tanpa koodinasi terjadi pemborosan waktu, daya upaya, dan uang yang sangat banyak.

Koordinasi yang baik mulai dengan pandangan yang masuk akal, sikap, dan perencanaan. Juga memerlukan pegawai-pegawai yang cakap, saling percaya, dan integrasi kegiatan tetap dan terus menerus dari semua anggota manajemen dan seluruh angkatan kerja, semangat kelompok yang baik dan moral yang tinggi. Hal ini tidak dapat tercapai jika mereka yang bersangkutan tidak merasa cocok dengan kepemimpinan mereka. Struktur organisasi mempunyai pengaruh pasti pada koodinasi karena menentukan kerangak yang mengurus semua garis komando, saluran komunikasi dan pola hubungan yang harus diintegrasikan menjadi 1 hasil gabungan yang serasi.

1.5.1.3. Syarat-syarat Koordinasi

Adapun yang menjadi syarat-syarat koordinasi menurut Hasibuan (2009) yaitu:

a. Sesnse of cooperation (Perasaan untuk bekerja sama), ini harus dilihat dari sudut bagian perbagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.


(22)

b. Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai tujuan.

c. Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai. d. Espirit de corps, artinya bagian-bagian yang diikut sertakan atau dihargai,

umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.

1.5.1.4. Sifat dan asas koordinasi

Adapun yang menjadi sifat-sifat dari koordinasi yaitu: a. Koordinasi adalah dinamis bukan statis.

b. Koordinasi menekankan pandangan yang menyeluruh oleh seorang koordinator (manajer) dalam rangka mencapai sasaran.

c. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.

Asas koordinasi adalah asas skala (scalar principle) artinya koordinasi itu dilakukan menurut jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggung jawab yang disesuaikan dengan jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu sama lain. Tegasnya asas hieraki ini bahwa setiap atasan (koordinator) harus mengkoordinasi bawahannya langsung.

1.5.1.5. unsur-unsur Koordinasi

Menurut Sugandha (1991), unsur-unsur yang terkandung dalam usaha koordinasi adalah:

a. Unit-unit atau organisasi-organisasi, adalah kelompok-kelompok kerja di dalam suatu organisasi yang tentunya mempunyai fungsi yang berbeda.


(23)

b. Sumber-sumber atau potensi, yang ada pada unit-unit suatu organisasi adalah tenaga kerja, keterampilan dan pengetahuan personilnya, tekhnologi, anggaran, serta fasilitas kerja lainnya.

c. Gerak kegiatan, adalah segala upaya, segala sesuatu tindakan yang dikerjakan oleh pejabat-pejabat maupun kelompok kerja dalam melakukan tugasnya.

d. Kesatuan paduan, artinya terdapat pertautan atau hubungan diantara sesamanya sehingga mewujudkan suatu integritas atau satu kesatuan yang kompak.

e. Keserasian, berarti adanya urutan-urutan pengerjaan sesuatu yang tersusun secara logis, sistematis, atau dilakukan dalam waktu yang bersamaan akan tetapi tidak menimbulkan duplikasi (pengulangan), penjumbuhan, maupun pertentangan.

f. Arah yang sama, dalam hal ini sebagai pedoman ialah sasaran yang sudah diterapkan. Segala potensi itu diarahkan ke sasaran yang satu itu juga, sehingga tak terjadi pertentangan.

1.5.1.6. Tujuan koordinasi

Adapun yang menjadi tujuan koordinasi menurut Hasibuan (2009) yaitu: a. Untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke

arah tercapainya sasaran perusahaan.

b. Untuk menjuruskan keterampilan spesialis ke arah sasaran perusahaan. c. Untuk menghidari kekosongan dan tumpang-tindih pekerjaan.


(24)

d. Untuk menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran. e. Untuk mengintegrasikan tindakan dan pemanfaatan 6M ke arah sasaran

organisasi atau perusahaan.

f. Untuk menghindari tindakan overlapping dari sasaran perusahaan.

1.5.1.7. Manfaat Koordinasi

Menurut Sutarto (1984) Apabila dalam organisasi dilakukan koordinasi maka ada beberapa manfaat yang dapat dipetik antara lain yaitu:

a. Dengan koordinasi dapat dihindarkan perasaan lepas satu sama lain antara satuan organisasi atau antara para pejabat yang ada dalam organisasi. b. Dengan koordinasi dapat dihindarkan perasaan atau suatu pendapat bahwa

satuan organisasinya atau jabatannya merupakan paling penting.

c. Dengan koordinasi dapat dihindarkan kemungkinan timbulnya pertentangan antar satuan organisasi atau antar para pejabat.

d. Dengan koordinasi dapat dihindarkan timbulnya rebutan fasilitas.

e. Dengan koordinasi dapat dihindarkan kemudian terjadinya kekosongan pengerjaan terhadap sesuatu aktivitas oleh satuan-satuan organiasi atau kekosongan pengerjaan terhadap tugas oleh para pejabat.

f. Dengan koordinasi dapat dihindarkan terjadinya peristiwa waktu menunggu yang memakan waktu lama.

g. Dengan koordinasi dapat ditumbuhkan kesadaran diantara para pejabat untuk saling bantu satu sama lain terutama diantara pejabat yang ada daam satuan organisasi yang sama.


(25)

h. Dengan koordinasi dapat dihindarkan kemungkinan terjadinya kekembaran pengerjaan terhadap suatu aktivitas oleh satuan-satuan organisasi atau kekembaran pengerjaan terhadap tugas oeh para pejabat. i. Dengan koordinasi dapat ditumbuhkan kesadaran di antara para pejabat

untuk saling memberitahu masalah yang dihadapi bersama sehingga dapat dihindarkan kemungkinan terjadinya kebaikan bagi dirinya, keselamatan bagi dirimu atas kerugian atau kejatuhan sesama pejabat lainnya.

j. Dengan koordinasi dapat dijamin adanya kesatuan langkah antara para pejabat.

k. Dengan koordinasi dapat dijamin adanya kesatuan langkah antar para pejabat.

l. Dengan koordinasi dapat dijamin adanya kesatuan kebijaksanaan antar pejabat

.

1.5.1.8. Akibat Kurangnya Koordinasi

Kosong atau kurangnya koordinasi daam suatu organisasi akan terlihat dari adanya gejala-gejala sebagai berikut yaitu:

a. Petugas atau satuan-satuan organisasi bertengkar menuntut suatu bidang kerja atau wewenang yang masing-masing menganggap termasuk dalam lingkungan tugasnya. Dalam hal ini sering terjadinya kekembaran dalam pelaksanaan suatu pekerjaan yang memboroskan tenaga, waktu, dan material.


(26)

b. Petugas-petugas atau satuan organisasi saling melemparkan sesuatu tanggung jawab kepada pihak lain karena masing-masing merasa bahwa suatu pekerjaan tidak termasuk dalam ruang lingkup tugasnya. Pengingkaran tanggung jawab biasanya mengakibatkan adanya kekosongan tindakan yang semstinya dijalankan.

c. pencapaian tujuan organisasi tidak berjaan secara lancar karena suasana organisasi terasa serba kacau, para petugas nampak serba ragu dan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan, ternyata serba salah, saling berbenturan atau bahkan hasil pekerjaan yang satu sering dihapuskan oleh pekerjaan yang lain tanpa disadari.

