19
dana dan daya tenaga secara efisien perlu dilakukan untuk menumbuhkan swadaya masyarakat karena hal itu ikut menentukan keberhasilan pembangunan
sehingga dengan demikian pembangunan dengan sumber daya manusia perlu ditingkatkan secara maksimal.
Berangkat dari pernyataan di atas lembaga pemerintahan kecamatan masih ditemukan beberapa kelemahan dalam penyebaran pembangunan yang tentunya
dibutuhkan kesiapan dalam menjalankan berbagai aktivitas pembangunan, yang harus dipahami bahwa aparat kecamatan dalam menjalankan fungsinya dituntut
mampu mengkoordinasikan perencanaan pembangunan agar kiranya dapat seiring akan pelaksanaan yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Aparat telah
mengembang tugas dan tanggung jawab dalam Koordinasi dengan pemerintah baik pusat, daerah maupun pihak kecamatan dimana didalamnya terdapat
beberapa kelemahan-keleman dalam penyelenggaraannya termasuk kesadaran aparat akan pentingnya fungsi koordinasi.
Atas dasar itulah sehingga Penulis melalui kesempatan ini, dicoba menelusuri permasalahan Penerapan fungsi Koordinasi aparat pemerintah
Kecamatan, sehingga diangkat suatu penelitian sederhana dengan judul ”
Koordinasi Camat Dalam Melaksanakan Pembangunan Di Kecamatan Silima Pungga Pungga
Kabupaten Dairi”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hal – hal yang telah diuraikan dalan latar belakang diatas maka
diperlukan perumusan masalah yang sangat berguna bagi arah dan langkah
Universitas Sumatera Utara
20
penelitian supaya lebih jelas dalam melakukan penelitian. Adapun perumusan masalah yang diajukan oleh peneliti adalah “Bagaimana koordinasi camat dalam
melaksanakan pembanguanan di wilayah kecamatan Silima Pungga-Pungga, Kabupaten Dairi”.
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui koordinasi camat dalam melaksanakan pembangunan di
kecamatan Silima Pungga-Pungga, Kabupaten Dairi.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang Menjadi kendala bagi camat dalam
melakukan koordinasi.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan memberi manfaat antara lain yaitu: 1.
Secara akademis, penelitian ini merupakan salah satu syarat penyelesaian program studi sarjana Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 2.
Secara Ilmiah, Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta mengembangkan kemampuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah.
3. Manfaat praktis, yaitu untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang
koordinasi, selain itu diharapkan dapat memberikan masukan bagi instansi terkait dalam hal koordinasi.
Universitas Sumatera Utara
21
4. Secara teoritis dan akademis menambah khasanah ilmu tentang kajian
koordinasi
1.5 Kerangka Teori
Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang
membantu kita memahami sebuah fenomena. Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan
dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.
Menurut singarimbun 1989, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, kontrak, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suau fenomena sosial secara
sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Dengan adanya teori, peneliti mencoba menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang
menjadi pusat perhatiannya berdasarkan unsur ilmu dan teori. Untuk memperoleh pemahaman yang sama atas konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini
dan menjadi kerangka berfikir bagi peneliti, maka berikut beberapa konsep yang dianggap relevan dengan kasus penelitian yang dibahas.
1.5.1 Konsep Koordinasi 1.5.1.1. Pengertian Koordinasi
Menurut Leonard D. White dalam buku Sutarto 1984. Koordinasi adalah penyesuaian diri dari bagian-bagian satu sama lain dan gerakan serta pengerjaan
Universitas Sumatera Utara
22
bagian-bagian pada saat yang tepat sehingga dapat memberikan sumbangan yang maksimum pada hasil secara keseluruhan.
Menurut Henry Fayol dalam buku Sutarto, koordinasi berarti mengikat bersama, menyatukan, dan menselaraskan semua kegiatan dan usaha. Dari
berbagai intisari tentang koordinasi seperti disebut diatas, maka dapat dipakai satu istilah yaitu keselarasan. Baik kesatuan tindakan, kesatuan usaha, penyesuaian
antar bagian, keseimbangan antar bagian maupun sinkroisasi semuanya bersasaran keselarasan.
Menurut George R.Terry dalam buku Sutarto, koordinasi adalah sinkronisasi yang teratur dari usaha-usaha untuk menciptakan kepantasan
kwantitas, waktu, dan pengarahan pelaksanaan yang menghasilkan keselarasan dan kesatuan tindakan untuk tujuan yang telah ditetapkan. Atas dasar itu dapatlah
kiranya asas koodinasi diartikan sebagai berikut yaitu di dalam organisasi harus ada keselarasan aktivitas antar satuan organisasi atau keselarasan tugas antar
pejabat. Manajer yang sukses adalah manajer yang dapat melakukan koordinasi,
integrasi, dan sinkronisasi dengan baik. Integrasi adalah suatu usaha untuk menyatukan tindakan berbagai badan, instansi, unit sehingga merupakan suatu
kebulatan pemikiran dan kesatuan tindakan yang terarah pada suatu sasaran yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Sinkronisasi adalah suatu usaha untuk
menyesuaikan, menyelaraskan kegiatan, tindakan, unit-unit, sehingga diperoleh keserasian dalam pelaksanaan tugas atau kerja.
