Sfc yang dihasilkan menggunakan bahan bakar “E25” AFR yang dihasilkan bahan bakar “P”

Dengan melakukan hal yang sama pada pembebanan 4, 6, 8, 10, dan 12 lampu akan dihasilkan laju aliran massa dan Sfc seperti yang ditampilkan dalam tabel 4.11 dan 4.12. Tabel 4.11 laju aliran massa hasil pengujian dengan bahan bakar “Et” Bahan Bakar Parameter Performansi Jumlah lampu 100 Watt 2 4 6 8 10 12 Et n rpm 4191 4262 4333 4224 4171 4026 m gr 30 30 30 30 30 30 t f detik 160 144 123 118 110 100 m f kgjam 0,675 0,75 0,878 0,9153 0,9818 1,08 Tabel 4.12 Sfc hasil pengujian dengan bahan bakar “Et” Bahan Bakar Parameter Performansi Jumlah lampu 100 Watt 2 4 6 8 10 12 Et n rpm 4191 4262 4333 4224 4171 4026 m f kgjam 0,675 0,75 0,878 0,9153 0,9818 1,08 P B Kw 0,2 0,4125 0,625 0,63675 0,64944 0,65148 SfcgKw jam 3375 1818,182 1404,878 1437,384 1511,792 1657,764

4.3.3 Sfc yang dihasilkan menggunakan bahan bakar “E25”

Perhitungan Sfc menggunakan persamaan 4.4, dengan mensubtitusi data pada persamaan. Namun terlebih dahulu dihitung laju aliran massa dengan subtitusi data kepersamaan 4.5. Pada pembebanan 2 lampu 200 watt pada putaran 4290 rpm. Didapat data sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara • P = 202,5 watt = 0,2025 kW • n = 4290 rpm • �� = 30 �� • t f = 170 detik �̇� = ��. 10 −3 � � × 3600 �̇� = 30 × 10 −3 170 × 3600 �̇� = 0,6353 ����� Dengan subtitusi nilai akan didapat Sfc sebesar : ��� = �̇� �10 3 � � ��� = 0,6353 �10 3 0,2025 ��� = 3137,255 ������ Dengan melakukan hal yang sama pada pembebanan 4, 6, 8, 10, dan 12 lampu akan dihasilkan laju aliran massa dan Sfc seperti yang ditampilkan dalam tabel 4.13 dan 4.14. Tabel 4.13 laju aliran massa hasil pengujian dengan bahan bakar “E25” Bahan Bakar Parameter Performansi Jumlah lampu 100 Watt 2 4 6 8 10 12 E25 n rpm 4290 4380 4475 4550 4610 4493 m gr 30 30 30 30 30 30 t f detik 170 149 130 128 112 105 m f kgjam 0,6353 0,7248 0,8308 0,8438 0,9643 1,0286 Tabel 4.14 Sfc hasil pengujian dengan bahan bakar “E25” Universitas Sumatera Utara Bahan Bakar Parameter Performansi Jumlah lampu 100 Watt 2 4 6 8 10 12 E25 n rpm 4290 4380 4475 4550 4610 4493 m f kgjam 0,6353 0,7248 0,8308 0,8438 0,9643 1,0286 P B Kw 0,2025 0,4025 0,6275 0,8125 1,025 1,035 SfcgKw jam 3137,255 1800,825 1323,935 1038,462 940,7666 993,7888