1.5.1.9. Cara Menjalankan Koordinasi

Menurut Reksohadiprodjo (2000) Organisasi tentu saja ingin menjalankan koordinasi yang efektif dan ini dapat dicapai dengan berbagai cara, yaitu:

a. Menyederhanakan organisasi bagian-bagian yang secara konstan berhubungan dan bekerja sama ditempatkan dalam suatu sistem.

b. Harus diadakan prosedur yang terang dan jelas dan setiap orang mengetahui dan mengikutinya sehingga waktu penyelesaiannya tepat ditentukan tangga (deadline) penyelesaian.

c. Sedapat mungkin dapat dipakai metode komunikasi tertulis. d. Sebaiknya diadakan rencana sedini mungkin.

e. Para karyawan diminta/didorong agar mengadakan koordinasi secara sukarela.


(27)

f. Koordinasi dilakukan secara formal melalui pemimpin, staf pembantu, panitia maupun pejabat penghubung walaupun kontak tidak formal perlu dikembangkan

Menurut Hasibuan (2009), cara-cara mengadakan koordinasi antara lain sebagai berikut yaitu:

a. Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat. Keterangan mengenai pekerjaan saja tidak cukup, karena tindakan-tindakan yang tepat harus diambil untuk menciptakan dan menghasilkan koordinasi yang baik. b. Mengusahakan agar pengetahuan dan penerimaan tujuan yang akan

dicapai oleh anggota tidak menurut individu anggota dengan tujuan bersama.

c. Mendorong para anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide, saran dan lain sebagainya.

d. Mendorong para anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan penciptaan sasaran.

e. Membina human relations yang baik antar sesama karyawan.

f. Manajer sering melakukan komunikasi informal dengan para bawahan. Kesimpulan suatu koordinasi akan lebih baik jika memperoleh dukungan dan partisipasi dari bawahan, pihak-pihak terkait yang akan melakukan pekerjaan diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan, agar mereka antusias dalam melaksakannya.


(28)

1.5.1.10. Mekasnisme Koordinasi

Suatu organisasi biasanya menciptakan mekanisme koordinasi tertentu dalam ruang lingkup tertentu. Menurut Reksohadiprodjo (2000), ada 3 mekanisme koordinasi, antara lain yaitu:

a. Koordinasi hierarki, dimana berbagai kegiatan dihubungkan di bawah satu kekuasaan pusat.

b. Koordinasi administratif, yang berhubungan dengan pekerjaan yang rutin sifatnya.

c. Koordinasi sukarela, dimana individu atau kelompok melihat adanya kebutuhan menciptakan program dan menerapkannya.

1.5.1.11 Tipe-Tipe Koordinasi

Menurut Hasibuan (2009), tipe-tipe koordinasi di bagi atas dua bagian antara lain sebagai berikut yaitu:

a. Koordinasi vertikal adalah kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan kerja yang ada dibawah wewenang dan tanggung jawabnya. Tegasnya atasan mengkoordinasi semua aparat yang ada dibawah tanggung jawabnya secara langsung. Koordinasi vertikal ini secara relatif mudah dilakukan karena atasan dapat memberikan sanksi kepada aparat yang peru diatur. b. Koordinasi horizontal adalah mengkoordinasikan tindakan atau kegiatan


(29)

organiasai (aparat) yang setingkat. Koordinasi horizontal ini reltif sulit dilakukan, karena koordinator tidak dapat memberikan sanksi kepada pejabat yang sulit diatur sebab sebab kedudukannya setingkat. Koordinasi Horizontal ini dibagi atas dua yaitu:

Interdisiplinary adalah satuan koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan, mewujudkan, dan menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun secara ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya.

Interrelated adalah koordinasi antara (instansi), unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling bergantungan atau mempunyai kaitan baik, secara intern

maupun ekstern yang levelnya setaraf.

1.5.1.12 Tahap-tahap koordinasi

Menurut Jasin (1981) tahap-tahap penting dari koordinasi anata lain sebagai berikut yaitu:

1. Komunikasi

Salah satu hal penting yang harus selalu diingat oleh seorang pemimpin tentang

komunikasi adalah kenyataan bahwa “berkata saja tidak cukup”. Bilamana ia

memberi informasi, instruksi, penafsiran, atau petunjuk pada seorang bawahan, manajer harus yakin betul bahwa bawahan mengerti dan menerimanya. Ini


(30)

dapat dicapai dengan berbagai cara “mengulang” sesuai dengan situasi.

Dimana ada kekurangan pengertian didalam satu organisasi, penyebabnya mungkin terdapat dibidang komunikasi, dan ini akan berpengaruh langsung terhadap keberbagai tahap koordinasi. Kemampuan organisasi untuk mengadakan kegiatan yang kompleks tergantung pada cara bagaimana orang mempergunakan sistem komunikasi dalam suatu organisasi. Semakin besar toleransi atau rasa saling tergantung dan bersatu para anggota organisasi dan semakin mudah komunikasi.

2. Penentuan waktu

Penentuan waktu tepat dan penyusunan jadwal merupakan bagian-bagian pokok dari koordinasi. Tiap situasi memerlukan suatu analisis yang cermat dan teknik perencanaan yang baik untuk disesuaikan dengan kebutuhan khusus. 3.Fleksibilitas

Hampir setiap prosedur senantiasa berubah. Oleh sebab itu, Manajemen harus selalu waspada terhadap kebutuhan perubahan kegiatan dan dalam koordinasi yang berkaitan dengan kegiatan itu, ini memerlukan fleksibilitas dalam pandangan, kepekaan terhadap perubahan dan kerelaan. Untuk membuat perubahan terkadang diperlukan hasil yang optimal agar dapat mencapai hasil akhir yang dikehendaki. Penentuan waktu yang ketat, perancangan kegiatan yang harus dijalankan bersama-sama dengan fleksibilitas dalam mengadakan perubahan yang diperlukan agar mempertahankan koordinasi yang efektif dari semua kegiatan.


(31)

Koordinasi dengan sendirinya bergantung pada pengendalian yang efektif. Akan tetapi, jika orang-orang tidak ingin bekerja sama, koordinasi dalam suatu pekerjaan akan menjadi sangat sulit, sekalipun dengan adanya pengendalian efektif. Pengendalian biasanya baik, bila diciptakan suasana yang menyebabkan orang-orang bekerja sama sebagai satu tim. Ini dapat dicapai dengan memberi sasaran yang jelas, standar prestasi, kebijaksanaan, jadwal, dan kriteria untuk mengukur prestasi. Bilamana diberi media yang tepat agar mereka dapat mempertahankan pengendalian dan disiplin diri sendiri.

1.5.2. Konsep Pembangunan

1.5.2.1.Pengertian Pembangunan

Terdapat banyak aspek dan masalah yang diketahui termasuk ke dalam pembangunan, sehingga pembangunan tidak dapat dilihat dari satu sudut pandang. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam mendefinisikan pembangunan, terutama bukan karena orang tidak paham yang dimaksud dengan pembangunan itu, tetapi justru karena ruang lingkup pembangunan tersebut begitu banyak. Sehingga hampir tidak mungkin untuk menyatukan semuanya menjadi suatu bentuk rumusan sederhana sebagai suatu definisi yang komplit hal tersebut disebut dengan pembangunan.