Universitas Sumatera Utara
23
1.5.1.2. Fungsi Koordinasi
Menurut Jasin 1981 fungsi koordinasi ialah mengsinkronisasikan dan melaraskan kegiatan semua unit departemen organisasi menuju tercapainya suatu
hasil akhir yang sama. Koordinasi menyangkut semua orang, kelompok, unit organisasi dan semua kegiatan di dalam tiap perusahaan dimana orang bekerja
sama. Tanpa koodinasi terjadi pemborosan waktu, daya upaya, dan uang yang sangat banyak.
Koordinasi yang baik mulai dengan pandangan yang masuk akal, sikap, dan perencanaan. Juga memerlukan pegawai-pegawai yang cakap, saling percaya, dan
integrasi kegiatan tetap dan terus menerus dari semua anggota manajemen dan seluruh angkatan kerja, semangat kelompok yang baik dan moral yang tinggi. Hal
ini tidak dapat tercapai jika mereka yang bersangkutan tidak merasa cocok dengan kepemimpinan mereka. Struktur organisasi mempunyai pengaruh pasti pada
koodinasi karena menentukan kerangak yang mengurus semua garis komando, saluran komunikasi dan pola hubungan yang harus diintegrasikan menjadi 1 hasil
gabungan yang serasi.
1.5.1.3. Syarat-syarat Koordinasi
Adapun yang menjadi syarat-syarat koordinasi menurut Hasibuan 2009 yaitu:
a. Sesnse of cooperation Perasaan untuk bekerja sama, ini harus dilihat dari sudut bagian perbagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.
Universitas Sumatera Utara
24
b. Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai tujuan.
c. Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai. d. Espirit de corps, artinya bagian-bagian yang diikut sertakan atau dihargai,
umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.
1.5.1.4. Sifat dan asas koordinasi
Adapun yang menjadi sifat-sifat dari koordinasi yaitu: a.
Koordinasi adalah dinamis bukan statis. b.
Koordinasi menekankan pandangan yang menyeluruh oleh seorang koordinator manajer dalam rangka mencapai sasaran.
c. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.
Asas koordinasi adalah asas skala scalar principle artinya koordinasi itu dilakukan menurut jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggung jawab yang
disesuaikan dengan jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu sama lain. Tegasnya asas hieraki ini bahwa setiap atasan koordinator harus mengkoordinasi
bawahannya langsung.
1.5.1.5. unsur-unsur Koordinasi
Menurut Sugandha 1991, unsur-unsur yang terkandung dalam usaha koordinasi adalah:
a. Unit-unit atau organisasi-organisasi, adalah kelompok-kelompok kerja di
dalam suatu organisasi yang tentunya mempunyai fungsi yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
25
b. Sumber-sumber atau potensi, yang ada pada unit-unit suatu organisasi
adalah tenaga kerja, keterampilan dan pengetahuan personilnya, tekhnologi, anggaran, serta fasilitas kerja lainnya.
c. Gerak kegiatan, adalah segala upaya, segala sesuatu tindakan yang
dikerjakan oleh pejabat-pejabat maupun kelompok kerja dalam melakukan tugasnya.
d. Kesatuan paduan, artinya terdapat pertautan atau hubungan diantara
sesamanya sehingga mewujudkan suatu integritas atau satu kesatuan yang kompak.
e. Keserasian, berarti adanya urutan-urutan pengerjaan sesuatu yang tersusun
secara logis, sistematis, atau dilakukan dalam waktu yang bersamaan akan tetapi tidak menimbulkan duplikasi pengulangan, penjumbuhan, maupun
pertentangan. f.
Arah yang sama, dalam hal ini sebagai pedoman ialah sasaran yang sudah diterapkan. Segala potensi itu diarahkan ke sasaran yang satu itu juga,
sehingga tak terjadi pertentangan.
1.5.1.6. Tujuan koordinasi
Adapun yang menjadi tujuan koordinasi menurut Hasibuan 2009 yaitu: a.
Untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke arah tercapainya sasaran perusahaan.
b. Untuk menjuruskan keterampilan spesialis ke arah sasaran perusahaan.
c. Untuk menghidari kekosongan dan tumpang-tindih pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
26
d. Untuk menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran.
e. Untuk mengintegrasikan tindakan dan pemanfaatan 6M ke arah sasaran
organisasi atau perusahaan. f.
Untuk menghindari tindakan overlapping dari sasaran perusahaan.
1.5.1.7. Manfaat Koordinasi
Menurut Sutarto 1984 Apabila dalam organisasi dilakukan koordinasi maka ada beberapa manfaat yang dapat dipetik antara lain yaitu:
a. Dengan koordinasi dapat dihindarkan perasaan lepas satu sama lain antara
satuan organisasi atau antara para pejabat yang ada dalam organisasi. b.
Dengan koordinasi dapat dihindarkan perasaan atau suatu pendapat bahwa satuan organisasinya atau jabatannya merupakan paling penting.
c. Dengan koordinasi dapat dihindarkan kemungkinan timbulnya
pertentangan antar satuan organisasi atau antar para pejabat. d.
Dengan koordinasi dapat dihindarkan timbulnya rebutan fasilitas. e.