4.3.4 Sfc yang dihasilkan menggunakan bahan bakar “H2,5”

Perhitungan Sfc menggunakan persamaan 4.4, dengan mensubtitusi data pada persamaan. Namun terlebih dahulu dihitung laju aliran massa dengan subtitusi data kepersamaan 4.5. Pada pembebanan 2 lampu 200 watt pada putaran 4310 rpm. Didapat data sebagai berikut : • P = 205 watt = 0,205 kW • n = 4310 rpm • �� = 30 �� • t f = 171 detik �̇� = ��. 10 −3 � � × 3600 �̇� = 30 × 10 −3 171 × 3600 �̇� = 0,6316 ����� Dengan subtitusi nilai akan didapat Sfc sebesar : ��� = �̇� �10 3 � � ��� = 0,6316 �10 3 0,205 ��� = 3080,873 ������ Universitas Sumatera Utara Dengan melakukan hal yang sama pada pembebanan 4, 6, 8, 10, dan 12 lampu akan dihasilkan laju aliran massa dan Sfc seperti yang ditampilkan dalam tabel 4.15 dan 4.16. Tabel 4.15 laju aliran massa hasil pengujian dengan bahan bakar “H2,5” Bahan Bakar Parameter Performansi Jumlah lampu 100 Watt 2 4 6 8 10 12 H2,5 n rpm 4310 4393 4500 4570 4590 4436 m gr 30 30 30 30 30 30 t f detik 171 150 134 128 123 114 m f kgjam 0,6316 0,72 0,806 0,8438 0,878 0,9474 Tabel 4.14 Sfc hasil pengujian dengan bahan bakar “H2,5” Bahan Bakar Parameter Performansi Jumlah lampu 100 Watt 2 4 6 8 10 12 H2,5 n rpm 4310 4393 4500 4570 4590 4436 m f kgjam 0,6316 0,72 0,806 0,8438 0,878 0,9474 P B Kw 0,205 0,4125 0,63001 0,825 1,05 1,104 SfcgKw jam 3080,873 1745,455 1279,297 1022,727 836,2369 858,1236 Perbandingan harga SFC dan Putaran untuk masing-masing pengujian pada setiap variasi bahan bakar dapat dilihat pada gambar berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 4.5 Grafik SFC vs Beban Gambar 4.6 Grafik Sfc vs Putaran Berdasarkan hasil perhitungan SFC dengan variasi pembebanan yang dapat dilihat dalam grafik 4.5, tampak nilai SFC menurun saat beban dari mesin ditambahkan hingga batas maximum dari daya yang dapat dihasilkan oleh bahan bakar, dan kemudian naik lagi untuk pembebanan yang sudah berlebih. Pada kedua grafik dapat dilihat bahwa Sfc terendah mesin terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar campuran “H2,5”, pada putaran mesin 4590 rpm di pembebanan 10 lampu 1000 watt yaitu 836,2369 gkW.h. Sedangkan Sfc tertinggi mesin terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar “Et” pada putaran mesin 4191 rpm pada pembebanan 2 lampu 200 watt yaitu sebesar 3375 gkW.h. berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa “Et” lebih Universitas Sumatera Utara boros dibandingkan “P” ini dikarenakan nilai kalor “P” yang lebih besar dibandingkan “Et”. Pencampuran E25 membuat nilai SFC bahan bakar menaik terhadap “Et” dan menurun terhadap “P”, yang menandakan campuran ini sedikit lebih boros dari “Et” dan lebih hemat dibandingkan “P”. Dengan ditambahkannya hidrogen pada campuran. penurunan SFC yang membuat campuran ini hampir setara pemakaian “P”. Dan cendrung hemat bila dibandingkan dengan “P” itu sendiri.

4. 4 Rasio Udara Bahan Bakar AFR

Rasio Udara Bahan Bakar AFRdari masing-masing pengujian pada tiap variasi beban dan putaran dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ��� = � � � � = ṁ � ṁ � .............................4.6 Dimana: � � = massa udara di dalam silinder per siklus � � = massa bahan bakar di dalam silinder per siklus ṁ � = laju aliran udara didalam mesin ṁ � = laju aliran bahan bakar di dalam mesin Pada perhitungan sebelumnya telah diketahui nilai ṁ � untuk setiap variasi putaran dan beban jumlah lampu, sehingga yang perlu di hitung berikutnya adalah � � dan ṁ � yang dihitung menurut persamaan berikut: � � = � � � � + � � �.� � .................................4.7 Dimana: � � = tekanan udara masuk silinder � � = temperatur udara masuk silinder � = konstanta udara Universitas Sumatera Utara

4.4.1 AFR yang dihasilkan bahan bakar “P”

Perhitungan Sfc menggunakan persamaan 4.6, dengan mensubtitusi data pada persamaan. Namun terlebih dahulu dihitung laju aliran udara yang masuk ke mesin dengan subtitusi data kepersamaan 4.7. Pada pembebanan 2 lampu 200 watt pada putaran 4330 rpm. Didapat data sebagai berikut : P = 201,6 watt = 0,2016 kW n = 4330 rpm ṁf = 0,6136 kgjam V d : 95 × 10 −6 � 3 V c : 10 × 10 −6 � 3 P i = 85 kPa R = 0,287 kJkg.K T i = 333 K � � = � � � � + � � �. � � � � = 8595 × 10 −6 + 10 × 10 −6 0,287 × 333 � � = 0,00009338 �� ��� − ����� Maka: ṁ � = �0,00009338 �� ��� − ������ 1 ��� � 3600 ��� 60 ��� � � 1 ����� 2 ��� � ṁ � = 0,0028016 ����� ṁ � = 10,0857 ����� Sehingga: Universitas Sumatera Utara ��� = ṁ � ṁ � ��� = 10,0857 ����� 0,6136 ����� ��� = 16,436 Dengan melakukan hal yang sama pada pembebanan 4, 6, 8, 10, dan 12 lampu akan dihasilkan AFR seperti yang ditampilkan dalam tabel 4.17. Tabel 4.17 AFR hasil pengujian dengan bahan bakar “P” Bahan Bakar Parameter Performansi Jumlah lampu 100 Watt 2 4 6 8 10 12 P n rpm 4430 4470 4570 4660 4760 4460 P Watt 201,6 401,6 607,2 806,4 1008 1012,5 ṁ a kgjam 10,0857 10,0857 10,0857 10,0857 10,0857 10,0857 ṁf kgjam 0,6136 0,7105 0,7941 0,806 0,931 1 AFR 16,436 14,1947 12,7005 12,5137 10,8328 10,0857

4.4.2 AFR yang dihasilkan bahan bakar “Et”