Menurut Soetomo (2008), pembangunan sebagai proses perubahan dapat dipahami dan dijelaskan dengan cara yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam hal sumber atau faktor yang mendorong perubahan tadi, misalnya


(32)

yang ditempatkan dalam posisi lebih dominan, sumber perubahan internal atau eksternal. Disamping itu, sebagai proses perubahan juga dapat dilihat dari intensitas atau fundamental tidaknya perubahan yang diharapkan, melalui transformasi struktural atau tidak. Sebagai proses mobilisasi sumberdaya juga dapat dilihat pandangan dan penjelasan yang berbeda, misalnya pihak yang diberi kewenangan dalam pengelolaannya diantara tiga stakeholders pembangunan, yaitu negara, masyarakat, dan swasta. Perbedaan pandangan juga menyangkut level pengelolaan sumber daya tersebut yaitu tingkat lokal, regional, atau nasional. Perspektif yang berbeda juga dapat menyebabkan pemberian perhatian yang berbeda terhadap sumber daya yang ada. Perspektif tertentu lebih memberikan perhatian pada sumber daya alam dan sumber daya manusia, sedangkan perspektif yang lain disamping kedua jenis sumber daya tersebut juga mencoba menggali, mengembangkan dan mendayagunakan sumber daya sosial yang sering disebut juga dengan modal sosial atau energi sosial. Bahkan dalam masing-masing perspektif yang bersikap terhadap sumber daya manusia juga dapat di jumpai pandangan dan perlakuan yang berbeda. Di satu pihak dapat di jumpai perspektif yang melihatnya sebagai sekedar objek yang sama dengan sumber daya alam yang dapat di gerakkan dan di manfaatkan untuk mencapai tujuan pembangunan, dan di lain pihak melihatnya sebagai aktor atau pelaku dari proses pembangunan itu sendiri.

Pengertian pembangunan harus di lihat secara dinamis, bukan di lihat sebagai konsep statis yang selama ini sering kita anggap sebagai suatu kesalahan yang wajar. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu orientasi dan kegiatan


(33)

usaha yang tanpa akhir. ”Development is not a static concept. It is continuously changing“, artinya juga bisa dikatakan bahwa pembangunan itu sebagai “never ending goal”. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu

perubahan sosial budaya. Pembangunan supaya menjadi suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri (self sustaining proces) tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya. Jadi bukan hanya yang dikonsepsikan sebagai usaha pemerintah belaka. Pembangunan tergantung dari suatu “innerwill”, dan proses emansipasi diri, dan suatu partisipasi kreatif dalam proses pembangunan hanya menjadi mungkin karena proses pendewasaan (Tjokroamidjoja dan Mustapadijaja dalam Nawawi, 2009).

Banyak pakar memberikan definisi tentang pembangunan. Dalam tulisan-tulisan mengenai pembangunan tersebut, pengertian seperti modernisasi, perubahan sosial, industrialisasi, westernasi, pertumbuhan (growth), dan evolusi sosio-kultural biasanya selalu dikaitkan dalam menyusun suatu definisi pembangunan. Namun demikian, menurut para ahli, istilah tersebut di atas terasa kurang sesuai dengan yang sesungguhnya dimaksud dengan pembangunan. Frey dalam Zulkarimen Nasution (2004) menyebutkan bahwa pengertian pertumbuhan (growth) terasa terlalu luas, sedangkan industrialisasi terlalu sempit. Begitu pun dengan istilah westernisasi yang terasa bersifat parokial (sempit wawasannya).

Menurut Rogers dalam Zulkarimen Nasution (2004), pembangunan diartikan sebagai proses yang terjadi pada level atau tingkatan sistem sosial, sedangkan modernisasi menunjuk pada proses yang terjadi pada level individu.


(34)

Yang paling sering di gunakan walaupun kedua pengertian istilah tersebut dibedakan, maka pembangunan dimaksudkan yang terjadi pada bidang ekonomi, atau lebih mencakup seluruh proses analog dan seiring dalam masyarakat secara keseluruhan. Sebagai suatu istilah teknis, pembangunan berarti membangkitkan masyarakat di negara-negara sedang berkembang dari keadaan kemiskinan, tingkat tidak mengenal huruf (literacy rate) yang rendah, pengangguran, dan ketidakadilan sosial yang tercantum menurut Seers dalam Zulkarimen Nasution (2004).

Menurut Sondang P. Siagian (2008), pembangunan di definisikan sebagai rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang di tempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building).

1.5.2.2.Karakteristik Pembangunan

Berdasarkan beragamnya pengertian pembangunan di atas, maka karakteristik pembangunan dapat dilihat dari perkembangan paradigma pembangunan yang berlangsung dari waktu ke waktu. Berikut ini merupakan paradigma yang aktivitas pembangunannya didasarkan pada tiga karakterstik, yaitu integral, universal, dan partisipasi total. Karakteristik pembangunan integral mengandung arti bahwa program pembangunan disatu sektor tidak bisa di pisahkan dengan pembangunan di sektor lain. Pembangunan ekonomi misalnya, tidak terlepas dari pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas, pembangunan politik yang adil dan jujur serta bersih dari penyimpangan,


(35)

pembangunan hukum yang berkeadilan, pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertumpuh pada kekuatan sendiri, serta pembangunan sosial budaya yang berakhlak.

Dalam Paradigma ini, karakteristik pembangunan yang bersifat integral akan meniadakan ketimpangan pembangunan antara ekonomi fisik yang dominan (mercusuaris) dengan pembangunan sumber daya manusia, ilmu pengetahun dan teknologi, kemandirian, serta sosial budaya. Karakteristik pembangunan universal memberikan pengertian bahwa aset-aset pembangunan haruslah dipergunakan untuk kepentingan lintas generasi, lintas teritorial, dan bahkan lintas kehidupan (dunia akhirat). Lintas generasi berarti harus berkelanjutan (sustainable), jangan sampai pembangunan sekarang menyebabkan terpuruknya generasi-generasi yang akan datang.

Mungkin pembangunan telah mengabaikan hal ini, pembangunan-pembangunan fisik yang gegap gempita di masa lalu membuat generasi sekarang menderita lantaran pembiayaannya melalui utang. Lintas teritorial maksudnya adalah bahwa pembangunan disuatu tempat tidak menyebabkan tempat lain terlantar atau bahkan terkena dampak negatifnya. Dalam paradigma ini, terdapat pula visi pemerataan pembangunan dan pembangunan yang ramah lingkungan. Sedangkan lintas kehidupan bermakna menginspirasikan pelaku-pelaku pembangunan supaya berbuat sambil membangun pula akhirat yang lebih baik, aktivitas dalam hal ini merupakan ekspresi relijius.

Karakteristik pembangunan partisipasi total adalah bahwa pembangunan harus dilakukan oleh seluruh aktor pembangunan sesuai perannya. Untuk itu,


(36)

diperlukan pemberdayaan masyarakat agar mereka setara sebagai mitra pemerintah dalam merumuskan kepentingan bersama. Kesetaraan ini tidak hanya dari segi kedudukannya tetapi juga kualitasnya, sehingga diperlukan pendidikan politik.