Dengan koordinasi dapat dihindarkan kemudian terjadinya kekosongan pengerjaan terhadap sesuatu aktivitas oleh satuan-satuan organiasi atau
kekosongan pengerjaan terhadap tugas oleh para pejabat. f.
Dengan koordinasi dapat dihindarkan terjadinya peristiwa waktu menunggu yang memakan waktu lama.
g. Dengan koordinasi dapat ditumbuhkan kesadaran diantara para pejabat
untuk saling bantu satu sama lain terutama diantara pejabat yang ada daam satuan organisasi yang sama.
Universitas Sumatera Utara
27
h. Dengan koordinasi dapat dihindarkan kemungkinan terjadinya
kekembaran pengerjaan terhadap suatu aktivitas oleh satuan-satuan organisasi atau kekembaran pengerjaan terhadap tugas oeh para pejabat.
i. Dengan koordinasi dapat ditumbuhkan kesadaran di antara para pejabat
untuk saling memberitahu masalah yang dihadapi bersama sehingga dapat dihindarkan kemungkinan terjadinya kebaikan bagi dirinya, keselamatan
bagi dirimu atas kerugian atau kejatuhan sesama pejabat lainnya. j.
Dengan koordinasi dapat dijamin adanya kesatuan langkah antara para pejabat.
k. Dengan koordinasi dapat dijamin adanya kesatuan langkah antar para
pejabat. l.
Dengan koordinasi dapat dijamin adanya kesatuan kebijaksanaan antar pejabat
.
1.5.1.8. Akibat Kurangnya Koordinasi
Kosong atau kurangnya koordinasi daam suatu organisasi akan terlihat dari adanya gejala-gejala sebagai berikut yaitu:
a. Petugas atau satuan-satuan organisasi bertengkar menuntut suatu bidang
kerja atau wewenang yang masing-masing menganggap termasuk dalam lingkungan tugasnya. Dalam hal ini sering terjadinya kekembaran dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan yang memboroskan tenaga, waktu, dan material.
Universitas Sumatera Utara
28
b. Petugas-petugas atau satuan organisasi saling melemparkan sesuatu
tanggung jawab kepada pihak lain karena masing-masing merasa bahwa suatu pekerjaan tidak termasuk dalam ruang lingkup tugasnya.
Pengingkaran tanggung
jawab biasanya
mengakibatkan adanya
kekosongan tindakan yang semstinya dijalankan. c.
pencapaian tujuan organisasi tidak berjaan secara lancar karena suasana organisasi terasa serba kacau, para petugas nampak serba ragu dan
pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan, ternyata serba salah, saling berbenturan atau bahkan hasil pekerjaan yang satu sering dihapuskan oleh pekerjaan
yang lain tanpa disadari.
1.5.1.9. Cara Menjalankan Koordinasi
Menurut Reksohadiprodjo 2000 Organisasi tentu saja ingin menjalankan koordinasi yang efektif dan ini dapat dicapai dengan berbagai cara, yaitu:
a. Menyederhanakan organisasi bagian-bagian yang secara konstan
berhubungan dan bekerja sama ditempatkan dalam suatu sistem. b.
Harus diadakan prosedur yang terang dan jelas dan setiap orang mengetahui dan mengikutinya sehingga waktu penyelesaiannya tepat
ditentukan tangga deadline penyelesaian. c.
Sedapat mungkin dapat dipakai metode komunikasi tertulis. d.
Sebaiknya diadakan rencana sedini mungkin. e.
Para karyawan dimintadidorong agar mengadakan koordinasi secara sukarela.
Universitas Sumatera Utara
29
f. Koordinasi dilakukan secara formal melalui pemimpin, staf pembantu,
panitia maupun pejabat penghubung walaupun kontak tidak formal perlu dikembangkan
Menurut Hasibuan 2009, cara-cara mengadakan koordinasi antara lain sebagai berikut yaitu:
a. Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat. Keterangan
mengenai pekerjaan saja tidak cukup, karena tindakan-tindakan yang tepat harus diambil untuk menciptakan dan menghasilkan koordinasi yang baik.
b. Mengusahakan agar pengetahuan dan penerimaan tujuan yang akan
dicapai oleh anggota tidak menurut individu anggota dengan tujuan bersama.
c. Mendorong para anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide,
saran dan lain sebagainya. d.
Mendorong para anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan penciptaan sasaran.
e. Membina human relations yang baik antar sesama karyawan.
f. Manajer sering melakukan komunikasi informal dengan para bawahan.
Kesimpulan suatu koordinasi akan lebih baik jika memperoleh dukungan dan partisipasi dari bawahan, pihak-pihak terkait yang akan melakukan pekerjaan
diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan, agar mereka antusias dalam melaksakannya.
Universitas Sumatera Utara
30
1.5.1.10. Mekasnisme Koordinasi
Suatu organisasi biasanya menciptakan mekanisme koordinasi tertentu dalam ruang lingkup tertentu. Menurut Reksohadiprodjo 2000, ada 3 mekanisme
koordinasi, antara lain yaitu: a.
Koordinasi hierarki, dimana berbagai kegiatan dihubungkan di bawah satu kekuasaan pusat.
b. Koordinasi administratif, yang berhubungan dengan pekerjaan yang
rutin sifatnya. c.
