Landasan Teori Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Dan Pendapatan Petani Jagung (Studi Kasus Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat)

2.2. Landasan Teori

Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan input. Dengan demikian, kegiatan produksi tersebut adalah mengombinasikan berbagai masukan untuk menghasilkan keluaran Anonimus, 2010. Dalam suatu proses produksi apabila secara berturut-turut ditambahkan satu satuan faktor produksi variabel pada faktor produksi tetap, pada tahap awal, produksi total akan bertambah dengan penambahan yang makin besar, tetapi sampai pada akhirnya mencapai nilai negatif, dan akan mengakibatkan pertambahan produksi total semakin kecil sampai mencapai produksi maksimal dan kemudian produksi total menurun Law Diminishing Return, dapat dilihat dari kurva berikut : Gambar1. Kurva Produksi Law Diminishing Return Universitas Sumatera Utara Faktor produksi dalam usahatani mencakup tanah, modal, dan tenaga kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya mustahil usahatani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah banyak lagi faktor yang harus diperhatikan, katakan luasnya, topografinya, kesuburannya, keadaan fisiknya, lingkungannya, lerengnya, dan lain sebagainya. Dengan mengetahui semua keadaan mengenai tanah, usaha pertanian dapat dilakukan dengan baik Daniel, 2002. Produksi hasil komoditas pertanian sering disebut korbanan produksi karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk mengasilkan komoditas pertanian, untuk menghasilkan suatu produk diperlukan hubungan antara faktor produksi dan komoditas, hubungan antara input dan output disebut dengan factor relationship FR. Secara Sistematik dapat ditulis dengan analisis fungsi Coob-Douglas. Fungsi Coob-Douglas adalah salah satu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel variabel bebas dan variabel tidak bebas misalnya faktor produksi antara lain, luas lahan � 1 , bibit � 2 , jumlah pupuk � 3 , tenaga kerja � 4 , secara matematis, pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : Y = � �. . � � �� . � � �� . � � �� . � � �� Untuk menaksir parameter-parameter yang harus ditranformasikan dalam bentuk logaritma natural ln sehingga merupakan bentuk linier berganda multiple linear yang kemudian dianalisis dengan metode kuadrat kecil ordinnary least square dengan bentuk matematis : Universitas Sumatera Utara Y = Ln � � + � � ��� � + � � ��� � + � � ��� � + � � ��� � + � Dimana : Y = Produksi � = Konstanta � 1 … � 5 = Koefisien regresi terhadap X � 1 = Luas lahan � 2 = Bibit � 3 = Pupuk � 4 = Tenaga Kerja Berdasarkan persamaan maka dapat dilihat bahwa besar kecilnya produksi sangat tergantung dari peranan � 1 sampai dengan � 4 dan faktor-faktor lain yang tidak ada dalam persamaan Daniel, 2002. Memperoleh tinggat pendapatan yang diinginkan, maka seharusnya mempertimbangkan harga jual dari produksinya, melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya selanjutnya menentukan harga ppokok hasil usahataninya Fadholi, 1990. Fungsi Pendapatan Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara input dan output serta mengukur pengaruh dari berbagai perubahan harga dari input terhadap produksi. Fungsi Keuntungan Regresi Linier Berganda merupakan cara yang banyak peminatnya karena dianggap bahwa petani atau pengusaha mempunyai sifat memaksimumkan keuntungan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Secara matematis Fungsi Pendapatan Regresi Linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut Universitas Sumatera Utara Y = � � + � � � � + � � � � + � � � � + � � � � + � � � � + � Dimana : Y = Pendapatan � = Konstanta � 1 … � 5 = Koefisien regresi terhadap X � 1 = Biaya luas lahan � 2 = Harga jagung � 3 = Biaya pupuk � 4 = Biaya bibit � 5 = Biaya tenaga kerja Rahim dan Hastuti, 2007. Setelah melihat pendapatan petani barulah dilihat apakah usahatani jagung ini layak atau tidak untuk di usahakan di daerah penelitian. Terlebih dahulu perlu dicari besar biaya produksi dan penerimaannya. Besar biaya usaha tani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap fixed cost dan biaya tidak tetap variable cost. Biaya tetap umumnya diartikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tidak tetap merupakan biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh, untuk menghitung total biaya dapat di rumuskan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara TC = FC + VC Keterangan : TC = Total Cost FC = Fixed Cost VC = Varible Cost Rohim dan Hastuti,2007. Sedangkan besarnya penerimaan merupakan total yang diterima petani dari hasil penjualannya. Secara singkat rumus untuk menghitung besar penerimaan yaitu : TR = Y . Py Keterangan : TR = Total penerimaan Y = Produksi Py = Harga Y Setelah dapat hasil besarnya biaya usahatani dan penerimaannya barulah dicari kelayakan usahatani tersebut. Dengan perbandingan ratio atau nisbah antara penerimaan revenue dan biaya cost. Secara singkat kelayakan usahatani dapat dicari dengan rumus : Universitas Sumatera Utara a = � � a = RC R = Py x Y C = FC + VC a = Py x Y FC + VC Dimana : a = RC Ratio R = Penerimaan revenue C = Biaya cost Py = Harga output Y = Output FC = Biaya tetap fixed cost VC = Biaya Variabel variable cost. FC biasanya diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam ilmu usahatani yang besar – kecilnya tidak tergantung dari besar – kecilnya output yang diperoleh. Misalnya iuran irigasi, pajak, alat – alat pertanian, sewa lahan, mesin. Selanjutnya VC biaya tidak tetap biasanya diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan unutk usahatani yang besar – kecilnya diprngaruhi oleh perolehan output. Misalnya sarana produksi dan tenaga kerja Soekartawi, 1995. Secara teoritis dengan rasio RC = 1 artinya tidak untung dan tidak pula rugi. Namun karena adanya biaya usahatani yang kadang – kadang tidak dihitung, maka kriterianya dapat diubah menurut keyakinan si peneliti Soekartawi, 1995. Universitas Sumatera Utara

2.3. Kerangka Pemikiran