1.5.2.3 Ciri-ciri Pembangunan

Pada dasarnya, ciri-ciri pembangunan itu dapat dilihat dari pengertian pembangunan itu sendiri. Ciri-ciri pembangunan yang dikemukakan disini adalah berdasarkan tujuh ide pokok yang muncul dari definisi pembangunan yang diberikan oleh Sondang P. Siagian (2008), yaitu:

1. Pembangunan merupakan suatu proses, berarti pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap-tahap yang di satu pihak independen akan tetapi di pihak lain

merupakan “bagian” dari sesuatu yang bersifat tanpa akhir (never ending). Banyak cara yang dapat di gunakan untuk menentukan pentahapan tersebut, seperti berdasarkan jangka waktu, biaya, atau hasil tertentu yang di harapkan akan di peroleh.

2. Pembangunan merupakan upaya yang secara sadar ditetapkan sebagai sesuatu untuk dilaksanakan. Dengan perkataan lain, jika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara terdapat kegiatan yang kelihatannya seperti pembangunan, akan tetapi tidak di tetapkan secara


(37)

sadar dan hanya terjadi secara sporadis atau insidental, maka kegiatan tersebut tidak dapat di kategorikan sebagai pembangunan.

3. Pembangunan di lakukan secara terencana, baik dalam arti jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Seperti dimaklumi, merencanakan berarti mengambil keputusan sekarang tentang hal-hal yang akan di lakukan pada jangka waktu tertentu di masa depan.

4. Rencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan perubahan. Pertumbuhan dimaksudkan sebagai peningkatan kemampuan suatu negara bangsa untuk berkembang dan tidak sekedar mampu mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan, dan eksistensinya. Perubahan mengandung makna bahwa suatu negara bangsa harus bersikap antisipatif dan proaktif dalam menghadapi tuntutan situasi yang berbeda dari jangka waktu tertentu ke jangka waktu yang lain, terlepas apakah situasi yang berbeda itu dapat di prediksikan sebelumnya atau tidak. Dengan perkatan lain, suatu negara bangsa yang sedang membangun tidak akan puas jika hanya mampu mempertahankan status quo yang ada.

5. Pembangunan mengarah pada moderntias. Modernitas disini diartikan antara lain sebagai cara hidup yang baru dan lebih baik daripada sebelumnya, cara berpikir yang rasional dan sistem budaya yang kuat tetapi fleksibel.

6. Modernitas yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan pembangunan perdefinisi bersifat multidimensional, artinya modernitas tersebut


(38)

mencakup seluruh segi kehidupan berbangsa dan bernegara yang meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahan dan keamanan. 7. Semua hal yang telah disinggung di atas ditujukan kepada usaha

pembinaan bangsa, sehingga negara bangsa yang bersangkutan semakin kokoh fondasinya dan semakin mantap keberadaannya.

1.5.2.4.Tujuan Pembangunan

Tujuan pembangunan di negara manapun tentunya untuk kebaikan masyarakatnya dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Siagian dalam Nawawi (2009), pada umumnya komponen yang dicita-citakan dalam keberhasilan pembangunan adalah bersifat relatif dan sukar membayangkan tercapainya “titik jenuh yang absolut”, dan yang sudah tercapai tidak mungkin ditingkatkan lagi, seperti: keadilan sosial, kemakmuran yang merata, perlakuan yang sama dimata hukum, kesejahteraan material, mental, dan spiritual, kebahagian untuk semua, ketentraman serta keamanan. Untuk mencapai tujuan ini maka masyarakat harus lebih berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan yang meliputi keterlibatan aktif keterlibatan dalam memikul beban dan bertanggungjawab serta keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat (Tjokroamidjojo dalam Nawawi, 2009).

Menurut Zulkarimen Nasution (2004), yang menjadi tujuan umum (goals) pembangunan adalah proyeksi terjauh dari harapan-harapan dan ide-ide manusia, komponen-komponen dari yang terbaik yang mungkin, atau masyarakat ideal yang terbaik yang dapat dibayangkan. Tujuan khusus (objectives) pembangunan


(39)

adalah tujuan jangka pendek, biasanya yang dipilih sebagai tingkat pencapaian sasaran dari suatu program tertentu. Sedangkan target pembangunan adalah tujuan yang dirumuskan secara konkret, dipertimbangkan rasional dan dapat direalisasikan sebatas teknologi dan sumber-sumber yang tersedia, yang ditegakkan sebagai aspirasi suatu situasi yang ada dengan tujuan akhir pembangunan.

1.5.2.5. Visi dan Misi Pembangunan

Agar program-progam pembangunan dapat berjalan dengan baik

sebagaimana yang telah dituangkan dalam prioritas pembangunan, maka visi dan misi pembangunan haruslah selaras dengan tujuan pembangunan. Sehingga dapat menumbuhkan komitmen pelaksana pembangunan untuk mewujudkan visi menjadi kenyataan dalam proses kreatif dan intuitif. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan sedangkan misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

Agar dapat menentukan visi pembangunan dengan jelas maka haruslah

dapat menjawab pertanyaan ”berada pada pembangunan apa kita sekarang?”.

Langkah-langkah yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan itu adalah:

1. Menganalisis skala, lingkup, ukuran, bauran hasil pembangunan, dan aktivitas pembangunan saat ini;


(40)

2. Memandang ke depan dengan cara membandingkan celah antara apa yang sesungguhnya dicapai dengan apa yang ingin dicapai;

3. Celah tersebut digunakan oleh pelaksana pembangunan untuk menentukan arah dan pola organisasi di masa depan.

Visi yang hendak dicapai memerlukan penjabaran kegiatan yang selaras dengan visi tersebut. Menurut Suprayitno dalam Nawawi (2009), penjabaran dari kegiatan inilah yang disebut dengan misi. Untuk menyatakan misi tersebut maka harus memuat antara lain:

1. Menentukan apa yang dicita-citakan organisasi 2. Membedakan organisasi dengan organisasi lain

3. Menjadikan kerangka untuk evaluasi aktivitas kini dan yang akan datang 4. Menjamin kebulatan maksud dalam organisasi

5. Menyediakan basis untuk memotivasi sumber-sumber organisasi 6. Meyediakan standar untuk mengalokasikan sumber-sumber organisasi 7. Menentukan sifat dan iklim bisnis yang diinginkan

8. Menyediakan titik fokal untuk mengidentifikasikan tujuan dan arah organisasi

9. Memungkinkan penerjemahan maksud organisasi ke da;am tujuan-tujuan yang cocok

10.Memungkinkan penerjemahan tujuan ke dalam strategi dan aktivitas yang spesifik lainnya.


(41)

Menurut Nawawi (2009), berdasarkan paradigma pembangunan yang berkembang (Intergrating Development Paradigma) pada empat dasawarsa pertama sejak awal 1950-an hingga sekarang, sedikitnya terdapat lima model-model pembangunan, yaitu: model-model saling hubungan, model-model pertumbuhan, model-model pemerataan, model pembangunan manusia, dan model peningkatan daya saing.