Koordinasi sukarela, dimana individu atau kelompok melihat adanya kebutuhan menciptakan program dan menerapkannya.
1.5.1.11 Tipe-Tipe Koordinasi
Menurut Hasibuan 2009, tipe-tipe koordinasi di bagi atas dua bagian antara lain sebagai berikut yaitu:
a. Koordinasi vertikal adalah kegiatan penyatuan, pengarahan yang
dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan kerja yang ada dibawah
wewenang dan
tanggung jawabnya. Tegasnya atasan
mengkoordinasi semua aparat yang ada dibawah tanggung jawabnya secara langsung. Koordinasi vertikal ini secara relatif mudah dilakukan
karena atasan dapat memberikan sanksi kepada aparat yang peru diatur. b.
Koordinasi horizontal adalah mengkoordinasikan tindakan atau kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan dalam tingkat
Universitas Sumatera Utara
31
organiasai aparat yang setingkat. Koordinasi horizontal ini reltif sulit dilakukan, karena koordinator tidak dapat memberikan sanksi kepada
pejabat yang sulit diatur sebab sebab kedudukannya setingkat. Koordinasi Horizontal ini dibagi atas dua yaitu:
Interdisiplinary adalah satuan koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan, mewujudkan, dan
menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun secara ekstern pada unit-unit yang sama
tugasnya. Interrelated adalah koordinasi antara instansi, unit-unit yang
fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling bergantungan atau mempunyai kaitan baik, secara intern
maupun ekstern yang levelnya setaraf.
1.5.1.12 Tahap-tahap koordinasi
Menurut Jasin 1981 tahap-tahap penting dari koordinasi anata lain sebagai berikut yaitu:
1. Komunikasi Salah satu hal penting yang harus selalu diingat oleh seorang pemimpin tentang
komunikasi adalah kenyataan bahwa “berkata saja tidak cukup”. Bilamana ia memberi informasi, instruksi, penafsiran, atau petunjuk pada seorang bawahan,
manajer harus yakin betul bahwa bawahan mengerti dan menerimanya. Ini
Universitas Sumatera Utara
32
dapat dicapai dengan berbagai cara “mengulang” sesuai dengan situasi. Dimana ada kekurangan pengertian didalam satu organisasi, penyebabnya
mungkin terdapat dibidang komunikasi, dan ini akan berpengaruh langsung terhadap keberbagai tahap koordinasi. Kemampuan organisasi untuk
mengadakan kegiatan yang kompleks tergantung pada cara bagaimana orang mempergunakan sistem komunikasi dalam suatu organisasi. Semakin besar
toleransi atau rasa saling tergantung dan bersatu para anggota organisasi dan semakin mudah komunikasi.
2. Penentuan waktu Penentuan waktu tepat dan penyusunan jadwal merupakan bagian-bagian
pokok dari koordinasi. Tiap situasi memerlukan suatu analisis yang cermat dan teknik perencanaan yang baik untuk disesuaikan dengan kebutuhan khusus.
3.Fleksibilitas Hampir setiap prosedur senantiasa berubah. Oleh sebab itu, Manajemen harus
selalu waspada terhadap kebutuhan perubahan kegiatan dan dalam koordinasi yang berkaitan dengan kegiatan itu, ini memerlukan fleksibilitas dalam
pandangan, kepekaan terhadap perubahan dan kerelaan. Untuk membuat perubahan terkadang diperlukan hasil yang optimal agar dapat mencapai hasil
akhir yang dikehendaki. Penentuan waktu yang ketat, perancangan kegiatan yang harus dijalankan bersama-sama dengan fleksibilitas dalam mengadakan
perubahan yang diperlukan agar mempertahankan koordinasi yang efektif dari semua kegiatan.
4. Pengendalian
Universitas Sumatera Utara
33
Koordinasi dengan sendirinya bergantung pada pengendalian yang efektif. Akan tetapi, jika orang-orang tidak ingin bekerja sama, koordinasi dalam suatu
pekerjaan akan menjadi sangat sulit, sekalipun dengan adanya pengendalian efektif. Pengendalian biasanya baik, bila diciptakan suasana yang
menyebabkan orang-orang bekerja sama sebagai satu tim. Ini dapat dicapai dengan memberi sasaran yang jelas, standar prestasi, kebijaksanaan, jadwal,
dan kriteria untuk mengukur prestasi. Bilamana diberi media yang tepat agar mereka dapat mempertahankan pengendalian dan disiplin diri sendiri.
1.5.2. Konsep Pembangunan 1.5.2.1.Pengertian Pembangunan
Terdapat banyak aspek dan masalah yang diketahui termasuk ke dalam pembangunan, sehingga pembangunan tidak dapat dilihat dari satu sudut pandang.
Hal ini menyebabkan kesulitan dalam mendefinisikan pembangunan, terutama bukan karena orang tidak paham yang dimaksud dengan pembangunan itu, tetapi
justru karena ruang lingkup pembangunan tersebut begitu banyak. Sehingga hampir tidak mungkin untuk menyatukan semuanya menjadi suatu bentuk
rumusan sederhana sebagai suatu definisi yang komplit hal tersebut disebut dengan pembangunan.
