10 Konsep perlindungan konsumen memerlukan pembinaan sikap
b. Sejarah Undang-Undang Perlindungan Konsumen
Sebelum adanya UUPK, permasalahan hubungan konsumen dengan produsen barang dan atau jasa pelaku usaha didasarkan pada
berbagai sumber hukum. Misalnya dari Pembukaan Undang-Undang Dasar UUD 1945 alinea ke-4 yang berbunyi:
“…………Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia…..”
Maksud perlindungan bagi segenap bangsa tersebut, tentulah bagi segenap bangsa tanpa kecuali, baik pengusaha maupun konsumen.
Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 juga menyiratkan hal setiap warga negara di dalam redaksi rumusannya yang berbunyi:
“Penghidupan yg layak bagi kemanusiaan merupakan hak dasar bagi rakyat secara menyeluruh.”
Jadi apabila kehidupan seseorang diganggu atau terganggu oleh pihak-pihak lain, maka alat negara akan turun tangan, baik diminta
maupun tidak untuk melindungi dan atau mencegah terjadinya gangguan tersebut. Masalah perlindungan konsumen sendiri mulai
terdengar di indonesia pada tahun 1970-an, ditandai dengan berdirinya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI pada bulan Mei 1973.
Pada awalnya YLKI berkaitan dengan rasa mawas diri terhadap promosi untuk memperlancar barang-barang dalam negeri. Atas
desakan dari masyarakat, kegiatan promosi harus diimbangi dengan langkah-langkah pengawasan, agar masyarakat tidak dirugikan dan
kualitasnya terjamin. Adanya keinginan dan desakan dari masyarakat untuk melindungi dirinya dari barang yang rendah mutunya telah
memacu untuk memikirkan secara sungguh-sungguh usaha untuk
melindungi konsumen ini, dan mulailah gerakan untuk merealisasikan cita-cita itu. Gunawan Widjaya, 2001 ;15.
Hukum konsumen pada pokoknya lebih berperan dalam hubungan dan masalah konsumen yang kondisi para pihaknya
berimbang dalam kedudukan sosial ekonomi, dyaa saing maupun tingkat pendidikan. Sebelum adanya UUPK, masalah-masalah yang
menyangkut hubungan konsumen dengan produsen termasuk di dalamnya hak, kewajiban serta tanggung jawab masing-nasing pihak
dapat ditemukan di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP dan
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD. UUPK akhirnya dikeluarkan pada masa pemerintahan transisi
Kabinet Reformasi B.J. habibie sehingga menempatkan perlindungan konsumen ke dalam koridor sistem hukum perlindungan knsumen
yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional. Perlindungan konsumen sebagai suatu sistem hukum tercermin dari rumusan-
rumusan yang terdapat dalam UUPK antara lain sebagai berikut: UUPK dimaksudkan menjadi landasan hukum yang kuat bagi
pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat untu melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan
dan kemungkinan terbentuknya UU baru pada dasarnya memuat ketentuan-ketentuan yang melindungi konsumen. Dengan demikian,
UU tentang perlindungan konsumen ini merupakan payung yang mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum di bidang
perlindungan konsumen. Yusuf Sofie, 2002 : 26-27. Dengan adanya Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen beserta perangkat hukum lainnya, konsumen memiliki hak dan posisi yang berimbang dan mereka dapat menggugat
atau menuntut jika ternyata hak-haknya telah dirugikan atau dilanggar oleh pelaku usaha.
c. Asas dan tujuan Perlindungan Konsumen