1. Model Saling Hubungan

Model saling hubungan adalah model pembangunan yang mempunyai relevansi antara paradigma administrasi publik dengan paradigma pembangunan sosial ekonomi politik. Dalam model ini tercatat perkembangan model-model pembangunan lainnya yang mempengaruhi proses pembangunan di negara-negara berkembang dan terbagi ke dalam tiga model, yaitu: (1) Model pertumbuhan Gross Nasional Produk (GNP); (2) Model pemerataan dan pemenuhan kebutuhan pokok dan (3) Model pembangunan kualitas manusia.

2. Model Pertumbuhan

Model pertumbuhan merupakan suatu model pembangunan yang sesuai dengan paradigma pertumbuhan yang melandasi strategi pembangunan yang berorientasi pada peningkatan pertumbuhan Gross Nasional Produk (GNP). Model ini beranggapan bahwa hal tersebut dapat dicapai dengan menempuh


(42)

semangat modernisasi dan superioritas. Untuk itu maka peranan yang dilakukan adalah melakukan perencanaan dan langkah-langkah kebijakan guna petumbuhan ekonomi yang diinginkan yang mempunyai sasaran pada adanya perubahan sosiokultural dan institusional, sehingga masyarakat memiliki orientasi dan sifat-sifat

“achievernent, universalism, dan fungtional specificity. 3. Model Pemerataan

Model pemerataan dipandang sebagai pemerataan dalam berbagai aspek sosial, lingkungan, dan kelembagaan. Model ini berawal pada pengembangan delivery service system yang berhubungan langsung dengan kelompok sasaran pada organisasi lokal dan sektoral. Pemberantasan pengangguran dan ketidakmerataan merupakan tujuan eksplisit pembangunan dalam model ini. Hal tersebut disebabkan karena mekanisme pasar terganjal oleh ketimpangan dalam pembagian pendapatan. Pembangunan yang berorientasi pada pemerataan dan pemenuhan kebutuhan pokok, termasuk kesempatan kerja dan berusaha, air bersih dan perumahan, dipandang sebagai strategi yang lebih baik, yang nantinya akan berdampak pada kemandirian dan keadilan sosial.

4. Model Pembangunan Manusia

Model pembangunan manusia didasari pada paradigma manusia yang menekankan kegiatan dengan penuh tanggungjawab


(43)

untuk membangkitkan kesadaran dan kemampuan insani (Harmon dan Mayer dalam Nawawi, 2009) dan peningkatan sumber daya manusia, baik secara individual maupun kolektif (UNDP dalam Nawawi, 2009). Korten sendiri menyebutkan jenis manajemen dan administrasi yang cocok dalam rangka pelaksanaan model pembangunan kualitas manusia ini sebagai community based resource management.

5. Model Peningkatan Daya Saing

Model peningkatan daya saing merupakan model pembangunan yang dilakukan melalui transformasi teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguatan sistem informasi, modernisasi manajemen usaha, serta pembaruan kelembagaan, reinventing goverment, banishing bureauracy, deregulasi dan debirokrasi, perkembangan ek-commece, e-goverment dan lain sebagainya. Secara keseluruhan mengacu pada peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan yang didukung oleh kemampuan dan keterampilan profesional, interaksi budaya, dan kegiatan bisnis antar bangsa.

1.5.2.7.Konsep Pembangunan yang Ideal

Pembangunan sangat diperlukan untuk menciptakan suatu masyarakat yang lebih baik dan maju sesuai tuntutan jaman. Pada dasarnya pembangunan yang diharapkan adalah pembangunan yang berdampak positif terhadap


(44)

peningkatan kesejahteraan masyarakat, menurunkan kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan berkeadilan sosial. Keberhasilan penyelenggaraan pembangunan dalam semua segi kehidupan dan penghidupan bangsa menuntut komitmen seluruh komponen masyarakat.

Berdasarkan strategi dan rencana pembangunan yang ditetapkan oleh

pemerintah, semua warga masyarakat turut menjadi “pemain” dan tidak ada yang sekedar menjadi “penonton”. Memang benar bahwa jenis, intensitas, dan

ekstensitas keterlibatan berbagai pihak berbeda-beda karena pengetahuan, keterampilan, pemikiran intelektual, waktu, tenaga, dan kesempatan yang dimiliki juga beraneka ragam. Meskipun penyelenggaraan kegiatan pembangunan tidak

menggunakan pendekatan “elitist”, namun kelompok elit dalam masyarakat harus

memberikan kontribusi yang lebih substansial dibandingkan dengan warga masyarakat yang lain (Siagian, 2008).

1.5.2.8. Faktor Penghambat Pembangunan

Pembangunan merupakan proses perubahan secara sengaja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan banyak dipengaruhi oleh kondisi fisik dan nonfisik dari suatu masyarakat, sehingga akselerasi (percepatan) pembangunan disetiap negara tidak sama. Menurut Tjokroamidjojo dalam Nawawi (2009), faktor yang mempengaruhi pembangunan dan mempunyai relevansi dengan kondisi masyarakat antara lain sebagai berikut yaitu:

1. Masyarakat yang masih tradisional 2. Masyarakat yang bersifat peralihan


(45)

3. Masyarakat maju (modern).

Menurut Didin S. Damanhuri (2010) menyatakan bahwa berdasarkan problema empiris ekonomi politik dan pembangunan di negara-negara sedang berkembang. Faktor-faktor yang menjadi tantangan, masalah, dan hambatan dalam menjalankan agenda pembangunan yang dapat dijadikan peluang atau ancamannya adalah:

1. Globalisasi

2. Kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan 3. Industrialisasi, pertanian, dan informalisasi ekonomi 4. Korupsi, kebocoran, dan inefisiensi

5. Utang luar negeri 6. Lingkungan (ekologi) 7. Birokrasi.

1.6Defenisi Konsep

Defenisi konsep memberikan batasan terhadap pembahasan dari permasalahan yang ditentukan oleh peneliti. Menurut Singaimbun, konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak, kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep ini peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events)


(46)

Berdasarkan uraian dengan kerangka teori diatas konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya diantara para anggota itu sendiri.

2. Pembangunan adalah upaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia, baik secara individual maupun kelompok, dengan cara-cara yang tidak menimbulkan kerusakan, baik terhadap kehidupan sosial maupun lingkungan alam.


(47)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Pendekatan dan Jenis penelitian

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian sosial menggunakan format deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas sosia yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian yang berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. Dengandemikian, penelitian ini akan menjelaskan gambaran realitas dari masalah yang akan dielaborasi oleh peneliti dengan menggunakan data-data yang ada. Bungin (2007:68).

Menurut Bogdan dan Taylor (Moeleong, 2006:3), penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Camat, Jalan Sisingamangaraja No.27, Parongil dengan kode Pos 22262.


(48)

Adapun informan penelitian yang menjadi objek penelitian ini dibedaka atas 2 jenis yaitu informan kunci, informan utama dan informan tambahan.