Menurut Soetomo 2008, pembangunan sebagai proses perubahan dapat dipahami dan dijelaskan dengan cara yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat
dilihat dalam hal sumber atau faktor yang mendorong perubahan tadi, misalnya
Universitas Sumatera Utara
34
yang ditempatkan dalam posisi lebih dominan, sumber perubahan internal atau eksternal. Disamping itu, sebagai proses perubahan juga dapat dilihat dari
intensitas atau fundamental tidaknya perubahan yang diharapkan, melalui transformasi struktural atau tidak. Sebagai proses mobilisasi sumberdaya juga
dapat dilihat pandangan dan penjelasan yang berbeda, misalnya pihak yang diberi kewenangan dalam pengelolaannya diantara tiga stakeholders pembangunan,
yaitu negara, masyarakat, dan swasta. Perbedaan pandangan juga menyangkut level pengelolaan sumber daya tersebut yaitu tingkat lokal, regional, atau nasional.
Perspektif yang berbeda juga dapat menyebabkan pemberian perhatian yang berbeda terhadap sumber daya yang ada. Perspektif tertentu lebih memberikan
perhatian pada sumber daya alam dan sumber daya manusia, sedangkan perspektif yang lain disamping kedua jenis sumber daya tersebut juga mencoba menggali,
mengembangkan dan mendayagunakan sumber daya sosial yang sering disebut juga dengan modal sosial atau energi sosial. Bahkan dalam masing-masing
perspektif yang bersikap terhadap sumber daya manusia juga dapat di jumpai pandangan dan perlakuan yang berbeda. Di satu pihak dapat di jumpai perspektif
yang melihatnya sebagai sekedar objek yang sama dengan sumber daya alam yang dapat di gerakkan dan di manfaatkan untuk mencapai tujuan pembangunan, dan di
lain pihak melihatnya sebagai aktor atau pelaku dari proses pembangunan itu sendiri.
Pengertian pembangunan harus di lihat secara dinamis, bukan di lihat sebagai konsep statis yang selama ini sering kita anggap sebagai suatu kesalahan
yang wajar. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu orientasi dan kegiatan
Universitas Sumatera Utara
35
usaha yang tanpa akhir. ”Development is not a static concept. It is continuously changing
“, artinya juga bisa dikatakan bahwa pembangunan itu sebagai “never ending goal
”. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan supaya menjadi suatu proses yang dapat
bergerak maju atas kekuatan sendiri self sustaining proces tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya. Jadi bukan hanya yang dikonsepsikan sebagai
usaha pemerintah belaka. Pembangunan tergantung d ari suatu “innerwill”, dan
proses emansipasi diri, dan suatu partisipasi kreatif dalam proses pembangunan hanya menjadi mungkin karena proses pendewasaan Tjokroamidjoja dan
Mustapadijaja dalam Nawawi, 2009. Banyak pakar memberikan definisi tentang pembangunan. Dalam tulisan-
tulisan mengenai pembangunan tersebut, pengertian seperti modernisasi, perubahan sosial, industrialisasi, westernasi, pertumbuhan growth, dan evolusi
sosio-kultural biasanya selalu dikaitkan dalam menyusun suatu definisi pembangunan. Namun demikian, menurut para ahli, istilah tersebut di atas terasa
kurang sesuai dengan yang sesungguhnya dimaksud dengan pembangunan. Frey dalam Zulkarimen Nasution 2004 menyebutkan bahwa pengertian pertumbuhan
growth terasa terlalu luas, sedangkan industrialisasi terlalu sempit. Begitu pun dengan istilah westernisasi yang terasa bersifat parokial sempit
wawasannya. Menurut Rogers dalam Zulkarimen Nasution 2004, pembangunan
diartikan sebagai proses yang terjadi pada level atau tingkatan sistem sosial, sedangkan modernisasi menunjuk pada proses yang terjadi pada level individu.
Universitas Sumatera Utara
36
Yang paling sering di gunakan walaupun kedua pengertian istilah tersebut dibedakan, maka pembangunan dimaksudkan yang terjadi pada bidang ekonomi,
atau lebih mencakup seluruh proses analog dan seiring dalam masyarakat secara keseluruhan. Sebagai suatu istilah teknis, pembangunan berarti membangkitkan
masyarakat di negara-negara sedang berkembang dari keadaan kemiskinan, tingkat tidak mengenal huruf literacy rate yang rendah, pengangguran, dan
ketidakadilan sosial yang tercantum menurut Seers dalam Zulkarimen Nasution 2004.
Menurut Sondang P. Siagian 2008, pembangunan di definisikan sebagai rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan
sadar yang di tempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa nation building.
1.5.2.2.Karakteristik Pembangunan
Berdasarkan beragamnya pengertian pembangunan di atas, maka karakteristik pembangunan dapat dilihat dari perkembangan paradigma
pembangunan yang berlangsung dari waktu ke waktu. Berikut ini merupakan paradigma yang aktivitas pembangunannya didasarkan pada tiga karakterstik,
yaitu integral, universal, dan partisipasi total. Karakteristik pembangunan integral mengandung arti bahwa program pembangunan disatu sektor tidak bisa di
pisahkan dengan pembangunan di sektor lain. Pembangunan ekonomi misalnya, tidak terlepas dari pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas,
pembangunan politik yang adil dan jujur serta bersih dari penyimpangan,
Universitas Sumatera Utara
37
pembangunan hukum yang berkeadilan, pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertumpuh pada kekuatan sendiri, serta pembangunan sosial
budaya yang berakhlak. Dalam Paradigma ini, karakteristik pembangunan yang bersifat integral
akan meniadakan ketimpangan pembangunan antara ekonomi fisik yang dominan mercusuaris dengan pembangunan sumber daya manusia, ilmu pengetahun dan
teknologi, kemandirian, serta sosial budaya. Karakteristik pembangunan universal memberikan pengertian bahwa aset-aset pembangunan haruslah dipergunakan
untuk kepentingan lintas generasi, lintas teritorial, dan bahkan lintas kehidupan dunia akhirat. Lintas generasi berarti harus berkelanjutan sustainable, jangan
sampai pembangunan sekarang menyebabkan terpuruknya generasi-generasi yang akan datang.
Mungkin pembangunan telah mengabaikan hal ini, pembangunan- pembangunan fisik yang gegap gempita di masa lalu membuat generasi sekarang
menderita lantaran pembiayaannya melalui utang. Lintas teritorial maksudnya adalah bahwa pembangunan disuatu tempat tidak menyebabkan tempat lain
terlantar atau bahkan terkena dampak negatifnya. Dalam paradigma ini, terdapat pula visi pemerataan pembangunan dan pembangunan yang ramah lingkungan.
Sedangkan lintas kehidupan bermakna menginspirasikan pelaku-pelaku
pembangunan supaya berbuat sambil membangun pula akhirat yang lebih baik, aktivitas dalam hal ini merupakan ekspresi relijius.
Karakteristik pembangunan partisipasi total adalah bahwa pembangunan harus dilakukan oleh seluruh aktor pembangunan sesuai perannya. Untuk itu,
Universitas Sumatera Utara
38
diperlukan pemberdayaan masyarakat agar mereka setara sebagai mitra pemerintah dalam merumuskan kepentingan bersama. Kesetaraan ini tidak hanya
dari segi kedudukannya tetapi juga kualitasnya, sehingga diperlukan pendidikan politik.
1.5.2.3 Ciri-ciri Pembangunan
Pada dasarnya, ciri-ciri pembangunan itu dapat dilihat dari pengertian pembangunan itu sendiri. Ciri-ciri pembangunan yang dikemukakan disini adalah
berdasarkan tujuh ide pokok yang muncul dari definisi pembangunan yang diberikan oleh Sondang P. Siagian 2008, yaitu:
1. Pembangunan merupakan suatu proses, berarti pembangunan merupakan
rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap-tahap yang di satu pihak independen akan tetapi di pihak lain
merupakan “bagian” dari sesuatu yang bersifat tanpa akhir never ending. Banyak cara yang dapat di gunakan untuk menentukan pentahapan
tersebut, seperti berdasarkan jangka waktu, biaya, atau hasil tertentu yang di harapkan akan di peroleh.
2. Pembangunan merupakan upaya yang secara sadar ditetapkan sebagai
sesuatu untuk dilaksanakan. Dengan perkataan lain, jika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara terdapat kegiatan yang
kelihatannya seperti pembangunan, akan tetapi tidak di tetapkan secara
Universitas Sumatera Utara
39
sadar dan hanya terjadi secara sporadis atau insidental, maka kegiatan tersebut tidak dapat di kategorikan sebagai pembangunan.
3. Pembangunan di lakukan secara terencana, baik dalam arti jangka panjang,
jangka menengah, dan jangka pendek. Seperti dimaklumi, merencanakan berarti mengambil keputusan sekarang tentang hal-hal yang akan di
lakukan pada jangka waktu tertentu di masa depan. 4.
Rencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan perubahan. Pertumbuhan dimaksudkan sebagai peningkatan kemampuan suatu negara
bangsa untuk berkembang dan tidak sekedar mampu mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan, dan eksistensinya. Perubahan mengandung
makna bahwa suatu negara bangsa harus bersikap antisipatif dan proaktif dalam menghadapi tuntutan situasi yang berbeda dari jangka waktu
tertentu ke jangka waktu yang lain, terlepas apakah situasi yang berbeda itu dapat di prediksikan sebelumnya atau tidak. Dengan perkatan lain,
suatu negara bangsa yang sedang membangun tidak akan puas jika hanya mampu mempertahankan status quo yang ada.
5. Pembangunan mengarah pada moderntias. Modernitas disini diartikan
antara lain sebagai cara hidup yang baru dan lebih baik daripada sebelumnya, cara berpikir yang rasional dan sistem budaya yang kuat
tetapi fleksibel. 6.
Modernitas yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan pembangunan perdefinisi bersifat multidimensional, artinya modernitas tersebut
Universitas Sumatera Utara
40
mencakup seluruh segi kehidupan berbangsa dan bernegara yang meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahan dan keamanan.
7. Semua hal yang telah disinggung di atas ditujukan kepada usaha
pembinaan bangsa, sehingga negara bangsa yang bersangkutan semakin kokoh fondasinya dan semakin mantap keberadaannya.