1. Informan Kunci adalah yang mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah Camat Silima Pungga-Pungga

2. Informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Adapun informan utama daam penelitian ini adalah kepala Sub Bagian Umum, Kepala Sub Bagian Keuangan, Kepala Sub Bagian Program dan Pealaporan, Kepala sesksi tata pemerintahan, Kepala seksi pemberdayaan masyarakat dan desa, Kepala seksi ketentraman dan ketertiban Umum, Kepala seksi Perekonomian dan pembangunan

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu penelitian menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Teknik pengumpulan data primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpuan data primer tersebut dapa dilakukan dengan instrumen sebagai berikut:

a. wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak yang terkait dengan suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Metode wawancara


(49)

ini ditujukan untuk informan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya oleh si peneliti.

b. observasi adaah pengamatan mendalam secara langsung suatu kegiatan yang sedang dilakukan. Melalui observasi peneliti dapat memperoleh pandangan mengenai apa yang sebenarnya dilakukan dan melihat langsung keterkaitan yang terdapat didalamnya dan kemudian mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian.

2. Teknik pengumpulan data sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpuan data yang dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:

a. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpuan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada di lokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang terkait dengan objek penelitian.

b. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, dan pendapat dari para ahli yang berkompetensi, serta memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

2.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif dimana jenis data yang berbentuk informasi baik lisan maupun tulisan yang sifatnya bukan angka.


(50)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Keadaan Geografis

Kecamatan Silima Pungga-pungga adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Dairi, Sumatra Utara. Dengan Luas wilayah 83,40 km², jumlah penduduk 14775 jiwa, dengan kepadatan penduduk 177 jiwa per kilometer persegi. Kecamatan ini memiliki 15 desa dan 1 Kelurahan. Kecamatan ini berjarak 25 Km dari kantor Bupati Dairi yang berada pada kota Sidikalang. Sebagian besar arealnya terdiri dari pegunungan yang bergelombang dan hanya sebagian kecil yang rata/data.

Berdasarkan kemiringan lahan daerahnya memiliki kemiringan berkisar antara 0-25, ketinggian Kecamatan Silima Pungga-pungga berkisar antara 700-1.100 meter di atas permukaan laut. Kantor Camat berada pada Jalan Sisingamangaraja No.27, Parongil dengan kode Pos 22262. Penduduk di kecamatan ini bersuku Pak-pak, Batak, dan Jawa. Penduduk dari kecamatan ini mempunyai mata pencaharian sebagai Petani, Pegawai Negeri, dan Wiraswasta.

Kecamatan Silima Pungga-Pungga mempunyai 15 desa dan 1 Kelurahan Yaitu:

1. Bakal Gajah 2. Bongkaras 3. Bonian 4. Lae Ambat 5. Lae Pangaroan 6. Lae Panginuman


(51)

7. Lae Rambong 8. Longkotan 9. Palipi

10. Parongil (Kelurahan) 11. Polling Anak-Anak 12. Siboras

13·Siratah 14·Sumbari 15·Tungtung Batu 16·Uruk Belin

3.2. Batas-Batas Kecamatan Silima Pungga-Pungga

Secara Geografi, Kecamatan Silima Pungga-pungga Memiliki Batas Wilayah:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Siempat Nempu 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pakpak Bharat 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lae Parira

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Prop. Nanggro Aceh Darussalam

Menurut Klasifikasi desa, di Kecamatan Silima Pungga-pungga terdapat 11 desa Swasembada dan 5 desa Swakarya.

3.1 Penduduk Dan Tenaga Kerja


(52)

Kecamatan Silima Pungga-pungga sebanyak 12.657 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 6.227 dan perempuan sebanyak 6.430 jiwa. Kepadatan penuduk adalah 143jiwa per Km persegi. Dengan penyebaran yang tidak merata pada setiap desa.

Dari 16 desa yang terdapat di Kecamatan Silima PUngga-pungga terdapat penduduk terpadat di Kelurahan Parongil yaitu sebanyak 1.160 jiwa. Dan desa yang terjarang penduduknya adalah desa siratah yaitu 404 jiwa.

Jumlah rumah tangga di kecamatan silima pungga-pungga sebanyak 3.336 rumah tangga dengan penyebaran yang tidak merata. Rata-rata banyaknya jiwa per rumah tangga adalah sebanyak 4 jiwa.

b. Struktur Penduduk menurut lapangan pekerjaan

Mata pencaharian Penduduk di Kecamatan Silima Pungga-pungga masih didominasi sector pertanian yaitu sekitar 90% dan juga cara pengolahan tanahnya masih bersifat tradisional sehingga hasilnya masih belum sesuai dengan yang diharapkan.

c. Karakteristik Adat Istiadat

Mata Pencaharian penduduk di Kecamtan Silima Pungga-pungga dipengaruhi oleh penduduk yang ada seperti suku pak-pak, toba, simalungn, karo, dan lainnya srta sifatnya dipengaruhi oleh suku-suku di atas. Sehingga kegiatannya masih dipengaruhi oleh adat dan norma yang berlaku.


(53)

3.2. Banyaknya PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) di Kecamatan Silima

Pungga-Pungga

Menurut Golongan dan Instansi

Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan Kecamatan Silima Pungga-Pungga

Menurut Golongan dan Instansi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1 : Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Menurut Golongan dan Instansi


(54)

yang bekerja di kecamatan silima pungga-punggan dengan golongan yang paling banyak, yaitu golongan III sebanyak 128, dan Golongan paling sedikit yaitu golongan I sebanyak 1 orang. Sedangkan PNS yang ditempatkan berdasarkan Instansi maka PNS di guru SD menjadi tempat yang paling banyak jumlhanya dengan total 110 dan yang paling sedikit berada pada KUA Camat, Pos dan Giro, PLN dengan jumlah masing-masing sebanyak 1 orang.

3.3 Visi - Misi Kecamatan Silima Pungga-pungga

3.3.1 Visi Kecamatan Silima Pungga-pungga

Kecamatan Silima Pungga Pungga dalam melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi dalam melayani masyarakat mempunyai visi :

“ Mewujudkan Profesionalisme dan Menjadi Teladan Dalam

Penyelenggaraan Fungsi Pelayanan Bidang Pemerintahan, Pembangunan dan

Pemberdayaan Masyarakat.”

3.3.2 Misi Kecamatan Silima Pungga-pungga

Kecamatan Silima Pungga Pungga memiliki Misi untuk mewujudkan Visi sebagaimana telah diuraikan diatas sebagai berikut :

 Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan disiplin PNS Kecamatan.

 Mewujudkan tertib administrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan.  Meningkatkan kualitas pelayanan publik.


(55)

 Meningkatkan fasilitasi terhadap pembinaan desa dan kelurahan.

 Menumbuhkembangkan jiwa partisipasi dan gotong royong dalam masyarakat.

 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat.  Memelihara ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat.

 Optimalisasi penyelenggaraan kewenangan otonomi daerah yang diserahkan ke kecamatan.

3.4. Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Masing Masing Jabatan

di Kantor Camat Silima Pungga-pungga

3.4.1. Tugas Pokok Dan Uraian Tugas Camat Menurut Peraturan

Bupati Dairi Nomor 14 Tahun 2008

Camat mempunyai tugas pokok melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di wilayah kecamatan serta melaksanakan tugas pemerintahan lainnya yang dilimpahkan oleh Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah di kecamatan.