1.5.2.4.Tujuan Pembangunan
Tujuan pembangunan di negara manapun tentunya untuk kebaikan masyarakatnya dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut
Siagian dalam Nawawi 2009, pada umumnya komponen yang dicita-citakan dalam keberhasilan pembangunan adalah bersifat relatif dan sukar membayangkan
tercapainya “titik jenuh yang absolut”, dan yang sudah tercapai tidak mungkin
ditingkatkan lagi, seperti: keadilan sosial, kemakmuran yang merata, perlakuan yang sama dimata hukum, kesejahteraan material, mental, dan spiritual,
kebahagian untuk semua, ketentraman serta keamanan. Untuk mencapai tujuan ini maka masyarakat harus lebih berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan yang
meliputi keterlibatan
aktif keterlibatan
dalam memikul
beban dan
bertanggungjawab serta keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat Tjokroamidjojo dalam Nawawi, 2009.
Menurut Zulkarimen Nasution 2004, yang menjadi tujuan umum goals pembangunan adalah proyeksi terjauh dari harapan-harapan dan ide-ide manusia,
komponen-komponen dari yang terbaik yang mungkin, atau masyarakat ideal yang terbaik yang dapat dibayangkan. Tujuan khusus objectives pembangunan
Universitas Sumatera Utara
41
adalah tujuan jangka pendek, biasanya yang dipilih sebagai tingkat pencapaian sasaran dari suatu program tertentu. Sedangkan target pembangunan adalah tujuan
yang dirumuskan secara konkret, dipertimbangkan rasional dan dapat direalisasikan sebatas teknologi dan sumber-sumber yang tersedia, yang
ditegakkan sebagai aspirasi suatu situasi yang ada dengan tujuan akhir pembangunan.
1.5.2.5. Visi dan Misi Pembangunan
Agar program-progam pembangunan dapat berjalan dengan baik sebagaimana yang telah dituangkan dalam prioritas pembangunan, maka visi dan
misi pembangunan haruslah selaras dengan tujuan pembangunan. Sehingga dapat menumbuhkan komitmen pelaksana pembangunan untuk mewujudkan visi
menjadi kenyataan dalam proses kreatif dan intuitif. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan sedangkan
misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
Agar dapat menentukan visi pembangunan dengan jelas maka haruslah dapat menjawab pertanyaan ”berada pada pembangunan apa kita sekarang?”.
Langkah-langkah yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan itu adalah:
1. Menganalisis skala, lingkup, ukuran, bauran hasil pembangunan, dan
aktivitas pembangunan saat ini;
Universitas Sumatera Utara
42
2. Memandang ke depan dengan cara membandingkan celah antara apa yang
sesungguhnya dicapai dengan apa yang ingin dicapai; 3.
Celah tersebut digunakan oleh pelaksana pembangunan untuk menentukan arah dan pola organisasi di masa depan.
Visi yang hendak dicapai memerlukan penjabaran kegiatan yang selaras dengan visi tersebut. Menurut Suprayitno dalam Nawawi 2009, penjabaran dari
kegiatan inilah yang disebut dengan misi. Untuk menyatakan misi tersebut maka harus memuat antara lain:
1. Menentukan apa yang dicita-citakan organisasi
2. Membedakan organisasi dengan organisasi lain
3. Menjadikan kerangka untuk evaluasi aktivitas kini dan yang akan datang
4. Menjamin kebulatan maksud dalam organisasi
5. Menyediakan basis untuk memotivasi sumber-sumber organisasi
6. Meyediakan standar untuk mengalokasikan sumber-sumber organisasi
7. Menentukan sifat dan iklim bisnis yang diinginkan
8. Menyediakan titik fokal untuk mengidentifikasikan tujuan dan arah
organisasi 9.
Memungkinkan penerjemahan maksud organisasi ke da;am tujuan-tujuan yang cocok
10. Memungkinkan penerjemahan tujuan ke dalam strategi dan aktivitas yang
spesifik lainnya.
1.5.2.6.Model-model Pembangunan
Universitas Sumatera Utara
43
Menurut Nawawi 2009, berdasarkan paradigma pembangunan yang berkembang Intergrating Development Paradigma pada empat dasawarsa
pertama sejak awal 1950-an hingga sekarang, sedikitnya terdapat lima model- model pembangunan, yaitu: model saling hubungan, model pertumbuhan, model
pemerataan, model pembangunan manusia, dan model peningkatan daya saing. 1.
Model Saling Hubungan Model saling hubungan adalah model pembangunan yang
mempunyai relevansi antara paradigma administrasi publik dengan paradigma pembangunan sosial ekonomi politik. Dalam model ini
tercatat perkembangan model-model pembangunan lainnya yang mempengaruhi proses pembangunan di negara-negara berkembang
dan terbagi ke dalam tiga model, yaitu: 1 Model pertumbuhan Gross Nasional Produk GNP; 2 Model pemerataan dan
pemenuhan kebutuhan pokok dan 3 Model pembangunan kualitas manusia.
2. Model Pertumbuhan
Model pertumbuhan merupakan suatu model pembangunan yang sesuai dengan paradigma pertumbuhan yang melandasi
strategi pembangunan yang berorientasi pada peningkatan pertumbuhan Gross Nasional Produk GNP. Model ini
beranggapan bahwa hal tersebut dapat dicapai dengan menempuh industrialisasi dan penanaman modal secara “big push” dengan
Universitas Sumatera Utara
44
semangat modernisasi dan superioritas. Untuk itu maka peranan yang dilakukan adalah melakukan perencanaan dan langkah-
langkah kebijakan guna petumbuhan ekonomi yang diinginkan yang mempunyai sasaran pada adanya perubahan sosiokultural dan
institusional, sehingga masyarakat memiliki orientasi dan sifat-sifat “achievernent, universalism, dan fungtional specificity.
3. Model Pemerataan
Model pemerataan dipandang sebagai pemerataan dalam berbagai aspek sosial, lingkungan, dan kelembagaan. Model ini
berawal pada pengembangan delivery service system yang berhubungan langsung dengan kelompok sasaran pada organisasi
lokal dan
sektoral. Pemberantasan
pengangguran dan
ketidakmerataan merupakan tujuan eksplisit pembangunan dalam model ini. Hal tersebut disebabkan karena mekanisme pasar
terganjal oleh ketimpangan dalam pembagian pendapatan. Pembangunan yang berorientasi pada pemerataan dan pemenuhan
kebutuhan pokok, termasuk kesempatan kerja dan berusaha, air bersih dan perumahan, dipandang sebagai strategi yang lebih baik,
yang nantinya akan berdampak pada kemandirian dan keadilan sosial.
4. Model Pembangunan Manusia
Model pembangunan manusia didasari pada paradigma manusia yang menekankan kegiatan dengan penuh tanggungjawab
Universitas Sumatera Utara
45
untuk membangkitkan kesadaran dan kemampuan insani Harmon dan Mayer dalam Nawawi, 2009 dan peningkatan sumber daya
manusia, baik secara individual maupun kolektif UNDP dalam Nawawi, 2009. Korten sendiri menyebutkan jenis manajemen dan
administrasi yang cocok dalam rangka pelaksanaan model pembangunan kualitas manusia ini sebagai community based
resource management. 5. Model Peningkatan Daya Saing
Model peningkatan
daya saing
merupakan model
pembangunan yang dilakukan melalui transformasi teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguatan sistem
informasi, modernisasi manajemen usaha, serta pembaruan kelembagaan, reinventing goverment, banishing bureauracy,
deregulasi dan debirokrasi, perkembangan ek-commece, e- goverment dan lain sebagainya. Secara keseluruhan mengacu pada
peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan yang didukung oleh kemampuan dan keterampilan profesional, interaksi budaya, dan
kegiatan bisnis antar bangsa.
1.5.2.7.Konsep Pembangunan yang Ideal
Pembangunan sangat diperlukan untuk menciptakan suatu masyarakat yang lebih baik dan maju sesuai tuntutan jaman. Pada dasarnya pembangunan
yang diharapkan adalah pembangunan yang berdampak positif terhadap
Universitas Sumatera Utara
46
peningkatan kesejahteraan masyarakat, menurunkan kemiskinan, mengurangi pengangguran,
dan berkeadilan
sosial. Keberhasilan
penyelenggaraan pembangunan dalam semua segi kehidupan dan penghidupan bangsa menuntut
komitmen seluruh komponen masyarakat. Berdasarkan strategi dan rencana pembangunan yang ditetapkan oleh
pemerintah, semua warga masyarakat turut menjadi “pemain” dan tidak ada yang sekedar menjadi “penonton”. Memang benar bahwa jenis, intensitas, dan
ekstensitas keterlibatan berbagai pihak berbeda-beda karena pengetahuan, keterampilan, pemikiran intelektual, waktu, tenaga, dan kesempatan yang dimiliki
juga beraneka ragam. Meskipun penyelenggaraan kegiatan pembangunan tidak menggunakan pendekatan “elitist”, namun kelompok elit dalam masyarakat harus
memberikan kontribusi yang lebih substansial dibandingkan dengan warga masyarakat yang lain Siagian, 2008.
1.5.2.8. Faktor Penghambat Pembangunan
Pembangunan merupakan proses perubahan secara sengaja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan banyak
dipengaruhi oleh kondisi fisik dan nonfisik dari suatu masyarakat, sehingga akselerasi percepatan pembangunan disetiap negara tidak sama. Menurut
Tjokroamidjojo dalam Nawawi 2009, faktor yang mempengaruhi pembangunan dan mempunyai relevansi dengan kondisi masyarakat antara lain sebagai berikut
yaitu: 1.
Masyarakat yang masih tradisional 2.
Masyarakat yang bersifat peralihan
Universitas Sumatera Utara
47
3. Masyarakat maju modern.
Menurut Didin S. Damanhuri 2010 menyatakan bahwa berdasarkan problema empiris ekonomi politik dan pembangunan di negara-negara sedang
berkembang. Faktor-faktor yang menjadi tantangan, masalah, dan hambatan dalam menjalankan agenda pembangunan yang dapat dijadikan peluang atau
ancamannya adalah: 1.
Globalisasi 2.
Kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan 3.
Industrialisasi, pertanian, dan informalisasi ekonomi 4.
Korupsi, kebocoran, dan inefisiensi 5.
Utang luar negeri 6.
Lingkungan ekologi 7.
Birokrasi.
1.6 Defenisi Konsep