Sesuai dengan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), uraian tugas Camat sebagai berikut :


(56)

2. Menggordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas Sekretaris dan Kepala Seksi;

3. Menggordinasikan dan mengarahkan seluruh Staf agar dapat melaksanakan tugas dengan baik;

4. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan;

5. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

6. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum;

7. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;

8. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

9. Melaksanakan pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;

10.Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan;

11.Mengkoordinasikan penyusunan laporan penyelenggaraan tugas-tugas di Kecamatan;

12.Memberikan petunjuk kepada bawahan baik secara lisan maupun tertulis;


(57)

13.Menetapkan dan menerbitkan DP-3 untuk kelancaran dan disiplin kerja pegawai bawahan;

14.Mengkoordinasikan tugas pembinaan dengan Instansi terkait di Kecamatan;

15.Melaporkan seluruh pelaksanaan tugas kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah;

16.Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan, sesuai dengan tugas dan fungsinya.

17.

3.4.2. Tugas Pokok Dan Uraian Tugas Sekretaris Kecamatan Silima

Pungga-Pungga Menurut Peraturan Bupati Dairi Nomor 14

Tahun 2008

Sekretraris mempunyai tugas pokok melaksanakan pengoordinasian penyusunan program, kegiatan, anggaran dan pelaporan serta memberikan pelayanan administratif kepada semua unsur di lingkungan Kecamatan.

Sesuai dengan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), uraian tugas Sekretaris sebagai berikut :

1. Menyusun program, rencana kegiatan dan anggaran Sekretariat Kecamatan;


(58)

2. Mengoordinasikan penyusunan program, rencana kegiatan dan anggaran Kecamatan;

3. Mengoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas Sub Bagian pada Sekretariat Kecamatan;

4. Menyusun program teknis bidang ketatausahaan, meliputi : kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, surat-menyurat, kearsipan, dokumentasi, keprotokolan dan administrasi lainnya di lingkungan Kecamatan;

5. Mengoordinasikan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Kecamatan, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dan Konsep Surat Keputusan Camat serta peraturan lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan tugas-tugas di Kecamatan;

6. Mengelola inventaris Kecamatan, meliputi : perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemeliharaan, penyimpanan dan pengawasan termasuk pengelolaan perbekalan;

7. Melaksanakan ketatausahaan Kecamatan, meliputi : pengelolaan adminstrasi kepegawaian perlengkapan, rumah tangga, surat-menyurat, kearsipan, dokumentasi serta urusan rumah tangga lainnya;

8. Melaksanakan penatausahaan keuangan Kecamatan, meliputi :


(59)

 Membukuan dan verifikasi serta pertanggungjawaban;

 melaksanakan pendataan atas inventaris Kecamatan;  mengoordinasikan penyusunan bahan usulan

penghapusan barang;

 melaksanakan pembinaan terhadap pegawai di lingkungan Kecamatan;

 menyiapkan bahan dan melaksanakan koordinasi teknis operasional kegiatan UPT/Instansi Pemerintah di wilayah Kecamatan yang berkaitan dengan ketatausahaan;

 memberikan pelayanan administrasi ketatausahaan di lingkungan Kecamatan;

 Mengoordinasikan dan mengendalikan penerbitan Surat Perintah (SP) dan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) di lingkungan Kecamatan;

 Mengendalikan dan mengawasi penggunaan stempel pada Kecamatan;

 Melegalisir penggandaan naskah-naskah dokumen yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan umum di Kecamatan;


(60)

 Memberikan usul, pertimbangan, saran pendapat kepada Camat tentang kebijakan serta langkah-langkah yang perlu diambil;

 Menyusun laporan Kecamatan yang dikoordinasikan dengan Seksi;

 Memberikan petunjuk kepada bawahan baik secara lisan maupun tertulis;

 Menetapkan dan menerbitkan DP-3 untuk kelancaran dan disiplin kerja bawahan;

 Melaporkan seluruh pelaksanaan tugas kepada Camat;

 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan, sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3.4.3. Tugas Pokok Dan Uraian Tugas Kepala Sub Bagian Umum

Kantor Camat Silima Pungga-Pungga Menurut Peraturan

Bupati Dairi Nomor 14 Tahun 2008

Kepala Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan-bahan penyusunan kebijakan teknis, kegiatan serta


(61)

fasilitasi pengelolaan administrasi perlengkapan, ketatausahaan, kepegawaian dan urusan rumah tangga Kecamatan.

Sesuai dengan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), uraian tugas Kepala Sub Bagian Umum sebagai berikut :

1. menyusun program, rencana kegiatan dan anggaran Sub Bagian Umum;

2. mengoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas Staf pada Sub Bagian Umum;

3. menyusun rencana kebutuhan dan pengadaan perlengkapan, peralatan serta inventaris Kecamatan sesuai ketentuan yang berlaku;

4. menyiapkan bahan-bahan penyusunan rancangan Peraturan Daerah, konsep Peraturan Bupati/Keputusan Bupati dan konsep surat Keputusan Camat serta peraturan lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan di Kecamatan;

5. menyiapkan administrasi kepegawaian, meliputi : usul kebutuhan formasi, mutasi/penempatan Staf, pembinaan, kesejahteraan, usul kenaikan pangkat, Kenaikan Gaji Berkala (KGB), usul pension dan registrasi kepegawaian sesuai ketentuan yang berlaku;


(62)

6. menyimpan dan memelihara administrasi kepegawaian PNS pada Kecamatan;

7. melaksanakan urusan rumah tangga Kecamatan, meliputi : kebersihan, keamanan, ketertiban dan keindahan lingkungan Kecamatan;

8. menghimpun data dan usul kebutuhan personil dari masing-masing bidang/satuan organisasi di lingkungan Kecamatan; 9. melaksanakan urusan ketatausahaan, ketatalaksanaan dan

rumah tangga Kecamatan;

10.melaksanakan urusan perlengkapan Kecamatan, meliputi : penggunaan, pengamanan, penyimpanan dan pemeliharaan inventaris;

11.menyiapkan dan mengolah bahan hasil analisa beban tugas dan kebutuhan personil pada masing-masing satuan organisasi di lingkungan Kecamatan;

12.memberikan petunjuk kepada bawahan baik secara lisan maupun tertulis;

13.menetapkan dan menerbitkan DP-3 untuk kelancaran dan disiplin kerja bawahan;

14.melaporkan seluruh pelaksanaan tugas kepada Sekretaris Kecamatan;

15.melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan, sesuai dengantugas dan fungsinya.


(63)

3.4.4. Tugas Pokok Dan Uraian Tugas Kepala Sub Bagian Keuangan

Kantor Camat Silima Pungga-Pungga Menurut Peraturan

Bupati Dairi Nomor 14 Tahun 2008

Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan-bahan penyusunan kebijakan teknis, kegiatan serta fasilitasi penyusunan rencana anggaran, pembinaan bendahara, pengelolaan dan penatausahaan dan pertanggungjawaban administrasi keuangan Kecamatan;

Sesuai dengan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), uraian tugas Kepala Sub Bagian Keuangan sebagai berikut :

1. menyusun program, rencana kegiatan dan anggaran Sub Bagian Keuangan;

2. mengoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas Staf pada Sub Bagian Keuangan;

3. mencatat, mengolah dan menganalisa data untuk bahan penyusunan anggaran Kecamatan;

4. menyiapkan bahan dan menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) Kecamatan;

5. menyiapkan bahan dan menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Kecamatan;


(64)

6. melaksanakan penatausahaan keuangan Kecamatan, meliputi : pengelolaan administrasi keuangan, pembukuan dan verifikasi serta pertanggungjawaban;

7. meneliti dan mengawasi penagihan/penyetoran pajak (PPn/PPh);

8. meneliti dan mengawasi pembayaran atas tagihan-tagihan sepanjang pasal-pasal dari dana yang tersedia pada Anggaran Belanja Tahun yang bersangkutan;

9. menghimpun dan menyiapkan bahan penyusunan konsep Surat Keputusan Camat tentang Pengangkatan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) dan Pembantu Bendahara;

10.melaksanakan pembinaan teknis atas tugas-tugas Bendahara di lingkungan Kecamatan;

11.menyiapkan bahan-bahan dalam rangka pengujian dan verifikasi atas pengelolaan keuangan Kecamatan;

12.meneliti dan mengawasi pembuatan daftar gaji PNS sesuai ketentuan yang berlaku;

13.memantau pembayaran gaji dan pembayaran lainnya kepada pegawai sesuai ketentuan yang berlaku;


(65)

15.menyiapkan, mengolah dan menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan sesuai ketentuan yang berlaku;

16.melaksanakan pencatatan dan pengarsipan dokumen keuangan Kecamatan;

17.memberikan petunjuk kepada bawahan baik secara lisan maupun tertulis;

18.menetapkan dan menerbitkan DP-3 untuk kelancaran dan disiplin kerja bawahan;

19.melaporkan seluruh pelaksanaan tugas kepada Sekretaris Kecamatan;

20.melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan, sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3.4.5. Tugas Pokok Dan Uraian Tugas Kepala Sub Bagian Program

Dan Pelaporan Kantor Camat Silima Pungga-Pungga Menurut

Peraturan Bupati Dairi Nomor 14 Tahun 2008

Kepala Sub Bagian Program dan Pelaporan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan-bahan penyusunan program dan perencanaan Kecamatan dan fasilitasi penyusunan pelaporan Kecamatan.


(66)

Sesuai dengan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), uraian tugas Kepala Sub Bagian Program dan Pelaporan sebagai berikut :

1. Menyusun program, rencana kegiatan dan anggaran Sub Bagian Program dan Pelaporan;

2. Mengoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas Staf pada Sub Bagian Program dan Pelaporan;

3. Mengumpulkan, mengolah dan menyiapkan bahan - bahan penyusunan program kerja dan kegiatan Kecamatan;

4. Menyiapkan bahan dan menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kecamatan dan Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Kecamatan;

5. Menyiapkan bahan-bahan dalam rangka pemberian usul, pertimbangan, saran pendapat kepada Camat tentang kebijakan serta langkah-langkah yang perlu diambil;

6. Menganalisa dan mengevaluasi pencapaian kinerja Kecamatan;

7. Mengumpulkan bahan-bahan dari masing-masing satuan organisasi di lingkungan Kecamatan dalam rangka penyusunan laporan Kecamatan;


(67)

9. Menetapkan dan menerbitkan DP-3 untuk kelancaran dan disiplin kerja bawahan;

10.Melaporkan seluruh pelaksanaan tugas kepada Sekretaris Kecamatan;

11.Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan, sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3.4.6. TUGAS POKOK DAN URAIAN TUGAS KEPALA SEKSI

TATA PEMERINTAHAN KANTOR CAMAT SILIMA

PUNGGA-PUNGGA MENURUT PERATURAN BUPATI

DAIRI NOMOR 14 TAHUN 2008

Kepala Seksi Tata Pemerintahan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan-bahan penyusunan kebijakan teknis, program dan kegiatan serta fasilitasi pelaksanaan pembinaan teknis, pelaksanaan kegiatan serta pelayanan umum menyangkut penyelenggaraan pemerintahan di Kecamatan.

Sesuai dengan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), uraian tugas Kepala Seksi Tata Pemerintahan sebagai berikut :

1. Menyusun program, rencana kegiatan dan anggaran Seksi Tata Pemerintahan;

2. Mengoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas Staf pada Seksi Tata Pemerintahan;


(68)

3. Menyiapkan bahan dan melaksanakan kegiatan lomba / penilaian desa / kelurahan tingkat Kecamatan;

4. Menyiapkan bahan dan melaksanakan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah, instansi vertikal serta UPT dibidang penyelenggaraan pemerintahan;

5. Menyiapkan bahan dan melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah, instansi vertikal serta UPT dibidang penyelenggaraan pemerintahan;

6. Menyiapkan bahan dan melaksanakan pembinaan dan pengawasan tertib administrasi pemerintahan desa dan/atau kelurahan;

7. Memberikan bimbingan, supervisi, fasilitasi dan konsultasi pelaksanaan administrasi desa dan/atau kelurahan;

8. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Kepala Desa dan/atau Lurah serta perangkat-perangkatnya;

9. Melaksanakan perencanaan kegiatan pelayanan kepada masyarakat di Kecamatan;

10.Melaksanakan percepatan pencapaian standar pelayanan minimal di wilayah Kecamatan;

11.Menyiapkan bahan dan menyusun monografi Kecamatan dan memfasilitasi penyusunan monografi desa;


(69)

12.Memfasilitasi kegiatan penyelenggaraan pemilu di Kecamatan;

13.Melaksanakan pengawasan atas kegiatan orang asing di wilayah Kecamatan;

14.Memfasilitasi penyelenggaraan kerjasama antar desa dan penyelesaian masalah/sengketa yang terjadi di desa/kelurahan dan antar desa/kelurahan;

15.Menyiapkan bahan dan data penataan, pemekaran, penggabungan dan penghapusan desa;

16.Memfasilitasi penyusunan rancangan Peraturan Desa; 17.Melaksanakan pelayanan administrasi kependudukan

meliputi : pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), Surat Keterangan Pindah (SKP) dan surat-surat lainnya;

18.Menyusun laporan bulanan mutasi dan mutandis kependudukan;

19.Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap organisasi social kemasyarakatan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM);

20.Mengoordinasikan pemanfaatan tata ruang wilayah Kecamatan;


(70)

21.Memfasilitasi pelaksanaan pembebasan tanah dan pelepasan hak milik untuk kepentingan sarana umum dan Pemerintah Daerah;

22.Memfasilitasi perubahan status tanah yang bersumber dari kekayaan desa berubah menjadi kelurahan;

23.Memfasilitasi pelayanan umum berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan di Kecamatan;

24.Melaksanakan koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintah kelurahan dan mengoordinasikan penyelenggaraan pemerintahan desa; 25.Menyiapkan, mengolah, mensistematisasikan serta

menganalisa data di bidang pemerintahan, sosial dan politik;

26.Melaksanakan analisa dan evaluasi penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan penyusunan rencana tindak lanjut pembinaan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dari hasil analisa dan evaluasi;

 Menyusun laporan Kecamatan berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;

 Memberikan petunjuk kepada bawahan baik secara lisan maupun tertulis;

 Menetapkan dan menerbitkan DP-3 untuk kelancaran dan disiplin kerja pegawai bawahan;


(1)

(2)

121


(3)

(4)

123


(5)

(6)

125